PAGE 2
NOVEMBER
11 UNDEFINED
Total Tayangan
Laman
postingan
sistim informasi manajemen
perbandingan informasi
11,991
Mengenai Saya
Blogroll
27
Blog Archive
2013 (6)
November (6)
Desain Web Ilmu
Administrasi Negara
Potensi Pariwisata
Kabupaten Pasaman
Resume materi Sim
Setelah UTS
Pengambilan Keputusan
perbandingan
komputer,
berbasis sim
Berbasis Sim
Informasi pada
Organisai Publik dan
P...
sistem informasi
manajemen
Sistem informasi memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah organisasi
. sistem informasi memiliki peran dalam menunjang kegiatan bisnis
operasional, menunjang manajemen dalam pengambilan keputusan, dan
menunjang keunggulan strategi kompetetif organisasi.
Peran sistem informasi manajemen untuk mencapai keunggulan strategis
dapat dicontohkan pada suatu perusahaan yang mutuskan untuk mengubah
seluruh datanya menjadi basis data dengan alat penghubung standar (seperti
alat penghubung browser web) sehingga memungkinkan berbagi informasi
dengan para sekutu-sekutu bisnis dan pelanggannnya. Basis data yang
terstandarisasi dan dapat diakses melalui browser web mencerminkan
pergeseran posisi perusahaan secara strategis.
Persaingan merupakan kunci penentu keberhasilan sebuah organisasi
bisnis. Strategi persaingan yang diterapkan oleh bisnis/industri mampu
memberikan keunggulan organisasi, dengan memperhatikan faktor biaya, mutu
dan kecepatan proses. Keunggulan kompetitif akan membawa organisasi pada
kemampuan mengendalikan pasar dan meraih keuntungan usaha. Strategi
bisnis menjadi pusat yang mengendalikan strategi organisasi dan strategi
informasi. Perubahan pada salah satu strategi membutuhkan penyesuaian,
agar tetap setimbang.
Hubungan antara strategi kompetitif perusahaan dan manfaat penggunaan
sistem informasi dikembangkan melalui beberapa lapisan, mulai dari
perencanaan, analisa dan perancangan. Sejalan dengan semakin luasnya
pemanfaatan teknologi informasi di lingkungan bisnis, maka pemisahan antara
teknologi informasi dan strategi kompetitif perusahaan semakin tidak terlihat.
Hal ini karena seluruh strategi kompetitif perusahaan harus memiliki teknologi
informasi.
Strategi perusahaan berbasis sistem informasi perlu dibuat karena sumber
daya yang dimiliki perusahaan sangat terbatas, sehingga harus dimanfaatkan
secara optimal. Strategi ini juga digunakan untuk meningkatkan daya saing
atau kinerja perusahaan karena para kompetitor memiliki sumberdaya
teknologi yang sama dan memastikan bahwa aset teknologi informasi dapat
dimanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung dalam meningkatkan
protabilitas perusahaan, baik berupa peningkatan pendapatan mapun
pengurangan biaya. Selain itu, strategi perusahaan berbasis sistem informasi
digunakan untuk mencegah terjadinya kelebihan atau kekurangan investasi
serta menjamin bahwa teknologi informasi yang direncanakan benar-benar
menjawab kebutuhan bisnis perusahaan akan informasi.
13 November 2011 - dalam Kuliah Oleh dwiky-a-p-sip09
Sistem Informasi Manajemen (SIM) (Management Information System, MIS) adalah bagian dari
pengendalian internal suatu bisnis yang meliputi pemanfaatan manusia, dokumen, teknologi, dan
prosedur oleh akuntansi manajemen untuk memecahkan masalah bisnis seperti biaya produk, layanan,
atau suatu strategi bisnis. Sistem informasi manajemen dibedakan dengan sistem informasi biasa karena
SIM digunakan untuk menganalisis sistem informasi lain yang diterapkan pada aktivitas operasional
organisasi. Secara akademis, istilah ini umumnya digunakan untuk merujuk pada kelompok metode
manajemen informasi yang bertalian dengan otomasi atau dukungan terhadap pengambilan keputusan
manusia, misalnya sistem pendukung keputusan, sistem pakar, dan sistem informasi eksekutif.
Tujuan Umum
Menyediakan informasi yang dipergunakan di dalam perhitungan harga pokok jasa, produk,
dan tujuan lain yang diinginkan manajemen.
Menyediakan
informasi
yang
dipergunakan
dalam
perencanaan,
pengendalian,
Proses Manajemen
Proses manajemen didenisikan sebagai aktivitas-aktivitas:
Perencanaan, formulasi terinci untuk mencapai suatu tujuan akhir tertentu adalah aktivitas
manajemen yang disebut perencanaan. Oleh karenanya, perencanaan mensyaratkan
penetapan tujuan dan identikasi metode untuk mencapai tujuan tersebut.
Pengendalian, perencanaan hanyalah setengah dari peretempuran. Setelah suatu rencana
dibuat, rencana tersebut harus diimplementasikan, dan manajer serta pekerja harus
memonitor pelaksanaannya untuk memastikan rencana tersebut berjalan sebagaimana
mestinya. Aktivitas manajerial untuk memonitor pelaksanaan rencana dan melakukan tindakan
korektif sesuai kebutuhan, disebut kebutuhan.
Pengambilan Keputusan, proses pemilihan diantara berbagai alternative disebut dengan
proses pengambilan keputusan. Fungsi manajerial ini merupakan jalinan antara perencanaan
dan pengendalian. Manajer harus memilih diantara beberapa tujuan dan metode untuk
melaksanakan tujuan yang dipilih. Hanya satu dari beberapa rencana yang dapat dipilih.
Komentar serupa dapat dibuat berkenaan dengan fungsi pengendalian.
organisasi mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan pengorganisasian merupakan proses yang
mana struktur suatu organisasi dibuat dan ditegakan. Proses ini meliputi ketentuan dari kegiatankegiatan yang spesik yang perlu untuk menyelesaikan semua sasaran organisasi, pengelompokan
kegiatan tersebut berkaitan dengan susunan yang logis, dan tugas dari kelompok kegiatan ini bagi suatu
jabatan atau orang yang bertanggung jawab.
Teori organisasi merupakan sebuah teori untuk mempelajari kerjasama pada setiap individu. Hakekat
kelompok dalam individu untuk mencapai tujuan beserta cara-cara yang ditempuh dengan menggunakan
teori yang dapat menerangkan tingkah laku, terutama motivasi, individu dalam proses kerjasama.
Terdapat beberapa jenis tujuan dalam organisasi yang memberikan arah bagi pelaksanaan kegiatan
maupun pengambilan keputusan, yaitu:
(a) Sasaran lingkungan, yaitu kondisi dimana suatu organisasi-organisasi lain yang terdapat pada
lingkungannya
(b) Sasaran output, yaitu menunjukan bentuk dan banyaknya output yang akan dihasilkan oleh organisasi
(c) Sasaran sistem, yaitu berhubungan dengan pemeliharaan atau perawatan maintenance organisasi
sendiri
(d) Sasaran produk menggambarkan karakteristik produk atau jasa yang akan diberikan kepada
konsumen, sasaran ini menentukan jumlah, mutu, jenis, corak, dan karakteristik lainnya yang
menggambarkan karakteristik produk atau jasa yang ditawarkan
(e) Sasaran bagian (sub unit goal) yaitu menggambarkan sasaran dari suatu bagian atau suatu satuan
unit kerja yang merupakan bagian dari unit organisasi.
Level-level yang Terdapat Pada Suatu Organisasi atau Institusi di bidang Sistem Informasi
Manajemen/Perusahaan
-
TOP Management
Manajemen tingkat teratas dalam pengelompokkan level manajemen sistem informasi yang memiliki
pergerakan dan pemikiran yang strategis sebagai penunjang aktivitas dan konektivitas suatu organisasi
atau perusahaan.
-
MIDDLE Management
Manajemen tingkat menengah dalam pengelompokkan level manajemen sistem informasi yang memiliki
pergerakan sebagai operator, connector, acceptor, dan accelerator. Yang bergerak pada bidang-bidang
tertentu dalam menjalankan tugas masing-masing bagan.
-
Manajemen tingkat bawah atau satu lebih rendah dibandingkan dengan Middle Management dalam
pengelompokkan level manajemen sistem informasi yang memiliki peranan penting sebagai generator
penggerak, penyuplai, dan spirit dalam menjalankan serta memimpin para sta untuk menjalankan tugas
sesuai bidang masing-masing pada tiap-tiap bidang tertentu dalam memberikan suatu informasi atau
produksi barang dan jasa.
-
Supporting Sta
Suatu kelompok yang terdiri dari 2 orang atau lebih dalam suatu bidang pekerjaan di suatu organisasi
atau perusahaan yang memiliki fungsi sebagai penggerak langsung dan penyaji produk berupa barang,
jasa dan juga informasi. Sta berfungsi sebagai pendukung penuh pada kinerja management yang ada.
Teori-teori Permasalahan dalam Organisasi
Teori yang diungkapkan oleh Herbert Simon merupakan teori modern yang ditandai dengan lahirnya
gerakan contingency yang dipelopori Herbert Simon, yang menyatakan :
The theory of Organization need more shallow principles and too simple for knowledges about telling
conditions that under of it which is applying princples competetive with each other.
Yang artinya :
Teori organisasi perlu melebihi prinsip-prinsip yang dangkal dan terlalu disederhanakan bagi suatu
kajian mengenai kondisi yang dibawahnya dapat diterapkan prinsip yang saling bersaing.
Herbert Simon mengungkapkan suatu teori yang lain, yaitu :
Moreover the comptible of hierarchy in the organization, then the problem that have been done in the
organization moreover unstructured.
Yang artinya :
Semakin tinggi hierarki (tingkatan) dalam suatu organisasi, maka persoalan yang terdapat dalam
organisasi tersebut makin tidak terstruktur.
Dalam pandangan struktural organisasi diperlukan adanya koordinasi pola interaksi para anggota
organisasi secara formal. Struktur organisasi menetapkan bagaimana tugas akan dibagi, siapa melapor
kepada siapa, dan mekanisme koordinasi yang formal serta pola interaksi yang akan diikuti. Sebuah
struktur organisasi mempunyai tiga komponen yang harus diperhatikan, yaitu; kompleksitas, formalisasi
dan sentralisasi. Kompleksitas mempetimbangkan tingkat dierensasi atau perbedaan yang ada dalam
organisasi yang meliputi tingkat pembagian kerja, jumlah tingkatan di dalam hierarkhi organisasi, serta
tingkat sejauhmana unit-unit organisasi tersebar secara menyeluruh. Kompleksitas pada sebuah
organisasi dipengaruhi oleh besar kecilnya organisasi tersebut, semakin besar kekuatan sebuah
organisasi maka akan semakin kompleks juga struktur organisasi yang ada di dalamnya.
Formalisasi merupakan tingkatan pada sejauhmana sebuah organisasi menyandarkan dirinya kepada
peraturan dan prosedur untuk mengatur perilaku dari para pegawainya. Dengan struktur organisasi yang
besar, maka akan semakin sulit mengawasi dan mengendalikan para anggota organisasi di dalam
efektitas kinerja organisasi. Untuk itu, diperlukan adanya peraturan dan pedoman operasional standar
organisasi dalam performansi kerja dari para anggota organisasi, baik di tingkat bawahan maupun pada
tingkat manajer.
Fungsi organisasi merupakan pemanfaatan dan pengerahan segala sumber daya (pikiran, kemauan,
perasaan dan tenaga) untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Dilihat dari langkah-langkah
kegitan organisasi, maka yang dimaksud fungsi-fungsi organisasi mencakup sumber masukan (input),
proses, dan keluaran (output) dengan melibatkan feedback sebagai kontrol.
Menurut Simon, dalam pemecahan masalah akan terlibat dalam beberapa hal, yaitu :
-
kemungkinan tindakan ).
-
Aktivitas Pemilihan ( Memilih satu tindakan tertentu dari berbagai tindakan yang tersedia ).
Selanjutnya, teori manajemen ini akan dikemukan oleh G. Anthony dan Michael S. Scott Morton
(keduanya merupakan profesor MIT) yang dikenal dengan istilah Sistem Pendukung Pengambil
Keputusan (Deciasion Support System-DSS). Suatu sistem pendukung pengambil keputusan adalah suatu
sistem yang membantu seorang manajer atau sekelompok kecil manajer memecahkan suatu masalah.
DSS sebagai sebuah sistem yang memberikan dukungan kepada seorang manajer, atau kepada
sekelompok manajer yang relative kecil yang bekerja sebagai tim pemecah masalah, dalam memecahkan
masalah semi terstruktur dengan memberikan informasi atau saran mengenai keputusan tertentu.
Informasi tersebut diberikan oleh laporan berkala, laporan khusus, maupun output dari model matematis.
Model tersebut juga mempunyai kemampuan untuk memberikan saran dalam tingkat yang bervariasi.
Struktur Masalah dalam Suatu Manajemen Organisasi atau Perusahaan beserta Contoh Konkritnya
Terdapat permasalahan yang terjadi dalam suatu instansi baik berupa organisasi ataupun
perusahaan. Dan dalam tiap-tiap permasalahan tersebut terdapat adanya tingkatan-tingkatan tertentu,
antara lain :
-
Unstructured Problems
Adalah tingkatan permasalahan pada level TOP Manajemen yang sifatnya tidak terstruktur namun
memiliki karakteristik yang khas dalam kompleksitas masalah yang ada. Tidak akan diketahui oleh pihak
lain dan dapat menjadi rahasia suatu organisasi atau perusahaan. Masalah yang terjadi sangatlah rumit
untuk diatasi.
Marketing Problems (Masalah Pemasaran)
Permasalahan dalam hal pemasaran merupakan hal yang sulit diketahui terutama bagaimana cara
pengelolaan produksi dan penyebaran, apa saja yang menjadi kebutuhan masyarakat konsumen saat ini,
dan dimana lokasi-lokasi yang strategis. Seorang manajer perlu memahami dan mempelajari betul betapa
susahnya menyelesaikan masalah seperti ini. Cara yang perlu digunakan manajer tingkat TOP atau level
atas adalah menciptakan suatu produk dan jasa yang digemari oleh semua khalayak konsumen.
Pengelolaan yang spesik dan persebaran dengan lokasi yang strategis perlu dilakukan agar tidak terjadi
kesinambungan dalam polemik masalah tersebut.
Human Resource Problems (Masalah Sumber Daya Manusia)
Ada kalanya seorang manajer kelas atas memiliki masalah dalam hal pemanfaatan SDM dalam organisasi
atau perusahaan yang dikelolanya, masalah yang terjadi adalah seringnya missed-communication dengan
manajer dibawahnya atau bahkan dengan relasi-relasinya. Bagaimana manajer harus bisa mengatur SDM
dalam jumlah banyak dan mengimbanginya dengan produktivitas ketenagakerjaan yang teratur dan
tertib.
Manufacturing Problems (Masalah Penghasilan)
Suatu instansi, organisasi atau perusahaan yang menghasilkan produk, jasa atau informasi mengalami
masalah dalam hal hasil tersebut, dalam artian bahwa apa yang telah dibuat terkadang tidak membuat
para konsumen puas. Hal tersebut yang menjadikan seorang manajer kerepotan untuk membuat inovasi
yang unik dan menarik konsumen agar tidak merugikan produktivitas perusahaan
Financial Problems (Masalah Pendapatan)
Penghasilan per bulan adalah hasil yang wajib diberikan oleh instansi atau perusahaan kepada para SDM
sebagai upah hasil jerih payah mereka, namun seringkali para SDM atau buruh menuntut upah dinaikkan,
inilah yang menjadikan masalah pendapatan kian memburuk. Hasil kesepakatan bersama terkadang tidak
menguntungkan sepihak. Dan sebagai seorang manajer harus dapat memutar otaknya agar tidak
kehilangan SDM yang bermanfaat dan tidak mengurang pula hasil produksinya.
-
Semi-structured Problems
Adalah tingkatan permasalahan yang cukup kompleks dan sedikit rumit dalam penyelesaiannya dengan
struktur yang terlihat semu karena permasalahan ini dimiliki oleh para Manajer Madya atau posisi
manajemen level menengah. Dimana pada permasalahan ini korelasinya terkadang kacau karena
bergantung pada baik-buruknya seorang manajer mengkomunikasikan antara pihak yang satu dengan
yang lain atau sebagai perantara yang komunikan.
Marketing Problems (Masalah Pemasaran)
Permasalahan pada pemasaran yang terjadi pada manajer Madya atau pada pengelolaan Middle
Management terkait pada hal yang subjektif antara para pimpinan sta bidang pemasaran dengan
penangggungjawab pemasaran (Leader Sta Marketing). Manajer Madya harus mampu sebagai
penengah dan perantara yang terjadi akibat tidak adanya koordinasi yang baik terhadap beberapa pihak.
Human Resource Problems (Masalah Sumber Daya Manusia)
Persoalan ini terjadi dan sering bilamana seorang manajer Madya tidak mampu mengelola dan
mengkoneksikan antara lawatan para pimpinan sta di suatu bidang dengan beberapa bidang yang lain
atau mendiamkan masalah yang ada akan menimbulkan efektivitas pada SDM ketenagakerjaan yang
kacau. Perlu diwaspadai sebab dapat mengurangi esiensi kerja secara maksimal.
Manufacturing Problems (Masalah Penghasilan)
Penghasilan produksi yang dimiliki suatu instansi organisasi atau perusahaan terkadang mengalami
kendala tertentu dalam pengelolaannya. Seorang manajer Madya harus mampu memiliki strategi yang jitu
agar penghasilan produksi barang, jasa, dan informasi ada secara maksimal. Rata-rata mengalami
penurunan, namun terkadang sebaliknya mengalami kenaikan. Konvensi yang terjadi adalah bagaimana
cara seorang manajer Madya dapat mengatasi masalah pada penghasilan produk perusahaan yang
berlebih namun kurang diminati para konsumen. Jalan keluar haruslah dicari dan dimanfaatkan sebaik
mungkin.
Financial Problems (Masalah Pendapatan)
Pendapatan para karyawan yang seringkali mendapat komplain dari para pimpinan sta terkadang
berujung pada tindakan anarkis para buruh atau karyawan yang tidak dapat menerima pendapatan
mereka yang dinilai minim dan tidak sepadan dengan hasil jerih payah mereka. Sebagai manajer Madya
haruslah mampu menjembatani permasalahan ini karena pengawasan dan tanggungjawab masalah ini
hanya dapat dikomunikasikan kepada para atasan untuk mendapatkan jalan keluar yang lebih baik.
Sebagai penengah dalam suatu problematik, maka harus adil dan tidak memihak siapapun.
-
Structured Problems
Adalah tingkatan permasalah yang tidak begitu rumit dalam penanganannya, namun eksibilitas kurang
dan sering terjadi didalam suatu organisasi atau instansi suatu perusahaan. Permasalahan ini muncul dan
dihadapi oleh para manajer suatu bidang atau First Level Management. Permasalahan ini terlihat dan
terstruktur karena berkaitan langsung dengan para sta atau para pekerja.
Marketing Problems (Masalah Pemasaran)
Persebaran produk barang dan jasa serta informasi tertentu yang dimiliki suatu instansi organisasi atau
perusahaan menjadi tanggungjawab langsung para pimpinan sta atau manajer bidang tertentu. Sebagai
seorang manajer haruslah tahu dan pandai menemukan lokasi yang strategis, banyak minat konsumen,
dan tahu harga saing dalam pemasaran yang ada.
Human Resource Problems (Masalah Sumber Daya Manusia)
Pemberdayaan SDM adalah salah satu faktor kemajuan organisasi atau perusahaan untuk dijadikan
sebagai tenaga kerja yang ahli pada bidangnya merupakan tanggungjawab langsung Manajer sta
bidang tertentu. Namun, masalah yang sering terjadi adalah penempatan SDM yang tidak sesuai
bidangnya dan berakibat pada menghambatnya produktivitas instansi organisasi atau perusahaan. Perlu
diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan tertentu didalamnya.
Manufacturing Problems (Masalah Penghasilan)
Penghasilan produk barang, jasa, maupun informasi yang terjadi langsung merupakan tanggungjawab
seorang Manajer Sta atau First Level Management yang mana acapkali terjadi persoalan yang tidak
sesuai dengan pemikiran atau strategi yang dimiliki dalam menangani persoalan tertentu. Terkadang
produktivitas berlebih namun minat konsumen kurang, atau sebaliknya produktivitas tidak mampu
mengatasi permintaan para konsumen. Maka, wajib dan harus mampu memikirkan kembali serta memiliki
strategi yang ampuh bagaimana cara menanggulanginya.
Financial Problems (Masalah Pendapatan)
Pendapatan merupakan hak bagi para pekerja atau semua faktor SDM yang ada diperusahaan atau
organisasi tertentu sebagai ganti jerih payah mereka. Namun, permasalahan yang sering terjadi adalah
protes para pekerja mengenai gaji yang minim, sebagai manajer yang ahli maka harus memikirkan apa
yang terjadi dan bagaimana cara penyelesaian agar pendapatan mereka tidak berakibat dalam merugikan
perusahaan atau organisasi tersebut. Serta mampu bertindak dalam konsolidasi agar tidak terjadi
kesalahpahaman antara bawahan dengan pihak yang lebih atas.
Penerapan
Sistem
Informasi
Manajemen Bagi Perusahaan
Semua kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan memerlukan informasi. Demikian pula sebaliknya,
semua kegiatan menghasilkan informasi, baik yang berguna bagi perusahaan yang melaksanakan
kegiatan tersebut maupun bagi perusahaan lain diluar perusahaan yang bersangkutan, oleh sebab
informasi berguna untuk semua macam dan bentuk kegiatan dalam perusahaan.
Apabila sistem informasi manajemen dirancang dan dilaksanakan dengan baik, maka akan banyak
manfaat yang bisa diperoleh manajemen perusahaan, yaitu mempermudah manajemen dan membantu
serta menunjang proses pengambilan keputusan manajemen. Karena sistem informasi manajemen
menyediakan informasi bagai manajemen perusahaan dimana sistem informasi manajemen tersebut
dilaksanakan.
Sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan informasi memegang peranan penting.
Pentingnya peranan informasi bagi pemimpin adalah untuk mengambil keputusan sebagai dasar tindakan
di masa mendatang. Suatu keputusan yang dihasilkan dengan tidak berdasarkan pada penggunaan
informasi yang tepat akan berakibat pada pengambilan keputusan yang cukup fatal dan tidak dapat
dipergunakan untuk mencapai tujuan.
Manajemen menggunakan informasi untuk dua tujuan yaitu perencanaan dan pengawasan. Perencanaan
terjadi sebelum pelaksanaan aktivitas organisasi. Tujuan yang ditentukan oleh proses perencanaan harus
dicapai dengan aktivitas itu. Meskipun perencanaan meliputi semua tingkat organisasi, tetapi kebanyakan
terjadi pada tingkat keputusan strategis dan taktis.
Perencanaan banyak bergantung pada peramalan dan dan informasi dari luar. Pengendalian merupakan
hal mebandingkan hasil aktual dengan rencana yang ditentukan pada proses perencanaan. Demikian
pentingnya peranan sistem informasi manajemen dalam usaha pencapaian tujuan, sehingga jelaslah
bahwa penggunaan dari sistem informasi manajemennya harus dikaitkan dengan usaha-usaha
modernisasi, sedang proses modernisasi hanya dapat terjadi bila ditarik manfaatnya dari kemajuan yang
telah dicapai dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam manfaat dan peranan sistem informasi manajemen seorang pemimpin dapat mengikut sertakan
orang lain dalam arti memikirikan masalah bersama-sama dan bersama pula bertanggung jawab dalam
pencapaian tujuan perusahaan
Hampir di seluruh sektor bisnis di dunia ini menggunakan sistem informasi di perusahaan mereka. Bukan
hanya itu, mereka pun selalu berusaha melakukan berbagai macam cara untuk menggembangkan sistem
informasi yang digunakan di perusahaan mereka. Hal tersebut disebabkan karena sistem informasi
memegang peranan yang cukup penting dalam bisnis mereka. Adapun peranan dan fungsi utama dari
sistem informasi adalah..
1. Mendukung Operasi Bisnis .
Mulai dari akuntansi sampai dengan penelusuran pesanan pelanggan, sistem informasi menyediakan
dukungan bagi manajemen dalam operasi/kegiatan bisnis sehari-hari. Ketika tanggapan/respon yang
cepat menjadi penting, maka kemampuan Sistem Informasi untuk dapat mengumpulkan dan
mengintegrasikan informasi keberbagai fungsi bisnis menjadi kritis/penting.
2. Mendukung Pengambilan Keputusan Managerial.
Sistem informasi dapat mengkombinasikan informasi untuk membantu manager menjalankan
menjalankan bisnis dengan lebih baik, informasi yang sama dapat membantu para manajer
mengidentikasikan kecenderungan dan untuk mengevaluasi hasil dari keputusan sebelumnya. Sistem
Informasi akan membantu para manajer membuat keputusan yang lebih baik, lebih cepat, dan lebih
bermakna.
3. Mendukung Keunggulan Strategis.
Sistem informasi yang dirancang untuk membantu pencapaian sasaran strategis
perusahaan dapat
informasi dalam bentuk komunikasi kantor elektronik. Contoh dari oce automation (OA) adalah word
processing, surat elektronik (electronic mail),teleconferencing, dan lain-lain.
2. Sistem Informasi untuk Pengambilan Keputusan Manajemen.
Sistem informasi manajemen atau SIM (management information system) adalah sistem informasi yang
dirancang untuk menyediakan informasi akurat, tepat waktu, dan relevan yang dibutuhkan untuk
pengambilan keputusan oleh para manajer. Konsep SIM adalah meniadakan pengembangan yang tidak
esien dan penggunaan komputer yang tidak efektif. Konsep SIM sangat penting untuk sistem informasi
yang efektif dan esien oleh karena:
Menekankan pada orientasi manajemen (management orientation) dari pemrosesan informasi pada
bisnis yang bertujuan mendukung pengambilan keputusan manajemen (management decision making).
Menekankan bahwa kerangka sistem (system framework) harus digunakan untuk mengatur penggunaan
sistem informasi. Penggunaan sistem informasi pada bisnis harus dilihat sebagai suatu integrasi dan
berhubungan, tidak sebagai proses yang berdiri sendiri.
Secara garis besar SIM terdiri dari 3 macam yakni:
Information Reporting Systems
Information reporting systems (IRS) menyediakan informasi produk bagi manajerial end users untuk
membantu mereka dalam pengambilan keputusan dari hari ke hari. Akses data IRS berisi informasi
tentang operasi internal yang telah diproses sebelumnya oleh transaction processing systems. Informasi
produk memberi gambaran dan laporan yang dapat dilengkapi (1) berdasarkan permintaan, (2) secara
periodik, atau (3) ketika terjadi situasi pengecualian. Sebagai contoh, manajer penjualan dapat menerima
laporan analisa penjualan setiap minggunya untuk mengevaluasi hasil penjualan produk.
Decision Support Systems
Decision support systems (DSS) merupakan kemajuan dariinformation reporting systems dan transaction
processing systems. DSS adalah interaktif, sistem informasi berbasis komputer yang menggunakan model
keputusan dan database khusus untuk membantu proses pengambilan keputusan bagi manajerial end
users. Sebagai contoh, program kertas kerja elektronik memudahkan manajerial end user menerima
respon secara interaktif untuk peramalan penjualan atau keuntungan.
Executive Information Systems
Executive information systems (EIS) adalah tipe SIM yang sesuai untuk kebutuhan informasi strategis
bagi manajemen atas. Tujuan dari sistem informasi eksekutif berbasis komputer adalah menyediakan
akses yang mudah dan cepat untuk informasi selektif tentang faktor-faktor kunci dalam menjalankan
tujuan strategis perusahaan bagi manajemen atas. Jadi EIS harus mudah untuk dioperasikan dan
dimengerti (Obrien, 2000).
3. Sistem Informasi untuk Keuntungan Strategis
Sistem informasi dapat memainkan peran yang besar dalam mendukung tujuan strategis dari sebuah
perusahaan. Sebuah perusahaan dapat bertahan dan sukses dalam waktu lama jika perusahaan itu
sukses membangun strategi untuk melawan kekuatan persaingan yang berupa (1) persaingan dari para
pesaing yang berada di industri yang sama, (2) ancaman dari perusahaan baru, (3) ancaman dari produk
pengganti, (4) kekuatan tawar-menawar dari konsumen, dan (5) kekuatan tawar-menawar dari pemasok.
Kelima faktor tersebut merupakan hal-hal yang harus diperhatikan dalam membangun upaya peamsaran
yang mengarah kepada competitive advantage strategies. Hubungan kelima faktor tersebut dapat
digambarkan seperti pada gambar 2 berikut.
2
Beberapa strategi bersaing yang dapat dibangun untuk memenangkan persaingan adalah:
1. Cost leadership (keunggulan biaya) menjadi produsen produk atau jasa dengan biaya
rendah.
2. Product dierentiation (perbedaan produk) mengembangkan cara untuk menghasilkan
produk atau jasa yang berbeda dengan pesaing.
3. Innovation menemukan cara baru untuk menjalankan usaha, termasuk di dalamnya
pengembangan produk baru dan cara baru dalam memproduksi atau mendistribusi produk
dan jasa.
Peran Strategis Untuk Sistem Informasi
Sistem informasi manajemen (SIM) dapat menolong perusahaan untuk (1) meningkatkan esiensi
operasional, (2) memperkenalkan inovasi dalam bisnis, dan (3) membangun sumber-sumber informasi
strategis.
1. Meningkatkan esiensi operasional
Investasi di dalam teknologi sistem informasi dapat menolong operasi perusahaan menjadi lebih esien.
Esiensi operasional membuat perusahaan dapat menjalankan strategi keunggulan biaya (low-cost
leadership).
Dengan menanamkan investasi pada teknologi sistem informasi, perusahaan juga dapat menanamkan
rintangan untuk memasuki industri tersebut (barriers to entry) dengan jalan meningkatkan besarnya
investasi atau kerumitan teknologi yang diperlukan untuk memasuki persaingan pasar.
Selain itu, cara lain yang dapat ditempuh adalah mengikat (lock in) konsumen dan pemasok dengan cara
membangun hubungan baru yang lebih bernilai dengan mereka.
2. Memperkenalkan inovasi dalam bisnis
Penggunaan ATM (automated teller machine) dalam perbankan merupakan contoh yang baik dari inovasi
teknologi sistem informasi. Dengan adanya ATM, bank-bank besar dapat memperoleh keuntungan
strategis melebihi pesaing mereka yang berlangsung beberapa tahun.
Penekanan utama dalam sistem informasi strategis adalah membangun biaya pertukaran (switching
costs) ke dalam hubungan antara perusahaan dengan konsumen atau pemasoknya. Sebuah contoh yang
bagus dari hal ini adalah sistem reservasi penerbangan terkomputerisasi yang ditawarkan kepada agen
perjalanan oleh perusahaan penerbangan besar. Bila sebuah agen perjalanan telah menjalankan sistem
reservasi terkomputerisasi tersebut, maka mereka akan segan utnuk menggunakan sistem reservasi dari
penerbangan lain.
3. Membangun sumber-sumber informasi strategis
Teknologi sistem informasi memampukan perusahaan untuk membangun sumber informasi strategis
sehingga mendapat kesempatan dalam keuntungan strategis. Hal ini berarti memperoleh perangkat keras
dan perangkat lunak, mengembangkan jaringan telekomunikasi, menyewa spesialis sistem informasi, dan
melatihend users.
Sistem informasi memungkinkan perusahaan untuk membuat basis informasi strategis (strategic
information base) yang dapat menyediakan informasi untuk mendukung strategi bersaing perusahaan.
Informasi ini merupakan aset yang sangat berharga dalam meningkatkan operasi yang esien dan
manajemen yang efektif dari perusahaan. Sebagai contoh, banyak usaha yang menggunakan informasi
berbasis komputer tentang konsumen mereka untuk membantu merancang kampanye pemasaran untuk
PENDAHULUAN
Diskripsi Singkat:
Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen (SIM) ini dirancang untuk
memberi pengetahuan mendasar kepada mahasiswa tentang philosopy
dan skills yang diperlukan bagi pengembangan dan pemanfaatan sistem
informasi yang berbasis Komputer (computer based information
sistem). Titik berat pembahasan akan ditekankan pada kecocokan sistem
informasi pada kegiatan organisasi.
opik-topik yang akan dibahas dalam mata kuliah ini antara lain mencakup penguasaan
konsep dasar basis data (data base), sistem pendukung keputusan
(decision support sistem) dan expert systems.
TujuanMata Kuliah :
Mata kuliah SIM ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada
mahasiswa tentang bagaimana memanfaatkan sistem informasi sebagai
alat bantu dalam proses pengambilan keputusan manajemen.
BAB 1
PENGANTAR
MANAJEMEN
SISTEM
INFORMASI
MANAJEMEN INFORMASI
Dampak Perubahan Dunia Global
SISTEM INFORMASI
http://bayu96ekonomos.les.wordpress.com/2008/09/gmbr-4-sim.jpg?w=645
Keterangan Gambar :
BAB 2
* On line sistem
FDengan maksud menghindari kelambatan waktu dalam
pemrosesan sistem Batch, dengan sistem on-line setiap transaksi
dimasukkan langsung ke Komputer ketika terjadi transaksi.
http://bayu96ekonomos.les.wordpress.com/2008/09/gmbr-6-sim.jpg?w=645
BAB 3
1. PENGERTIAN ORGANISASI
Organisasi yaitu kumpulan orang orang yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang dilakukan berdasar atas suatu aturan tertentu
dan penjabaran fungsi pekerjaan secara formal serta memiliki
struktur formal, stabil yang membutuhkan sumberdaya dari
lingkungan dan memprosesnya untuk menghasilkan output/keluaran
yang maksimal .
2. Tujuan
a.Secara umum Agar proses pekerjaan tercapai dengan
cara diatur, disusun sehingga seluruh pekerjaan dapat
diselesaikan secara efektif dan esien.
b.Secara khusus
1.Bidang agama> meningkatkan pendidikan moral dan iman.
2.Bidang sosial>kemanusiaan
3.Bidang ekonomi > mencari laba
4.Bidang politik> mencari kekuasaan
3.Manfaat
Agar pelaksanaan tugas dilakukan lebih baik terkoordinir dan tujuan
serta jalannya pekerjaan tercapai secara efektif dan esien.
4. Asas / prinsip organisasi
a.Asas / prinsip perumusan dan penentuan tujuan
b.Asas / prinsip pembagian kerja
c.Asas / prinsip pendelegasian wewenang
d.Asas / prinsip organisasi
e.Asas / prinsip esiensi sederhana
f.Asas / prinsip pengawasan umum
5. Struktur Organisasi
a.Struktur Organisasi Garis Digunakan pada perusahaan / lembaga
yang sederhana / kecil
b.Struktur Organisasi Fungsional Susunan organisasi yang
memberikan gambaran pembagian tugas dan wewenang menurut
fungsi pekerjaan
c.Organisasi membutuhkan sistem informasi, agar tujuan dan
kepentingan organisasi dapat tercapai.
Gambar 7
Pengetahuan.
Dalam masyarakat paska industri, yaitu ekonomi paska industri
tahun 1960-an. Sektor pelayanan mendominasi aktivitas
perekonomian. Sektor pelayanan itu sendiri sangat mengutamakan
knowledge worker(ilmuan, ahli tehnik, dan bahkan manajer) dan data
worker seperti sekretaris, akuntan atau sales people. Dalam
masyarakat paska ekonomi industri global, industri manufaktur
dipindahkan kenegara-negara berupah rendah dan high skill,
sementara pekerjaan berbasis pengetahuan (knowledge based)
tumbuh dengan cepat di negara-negara maju dengan upah yang
tinggi.
h.Teori Budaya : Teknologi Informasi dan Asumsi Dasar.
Teknologi informasi dapat mengancam atau mendukung budaya
sebuah organisasi. Berkembangnya teknologi komputer mikro
mengancam
manufaktur
komputer
mainframe
dan
para
pelanggannya. Sebaliknya, Teknologi informasi dapat mendukung
budaya dalam organisasi, sebagaimana yang terjadi dalam industri
asuransi yang menggunakan teknologi komputer untuk menekan cost.
Khususnya dalam memproses klaim.
i.Teori Politik : Teknologi Informasi sebagi sumber daya Politik
Organisasi dibagi ke dalam sub-sub kelompok fungsional
sepertipemasaran, akuntasi, dan produksi. Kelompok-kelompok
inimempunyai nilai (value) yang berbeda dan mereka bersaing untuk
mendapatkan resources, membuat kompetisi dan konik. Teori politik
menggambarkan sistem informasi sebagai outcome dari persaingan
politik antar sub-sub kelompok untuk mempengaruhi kebijakan,
prosedur, dan resources organisasi.
Faktor Faktor yang perlu dipertimbangkan pada rencana-rencana
sistem, Yaitu :
1.Lingkungan dimana organisasi harus melakukan fungsi
2.Struktur organisasi, Hirarki, spesialisasi, standart prosedur
operasi
3.Budaya dan politik organisasi
4.Tipe organisasi
5.Kemampuan mendukung dan memahami top manajemen
6.Level organisasi dimana sistem diadakan
7.Kelompok kepentingan utama yang dipengaruhi sistem
8.Jenis tugas dan keputusan dalam mana sistem informasi didesain
9.Sentimen dan sikap karyawan dalam organisasi yang akan
menggunakan sistem informasi
10.Riwayat organisasi: investasi dalam bidang teknologi informasi
yang telah dilakukan skill yang dimiliki, program-program
penting, dan sumber daya manusia.
K
Koonnsseepp D
Daassaarr SSiisstteem
m
Terdapat 2 kelompok pendekatan yang digunakan dalam
mendenisikan sistem, yaitu :
Gambar 8
Gambar 2.1 Mekanisme Kerja Sistem
Sasaran sistem mempengaruhi dan sering mengendalikan konten
masukan menjadi keluaran.
2.1.3 Lingkungan
Setiap sistem (barangkali kecuali sistem jagad raya) secara sik
terbatas. Alam yang terletak di luar suatu sistem dinamai lingkungan
sistem. Suatu batas sistem memisahkan sistem itu dengan
lingkungannya. Walaupun batas-batas sistem tertentu tidak kelihatan
dan mungkin sukar ditetapkan secara pasti, setiap sistem pasti dibatasi
oleh batas-batas tertentu.
2.1.4 Saling Kebergantungan
Setiap sistem mempunyai saling kebergantungan. Selain memiliki
subsistem-subsistem yang erat berkaitan, suatu sistem pada dasarnya
merupakan bagian integral dari sistem lain yang lebih besar. Hubungan
antara subsistem dengan sistem dan dengan supersistem dinamai hirarki
sistem.
2.1.5 Jaringan Kerja Sistem
Jaringan kerja sistem menggambarkan macam saling kebergantungan
yang lain. Jaringan kerja (network) terbentuk bilamana sebuah sistem
digabungkan dengan sistem lain yang tingkat hirarkinya sama. Sistemsistem yang membentuk jaringan kerja berinteraksi satu sama lain
melalui penghubung (kopling/coupling) atau batas bersama (shared
boundaries) yang dinamakan antarmuka (interfaces). Antarmuka ini
memungkinkan sumber daya mengalir di antara sistem-sistem yang
berinteraksi.
Subsistem-subsistem yang saling bergantung dalam suatu sistem
tunggal juga membentuk jaringan kerja, karena mereka saling
berhubungan. Sumber daya mengalir di antara subsistem-subsistem,
dengan keluaran dari satu subsistem menjadi masukan bagi subsistem
lain yang berantarmuka.
Konsep saling kebergantungan sistem ini berguna dalam studi sistem
informasi. Konsep ini mengingatkan analis bahwa sebuah sistem atau
subsistem tidak boleh dilihat secara terpisah dari sistem atau subsistem
lain yang terkait dengannya. Konsep ini juga mengatakan bahwa analis
dapat berpindah ke tingkat sistem yang lebih rendah hirarkinya guna
menyempitkan cakupan analisis.
2.1.6 Kendala
Setiap sistem menghadapi kendala, batasan-batasan intern atau ekstern
yang menentukan kongurasi atau kemampuan sistem. Batas / boundary
sistem, misalnya, merupakan kendala sik yang menentukan ukuran dan
bentuk sistem. Dalam beberapa keadaan kendala dapat dihilangkan atau
dikurangi. Cara yang biasa digunakan untuk engurangi kendala yang
mempengaruhi operasi dikenal dengan dekopling (decoupling).
2.1.7 Pengendalian Sebagai Konsep Inti Sistem
Pengendalian dapat dianggap sebagai konsepsi inti sistem, karena faktor
inilah yang menjiwai ide pokok dari pengembangan sebuah sistem dan
sekaligus juga merupakan manifestasi nyata dari tiap sistem. Sistemsistem dibentuk secara langsung atau tidak, untuk melakukan
pengendalian, misal :
Pemerintah dibentuk untuk menentukan apa yang boleh dilakukan
dalam masing-masing yuridiksinya.
Sistem kardiovaskuler bertanggung jawab untuk mengontrol aliran
darah dan pendistribusian oksigen dalam tubuh.
Pengendalian bisa berarti menciptakan atau memelihari nilai atau
karakteristik suatu variabel agar selalu berada dalam batas yang telah
ditentukan. Melakukan pengendalian berarti menyebabkan segala
sesuatu berjalan sesuai keinginan atau rencana sehingga suatu tujuan
akhir bisa tercapai. Setiap sistem harus mengatur subsistemsubsistemnya agar dapat mencapai sasaran. Pengendalian adalah proses
regulasi (pengaturan) yang dilakukan sistem untuk mengoreksi setiap
penyimpangan dari rangkaian langkah menuju sasaran yang diinginkan.
Pengendalian anggaran, pengendalian mutu, pengendalian kredit, dan
pengendalian sediaan, merupakan proses-proses pengendalian yang
biasa dilakukan perusahaan.
Pengendalian yang efektif tergantung pada umpan balik. Melalui umpan
balik, keluaran sistem dukur terhadap standar untuk menentukan
penyimpangan, yang kemudian dikoreksi dengan mengubah masukan
atau proses. Pengendalian yang efektif dalam konteks suatu sistem juga
ditegaskan dengan kaidah keragaman keperalihan (law of requisite
Variety). Menurut kaidah ini, sistem yang baik harus memiliki satu atau
lebih mekanisme atau variasi pengendalian untuk menanggulangi setiap
kemungkinan keadaan lepas kendali.
Konsep Dasar Informasi 2.2
Informasi dibutuhkan oleh manajemen untuk menghindari proses
enthropi. Proses enthropi adalah proses berakhirnya keberadaan suatu
sistem manajemen yang didahului kondisi tanpa pola dan tidak menentu.
Informasi adalah hasil pengolahan data yang dapat digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan. Data sebagai bahan baku informasi
adalah gambaran kejadian yang berwujud karakter, angka, atau simbol
tertentu yang memiliki arti.
Perusahaan-perusahaan saat ini memiliki peluang untuk menciptakan website yang reliabel dan strategistrategi yang dapat mendukung e-commerce dan e-business. Lebih mendalam, pendapatan, liabilitas,
reputasi, kesan merek dan bahkan kemampuan perusahaan untuk bertahan.
Pengembangan sistem informasi yang baru membutuhkan suatu perencanaan sistem teknologi informasi.
Pembuatan perencanaan strategis sistem teknologi informasi adalah sebagai langkah awal dalam
membuat perencanaan sistem teknologi informasi. Pada tahap awal penelitian dilakukan studi literatur
tentang sistem informasi dan perencanaan strategis sistem teknologi informasi. Tahap selanjutnya
dilakukan pengumpulan data dan informasi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Tahap berikutnya
dilakukan analisis bisnis dan analisis sistem teknologi informasi. Analisis bisnis yang dilakukan adalah
analisis 5 competitive forces model Porter, analisis Strength Weaknesses Opportunity Threaths (SWOT),
analisis value chain. Analisis sistem teknologi informasi yang dilakukan adalah analisis Information
System Strategic Grid model McFarlan dan analisis kesenjangan. Bagian akhir analisis dilengkapi dengan
rekomendasi strategi untuk pengembangan sistem teknologi informasi. Perbandingan antara kondisi
sistem teknologi informasi XYZ dan kedua kompetitornya, yaitu THF dan MAF, dari segi teknis dan
spesikasinya adalah tidak jauh berbeda.
Efesiensi dan Efektivitas itu saling berkait. Lebih mudah bersikap efektif seandainya orang mengabaikan
efesiensi. Contoh Esiensi dan Keefektifan dalam Manajemen :
Packard-Bell dapat memproduksi komputer-komputer yang mahal dengan ciri-ciri komputasi tingkat
atas yang sangat hebat seandainya perusahaan itu mengabaikan biaya-biaya masukan bahan dan tenaga
kerja. Dan sejumlah lembaga pemerintah federal telah dikritik terus-menerus berdasarkan alasan bahwa
mereka itu cukup efektif tetapi sangat tidak esien. Artinya mereka memang menyelesaikan tugas-tugas
mereka tetapi dengan biaya amat tinggi. Oleh karena itu manajemen menaruh perhatian bukan pada
perampungan kegiatan-kegiatan dan mencapai sasaran-sasaran organisasi ( efektitas atau hasil guna ).
thumbnail
Negera Indonesia adalah negera besar . Salah satu negara yang termasuk kawasan Asia Tenggara ini
memiliki luas wilayah sebesar 1,904,569 km2 yang terbentang dari Sabang hingga Merauke. Luas
wilayah yang demikian besarnya masih terbagi-bagi menjadi belasan ribu kepulauan dengan akses ke
daerah satu dengan daerah lain tidak selalu mudah. Hal ini disebabkan karena pembangunan diberbagai
aspek kehidupan, khususnya pembangunan dalam bidang transportasi belum merata menjangkau ke
semua daerah. Tidak hanya itu, jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa merupakan
jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia dengan tingkat heterogenitas suku, budaya, agama, dan ras
yang tinggi. Kondisi demikian menjadi tantangan tersendiri bagi pengelolaan birokrasi di Indonesia.
Negara yang memiliki sekitar 13.487 pulau ini beribu kota di Jakarta yang terletak di Pulau Jawa. Oleh
sebab itu, Pulau Jawa menjadi salah satu pusat peradaban, moderenisasi, dan pemerintahan. Maka
tidaklah heran segala aktivitas vital yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara terpusat di Pulau
Jawa. Keadaan demikian tentu menjadi penghalang bagi masyarakat-masyarakat non-Pulau Jawa untuk
mengakses berbagai kepentingannya sebagai warga negara, termasuk dalam hal ini yang berkaitan
dengan birokrasi. Maka sejak reformasi yang bergulir pada tahun 1998 Indonesia mengubah dari sistem
pemerintahan sentralistik menjadi sistem pemerintahan desentralisasi. Maksud dari perubahan ini adalah
, pemerintah berharap pelayanan publik di daerah akan semakin baik dengan menggali keinginan dan
kebutuhan masyarakat daerah tersebut. Sehingga kebijakan dan pelayanan publik yang diberikan
benar-benar merepresentasikan harapan dan karakteristik masing-masing daerah. Sehingga prinsip
efektivitas dan esiensi birokrasi yang dicita-citakan dapat tercapai.
Namun pada kenyataannya, desentralisasi yang dicita-citakan akan memberikan pelayanan publik yang
maksimal di seluruh wilayah Indonesia tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Di sisi lain
permasalahan baru muncul, desentralisasi justru menjadi celah berkembangnya tindakan korupsi yang
semakin merajalela. Jika pada sistem sentralistik, cenderung pejabat pusat yang melakukan tindak
pidana korupsi karena kewenangannya yang tidak terbatas, sedangkan pada sistem desentralisasi
pejabat daerah pun dapat melakukan tindakan korupsi. Hal ini terjadi mengingat mereka kini juga
memiliki kekuasaan yang besar pada proses penyelenggaraan negara, termasuk dalam hal pelayanan
publik.
Maka tidaklah heran, apabila kita pernah mendengar bahwa semboyan para birokrat Indonesia adalah
kalau bisa sulit kenapa dipermudah?. Karena dengan semboyan tersebut maka setiap aspek
penyelenggaraan negara terutama dalam hal pelayanan publik dapat digunakan untuk mengumpulkan
pundi-pundi uang tambahan bagi Sang Birokrat. Masyarakat yang mendapat pelayanan yang cepat dan
baik adalah mereka yang mau membayar pungutan-pungutan liar. Sedangkan yang tidak mau membayar,
akan cenderung dikesampingkan dan diperlambat. Akibatnya prinsip birokrasi yang seharusnya efektif
dan esien justru menjadi birokrasi yang sulit dan berbelit-belit.
Selain itu, sistem birokrasi yang dikelola masing-masing daerah juga tidak terintegrasi dengan baik
dengan pemerintah pusat. Akibatnya pengawasan dan evaluasi peyelenggaran negara oleh pemerintah
pusat di masing-masing daerah sangat lemah. Hal ini kembali menjadi celah untuk melakukan tindak
pidana korupsi. Contoh yang sering kita dengar adalah masalah korupsi dalam hal pengadaan barang,
baik dengan sistem lelang, tender, maupun sistem yang lainnya. Sebelum adanya e-procurenment sistem
pengadaan barang tersebut cenderung dilakukan secara tertutup. Masyarakat pun juga memiliki tingkat
keasadaran yang rendah dalam pengawasan penyelenggaraan negara. Konsdisi demikian membuat
sejumlah pejabat terkait dengan mudah melakukan deal-deal tertentu dengan pengusaha. Sehingga
pengadaan barang yang seharusnya untuk memenuhi kebutuhan publik justru menjadi kesempatan untuk
meraup keuntungan pihak atau kelompok tertentu. Akibatnya tidak jarang anggaran untuk proyek-proyek
tertentu di daerah digelembungkan dari sewajarnya.
Dengan segala permasalahan yang semakin hari semakin rumit tersebut sudah selayaknya dilakukan
reformasi birokrasi untuk menunjang terciptanya Good Governence yang dicita-citakan oleh hampir
semua negara di dunia ini. Salah satu alternatif reformasi birokrasi tersebut adalah dengan memanfaat
teknologi atau sistem informasi yang kini berkembang semakin cepat dan semakin canggih.
Gagasan e-Government
Perkembangan teknologi yang semakin canggih menyebabkan semakin beragamnya sistem informasi
yang berkembang. Kondisi ini juga didukung oleh kemampuan nansial masyarakat yang semakin
berkembang dari hari ke hari, maka sebagian besar masyarakat kini memiliki teknologi yang setidaknya
akan memudahkan komunikasinya. Namun ternyata sistem informasi yang ada kini tidak hanya
mempermudah hubungan antar individu saja tetapi juga mempermudah hubungan antara pemerintah
dengan warga negaranya.
Salah satu konsep yang mempermudah hubungan tersebut adalah sistem E-Government. E-Government
yang juga disebut e-gov, digital government, online government atau dalam konteks tertentu
transformational government adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan
informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan
pemerintahan. Berdasarkan denisi dari World Bank, eGovernment adalah penggunaan teknologi
informasi oleh pemerintah (seperti : Wide Area Network, Internet dan mobile computing) yang
memungkinkan pemerintah untuk mentransformasikan hubungan dengan masyarakat, dunia bisnis dan
pihak yang berkepentingan. (www.worldbank.org). Dalam prakteknya,eGovernment adalah penggunaan
Internet untuk melaksanakan urusan pemerintah dan penyediaan pelayanan publik yang lebih baik dan
cara yang berorientasi pada pelayanan masyarakat.
E-Government dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, atau administrasi publik, untuk meningkatkan
esiensi internal, menyampaikan pelayanan publik, atau proses kepemerintahan yang demokratis. Model
penyampaian yang utama adalah Government-to-Citizen atau Government-to-Customer (G2C),
Government-to-Business (G2B) serta Government-to-Government (G2G). Keuntungan yang paling
diharapkan dari e-government adalah peningkatan esiensi, kenyamanan, serta aksesibilitas yang lebih
baik dari pelayanan publik.
Secara ringkas tujuan yang ingin dicapai dengan implementasi eGovernment adalah untuk menciptakan
customer online dan bukan in-line. eGovernment bertujuan memberikan pelayanan tanpa adanya
intervensi pegawai institusi publik dan sistem antrian yang panjang hanya untuk mendapatkan suatu
pelayanan yang sederhana. Selain itu eGovernment juga bertujuan untuk mendukung good governance.
Penggunaan teknologi yang mempermudah masyarakat untuk mengakses informasi dapat mengurangi
korupsi dengan cara meningkatkan transparansi dan akuntabilitas lembaga publik. eGovernment dapat
memperluas partisipasi publik dimana masyarakat dimungkinkan untuk terlibat aktif dalam pengambilan
keputusan/kebijakan oleh pemerintah. eGovernment juga diharapkan dapat memperbaiki produktitas
dan esiensi birokrasi serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Adapun konsep dari eGovernment
adalah menciptakan interaksi yang ramah, nyaman, transparan dan murah antara pemerintah dan
masyarakat (G2C-government to citizens), pemerintah dan perusahaan bisnis (G2B-government to
business enterprises) dan hubungan antar pemerintah (G2G-inter-agency relationship).
Di Indonesia, gagasan tentang E-Government ini mulai berkembang sejak tahun 2000-an. Pada saat itu
berbagai usaha mulai dilakukan untuk menginternetkan pemerintah, baik di sisi proyek, maupun karena
desakan masalah transparansi pada masyarakat. Melihat tingginya desakan untuk melakukan
internetisasi serta semakin sadarnya pemerintah pentingnya birokrasi sebagai urat nadi pemerintahan
dan birokrasi yang baik adalah yang efektif dan esien maka tidak sedikit uang rakyat digunakan bagi
pengembangan teknologi informasi bagi operasionalisasi pemerintahan dan pelayanan umum.
Sedangkan dari pemerintah sendiri inisiatif e-Government di Indonesia telah diperkenalkan melalui
Instruksi Presiden No. 6/2001 tgl. 24 April 2001 tentang Telematika (Telekomunikasi, Media dan
Informatika) yang menyatakan bahwa aparat pemerintah harus menggunakan teknologi telematika untuk
mendukung good governance dan mempercepat proses demokrasi. Lebih jauh lagi, eGovernment wajib
diperkenalkan untuk tujuan yang berbeda di kantor-kantor pemerintahan. Administrasi publik adalah
salah satu area dimana internet dapat digunakan untuk menyediakan akses bagi semua masyarakat yang
berupa pelayanan yang mendasar dan mensimplikasi hubungan antar masyarakat dan pemerintah.
Meskipun masih relatif muda, namun sistemnya sudah cukup baik. Namun demikian, E-Government belum
menunjukkan manfaat yang signikan bagi efektitas dan esiensi jalannya pemerintahan dan pelayanan
umum yang terbaik. Masih terdapat pulau-pulau E-Government yang terbentuk dalam NKRI dan
memperlebar jurang integrasi database nasional.
Di balik kelemahan-kelemahan tersebut ternyata masih banyak pihak yang memperjuangkan akan tetap
berjalannya e-goverenment. Pada tanggal 27 Juni 2005 Bambang Dwi Anggono, biasa di panggil Ibenk,
membentuk
mailing
list
egov-indonesia@yahoogroups.com
tempat
berdiskusinya
para
aktis
e-government Indonesia, pada pertengahan 2006 telah melibatkan hampir 400 aktis di dalamnya.
Mailing list egov-indonesia merupakan mailing list paling aktif diantara berbagai tempat diskusi egov dan
berusaha menjebatani keterbatasan kemampuan daerah dan pusat melalui kebersamaan dan saling
mendukung dengan mengesampingkan ego sektoral. Sinergi antara Akademisi, Bisnis dan Government
diyakini akan mampu membawa E-Government ke arah yang lebih baik.
Prinsip Efektivitas dan Esiensi Birokrasi
Terkait dengan sistem birokrasi Indonesia yang cenderung lambat dan berbelit-belit, maka kalangan
tertentu mengemukakan pentingnya reformasi birokrasi. Kata reformasi diarahkan pada terwujudnya
esiensi, efektivitas, dan clean government. Reformasi ini diarahkan pada perubahan masyarakat yang
termasuk didalamnya masyarakat birokrasi, dalam pengertian perubahan ke arah kemajuan. Dalam
pengertian ini perubahan masyarakat diarahkan pada development (Susanto, 180). Khan (1981)
memberi pengertian reformasi sebagai suatu usaha perubahan pokok dalam suatu sistem birokrasi yang
bertujuan mengubah struktur, tingkah laku, dan keberadaan atau kebiasaan yang telah lama.Sedangkan
Quah (1976) mendenisikan reformasi sebagai suatu proses untuk mengubah proses, prosedur birokrasi
publik dan sikap serta tingkah laku birokrat untuk mencapai efektivitas birokrasi dan tujuan
pembangunan nasional. Aktivitas reformasi sebagai padanan lain dari change, improvement, atau
modernization.
Dari pengertian ini, maka reformasi ruang lingkupnya tidak hanya terbatas pada proses dan prosedur,
tetapi juga mengaitkan perubahan pada tingkat struktur dan sikap tingkah laku (the ethics being). Arah
yang akan dicapai reformasi antara lain adalah tercapainya pelayanan masyarakat secara efektif dan
esien.
Istilah efektivitas dan esiensi merupakan konsep engineering yang diadaptasi dari sektor privat, yang
kemudian dalam perkembangannya diterapkan dalam sektor publik yakni pemerintah. Efektivitas adalah
pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau
pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektitas bisa juga diartikan sebagai
pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Sebagai contoh jika
sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut
adalah benar atau efektif. Sedangkan esiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna
pencapaian hasil yang optimum. Esiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan
dan berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut Apabila
membicarakan efektivitas dan esiensi maka harus dihubungkan dengan sasaran dan tujuan yang ingin
dicapai dari kegiatan tersebut.
Dalam pelayanan publik apabila kedua hal diperbandingkan maka efektivitas jauh lebih penting dari
esiensi. Suatu pelayanan publik yang tidak esien masih dapat dimaklumi sepanjang pelayanan itu
efektif bagi masyarakat (Putra :19).Efektivitas dapat dilihat dari 3 pendekatan yakni (Putra:22)
Pendekatan Sasaran (goal approach), mengukur efektivitas dari segi output.
Pendekatan Sumber (system resource approach), melihat dari inputnya
Pendekatan Proses (process approach), yakni menekankan pada faktor internal organisasi publik,
seperti esiensi dan iklim organisasi.
Akan tetapi walaupun pelayanan publik lebih menekankan efektivitas daripada efeisiensi, dalam tataran
praktis konsep efektivitas tidak dapat dipisahkan dari konsep esiensi. Unsur esiensi adalah salah satu
determinan untuk mengetahui apakah suatu kegiatan bisa dikategorikan efektif atau tidak sebagaimana
pendekatan ketiga.
Sementara itu Birokrasi diartikan sebagai kekuasaan atau pengaruh dari para kepala dan staf biro
pemerintah. Dalam pengertian selanjutnya birokrasi adalah pegawai pemerintah, yang menjalankan dan
menyelenggarakan tugas yang ditentukan oleh konstitusi, menjalankan program pembangunan,
pelayanan publik, dan penerapan kebijakan pemerintah, yang biasanya disebut pegawai Sipil (Rozi:10).
Dalam hal di Indonesia lebih dikenal dengan istiah Aparatur Pemerintah.
Birokrasi dalam pengertian keseharian selalu dimaknai institusi resmi yang melakukan fungsi pelayanan
terhadap kebutuhan dan kepentingan masyarakat (Tjokrowinoto:112). Segala bentuk upaya pemerintah
dalam mengeluarkan produk kebijakannya semata-mata dimaknai sebagai manifestasi dari fungsi
melayani orang banyak. Walaupun persepsi ini mengandung titiktitik kelemahan, namun sampai saat ini
pemerintah yang diwakili oleh institusi birokrasi tetap saja diakui sebagai motor penggerak
pembangunan. Pemaknaan birokrasi sebagai organ pelayanan bagi masyarakat luas tentu merupakan
pemaknaan yang bersifat idealis, dan pemaknaan ideal terhadap fungsi pelayanan yang diperankan
kesejahteraan
dengan
menggunakan
e-Government
sebagai
sarana.
Pendayagunaan
penerapan e-Government di Eropa diperoleh bahwa 5 negara (Denmark, Perancis, Italia, Swedia dan
Finlandia ) telah berhasil menerapkan pelayanan elektronik secara penuh untuk beberapa jenis pelayanan
seperti pajak pendapatan. Survei tersebut juga menunjukkan bahwa 86 % pelayanan publik di Uni Eropa
telah tersedia secara online.
Selain itu suksesnya e-Government di Eropa merupakan kontribusi kebijakan publik yang sesuai dengan
karakteristik e-Government itu sendiri. Soft policy berupa kebijakan Open Method Coordination pada
e-Government Eropa yang dimulai dengan visi yang luas dan jelas dan diikuti dengan dissemination,
proses benchmarking, monitoring berkala, evaluasSISTEM
INFORMASI MANAJEMEN
DAN PERANAN NYA DALAM OPERASIONAL PERUSAHAAN
komputer,
informasi
yang
dipergunakan
dalam
perencanaan,
pengendalian,
Proses Manajemen
Proses manajemen didenisikan sebagai aktivitas-aktivitas:
Perencanaan, formulasi terinci untuk mencapai suatu tujuan akhir tertentu adalah aktivitas
manajemen yang disebut perencanaan. Oleh karenanya, perencanaan mensyaratkan
penetapan tujuan dan identikasi metode untuk mencapai tujuan tersebut.
Pengendalian, perencanaan hanyalah setengah dari peretempuran. Setelah suatu rencana
dibuat, rencana tersebut harus diimplementasikan, dan manajer serta pekerja harus
memonitor pelaksanaannya untuk memastikan rencana tersebut berjalan sebagaimana
mestinya. Aktivitas manajerial untuk memonitor pelaksanaan rencana dan melakukan tindakan
korektif sesuai kebutuhan, disebut kebutuhan.
Pengambilan Keputusan, proses pemilihan diantara berbagai alternative disebut dengan
proses pengambilan keputusan. Fungsi manajerial ini merupakan jalinan antara perencanaan
dan pengendalian. Manajer harus memilih diantara beberapa tujuan dan metode untuk
melaksanakan tujuan yang dipilih. Hanya satu dari beberapa rencana yang dapat dipilih.
Komentar serupa dapat dibuat berkenaan dengan fungsi pengendalian.
teori yang dapat menerangkan tingkah laku, terutama motivasi, individu dalam proses kerjasama.
Terdapat beberapa jenis tujuan dalam organisasi yang memberikan arah bagi pelaksanaan kegiatan
maupun pengambilan keputusan, yaitu:
(a) Sasaran lingkungan, yaitu kondisi dimana suatu organisasi-organisasi lain yang terdapat pada
lingkungannya
(b) Sasaran output, yaitu menunjukan bentuk dan banyaknya output yang akan dihasilkan oleh organisasi
(c) Sasaran sistem, yaitu berhubungan dengan pemeliharaan atau perawatan maintenance organisasi
sendiri
(d) Sasaran produk menggambarkan karakteristik produk atau jasa yang akan diberikan kepada
konsumen, sasaran ini menentukan jumlah, mutu, jenis, corak, dan karakteristik lainnya yang
menggambarkan karakteristik produk atau jasa yang ditawarkan
(e) Sasaran bagian (sub unit goal) yaitu menggambarkan sasaran dari suatu bagian atau suatu satuan
unit kerja yang merupakan bagian dari unit organisasi.
Level-level yang Terdapat Pada Suatu Organisasi atau Institusi di bidang Sistem Informasi
Manajemen/Perusahaan
-
TOP Management
Manajemen tingkat teratas dalam pengelompokkan level manajemen sistem informasi yang memiliki
pergerakan dan pemikiran yang strategis sebagai penunjang aktivitas dan konektivitas suatu organisasi
atau perusahaan.
-
MIDDLE Management
Manajemen tingkat menengah dalam pengelompokkan level manajemen sistem informasi yang memiliki
pergerakan sebagai operator, connector, acceptor, dan accelerator. Yang bergerak pada bidang-bidang
tertentu dalam menjalankan tugas masing-masing bagan.
-
Manajemen tingkat bawah atau satu lebih rendah dibandingkan dengan Middle Management dalam
pengelompokkan level manajemen sistem informasi yang memiliki peranan penting sebagai generator
penggerak, penyuplai, dan spirit dalam menjalankan serta memimpin para sta untuk menjalankan tugas
sesuai bidang masing-masing pada tiap-tiap bidang tertentu dalam memberikan suatu informasi atau
produksi barang dan jasa.
-
Supporting Sta
Suatu kelompok yang terdiri dari 2 orang atau lebih dalam suatu bidang pekerjaan di suatu organisasi
atau perusahaan yang memiliki fungsi sebagai penggerak langsung dan penyaji produk berupa barang,
jasa dan juga informasi. Sta berfungsi sebagai pendukung penuh pada kinerja management yang ada.
Teori-teori Permasalahan dalam Organisasi
Teori yang diungkapkan oleh Herbert Simon merupakan teori modern yang ditandai dengan lahirnya
gerakan contingency yang dipelopori Herbert Simon, yang menyatakan :
The theory of Organization need more shallow principles and too simple for knowledges about telling
conditions that under of it which is applying princples competetive with each other.
Yang artinya :
Teori organisasi perlu melebihi prinsip-prinsip yang dangkal dan terlalu disederhanakan bagi suatu
kajian mengenai kondisi yang dibawahnya dapat diterapkan prinsip yang saling bersaing.
Herbert Simon mengungkapkan suatu teori yang lain, yaitu :
Moreover the comptible of hierarchy in the organization, then the problem that have been done in the
organization moreover unstructured.
Yang artinya :
Semakin tinggi hierarki (tingkatan) dalam suatu organisasi, maka persoalan yang terdapat dalam
organisasi tersebut makin tidak terstruktur.
Dalam pandangan struktural organisasi diperlukan adanya koordinasi pola interaksi para anggota
organisasi secara formal. Struktur organisasi menetapkan bagaimana tugas akan dibagi, siapa melapor
kepada siapa, dan mekanisme koordinasi yang formal serta pola interaksi yang akan diikuti. Sebuah
struktur organisasi mempunyai tiga komponen yang harus diperhatikan, yaitu; kompleksitas, formalisasi
dan sentralisasi. Kompleksitas mempetimbangkan tingkat dierensasi atau perbedaan yang ada dalam
organisasi yang meliputi tingkat pembagian kerja, jumlah tingkatan di dalam hierarkhi organisasi, serta
tingkat sejauhmana unit-unit organisasi tersebar secara menyeluruh. Kompleksitas pada sebuah
organisasi dipengaruhi oleh besar kecilnya organisasi tersebut, semakin besar kekuatan sebuah
organisasi maka akan semakin kompleks juga struktur organisasi yang ada di dalamnya.
Formalisasi merupakan tingkatan pada sejauhmana sebuah organisasi menyandarkan dirinya kepada
peraturan dan prosedur untuk mengatur perilaku dari para pegawainya. Dengan struktur organisasi yang
besar, maka akan semakin sulit mengawasi dan mengendalikan para anggota organisasi di dalam
efektitas kinerja organisasi. Untuk itu, diperlukan adanya peraturan dan pedoman operasional standar
organisasi dalam performansi kerja dari para anggota organisasi, baik di tingkat bawahan maupun pada
tingkat manajer.
Fungsi organisasi merupakan pemanfaatan dan pengerahan segala sumber daya (pikiran, kemauan,
perasaan dan tenaga) untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Dilihat dari langkah-langkah
kegitan organisasi, maka yang dimaksud fungsi-fungsi organisasi mencakup sumber masukan (input),
proses, dan keluaran (output) dengan melibatkan feedback sebagai kontrol.
Menurut Simon, dalam pemecahan masalah akan terlibat dalam beberapa hal, yaitu :
-
kemungkinan tindakan ).
-
Aktivitas Pemilihan ( Memilih satu tindakan tertentu dari berbagai tindakan yang tersedia ).
Selanjutnya, teori manajemen ini akan dikemukan oleh G. Anthony dan Michael S. Scott Morton
(keduanya merupakan profesor MIT) yang dikenal dengan istilah Sistem Pendukung Pengambil
Keputusan (Deciasion Support System-DSS). Suatu sistem pendukung pengambil keputusan adalah suatu
sistem yang membantu seorang manajer atau sekelompok kecil manajer memecahkan suatu masalah.
DSS sebagai sebuah sistem yang memberikan dukungan kepada seorang manajer, atau kepada
sekelompok manajer yang relative kecil yang bekerja sebagai tim pemecah masalah, dalam memecahkan
masalah semi terstruktur dengan memberikan informasi atau saran mengenai keputusan tertentu.
Informasi tersebut diberikan oleh laporan berkala, laporan khusus, maupun output dari model matematis.
Model tersebut juga mempunyai kemampuan untuk memberikan saran dalam tingkat yang bervariasi.
Struktur Masalah dalam Suatu Manajemen Organisasi atau Perusahaan beserta Contoh Konkritnya
Terdapat permasalahan yang terjadi dalam suatu instansi baik berupa organisasi ataupun
perusahaan. Dan dalam tiap-tiap permasalahan tersebut terdapat adanya tingkatan-tingkatan tertentu,
antara lain :
-
Unstructured Problems
Adalah tingkatan permasalahan pada level TOP Manajemen yang sifatnya tidak terstruktur namun
memiliki karakteristik yang khas dalam kompleksitas masalah yang ada. Tidak akan diketahui oleh pihak
lain dan dapat menjadi rahasia suatu organisasi atau perusahaan. Masalah yang terjadi sangatlah rumit
untuk diatasi.
Marketing Problems (Masalah Pemasaran)
Permasalahan dalam hal pemasaran merupakan hal yang sulit diketahui terutama bagaimana cara
pengelolaan produksi dan penyebaran, apa saja yang menjadi kebutuhan masyarakat konsumen saat ini,
dan dimana lokasi-lokasi yang strategis. Seorang manajer perlu memahami dan mempelajari betul betapa
susahnya menyelesaikan masalah seperti ini. Cara yang perlu digunakan manajer tingkat TOP atau level
atas adalah menciptakan suatu produk dan jasa yang digemari oleh semua khalayak konsumen.
Pengelolaan yang spesik dan persebaran dengan lokasi yang strategis perlu dilakukan agar tidak terjadi
kesinambungan dalam polemik masalah tersebut.
Human Resource Problems (Masalah Sumber Daya Manusia)
Ada kalanya seorang manajer kelas atas memiliki masalah dalam hal pemanfaatan SDM dalam organisasi
atau perusahaan yang dikelolanya, masalah yang terjadi adalah seringnya missed-communication dengan
manajer dibawahnya atau bahkan dengan relasi-relasinya. Bagaimana manajer harus bisa mengatur SDM
dalam jumlah banyak dan mengimbanginya dengan produktivitas ketenagakerjaan yang teratur dan
tertib.
Manufacturing Problems (Masalah Penghasilan)
Suatu instansi, organisasi atau perusahaan yang menghasilkan produk, jasa atau informasi mengalami
masalah dalam hal hasil tersebut, dalam artian bahwa apa yang telah dibuat terkadang tidak membuat
para konsumen puas. Hal tersebut yang menjadikan seorang manajer kerepotan untuk membuat inovasi
yang unik dan menarik konsumen agar tidak merugikan produktivitas perusahaan
Financial Problems (Masalah Pendapatan)
Penghasilan per bulan adalah hasil yang wajib diberikan oleh instansi atau perusahaan kepada para SDM
sebagai upah hasil jerih payah mereka, namun seringkali para SDM atau buruh menuntut upah dinaikkan,
inilah yang menjadikan masalah pendapatan kian memburuk. Hasil kesepakatan bersama terkadang tidak
menguntungkan sepihak. Dan sebagai seorang manajer harus dapat memutar otaknya agar tidak
kehilangan SDM yang bermanfaat dan tidak mengurang pula hasil produksinya.
-
Semi-structured Problems
Adalah tingkatan permasalahan yang cukup kompleks dan sedikit rumit dalam penyelesaiannya dengan
struktur yang terlihat semu karena permasalahan ini dimiliki oleh para Manajer Madya atau posisi
manajemen level menengah. Dimana pada permasalahan ini korelasinya terkadang kacau karena
bergantung pada baik-buruknya seorang manajer mengkomunikasikan antara pihak yang satu dengan
yang lain atau sebagai perantara yang komunikan.
Marketing Problems (Masalah Pemasaran)
Permasalahan pada pemasaran yang terjadi pada manajer Madya atau pada pengelolaan Middle
Management terkait pada hal yang subjektif antara para pimpinan sta bidang pemasaran dengan
penangggungjawab pemasaran (Leader Sta Marketing). Manajer Madya harus mampu sebagai
penengah dan perantara yang terjadi akibat tidak adanya koordinasi yang baik terhadap beberapa pihak.
Human Resource Problems (Masalah Sumber Daya Manusia)
Persoalan ini terjadi dan sering bilamana seorang manajer Madya tidak mampu mengelola dan
mengkoneksikan antara lawatan para pimpinan sta di suatu bidang dengan beberapa bidang yang lain
atau mendiamkan masalah yang ada akan menimbulkan efektivitas pada SDM ketenagakerjaan yang
kacau. Perlu diwaspadai sebab dapat mengurangi esiensi kerja secara maksimal.
Manufacturing Problems (Masalah Penghasilan)
Penghasilan produksi yang dimiliki suatu instansi organisasi atau perusahaan terkadang mengalami
kendala tertentu dalam pengelolaannya. Seorang manajer Madya harus mampu memiliki strategi yang jitu
agar penghasilan produksi barang, jasa, dan informasi ada secara maksimal. Rata-rata mengalami
penurunan, namun terkadang sebaliknya mengalami kenaikan. Konvensi yang terjadi adalah bagaimana
cara seorang manajer Madya dapat mengatasi masalah pada penghasilan produk perusahaan yang
berlebih namun kurang diminati para konsumen. Jalan keluar haruslah dicari dan dimanfaatkan sebaik
mungkin.
Financial Problems (Masalah Pendapatan)
Pendapatan para karyawan yang seringkali mendapat komplain dari para pimpinan sta terkadang
berujung pada tindakan anarkis para buruh atau karyawan yang tidak dapat menerima pendapatan
mereka yang dinilai minim dan tidak sepadan dengan hasil jerih payah mereka. Sebagai manajer Madya
haruslah mampu menjembatani permasalahan ini karena pengawasan dan tanggungjawab masalah ini
hanya dapat dikomunikasikan kepada para atasan untuk mendapatkan jalan keluar yang lebih baik.
Sebagai penengah dalam suatu problematik, maka harus adil dan tidak memihak siapapun.
-
Structured Problems
Adalah tingkatan permasalah yang tidak begitu rumit dalam penanganannya, namun eksibilitas kurang
dan sering terjadi didalam suatu organisasi atau instansi suatu perusahaan. Permasalahan ini muncul dan
dihadapi oleh para manajer suatu bidang atau First Level Management. Permasalahan ini terlihat dan
terstruktur karena berkaitan langsung dengan para sta atau para pekerja.
Marketing Problems (Masalah Pemasaran)
Persebaran produk barang dan jasa serta informasi tertentu yang dimiliki suatu instansi organisasi atau
perusahaan menjadi tanggungjawab langsung para pimpinan sta atau manajer bidang tertentu. Sebagai
seorang manajer haruslah tahu dan pandai menemukan lokasi yang strategis, banyak minat konsumen,
dan tahu harga saing dalam pemasaran yang ada.
Human Resource Problems (Masalah Sumber Daya Manusia)
Pemberdayaan SDM adalah salah satu faktor kemajuan organisasi atau perusahaan untuk dijadikan
sebagai tenaga kerja yang ahli pada bidangnya merupakan tanggungjawab langsung Manajer sta
bidang tertentu. Namun, masalah yang sering terjadi adalah penempatan SDM yang tidak sesuai
bidangnya dan berakibat pada menghambatnya produktivitas instansi organisasi atau perusahaan. Perlu
diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan tertentu didalamnya.
Manufacturing Problems (Masalah Penghasilan)
Penghasilan produk barang, jasa, maupun informasi yang terjadi langsung merupakan tanggungjawab
seorang Manajer Sta atau First Level Management yang mana acapkali terjadi persoalan yang tidak
sesuai dengan pemikiran atau strategi yang dimiliki dalam menangani persoalan tertentu. Terkadang
produktivitas berlebih namun minat konsumen kurang, atau sebaliknya produktivitas tidak mampu
mengatasi permintaan para konsumen. Maka, wajib dan harus mampu memikirkan kembali serta memiliki
strategi yang ampuh bagaimana cara menanggulanginya.
Financial Problems (Masalah Pendapatan)
Pendapatan merupakan hak bagi para pekerja atau semua faktor SDM yang ada diperusahaan atau
organisasi tertentu sebagai ganti jerih payah mereka. Namun, permasalahan yang sering terjadi adalah
protes para pekerja mengenai gaji yang minim, sebagai manajer yang ahli maka harus memikirkan apa
yang terjadi dan bagaimana cara penyelesaian agar pendapatan mereka tidak berakibat dalam merugikan
perusahaan atau organisasi tersebut. Serta mampu bertindak dalam konsolidasi agar tidak terjadi
kesalahpahaman antara bawahan dengan pihak yang lebih atas.
Penerapan
Sistem
Informasi
Manajemen Bagi Perusahaan
Semua kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan memerlukan informasi. Demikian pula sebaliknya,
semua kegiatan menghasilkan informasi, baik yang berguna bagi perusahaan yang melaksanakan
kegiatan tersebut maupun bagi perusahaan lain diluar perusahaan yang bersangkutan, oleh sebab
informasi berguna untuk semua macam dan bentuk kegiatan dalam perusahaan.
Apabila sistem informasi manajemen dirancang dan dilaksanakan dengan baik, maka akan banyak
manfaat yang bisa diperoleh manajemen perusahaan, yaitu mempermudah manajemen dan membantu
serta menunjang proses pengambilan keputusan manajemen. Karena sistem informasi manajemen
menyediakan informasi bagai manajemen perusahaan dimana sistem informasi manajemen tersebut
dilaksanakan.
Sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan informasi memegang peranan penting.
Pentingnya peranan informasi bagi pemimpin adalah untuk mengambil keputusan sebagai dasar tindakan
di masa mendatang. Suatu keputusan yang dihasilkan dengan tidak berdasarkan pada penggunaan
informasi yang tepat akan berakibat pada pengambilan keputusan yang cukup fatal dan tidak dapat
dipergunakan untuk mencapai tujuan.
Manajemen menggunakan informasi untuk dua tujuan yaitu perencanaan dan pengawasan. Perencanaan
terjadi sebelum pelaksanaan aktivitas organisasi. Tujuan yang ditentukan oleh proses perencanaan harus
dicapai dengan aktivitas itu. Meskipun perencanaan meliputi semua tingkat organisasi, tetapi kebanyakan
terjadi pada tingkat keputusan strategis dan taktis.
Perencanaan banyak bergantung pada peramalan dan dan informasi dari luar. Pengendalian merupakan
hal mebandingkan hasil aktual dengan rencana yang ditentukan pada proses perencanaan. Demikian
pentingnya peranan sistem informasi manajemen dalam usaha pencapaian tujuan, sehingga jelaslah
bahwa penggunaan dari sistem informasi manajemennya harus dikaitkan dengan usaha-usaha
modernisasi, sedang proses modernisasi hanya dapat terjadi bila ditarik manfaatnya dari kemajuan yang
telah dicapai dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam manfaat dan peranan sistem informasi manajemen seorang pemimpin dapat mengikut sertakan
orang lain dalam arti memikirikan masalah bersama-sama dan bersama pula bertanggung jawab dalam
pencapaian tujuan perusahaan
Hampir di seluruh sektor bisnis di dunia ini menggunakan sistem informasi di perusahaan mereka. Bukan
hanya itu, mereka pun selalu berusaha melakukan berbagai macam cara untuk menggembangkan sistem
informasi yang digunakan di perusahaan mereka. Hal tersebut disebabkan karena sistem informasi
memegang peranan yang cukup penting dalam bisnis mereka. Adapun peranan dan fungsi utama dari
sistem informasi adalah..
1. Mendukung Operasi Bisnis .
Mulai dari akuntansi sampai dengan penelusuran pesanan pelanggan, sistem informasi menyediakan
dukungan bagi manajemen dalam operasi/kegiatan bisnis sehari-hari. Ketika tanggapan/respon yang
cepat menjadi penting, maka kemampuan Sistem Informasi untuk dapat mengumpulkan dan
mengintegrasikan informasi keberbagai fungsi bisnis menjadi kritis/penting.
2. Mendukung Pengambilan Keputusan Managerial.
Sistem informasi dapat mengkombinasikan informasi untuk membantu manager menjalankan
menjalankan bisnis dengan lebih baik, informasi yang sama dapat membantu para manajer
mengidentikasikan kecenderungan dan untuk mengevaluasi hasil dari keputusan sebelumnya. Sistem
Informasi akan membantu para manajer membuat keputusan yang lebih baik, lebih cepat, dan lebih
bermakna.
3. Mendukung Keunggulan Strategis.
Sistem informasi yang dirancang untuk membantu pencapaian sasaran strategis
perusahaan dapat
PENDAHULUAN
Diskripsi Singkat:
Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen (SIM) ini dirancang untuk
memberi pengetahuan mendasar kepada mahasiswa tentang philosopy
dan skills yang diperlukan bagi pengembangan dan pemanfaatan sistem
informasi yang berbasis Komputer (computer based information
sistem). Titik berat pembahasan akan ditekankan pada kecocokan sistem
informasi pada kegiatan organisasi.
opik-topik yang akan dibahas dalam mata kuliah ini antara lain mencakup penguasaan
konsep dasar basis data (data base), sistem pendukung keputusan
(decision support sistem) dan expert systems.
TujuanMata Kuliah :
Mata kuliah SIM ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada
mahasiswa tentang bagaimana memanfaatkan sistem informasi sebagai
alat bantu dalam proses pengambilan keputusan manajemen.
BAB 1
PENGANTAR
MANAJEMEN
SISTEM
INFORMASI
MANAJEMEN INFORMASI
Dampak Perubahan Dunia Global
SISTEM INFORMASI
http://bayu96ekonomos.les.wordpress.com/2008/09/gmbr-4-sim.jpg?w=645
Keterangan Gambar :
BAB 2
* On line sistem
FDengan maksud menghindari kelambatan waktu dalam
pemrosesan sistem Batch, dengan sistem on-line setiap transaksi
dimasukkan langsung ke Komputer ketika terjadi transaksi.
http://bayu96ekonomos.les.wordpress.com/2008/09/gmbr-6-sim.jpg?w=645
BAB 3
1. PENGERTIAN ORGANISASI
Organisasi yaitu kumpulan orang orang yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang dilakukan berdasar atas suatu aturan tertentu
dan penjabaran fungsi pekerjaan secara formal serta memiliki
struktur formal, stabil yang membutuhkan sumberdaya dari
lingkungan dan memprosesnya untuk menghasilkan output/keluaran
yang maksimal .
2. Tujuan
a.Secara umum Agar proses pekerjaan tercapai dengan
cara diatur, disusun sehingga seluruh pekerjaan dapat
diselesaikan secara efektif dan esien.
b.Secara khusus
1.Bidang agama> meningkatkan pendidikan moral dan iman.
2.Bidang sosial>kemanusiaan
3.Bidang ekonomi > mencari laba
4.Bidang politik> mencari kekuasaan
3.Manfaat
Agar pelaksanaan tugas dilakukan lebih baik terkoordinir dan tujuan
serta jalannya pekerjaan tercapai secara efektif dan esien.
4. Asas / prinsip organisasi
a.Asas / prinsip perumusan dan penentuan tujuan
b.Asas / prinsip pembagian kerja
c.Asas / prinsip pendelegasian wewenang
d.Asas / prinsip organisasi
e.Asas / prinsip esiensi sederhana
f.Asas / prinsip pengawasan umum
5. Struktur Organisasi
a.Struktur Organisasi Garis Digunakan pada perusahaan / lembaga
yang sederhana / kecil
b.Struktur Organisasi Fungsional Susunan organisasi yang
memberikan gambaran pembagian tugas dan wewenang menurut
fungsi pekerjaan
c.Organisasi membutuhkan sistem informasi, agar tujuan dan
kepentingan organisasi dapat tercapai.
d.Sebuah Sistem Informasi agar berhasil dengan baik, maka kita
harus mengenali organisasi dan berupaya mencari bentuk sistem
informasi yang paling sesuai.
Mengapa Perilaku Organisasi Penting Untuk Dipelajari ?
Gambar 7
K
Koonnsseepp D
Daassaarr SSiisstteem
m
Terdapat 2 kelompok pendekatan yang digunakan dalam
mendenisikan sistem, yaitu :
maupun perilaku. Hal ini berarti bahwa teknologi harus diubah dan didesain agar sejalan dengan
kebutuhan organisasi dan individu.
PERAN BARU SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DALAM ORGANISASI
1 Inisiasi dan perancangan sistem informasi strategis.
2 Perencanaan, pengembangan dan pengendalian infrastruktur.
3 Menggabungkan internet dan e-commerce kedalam bisnis.
4 Mengelola integrasi sistem, termasuk internet, intranet dan extranet.
5 Kerjasama dengan tingkat eksekutif dalam menjalankan bisnis.
6 Mengelola outsourcing.
7 Secara proaktif menggunakan pengetahuan bisnis dan teknologi untuk menggali ide-ide inovatif
tentang TI.
8 Menciptakan aliansi bisnis dengan vendor dan IS Department dalam organisasi lain.
9 Menyediakan lingkungan komputasi yang baru.
10 Sebagai tambahan dari fungsi tradisioanl : pengelolaan keamanan sistem, pengembangan dan
perawatan, operasional komputer.
PERAN SIM PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN DI DALAM ORGANISASI
Dukungan sistem informasi manajemen pada pembuatan keputusan dalam suatu organisasi dapat
diuraikan menurut tiga tahapan proses pembuatan keputusan, yaitu pemahaman, perancangan (design),
dan pemilihan. Dukungan SIM biasanya melibatkan pengolahan, le komputer maupun non komputer.
Pada tahap pemahaman hubungannya dengan SIM adalah pada proses penyelidikan yang meliputi
pemeriksaan data baik dengan cara yang telah ditentukan maupun dengan cara khusus. SIM harus
memberikan kedua cara tersebut. Sistem Informasi sendiri harus meneliti semua data dan mengajukan
permintaan untuk diuji mengenai situasi-situasi yang jelas menuntut perhatian. Baik SIM maupun
organisasi harus menyediakan saluran komunikasi untuk masalah-masalah yang diketahui dengan jelas
agar disampaikan kepada organisasi tingkat atas sehingga masalah-masalah tersebut dapat ditangani.
Pada tahap ini juga perlu ditetapkan kemungkinan-kemungkinannya. Dukungan SIM memerlukan suatu
data base dengan data masyarakat, saingan dan intern ditambah metode untuk penelusuran dan
penemuan masalah-masalah.
Pada tahap perancangan (design), kaitannya dengan SIM adalah membuat
model-model keputusan untuk diolah berdasarkan data yang ada serta memprakarsai pemecahanpemecahan alternatif. Model-model yang tersedia harus membantu menganalisis alternatif-altematif.
Dukungan SIM terdiri dari perangkat lunak statistika serta perangkat lunak pembuatan model lainnya. Hal
ini melibatkan pendekatan terstruktur, manipulasi model, dan sistem pencarian kembali data base.
Pada tahap pemilihan, SIM menjadi paling efektif apabila hasil-hasil perancangan disajikan dalam suatu
bentuk yang mendorong pengambilan keputusan. Apabila telah dilakukan pemilihan, maka peranan SIM
berubah menjadi pengumpulan data untuk umpan balik dan penilaian kemudian. Dukungan SIM pada
tahap pemilihan adalah memilih berbagai model keputusan melakukan analisis kepekaan (analisis
sensitivitas) serta menentukan prosedur pemilihan. Dukungan SIM untuk pembuatan keputusan terdiri
dari suatu database yang lengkap, kemampuan pencarian kembali database, perangkat lunak statistika
dan analitik liainnya, serta suatu dasar model yang berisi perangkat lunak pembuatan model-model
keputusan.
Pada dasarnya peranan SIM tersebut pada proses pemahaman yang menyangkut penelitian lingkungan
untuk kondisi-kondisi yang memerlukan keputusan. Istilah pemahaman di sini mempunyai arti sama
dengan pengenalan masalah. Kemudian pada proses perancangan serta pada prosed pemilihan. Sering
orang menyatakan bahwa komputer akan mengambil keputusan, ini merupakan suatu pemyataan yang
salah kaprah dan tidak mengetahui letak peranan komputer serta bagaimana suatu proses pengambilan
keputusan dilakukan. Keputusan sebenarnya hanya dapat diambil atau dilakukan oleh manusia.
Dukungan SIM pada tahapan penelusuran dapat dilakukan menggunakan perangkat lunak untuk
penelusuran masalah. Pada tahapan ini kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah mencari atau menyaring
keadaan lingkungan organisasi baik internal maupun eksternal untuk menunjukkan adanya peluang dan
masalah.
Jenis-jenis peluang atau masalah yang ditemukan pada tahapan penelusuran dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
a. Peluang, meliputi:
1) Peluang untuk laba
2) Peluang untuk pengurangan resiko masyarakat
3) Peluang untuk pelayanan
b. Masalah, meliputi:
1) Masalah yang mempengaruhi permintaan akan barang/jasa
2) Masalah yang mempengaruhi prestasi
3) Masalah resiko
Sistem informasi untuk mengidentikasi peluang atau masalah memerlukan unsur sebagai berikut:
a. Basis data, meliputi:
1) Basis data masyarakat
2) Basis data lingkungan
3) Basis data lingkungan persaingan
4) Basis data intern organisasi
b. Pengolahan dan penelusuran
1) Penelusuran terstruktur yang kontinyu
2) Penelusuran terstruktur yang khusus (adhoc)
3) Penelusuran tidak terstruktur yang khusus
4) Penelusuran tidak terstruktur yang khusus memerlukan kemampuan SIM untuk menyediakan sarana
pencarian kembali data-data secara langsung (on line)
c. Laporan, meliputi:
1) Keluaran yang langsung untuk perangkat lunak tahapan desain
2) Keluaran yang menyatakan desain keputusan
3) Keluaran yang menyatakan langkah pilihan keputusan yang harus diikuti
4) Keluaran yang menyatakan suatu pemecahan atau peluang yang mungkin tetapi tanpa indikatorindikator tindakan mendatang
PELUANG BARU DENGAN TEKNOLOGI INFORMASI
Perusahaan-perusahaan saat ini memiliki peluang untuk menciptakan website yang reliabel dan strategistrategi yang dapat mendukung e-commerce dan e-business. Lebih mendalam, pendapatan, liabilitas,
reputasi, kesan merek dan bahkan kemampuan perusahaan untuk bertahan.
Pengembangan sistem informasi yang baru membutuhkan suatu perencanaan sistem teknologi informasi.
Pembuatan perencanaan strategis sistem teknologi informasi adalah sebagai langkah awal dalam
membuat perencanaan sistem teknologi informasi. Pada tahap awal penelitian dilakukan studi literatur
tentang sistem informasi dan perencanaan strategis sistem teknologi informasi. Tahap selanjutnya
dilakukan pengumpulan data dan informasi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Tahap berikutnya
dilakukan analisis bisnis dan analisis sistem teknologi informasi. Analisis bisnis yang dilakukan adalah
analisis 5 competitive forces model Porter, analisis Strength Weaknesses Opportunity Threaths (SWOT),
analisis value chain. Analisis sistem teknologi informasi yang dilakukan adalah analisis Information
System Strategic Grid model McFarlan dan analisis kesenjangan. Bagian akhir analisis dilengkapi dengan
rekomendasi strategi untuk pengembangan sistem teknologi informasi. Perbandingan antara kondisi
sistem teknologi informasi XYZ dan kedua kompetitornya, yaitu THF dan MAF, dari segi teknis dan
spesikasinya adalah tidak jauh berbeda.
Efesiensi dan Efektivitas itu saling berkait. Lebih mudah bersikap efektif seandainya orang mengabaikan
efesiensi. Contoh Esiensi dan Keefektifan dalam Manajemen :
Packard-Bell dapat memproduksi komputer-komputer yang mahal dengan ciri-ciri komputasi tingkat
atas yang sangat hebat seandainya perusahaan itu mengabaikan biaya-biaya masukan bahan dan tenaga
kerja. Dan sejumlah lembaga pemerintah federal telah dikritik terus-menerus berdasarkan alasan bahwa
mereka itu cukup efektif tetapi sangat tidak esien. Artinya mereka memang menyelesaikan tugas-tugas
mereka tetapi dengan biaya amat tinggi. Oleh karena itu manajemen menaruh perhatian bukan pada
perampungan kegiatan-kegiatan dan mencapai sasaran-sasaran organisasi ( efektitas atau hasil guna ).
thumbnail
Negera Indonesia adalah negera besar . Salah satu negara yang termasuk kawasan Asia Tenggara ini
memiliki luas wilayah sebesar 1,904,569 km2 yang terbentang dari Sabang hingga Merauke. Luas
wilayah yang demikian besarnya masih terbagi-bagi menjadi belasan ribu kepulauan dengan akses ke
daerah satu dengan daerah lain tidak selalu mudah. Hal ini disebabkan karena pembangunan diberbagai
aspek kehidupan, khususnya pembangunan dalam bidang transportasi belum merata menjangkau ke
semua daerah. Tidak hanya itu, jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa merupakan
jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia dengan tingkat heterogenitas suku, budaya, agama, dan ras
yang tinggi. Kondisi demikian menjadi tantangan tersendiri bagi pengelolaan birokrasi di Indonesia.
Negara yang memiliki sekitar 13.487 pulau ini beribu kota di Jakarta yang terletak di Pulau Jawa. Oleh
sebab itu, Pulau Jawa menjadi salah satu pusat peradaban, moderenisasi, dan pemerintahan. Maka
tidaklah heran segala aktivitas vital yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara terpusat di Pulau
Jawa. Keadaan demikian tentu menjadi penghalang bagi masyarakat-masyarakat non-Pulau Jawa untuk
mengakses berbagai kepentingannya sebagai warga negara, termasuk dalam hal ini yang berkaitan
dengan birokrasi. Maka sejak reformasi yang bergulir pada tahun 1998 Indonesia mengubah dari sistem
pemerintahan sentralistik menjadi sistem pemerintahan desentralisasi. Maksud dari perubahan ini adalah
, pemerintah berharap pelayanan publik di daerah akan semakin baik dengan menggali keinginan dan
kebutuhan masyarakat daerah tersebut. Sehingga kebijakan dan pelayanan publik yang diberikan
benar-benar merepresentasikan harapan dan karakteristik masing-masing daerah. Sehingga prinsip
efektivitas dan esiensi birokrasi yang dicita-citakan dapat tercapai.
Namun pada kenyataannya, desentralisasi yang dicita-citakan akan memberikan pelayanan publik yang
maksimal di seluruh wilayah Indonesia tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Di sisi lain
permasalahan baru muncul, desentralisasi justru menjadi celah berkembangnya tindakan korupsi yang
semakin merajalela. Jika pada sistem sentralistik, cenderung pejabat pusat yang melakukan tindak
pidana korupsi karena kewenangannya yang tidak terbatas, sedangkan pada sistem desentralisasi
pejabat daerah pun dapat melakukan tindakan korupsi. Hal ini terjadi mengingat mereka kini juga
memiliki kekuasaan yang besar pada proses penyelenggaraan negara, termasuk dalam hal pelayanan
publik.
Maka tidaklah heran, apabila kita pernah mendengar bahwa semboyan para birokrat Indonesia adalah
kalau bisa sulit kenapa dipermudah?. Karena dengan semboyan tersebut maka setiap aspek
penyelenggaraan negara terutama dalam hal pelayanan publik dapat digunakan untuk mengumpulkan
pundi-pundi uang tambahan bagi Sang Birokrat. Masyarakat yang mendapat pelayanan yang cepat dan
baik adalah mereka yang mau membayar pungutan-pungutan liar. Sedangkan yang tidak mau membayar,
akan cenderung dikesampingkan dan diperlambat. Akibatnya prinsip birokrasi yang seharusnya efektif
dan esien justru menjadi birokrasi yang sulit dan berbelit-belit.
Selain itu, sistem birokrasi yang dikelola masing-masing daerah juga tidak terintegrasi dengan baik
dengan pemerintah pusat. Akibatnya pengawasan dan evaluasi peyelenggaran negara oleh pemerintah
pusat di masing-masing daerah sangat lemah. Hal ini kembali menjadi celah untuk melakukan tindak
pidana korupsi. Contoh yang sering kita dengar adalah masalah korupsi dalam hal pengadaan barang,
baik dengan sistem lelang, tender, maupun sistem yang lainnya. Sebelum adanya e-procurenment sistem
pengadaan barang tersebut cenderung dilakukan secara tertutup. Masyarakat pun juga memiliki tingkat
keasadaran yang rendah dalam pengawasan penyelenggaraan negara. Konsdisi demikian membuat
sejumlah pejabat terkait dengan mudah melakukan deal-deal tertentu dengan pengusaha. Sehingga
pengadaan barang yang seharusnya untuk memenuhi kebutuhan publik justru menjadi kesempatan untuk
meraup keuntungan pihak atau kelompok tertentu. Akibatnya tidak jarang anggaran untuk proyek-proyek
tertentu di daerah digelembungkan dari sewajarnya.
Dengan segala permasalahan yang semakin hari semakin rumit tersebut sudah selayaknya dilakukan
reformasi birokrasi untuk menunjang terciptanya Good Governence yang dicita-citakan oleh hampir
semua negara di dunia ini. Salah satu alternatif reformasi birokrasi tersebut adalah dengan memanfaat
teknologi atau sistem informasi yang kini berkembang semakin cepat dan semakin canggih.
Gagasan e-Government
Perkembangan teknologi yang semakin canggih menyebabkan semakin beragamnya sistem informasi
yang berkembang. Kondisi ini juga didukung oleh kemampuan nansial masyarakat yang semakin
berkembang dari hari ke hari, maka sebagian besar masyarakat kini memiliki teknologi yang setidaknya
akan memudahkan komunikasinya. Namun ternyata sistem informasi yang ada kini tidak hanya
mempermudah hubungan antar individu saja tetapi juga mempermudah hubungan antara pemerintah
dengan warga negaranya.
Salah satu konsep yang mempermudah hubungan tersebut adalah sistem E-Government. E-Government
yang juga disebut e-gov, digital government, online government atau dalam konteks tertentu
transformational government adalah penggunaan teknologi informasi oleh pemerintah untuk memberikan
informasi dan pelayanan bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan
pemerintahan. Berdasarkan denisi dari World Bank, eGovernment adalah penggunaan teknologi
informasi oleh pemerintah (seperti : Wide Area Network, Internet dan mobile computing) yang
memungkinkan pemerintah untuk mentransformasikan hubungan dengan masyarakat, dunia bisnis dan
pihak yang berkepentingan. (www.worldbank.org). Dalam prakteknya,eGovernment adalah penggunaan
Internet untuk melaksanakan urusan pemerintah dan penyediaan pelayanan publik yang lebih baik dan
cara yang berorientasi pada pelayanan masyarakat.
E-Government dapat diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, atau administrasi publik, untuk meningkatkan
esiensi internal, menyampaikan pelayanan publik, atau proses kepemerintahan yang demokratis. Model
penyampaian yang utama adalah Government-to-Citizen atau Government-to-Customer (G2C),
Government-to-Business (G2B) serta Government-to-Government (G2G). Keuntungan yang paling
diharapkan dari e-government adalah peningkatan esiensi, kenyamanan, serta aksesibilitas yang lebih
baik dari pelayanan publik.
Secara ringkas tujuan yang ingin dicapai dengan implementasi eGovernment adalah untuk menciptakan
customer online dan bukan in-line. eGovernment bertujuan memberikan pelayanan tanpa adanya
intervensi pegawai institusi publik dan sistem antrian yang panjang hanya untuk mendapatkan suatu
pelayanan yang sederhana. Selain itu eGovernment juga bertujuan untuk mendukung good governance.
Penggunaan teknologi yang mempermudah masyarakat untuk mengakses informasi dapat mengurangi
korupsi dengan cara meningkatkan transparansi dan akuntabilitas lembaga publik. eGovernment dapat
memperluas partisipasi publik dimana masyarakat dimungkinkan untuk terlibat aktif dalam pengambilan
keputusan/kebijakan oleh pemerintah. eGovernment juga diharapkan dapat memperbaiki produktitas
dan esiensi birokrasi serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Adapun konsep dari eGovernment
adalah menciptakan interaksi yang ramah, nyaman, transparan dan murah antara pemerintah dan
masyarakat (G2C-government to citizens), pemerintah dan perusahaan bisnis (G2B-government to
business enterprises) dan hubungan antar pemerintah (G2G-inter-agency relationship).
Di Indonesia, gagasan tentang E-Government ini mulai berkembang sejak tahun 2000-an. Pada saat itu
berbagai usaha mulai dilakukan untuk menginternetkan pemerintah, baik di sisi proyek, maupun karena
desakan masalah transparansi pada masyarakat. Melihat tingginya desakan untuk melakukan
internetisasi serta semakin sadarnya pemerintah pentingnya birokrasi sebagai urat nadi pemerintahan
dan birokrasi yang baik adalah yang efektif dan esien maka tidak sedikit uang rakyat digunakan bagi
pengembangan teknologi informasi bagi operasionalisasi pemerintahan dan pelayanan umum.
Sedangkan dari pemerintah sendiri inisiatif e-Government di Indonesia telah diperkenalkan melalui
Instruksi Presiden No. 6/2001 tgl. 24 April 2001 tentang Telematika (Telekomunikasi, Media dan
Informatika) yang menyatakan bahwa aparat pemerintah harus menggunakan teknologi telematika untuk
mendukung good governance dan mempercepat proses demokrasi. Lebih jauh lagi, eGovernment wajib
diperkenalkan untuk tujuan yang berbeda di kantor-kantor pemerintahan. Administrasi publik adalah
salah satu area dimana internet dapat digunakan untuk menyediakan akses bagi semua masyarakat yang
berupa pelayanan yang mendasar dan mensimplikasi hubungan antar masyarakat dan pemerintah.
Meskipun masih relatif muda, namun sistemnya sudah cukup baik. Namun demikian, E-Government belum
menunjukkan manfaat yang signikan bagi efektitas dan esiensi jalannya pemerintahan dan pelayanan
umum yang terbaik. Masih terdapat pulau-pulau E-Government yang terbentuk dalam NKRI dan
memperlebar jurang integrasi database nasional.
Di balik kelemahan-kelemahan tersebut ternyata masih banyak pihak yang memperjuangkan akan tetap
berjalannya e-goverenment. Pada tanggal 27 Juni 2005 Bambang Dwi Anggono, biasa di panggil Ibenk,
membentuk
mailing
list
egov-indonesia@yahoogroups.com
tempat
berdiskusinya
para
aktis
e-government Indonesia, pada pertengahan 2006 telah melibatkan hampir 400 aktis di dalamnya.
Mailing list egov-indonesia merupakan mailing list paling aktif diantara berbagai tempat diskusi egov dan
berusaha menjebatani keterbatasan kemampuan daerah dan pusat melalui kebersamaan dan saling
mendukung dengan mengesampingkan ego sektoral. Sinergi antara Akademisi, Bisnis dan Government
diyakini akan mampu membawa E-Government ke arah yang lebih baik.
Prinsip Efektivitas dan Esiensi Birokrasi
Terkait dengan sistem birokrasi Indonesia yang cenderung lambat dan berbelit-belit, maka kalangan
tertentu mengemukakan pentingnya reformasi birokrasi. Kata reformasi diarahkan pada terwujudnya
esiensi, efektivitas, dan clean government. Reformasi ini diarahkan pada perubahan masyarakat yang
termasuk didalamnya masyarakat birokrasi, dalam pengertian perubahan ke arah kemajuan. Dalam
pengertian ini perubahan masyarakat diarahkan pada development (Susanto, 180). Khan (1981)
memberi pengertian reformasi sebagai suatu usaha perubahan pokok dalam suatu sistem birokrasi yang
bertujuan mengubah struktur, tingkah laku, dan keberadaan atau kebiasaan yang telah lama.Sedangkan
Quah (1976) mendenisikan reformasi sebagai suatu proses untuk mengubah proses, prosedur birokrasi
publik dan sikap serta tingkah laku birokrat untuk mencapai efektivitas birokrasi dan tujuan
pembangunan nasional. Aktivitas reformasi sebagai padanan lain dari change, improvement, atau
modernization.
Dari pengertian ini, maka reformasi ruang lingkupnya tidak hanya terbatas pada proses dan prosedur,
tetapi juga mengaitkan perubahan pada tingkat struktur dan sikap tingkah laku (the ethics being). Arah
yang akan dicapai reformasi antara lain adalah tercapainya pelayanan masyarakat secara efektif dan
esien.
Istilah efektivitas dan esiensi merupakan konsep engineering yang diadaptasi dari sektor privat, yang
kemudian dalam perkembangannya diterapkan dalam sektor publik yakni pemerintah. Efektivitas adalah
pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau
pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektitas bisa juga diartikan sebagai
pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Sebagai contoh jika
sebuah tugas dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut
adalah benar atau efektif. Sedangkan esiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna
pencapaian hasil yang optimum. Esiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan
dan berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut Apabila
membicarakan efektivitas dan esiensi maka harus dihubungkan dengan sasaran dan tujuan yang ingin
dicapai dari kegiatan tersebut.
Dalam pelayanan publik apabila kedua hal diperbandingkan maka efektivitas jauh lebih penting dari
esiensi. Suatu pelayanan publik yang tidak esien masih dapat dimaklumi sepanjang pelayanan itu
efektif bagi masyarakat (Putra :19).Efektivitas dapat dilihat dari 3 pendekatan yakni (Putra:22)
Pendekatan Sasaran (goal approach), mengukur efektivitas dari segi output.
Pendekatan Sumber (system resource approach), melihat dari inputnya
Pendekatan Proses (process approach), yakni menekankan pada faktor internal organisasi publik,
seperti esiensi dan iklim organisasi.
Akan tetapi walaupun pelayanan publik lebih menekankan efektivitas daripada efeisiensi, dalam tataran
praktis konsep efektivitas tidak dapat dipisahkan dari konsep esiensi. Unsur esiensi adalah salah satu
determinan untuk mengetahui apakah suatu kegiatan bisa dikategorikan efektif atau tidak sebagaimana
pendekatan ketiga.
Sementara itu Birokrasi diartikan sebagai kekuasaan atau pengaruh dari para kepala dan staf biro
pemerintah. Dalam pengertian selanjutnya birokrasi adalah pegawai pemerintah, yang menjalankan dan
menyelenggarakan tugas yang ditentukan oleh konstitusi, menjalankan program pembangunan,
pelayanan publik, dan penerapan kebijakan pemerintah, yang biasanya disebut pegawai Sipil (Rozi:10).
Dalam hal di Indonesia lebih dikenal dengan istiah Aparatur Pemerintah.
Birokrasi dalam pengertian keseharian selalu dimaknai institusi resmi yang melakukan fungsi pelayanan
terhadap kebutuhan dan kepentingan masyarakat (Tjokrowinoto:112). Segala bentuk upaya pemerintah
dalam mengeluarkan produk kebijakannya semata-mata dimaknai sebagai manifestasi dari fungsi
melayani orang banyak. Walaupun persepsi ini mengandung titiktitik kelemahan, namun sampai saat ini
pemerintah yang diwakili oleh institusi birokrasi tetap saja diakui sebagai motor penggerak
pembangunan. Pemaknaan birokrasi sebagai organ pelayanan bagi masyarakat luas tentu merupakan
pemaknaan yang bersifat idealis, dan pemaknaan ideal terhadap fungsi pelayanan yang diperankan
birokrasi tidaklah bisa menjelaskan orientasi birokrasi.
Lalu pertanyaanya bagaimana upaya yang dilakukan agar birokrasi mampu melaksanakan misi utama
yakni memberikan pelayanan secara efektif dan esien kepada masyarakat. Jawabannya harus dengan
melakukan perubahan atau reformasi, bukan saja terbatas pada proses dan prosedur, tetapi juga
mengaitkan perubahan pada tingkat struktur, sikap dan tingkah laku / etika (the ethics being).
E-Government Terkait dengan Efektitas dan Esiensi Birokrasi
Penggunaan TI ini dapat mempermudah masyarakat untuk mengakses informasi untuk meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas di instansi pemerintah. E-Government juga dapat memperluas partisipasi
publik dimana masyarakat dimungkinkan untuk terlibat aktif dalam pengambilan kebijakan Pemerintah.
E-Government merupakan sistem TI yang dikembangkan oleh Pemerintah dalam memberikan pilihan
kepada masyarakat, untuk bisa mendapatkan kemudahan akses informasi dan layanan pemerintah. Selain
itu, e-Government, merupakan bentuk pemanfaatan TI untuk mendukung aktivitas Pemerintah Daerah
yang meliputi aktivitas internal maupun di lingkungan Pemerintah Daerah serta aktivitas pelayanan
publik.
Pendayagunaan e-Government juga sejalan dengan kebijakan penyelenggaraan otonomi daerah, dengan
harapan agar penyampaian layanan pemerintah kepada masyarakat dapat berlangsung secara lebih
esien dan efektif. Esiensi dan efektitas di sini dapat diperoleh karena otonomi daerah lebih
menekankan pada kedekatan pemerintah untuk memberikan layanan publik kepada masyarakat. Sesuai
dengan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 mengenai pemerintahan daerah, esiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek
hubungan antar pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daearah, peluang dan tantangan
persaingan global dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada Pemerintah Daerah
disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan pemerintahan daerah dalam kesatuan
sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.
Uraian di atas menunjukkan bahwa pentingnya esiensi, efektitas, dan transparansi dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Esiensi, efektitas dan transparansi ini merupakan unsur yang
penting dalam pengembangan e-Government, sehingga e-Government sangat sejalan dengan upaya
untuk mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance). Disamping itu, e-Government diharapkan
dapat mendukung perbaikan produktivitas dan esiensi dalam instansi pemerintahan maupun
peningkatkan petumbuhan ekonomi. Dengan demikian, untuk menghadapi era global ini Pemerintah
Daerah dituntut untuk membangun ketangguhan di segala bidang. Disamping itu, tuntutan masyarakat
terhadap pelayanan yang baik atau pelayanan prima menjadikan Pemerintah Daerah mau tidak mau
harus mengikuti perkembangan teknologi yang dapat meningkatkan esiensi dan efektitas yang tinggi.
Dengan semakin meningkatnya tuntutan pembangunan dan pelayanan oleh masyarakat, menjadikan
pemerintah daerah harus kreatif di segala bidang dan mampu memanfaatkan segenap potensi yang ada
termasuk pendayagunaan e-Government.
Efektivitas dan esiensi juga akan berkaitan erat dengan good governance. Istilah good governance
mulai muncul di Indonesia sejak tahun 1990-an dan semakin mengemuka pada tahun 1996 seiring
dengan interaksi pemerintah dengan negara-negara luar beserta lembaga-lembaga pemberi bantuan
yang semakin menyoroti kondisi obyektif perkembangan ekonomi dan politik di Indonesia. Lembagalembaga pemberi donor baik yang bersifat multirateral maupun bilateral mengaitkan penerapan good
governance dengan kebijakan pemberian bantuan. Good governance dijadikan salah satu aspek yang
perlu dipertimbangkan dalam pemberian bantuan baik berupa pinjaman (loan) maupun hibah (grant).
Governance merupakan tata pemerintahan, good governance adalah tata pemerintahan yang baik. Ada
tiga komponen yang terlibat dalam governance, yaitu pemerintah, dunia usaha dan masyarakat.
Hubungan ketiganya harus dalam posisi sejajar dan saling kontrol untuk menghindari penguasaan atau
eksploitasi oleh salah satu komponen terhadap komponen lainnya. Bila salah satu komponen lebih tinggi
dari komponen yang lain, maka akan terjadi dominasi kekuasaan atas dua komponen lainnya.
Menurut Bintoro, good governance adalah suatu bentuk manajemen pembangunan, yang juga disebut
administrasi pembangunan. Lebih jauh, Bintoro menyatakan Pemerintah maenjadi agen perubahan
(agent of change) dari suatu masyarakat (berkembang/developing) dalam negara berkembang.
Selanjutnya, UNDP (1997) mendenisikan good governance sebagai pelaksanaan otoritas politik,
ekonomi dan administrasi untuk mengatur urusan-urusan negara, yang memiliki mekanisme, proses,
hubungan, serta kelembagaan yang kompleks dimana warga negara dan berbagai kelompok
mengartikulasikan kepentingan mereka, melaksanakan hak dan kewajiban mereka serta menengahi
perbedaan yang ada di antara mereka (http://ww. mirror.undp.org/magnet/policy/ cahapter1.htm,
31/7/2009). Selain itu, menurut Eendi, (2000), istilah good governance juga diartikan sebagai
pemerintahan yang baik (Domai, 2009).
Good governance melebihi ruang lingkup e-Government. E-government didefenisikan sebagai
penyampaian layanan dan informasi dari Pemerintah kepada publik menggunakan sarana elektronik.
E-Goverment memungkinkan warga negara berkomunikasi antar mereka maupun dengan pemerintah,
dan ikut berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan, mengekpresikan kebutuhan nyata mereka
tentang
kesejahteraan
dengan
menggunakan
e-Government
sebagai
sarana.
Pendayagunaan
Pelaksananan pemerintahan yang lebih esien. Sebagai contoh koordinasi pemerintahan dapat
dilakukan melalui email atau bahkan video konferensi. Bagi indonesia yang memiliki area yang luas hal
akan sangat membantu. Koordinasi, tanya jawab, diskusi antar pimpinan daerah dapat dilakukan tanpa
semuanya harus berada pada lokasi yang sama, tidak lagi harus berkumpul di satu tempat untuk
pertemuan yang hanya berlangsung satu atau dua jam.
Pendayagunaan e-Government bukan berarti menerapkan sistem pemerintahan secara elektronik saja
atau dengan kata lain otomatisasi sistem, melainkan bertujuan lebih dalam dari itu. Pertama-tama yang
harus dilihat adalah bagaimana sistem pemerintahan berjalan sebelum pendayagunaan e-Government.
E-Government memerlukan suatu sistem informasi yang baik, teratur dan bersinergi dengan masingmasing lembaga pemerintahan, sehingga didapatkan suatu sistem informasi yang terjalin dengan baik.
Untuk mewujudkan sistem informasi yang baik, teratur dan sinergi antara lembaga pemerintahan, maka
sistem informasi dari masing-masing lembaga pemerintahan harus memenuhi suatu standar informasi,
dimana standar ini meliputi persyaratan minimal untuk faktor-faktor dari sistem informasi tersebut.
Tidaklah mengherankan apabila negara yang dapat menjalankan e-Government sebagian besar adalah
negara-negara maju karena dalam konteks e-Government seutuhnya bukanlah semata-mata hanya situs
informasi. Hal tersebut dapat terjadi karena untuk membereskan sistem informasi dalam satu lembaga
pemerintah saja sudah sangat sulit apalagi harus tercapainya sinergi dari sistem informasi dari berbagai
lembaga-lembaga pemerintahan, karena hal ini berkaitan erat dengan faktor budaya, politik dan ekonomi
suatu negara.
Keuntungan yang dapat diperoleh dari penerapan e-Government bukan hanya sekedar menyediakan
pelayanan on-line akan tetapi lebih luas dari pada itu karena kinerja pada sektor publik juga akan
berkontribusi pada kemajuan ekonomi dan sosial suatu negara. Gupta & Jana (2003) berpendapat bahwa
e-Government tidak lagi dilihat sebagai suatu pilihan, melainkan suatu keharusan bagi semua negara
yang bertujuan untuk lebik baik dan lebih esien (Dhilon, 2008). Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa pendayagunaan e-Government ditujukan untuk mendukung terwujudnya pemerintahan yang baik
(good governance). Pendayagunaan e-Government ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan publik
kepada masyarakat dalam administrasi pemerintahan dan dapat mengurangi kesenjangan informasi
antara pusat dan daerah.
Di era globalisasi, penerapan e-Government sangat penting karena telah memodernisasi pemerintahan
publik di seluruh dunia dan juga hubungan antar pemerintah. Selain di Uni Eropa beberapa negara di Asia
telah menggunakan e-Government untuk melaksanakan hubungan bilateral mereka. Sejalan dengan
kemajuan teknologi dan tujuan yang ingin dicapai mau tidak mau pemerintahan di Indonesia juga
dituntut untuk menerapkan e-Government. Pada kondisi saat ini penggunaan e-Government sudah
menjadi suatu keharusan dalam rangka menciptakan pelayanan publik yang lebih baik untuk mendukung
pemerintahan yang baik (good governance). Untuk kepentingan hal itu pemerintah perlu meningkatkan
kesadaran dan kesiapan penggunaan kemajuan teknologi telematika untuk mengimplementasikan
government on-line secara efektif, serta mengintensifkan pendidkan dan pelatihan teknologi telematika
untuk meningkatkan keahlian pegawai pemerintahan di semua tingkatan.
Wujud Efektivitas dan Esiensi Birokrasi dengan E-government
Mengingat kelebihan-kelebihan yang dimiliki e-government dibandingkan dengan sistem birokrasi
tradisional maka e-government mulai banyak diterapkan di negara-negara di dunia, khususnya negara
maju. Beberapa negara telah membuktikan keberhasilan mereka dalam memanfaatkan e-Government
untuk mendukung good governance. Banyak negara telah menggunakan internet sebagai sarana
pelayanan publik yang menghasilkan transparansi, akuntabilitas, adil (fair), efektif, dan dapat
mengakomodasi partisipasi seluruh warga masyarakat. Sebagai contoh penyelenggaraan distance
learning melalui internet yang dirancang khusus untuk meningkatan pengetahuan dan ketrampilan
pegawai negeri di Mexico dan Kanada merupakan contoh bagaimana TI digunakan dalam mendukung
upaya good governance (Wigrantoro, 2004).
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Accenture pada tahun 2001 negara yang telah menerapkan
e-Government berdasarkan ranking secara berurutan, yaitu: Kanada, Singapura, Amerika Serikat,
Australia, Denmark, Inggris, Firlandia, Hong Kong, Jerman, Irlandia, Belanda, Perancis, Norwegia,
Selandia Baru, Spanyol, Belgia, Jepang, Portugal, Malaysia, Italia, Afrika Selatan dan Meksiko (Setiawati,
2009)..
Beberapa contoh implementasi e-government yang mendominasi di seluruh dunia saat ini berupa
pelayanan pendaftaran warga negara antar lain pendaftaran kelahiran, pernikahan dan penggantian
alamat, perhitungan pajak (pajak penghasilan, pajak perusahaan dan custom duties), pendaftaran bisnis,
perizinan kendaraan dsb.
Sebagai studi komparatif, dapat kita simak penerapan e-Government di negara-negara Uni Eropa. Uni
Eropa merupakan salah satu komunitas yang telah menerapkan e-Government dengan sukses. Hanya
Canada, Singapura dan Amerika yang telah mengungguli Uni Eropa dalam area e-Government. Uni Eropa
sendiri telah memiliki ocial website yang cukup modern dimana setiap masyarakat dapat mengakses
informasi terbaru dan kebijakan serta dasar hukum kebijakan pemerintah tersebut. Pada waktu-waktu
tertentu masyarakat bahkan dapat berinteraksi langsung dengan para pengambil keputusan melalui
fasilitas chatting. (www.europa.eu.int). Dengan portalnya yang sangat besar kapasitasnya, para warga
dapat melamar pekerjaan serta magang di institusi tersebut. Masih banyak lagi fasilitas yang diberikan
melalui portalnya. Untuk memotivasi public service dalam melaksanakan e-Government, e-Europe awards
(www.e-europeawards.org) dilaksanakan dalam rangka memfasilitasi sharing experience dan mutual
learning antar anggota Uni Eropa. Selain itu eGovernment di Eropa juga ditampilkan dengan memberikan
fasilitas akses langsung ke portal pemerintahan negara anggota dan negara aplikan serta negara Eropa
lainnya. Contoh best practice yang terdapat di Belanda antara lain administrasi bea cukai yang dapat
dilakukan secara online sehingga dapat dikontrol dan mengurangi kasus suap. Di Inggris para warga
negaranya dapat melakukan aplikasi dan pembaharuan paspor secara online. Sedangkan di Perancis,
pembayaran kembali biaya yang dikeluarkan untuk biaya pengobatan oleh perusahaan asuransi telah
dapat dilakukan secara online. Pemerintahan daerah Bonn di Jerman saat ini menyediakan pelayanan
online berupa pendaftaran Taman Kanak-Kanak. Melalui portal online-nya masyarakat dapat memperoleh
informasi mengenai seluruh TK di kota itu dan orang tua murid dapat mendaftar secara langsung untuk
dihubungi melalui telepon.
Penerapan benchmarking process dan best practice dissemination Uni Eropa telah membuahkan hasil
yang cukup fantastis. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Cap Gemini Ernst & Young terhadap
penerapan e-Government di Eropa diperoleh bahwa 5 negara (Denmark, Perancis, Italia, Swedia dan
Finlandia ) telah berhasil menerapkan pelayanan elektronik secara penuh untuk beberapa jenis pelayanan
seperti pajak pendapatan. Survei tersebut juga menunjukkan bahwa 86 % pelayanan publik di Uni Eropa
telah tersedia secara online.
Selain itu suksesnya e-Government di Eropa merupakan kontribusi kebijakan publik yang sesuai dengan
karakteristik e-Government itu sendiri. Soft policy berupa kebijakan Open Method Coordination pada
e-Government Eropa yang dimulai dengan visi yang luas dan jelas dan diikuti dengan dissemination,
proses benchmarking, monitoring berkala, evaluasi dan review secara pasangan dan diorganisir sebagai
proses pembelajaran mutual terbukti sukses dalam rangka melaksanakan e-Government di Eropa.
Penutup
Terkait dengan sistem birokrasi yang dikenal sulit, berbelit-belit, dan banyak terjadi korupsi, pada
dasarnya kini telah ditemukan solusi terbaru atas permasalahan tersebut. Dengan memanfaatkan
teknologi informasi kini telah tercipta sistem e-government, yaitu upaya pelayanan publik dengan
berbasis internet. Sistem e-government ini menawarkan kemudahan masyarakat untuk mengakses
informasi-informasi dari pemerintah dan sebaliknya. Selain itu e-government juga memberi kemudahan
akses informasi antara pemerintah dengan pemerintah maupun pemerintah dengan kalangan usaha.
E-government dengan sistem kecanggihannya juga memiliki kelebihan dalan hal tranparansi dan
akuntabilitas. Sehingga korupsi yang sering terjadi dalam tataran penyelenggara negara dapat
diminimalisir atau ketika semua pihak benar-benar berkomitmen dan konsisten untuk memanfaatkan
e-government ini sebaik mungkin tidak mustahil seiring berjalannya waktu korupsi dapat dihilangkan.
Namun pelaksanaan e-government di negara berkembang seperti di Indonesia juga masih menemui
banyak kendala sehingga belum dapat dilaksanakan secara optimal. Terlepas dari kendala-kendala
tersebut pada dasarnya e-government sangat mendorong terciptanya efektivitas, esiensi, tranparansi,
dan akuntabilitas penyelenggaraan negara yang pada akhirnya nanti dapat tercipta suatu birokrasi yang
diidam-idamkan atau tercipta suatu good governance.
i dan review secara pasangan dan diorganisir sebagai proses pembelajaran mutual terbukti sukses dalam
rangka melaksanakan e-Government di Eropa.
Penutup
Terkait dengan sistem birokrasi yang dikenal sulit, berbelit-belit, dan banyak terjadi korupsi, pada
dasarnya kini telah ditemukan solusi terbaru atas permasalahan tersebut. Dengan memanfaatkan
teknologi informasi kini telah tercipta sistem e-government, yaitu upaya pelayanan publik dengan
berbasis internet. Sistem e-government ini menawarkan kemudahan masyarakat untuk mengakses
informasi-informasi dari pemerintah dan sebaliknya. Selain itu e-government juga memberi kemudahan
akses informasi antara pemerintah dengan pemerintah maupun pemerintah dengan kalangan usaha.
E-government dengan sistem kecanggihannya juga memiliki kelebihan dalan hal tranparansi dan
akuntabilitas. Sehingga korupsi yang sering terjadi dalam tataran penyelenggara negara dapat
diminimalisir atau ketika semua pihak benar-benar berkomitmen dan konsisten untuk memanfaatkan
e-government ini sebaik mungkin tidak mustahil seiring berjalannya waktu korupsi dapat dihilangkan.
Namun pelaksanaan e-government di negara berkembang seperti di Indonesia juga masih menemui
banyak kendala sehingga belum dapat dilaksanakan secara optimal. Terlepas dari kendala-kendala
tersebut pada dasarnya e-government sangat mendorong terciptanya efektivitas, esiensi, tranparansi,
dan akuntabilitas penyelenggaraan negara yang pada akhirnya nanti dapat tercipta suatu birokrasi yang
diidam-idamkan atau tercipta suatu good governance.
0 komentar:
Poskan Komentar
Publikasikan
Select prole...
Pratinjau
Beranda