Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM BIOKIMIA I

JUDUL PRAKTIKUM

: REAKSI UJI TERHADAP PROTEIN


(PENGENDAPAN LOGAM)

KELOMPOK

: IV (EMPAT)

NAMA

: MUMTIKANAH

NIM

: 06101381320029

DOSEN PEMBIMBING

: Drs. MADE SUKARYAWAN, M.Si.


DESI, S.Pd, M.T

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN KEPENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015

LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM BIOKIMIA I
I.

Percobaan Ke

II.

Tanggal Percobaan

III.

Judul Percobaan

: II (Dua)
: 8 Oktober 2015
: Reaksi Uji Terhadap Protein (Pengendapan

Logam)
IV.

Tujuan Percobaan
terdapat

V.

: Untuk Menguji Kandungan yang

dalam Protein

Dasar Teori
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh karena zat

ini berfungsi sebagai sumber energi dalam tubuh serta sebagai zat pembangun dn
pengatur. Protein adlaah polimer dari asam amino yang dihubungkan dengan ikatan
peptida. Molekul protein mengandung unsur-unsur C, H, O, N, P, S, dan terkadang
mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Winarno, 1992).
Protein merupakan suatu polipeptida dengan BM yang sangat bervariasi dari
5000 samapi lebih dari satu juta karena molekul protein yang besar, protein sangat
mudah mengalami perubahan fisis dan aktivitas biologisnya. Banyak agensia yang
menyebabkan perubahan sifat alamiah dari protein seperti panas, asam, basa, solven
organik, garam, logam berat, radiasi sinar radioaktif (Sudarmadji, 1996).
Struktur asam amino digambarkan sebagai berikut:
H
H2N

COOH

R
(Lehninger, 1995).
Apabila asam amino larut dalam air, gugus karboksilat akan melepaskan ion H +,
sedangkan gugus amina akan menerima ion H+, seperti reaksi berikut:

Oleh adanya kedua gugus tersebut asam amino dalam larutan dapat membentuk
ion yang bermuatan positif dan juga bermuatan negatif atau disebut juga ion amfoter

(zwitterion). Keadaan ion ini sangat tergantung pada pH larutan. Apabila asam amino
dalam air ditambah dengan basa, maka asam amino akan terdapat dalam bentuk (I)
karena konsentrasi ion OH- yang tinggi mampu mengikat ion-ion H+ pada gugus
NH3+. Sebaliknya bila ditambahkan asam ke dalam larutan asam amino, maka
konsentrasi ion H+ yang tinggi mampu berikatan dengan ion COO - sehingga terbentuk
gugus COOH sehingga asam amino akan terdapat dalam bentuk (II) (Anna Poedjiadi,
1994).

Dalam suatu sistem elektroforesis yang memiliki elektroda positif dan negatif,
asam amino akan bergerak menuju elektroda yang berlawanan dengan muatan asam
amino yang terdapat dalam larutan. Apabila ion asam amino tidak bergerak ke arah
negatif maupun positif dalam suatu sistem elektroforesis maka pH pada saat itu disebut
pH isolistrik. Pada pH tersebut terdapat keseimbangan antara bentuk-bentuk asam
amino sebagai ion amfoter, anion dan kation (Anna Poedjiadi, 1994).
Gugus karboksil pada asam amino dapat dilepas dengan proses dekarboksilasi
dan menghasilkan suatu amina. Gugus amino pada asam amino dapat bereaksi dengan
asam nitrit dan melepaskan gas nitrogen yang dapat diukur volumenya. Van Slyke
menggunakan reaksi ini untuk menentukan gugus amino bebas pada asam amino,
peptida maupun protein. (Anna Poedjiadi, 1994).
Pada dasarnya suatu peptida adalah asil-asam amino, karena gugus COOH dan
NH2 membentuk ikatan peptida. Peptida didapatkan dari hidrolisis protein yang tidak
sempurna. Apabila peptida yang dihasilkan dihidrolisis lebih lanjut akan dihasilkan
asam-asam amino. (Anna Poedjiadi, 1994).

Sifat peptida ditentukan oleh gugus COOH, NH2 dan gugus R. Sifat asam dan
basa pada peptida ditentukan oleh gugus COOH dan NH2 , namun pada rantai
panjang gugus COOH dan NH2 yang terletak diujung rantai tidak lagi berpengaruh.
Suatu peptida juga mempunyai titik isolistrik seperti pada asam amino. Reaksi biuret
merupakan reaksi warna untuk peptida dan protein. (Anna Poedjiadi, 1994).
Struktur protein dapat dibagi menjadi empat bentuk; primer, sekunder, tersier
dan kuartener. Susunan linier asam amino dalam protein merupakan struktur primer.
Susunan tersebut akan menentukan sifat dasar protein dan bentuk struktur sekunder
serta tersier. Bila protein menandung banyak asam amino dengan gugus hidrofobik,
daya kelarutannya kurang dalam air dibandingkan dengan protein yang banyak
mengandung asam amino dengan gugus hidrofil. (Winarno, 1992). Berdasarkan
sumbernya, protein dibagi menjadi dua, yaitu protein nabati dan protein hewani. Protein
nabati berasal dari tumbuhan sedangkan protein hewani berasal dari hewan. Protein
hewani mengandung profil asam amino yang lengkap termasuk asam amino esensial
yang mutlak dibutuhkan untuk perkembangan tubuh (Noor, 2011). Protein yang terdapat
dalam makanan kita dicernakan dalam lambung dan usus menjadi asam-asam amino,
yang diabsorsi dan dibawa oleh darah ke hati. Sebagian asam amino diambil oleh hati,
sebagian lagi diedarkan ke dalam jaringan-jaringan di luar hati.
Protein yang terdapat dalam bahan pangan mudah mengalami perubahanperubahan, antara lain:
1. Dapat terdenaturasi oleh perlakuan pemanasan.
2. Dapat terkoagulasi atau mengendap oleh perlakuan pengasaman.
3. Dapat mengalami dekomposisi atau pemecahan oleh enzim-enzim proteolitik.
4. Dapat bereaksi dengan gula reduksi, sehingga menyebabkan terjadinya warna
coklat.

Garam logam berat mendenaturasi protein sama dengan halnya asam dan basa.
Garam logam berat umumnya mengandung Hg+2, Pb+2, Ag+1 Tl+1, Cd+2 dan logam
lainnya dengan berat atom yang besar. Reaksi yang terjadi antara garam logam berat
akan mengakibatkan terbentuknya garam protein-logam yang tidak larut (Ophart, C.E.,
2003).
Protein akan mengalami presipitasi bila bereaksi dengan ion logam.
Pengendapan oleh ion positif (logam) diperlukan pH larutan diatas pi karena protein
bermuatan negatif, pengendapan oleh ion negatif diperlukan ph larutan dibawah pi
karena protein bermuatan positif. Ion-ion positif yang dapat mengendapkan protein
adalah; Ag+, Ca++, Zn++, Hg++, Fe++, Cu++ dan Pb++, sedangkan ion-ion negatif yang
dapat mengendapkan protein adalah; ion salisilat, triklorasetat, piktrat, tanat dan
sulfosalisilat. (Anna, P., 1994).
VI.

Alat dan Bahan


Alat
- Pipet tetes

- Rak tabung reaksi

- Gelas ukur

- Pengaduk

- Beker gelas

- Kertas Saring

- Neraca analitik

- Corong

- Bunsen

- Penjepit tabung

- Tabung reaksi
Bahan

VII.

Kuning telur

Putih telur

Ikan

Susu

Aquades

HgCl2

Pb asetat

Albumin
Prosedur Percobaan
Ke dalam 3 mL larutan protein tambahkan 5 tetes HgCl2 0.2 M. Ulangi
percobaan dengan menggunakan Pb asestat 0.2 M.

VIII. Hasil Pengamatan


Sampel

Prosedur
3 ml larutan putih telur 1
% ditambahkan 5 tetes
HgCl2 0,2 M

Larytan Putih Telur 1%

Hasil Pengamatan
Larutan putih telur
ditambahakn HgCl2 0,2 M
berubah menghasilkan
warna keruh
Larutan putih telur Pb

3 ml larutan putih telur 1

asetat mengahasilkan

% ditambahkan 5 tetes

warna keruh dimana

Pb asetat 0,2 M

warna keruh HgCl2 > Pb

3 ml larutan susu 5 %
ditambahkan 5 tetes
HgCl2 0,2 M
Larutan Susu 1 %
3 ml larutan susu 5 %
ditambahkan 5 tetes Pb
asetat 0,2 M

3 ml larutan albumin 5 %
ditambahkan 5 tetes
HgCl2 0,2 M
Larutan Albumin 1 %
3 ml larutan albumin 5 %
ditambahkan 5 tetes Pb
asetat 0,2 M

asetat
Larutan susu
ditambahakn HgCl2 0,2 M
berubah menghasilkan
endapan dan warna keruh
Larutan susu
ditambahkan 5 tetes Pb
asetat 0,2 M berubah
menghasilkan endapan
dan warna keruh HgCl2 >
Pb asetat
Larutan albumin 5 %
ditambahkan HgCl2 0,2 M
berubah menghasilkan
endapan dan warna keruh
Larutan albumin 5 %
ditambahkan 5 tetes Pb
asetat 0,2 M berubah
menghasilkan endapan
dan warna keruh HgCl2 >
Pb asetat

IX.

Persamaan Reaksi

A.

X.
Analisa Data
Pembuatan larutan kuning telur dengan konsentrasi 1% - 5%
Larutan Induk
- Volume kuning telur murni = 20 ml
- Volume aquadest
= 100 ml
Perbandingan kuning telur murni : aquadest = 1 : 5 (dicampur dan disaring)

Rumus pembuatan larutan (sampel yang diuji)

Dimana,

X = volume kuning telur hasil saringan yang dibutuhkan (X1 sd X5)


V = volume larutan yang digunakan
Y = persentase larutan yang dibuat dari 1% - 5%

Didapatkan, larutan kuning telur yang dibutuhkan


Larutan 1 (1% kuning telur) = 2,5 ml (dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml +
aquadest)
Larutan 2 (2% kuning telur) = 5 ml (dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml +
aquadest)
Larutan 3 (3% kuning telur) = 7,5 ml (dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml +
aquadest)
Larutan 4 (4% kuning telur) = 10 ml (dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml +
aquadest)
Larutan 5 (5% kuning telur) = 12,5 ml (dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml +
B.

aquadest)
Pembuatan larutan putih telur dengan konsentrasi 1% - 5%
Larutan Induk :
- Volume putih telur murni = 20 ml
- Volume aquadest
= 100 ml
Perbandingan putih telur murni : aquadest = 1 : 5 (dicampur dan disaring)

Rumus pembuatan larutan (sampel yang diuji)

Dimana, Xi = volume putih telur hasil saringan yang dibutuhkan (X1 sd X5)
V = volume larutan yang digunakan
Y = persentase larutan yang dibuat dari 1% sd 5%
Didapatkan, larutan putih telur yang dibutuhkan
Larutan 1 (1% putih telur) = 2,5 ml (dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml +
aquadest)
Larutan 2 (2% putih telur) = 5 ml (dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml +
aquadest)
Larutan 3 (3% putih telur) = 7,5 ml (dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml +
aquadest)

Larutan 4 (4% putih telur) = 10 ml (dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml +


aquadest)
Larutan 5 (5% putih telur) = 12,5 ml (dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml +
aquadest)
Pembuatan larutan Susu dengan konsentrasi 1% - 5%
Larutan Induk
- Massa Susu Bubuk = 10 gram dalam 50 ml aquades

C.

Terbentuklah larutan susu 50 ml.


Rumus pembuatan larutan (sampel yang diuji)

Dimana X = volume susu hasil saringan yang dibutuhkan (X1 sd X5)


V = volume larutan yang digunakan
Y = persentase larutan yang dibuat dari 1% - 5%
Didapatkan, larutan susu yang dibutuhkan

Larutan 1 (1% susu) = 2,5 ml (dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml + aquadest)
Larutan 2 (2% susu) = 5 ml (dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml + aquadest)
Larutan 3 (3% susu) = 7,5 ml (dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml + aquadest)
Larutan 4 (4% susu) = 10 ml (dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml + aquadest)
Larutan 5 (5% susu) = 12,5 ml (dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml +
aquadest)

D.

Pembuatan larutan Ikan Gabus dengan konsentrasi 1% - 5%


Larutan Induk
- Massa Ikan Gabus = 10 gram dalam 50 ml aquades
Terbentuklah larutan ikan gabus 50 ml.

Rumus pembuatan larutan (sampel yang diuji)

Dimana X = volume ikan gabus hasil saringan yang dibutuhkan (X1 sd X5)
V = volume labu ukur yang digunakan
Y = persentase larutan yang dibuat dari 1% - 5%
Didapatkan, larutan ikan gabus yang dibutuhkan
Larutan 1 (1% ikan gabus) = 2,5 ml (dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml +
aquadest)
Larutan 2 (2% ikan gabus) = 5 ml (dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml +
aquadest)

Larutan 3 (3% ikan gabus) = 7,5 ml (dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml +
aquadest)
Larutan 4 (4% ikan gabus) = 10 ml (dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml +
aquadest)
Larutan 5 (5% ikan gabus) = 12,5 ml (dimasukkan kedalam labu ukur 250 ml +
aquadest)
E.

Larutan HgCl2

Dik

: Mr HgCl2

= 271,5

M HgCl2

= 0,2 M

V Larutan yang dibutuhkan

= 100 ml

Jawab

gr = 5,43 gram

F.

Larutan Pb asetat

Dik

: Mr Pb(COOH)2

= 379,34

M Pb(COOH)2

= 0,2 M

V Larutan yang dibutuhkan

= 100 ml

Jawab

gr = 7,6 gram

XI.

Pembahasan
Pada percobaan ini mengenai pengendapan dengan logam dimana pada

percobaan ini digunakan larutan protein sebagai sampel ialah larutan putih telur, susu
dengan konsentrasi 1 % dan larutan albumin 1% digunakan sebagai pembanding.
Sealain itu juga digunakan larutan logam HgCl2 dan Pb(CH3OOH)2. Reaksi yang terjadi
antara logam berat seperti Hg dan Pb akan mengakibatkan terbentuknya garam proteinlogam yang tidak larut. Ketika larutan protein direaksikkan dengan logam terbentuk
suatu endapan yang terjadi karena adanya reaksi logam Pb dengan protein. Logam Pb
ini merupakan logam yang mengadung ion positif. Dimana salah satu sifat dari logam
yang mengadung ion positif akan menghasilkan endapan jika direaksikan dengan
protein. Sama halnya juga dengan larutan logam Hg yang akan menghasilkan endapan
yang berwarna putih. Pada percobaan sampel protein ketika ditambahakan dengan
larutan logam baik Pb asetat dan HgCl2 menghasilkan endapan dan larutan berwarna
putih keruh. Adanya pertambahan ion logam menyebabkan putusnya jembatan disulfida
dan ikatan kovalen S-S pada protein yang mengandung gugus sulfuhidril. Pada
percobaan dipeoleh endapan yang diperoleh dari larutan uji lebih banyak yang
ditambahkan (CH3COO)2Pb dibandingkan HgCl2.
Dengan adanya endapan saat penambahan albumin dengan (CH 3COO)2Pb
menunjukkan

bahwa

protein

dan

asam

amino

dapat

bertindak

sebagai

antidotum/penawar racun pada keracunan logam berat seperti Hg dan Pb. Dan pada
penambahan larutan logam, larutan uji mengalami perubahan bening menjadi putih
keruh. Hal ini disebabkan karena adanya kemampuan protein atau asam amino untuk
berikatan dengan ion logam di atas titik isoelektriknya. Kemampuan ini disebabkan
karena pada saat pH berada di atas titik isoelektrik protein, maka ia akan bermuatan
negatif sehingga mampu mengikat ion logam yang bermuatan positif. Berdasarkan teori,
titik isoelktrik albumin adalah : 4,55-4,90. Larutan protein dapat menawarkan racun
karena asam amino yang merupakan penyusun suatu protein dapat mengikat logam
seperti Hg (merkuri klorida) dan Pb (timbal asetat), racun atau logam yang terikat dalam
reaksi ini ditandai dengan adanya endapan putih.
XII.
1.

Kesimpulan
Pada reaksi uji protein dengan penambahan logam berat seperti logam Hg

2.

dan Pb bereaksi positif dengan adanya pengendapan.


Uji pengendapan dengan logam, pengendapan yang terjadi karena adanya
reaksi penetralan muatan antara ion logam berat dengan anion dari protein.

3.

Larutan protein pada titik isoelektriknya memiliki kutub negative dan positif

4.

dengan perbandingan yang sama.


Pada percobaan pengendapan logam, endapan yang dihasilkan bewarna putih

5.

dan larutan yang keruh.


Larutan uji yang pada

penambahan

(CH3COO)2Pb

lebih

banyak

menghasilkan endapan putih dan larutan yang keruh dibandingkan dengan


penambahan HgCl2
Daftar Pustaka
Lehninger. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga
Poedjadi, Ana dan Titin Supriyanti. 2006. Dasar Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas
Indonesia
Syahdu, Maryam. 2009. Protein. (Online)
http://kimiadahsyat.blogspot.com/2009/07/protein.html Diakses pada tanggal 1
November 2015
Zeki, Muhammad. 2012. Jenis-jenis Protein. (Online) http://wikivitamin.com/jenisprotein/)Diakses pada tanggal 1 November 2015

Lampiran I

Lampiran II
1. Apa hasilnya?
Jawaban: Hasilnya adalah terbentuknya endapan putih.
2. Terangkan mengapa putih telur digunakan sebagai antidote pada keracunan Pb dan
Hg?
Jawaban: Putih telur digunakan sebagai antidote pada keracunan Pb dan Hg karena
protein atau putih telur dapat mengikat Pb dan Hg dan diendapkan sehingga tidak
menimbulkan keracunan.

Anda mungkin juga menyukai