Soal)
Di waktu yang lalu, literatur. manajemen produksi dan
operasi hanya memberikan sedikit perhatiannya terhadap
manajemen tenaga kerja dalam operasi-operasi. Pusat
bahas masih terletak pada model-model kuantitatif dan
aspek-aspek teknik operasi.
Pada saat yang sama para ahli psikologi dan teoritisiteoritisi organisasional telah melakukan berbagai riset
tentang
bagaimana
manusia
berperilaku
dalam
organisasi.
Ada kebutuhan yang mendesak untuk lebih menerapkan
riset-riset keperilakuan dalam fungsi operasi-operasi
organisasi, tentu saja tanpa meninggalkan aspek-aspek
teknik dan pemanfaatan berbagai peralatan kuantitatif
yang sangat membantu tugas-tugas manajer dalam
perancangan dan pengelolaan tenaga kerja.
DISAIN PEKERJAAN
Barangkali kegiatan disain yang paling menantang (dan
membingungkan)
bagi
manajer
operasi
adalah
pengembangan dan pengaturan pekerjaan-pekerjaan yang
harus dilaksanakan setiap karyawan dan kelompok
karyawan. Ini diakibatkan paling tidak tiga alasan berikut :
Pada hakekatnya sering terjadi konflik antara kebutuhankebutuhan dan tujuan-tujuan pekerja dan kelompok pekerja
dengan kebutuhan-kebutuhan (berbagai persyaratan) proses
transformasi.
Sifat unik setiap individu mengakibatkan munculnya
bermacam-macam tanggapan dalam wujud sikap, kegiatan
phisik dan produktivitas dalam pelaksanaan tugas tertentu.
Perubahan karakter atau sifat tenaga kerja dan pekerjaan itu
sendiri yang membuat model-model tradisional perilaku
pekerja
dan
ketepatan
pendekatan-pendekatan
pengembangan kerja standar harus selalu dipertanyakan.
Disain
pekerjaan
adalah
suatu
fungsi
kompleks
karena
hal
ini
memerlukan
pemahaman baik terhadap variabel-variabel
teknikal maupun variabel-variabel sosial. Bila
variabel-variabel tersebut diabaikan maka
disain pekerjaan akan menyebabkan kegiatankegiatan dilakukan secara tidak efektif dan
efisien.
Disamping itu,
disain pekerjaan harus
menetapkan
berbagai
faktor
yang
mempengaruhi struktur pekerjaan akhir.
Keputusan-keputusan harus dibuat yang
bersangkutan dengan tugas-tugas apa yang
akan dilakukan, siapa yang akan rnelakukan,
dimana, kapan, mengapa dan bagaimana
Apa
Di mana
Karakteristikkarakteristik
mental dan
phisik tenaga
kerja
Tugas-tugas
yang akan
dilaksanakan
Lokasi
geografi
organisasi;
lokasi
tempat
kerja
Struktu
r
pekerja
an
akhir
Kapan
Mengapa
Bagaimana
Priode
waktu ; Waktu
kejadian
dalam aliran
kerja
Misi dan
tujuan
organisasi;
Motivasi
pekerja
Metode
perencanaan
kerja;
Pengukuran
kerja
Perluasan Pekerjaan
Perluasan pekerjaan (job enlargment) berarti pekerjaanpekerjaan diperluas secara horizontal, melalui nenambahan
lebih banyak tugas kepada karyawan untuk meningkatkan
variasi pekerjaan dan mengurangi sifat yang membosankan
(monoton) pada pekerjaan, tetapi bukan berarti meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk
melakukan pekerjaan yang telah diperluas.
Job enrichment, di lain pihak, adalah perluasan pekerjaan dan
tanggung jawab secara vertikal, dan merupakan suatu
perubahan
yang
direncanakan
pada
kegiatan-kegiatan
pekerjaan untuk memberikan variasi yang lebih besar kepada
seseorang yang memerlukan pengetahuan dan ketrampilan
lebih. Perluasan secara vertikal diterapkan untuk dapat
memberikan kepada karyawan kepuasan lebih besar dan
kesempatan bagi perkembangan pribadi. Para karyawan diberi
kesempatan
untuk
berpartisipasi
dalam
perencanaan,
pengorganisasian, dan pengawasan pekerjaan mereka di
samping pelaksanaannya.
Studi pekerjaan
Pengukuran kerja
Z C ij X ij
i 1 j 1
dengan batasan-batasan
n
X ij X ij 1
i 1
dan
X ij 0( X ij X ij2 )
j 1
Masalah Minimisasi
Karyawan
D1
Pekerjaan
D2
A1
A2
A3
20
10
14
27
18
16
D3
30
16
12
D1
D2
D3
A1
A2
A3
0
0
2
3
4
0
10
6
0
Garis Peliput 2
Garis peliput 1
Sekali lagi, karena hanya ada dua garis yang meliputi seluruh
bilangan nol dibandingkan tiga baris atau kolom, maka langkah
berikutnya perlu dilakukan untuk merevisi matriks.
Merevisi total-opportunity-cost matrix.
Langkah ini dapat dilakukan dengan prosedur yang terdiri dari : (1)
memilih bilangan terkecil yang tidak terliput garis-garis (yaitu,
opportunity cost terendah, atau dalam contoh kita = 3) untuk
mengurangi seluruh bilangan yang tidak terliput dan (2)
menambahkan dengan jumlah yang sama (nilai bilangan terkecil)
hanya pada bilangan-bilangan dalam dua garis peliput yang saling
bersilangan (dalam contoh kita bilangan 2 ditambah 3, atau sama
dengan 5).
Masukkan nilai-nilai revisi ini ke dalam matriks,
sehingga kita
mendapatkan total-opportunity-cost matrix yang telah direvisi (lihat
tabel 4 a). Kemudian kita ulangi lagi langkah kedua untuk melakukan
tes optimalisasi. (lihat tabel 4 b). Aplikasi tes langkah kedua pada
revised total-opportunity-cost matrix menunjukkan bahwa jumlah
garis minimum yang diperlukan untuk meliput seluruh bilangan nol
adalah 3. Karena jumlah baris atau kolom matriks ini juga 3,
penugasan optimal dapat dibuat.
Pekerjaan
D2
0
1
0
D1
0
0
5
D3
7
3
0
Pekerjaan
D1
D2
D3
0
0
5
0
1
0
7
3
0
A1
A2
A3
D2
D1
D3
Rp 27.000,10.000,12.000,Rp 49.000,-
A1
A2
A3
Dummy A4
D1
D2
Rp 20,20,14,0,-
Rp 27,18,16,0,-
D3
Rp 30,16,12,0,-
D4
Rp 32,18,15,0,-
Masalah Maksimisasi
Pemecahan masalah maksimisasi dalam penugasan optimal tenaga kerja juga
dapat dilakukan dengan metoda Hungarian. Perbedaannya dengan masalah
minimisasi adalah bahwa bilangan-bilangan dalam matriks tidak menunjukkan
tingkat biaya, tetapi menunjukkan tingkat laba (atau indeks produktivitas ).
Efektivitas pelaksanaan kerja oleh karyawan-karyawan individual diukur dengan
jumlah kontribusi laba. Sebagai contoh, kita ambil masalah penugasan suatu
perusahaan yang akan menugaskan 4 (empat) karyawan yang berbeda
kemampuannya untuk 4 (empat) pekerjaan yang berbeda pula. Data terperinci
tentang kontribusi laba masing-masing karyawan dapat dilihat pada label 6. Matriks
ini menunjukkan bahwa A1 mempunyai ketrampilan yang dibutuhkan untuk
menangani 4 (empat) pekerjaan yang berbeda, tetapi dengan kontribusi laba yang
berbeda.
Tabel 6. Matriks kontribusi laba (dalam ribuan rupiah)
Karyawan
A1
A2
A3
A4
Pekerjaan
D
l
D2
Rp 12,16,11,15,-
Rp 14,12,10,17,-
D3
Rp 12,11,9,10,-
D4
Rp 10,- ,
17,10,18,-
D1
2
1
0
3
Pekerjaan
D2
D3
0
2
5
6
1
2
1
8
Karyawan
D4
4
0
1
0
A1
A2
A3
A4
Pekerjaan
D1
D2
D3
D4
2
1
0
3
0
5
1
1
0
4
0
6
4
0
1
0
D1
2
1
0
3
Pekerjaan
D2
D3
0
0
5
4
1
0
1
6
D4
4
0
1
0
D1
2
0
0
2
Pekerjaan
D2
D3
0
0
4
3
1
0
0
5
D4
5
0
2
0
Skedul penugasan optimal dan kontribusi laba total untuk dua alternatif
penyelesaian adalah :
Skedul
penugasan 1
A1 - D2
A3 - D3
A2 - D1
A4 - D4
Kontribusi
laba
Rp 14.000,9.000,16.000,18.000,Rp 57.000,-
Skedul
Kontribusi
penugasan 2 laba.
A1 - D3 Rp 12.000,A2 - D4
17.000,A3 - D1
11.000,A4 - D2
17.000,Rp 57.000,-
PENGUKURAN KERJA
Operasi setiap perusahaan disebut efisien atau tidak biasanya
didasarkan atas lama waktu untuk membuat suatu produk atau
melaksanakan suatu pelayanan (jasa).
Pernyataan khusus tentang jumlah waktu yang harus digunakan untuk
melaksanakan kegiatan tertentu dibawah kondisi kerja normal ini sering
disebut standar tenaga kerja (labor standards).
Standar-standar yang telah ditetapkan dan "reasonable" mempunyai
berbagai kegunaan, termasuk pemuasan kebutuhan karyawan,
penyediaan ukuran prestasi bagi organisasi, dan mempermudah
operasi-operasi organisasi (misal, dalam scheduling produksi).
Tanpa adanya petunjuk waktu standar, akan mengakibatkan :
1. Biaya-biaya tidak dapat diperkirakan, dan oleh karena itu, hargaharga tidak dapat diletapkan.
2. Anggaran-anggaran tidak dapat dibuat.
3. Evaluasi prestasi atau pelaksanaan suatu kegiatan tidak akan
mungkin dilakukan karena tidak akan ada basis pembandingnya.
4.Rencana-rencana insentif dan program balas jasa menjadi tidak dapat
diperkirakan.
Pendekatan historikal
Tipe Pekerjaan
Analisis film
Interval pended
ulang .......
dan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Metoda Studi-Waktu
Metoda-metoda studiwaktu (time-study) awal mula
dikemukakan oleh Frederick Taylor dalam tahun 1881
dan kemudian di-kembangkan dengan memasukkan
penyesuaian faktor kecepatan atau ratingfactor (RF).
Metoda ini sekarang telah menjadi salah satu teknik
yang paling luas digunakan sebagai dasar pengukuran
kerja secara kuantitatif.
Pada dasarnya, dengan penggunaan studi waktu,
seorang analis mengambil suatu sampel kecil dari
satu kegiatan karyawan dan menggunakannya
untuk menentukan suatu standar bagi organisasi
keseluruhan. Peralatan yang dibutuhkan hanya
stopwatch ditambah kertas dan pensil.
Pemilihan pekerjaan.
Kegiatan tenaga kerja bersiklus pendek yang berulang-ulang dapat menjadi calon
bagi suatu studi waktu.
Prasyarat setiap studi adalah bahwa para penyelia (supervisors) dan karyawan
sepenuhnya diberitahu tentang maksud dan prosedur studi.
Analis harus mengusahakan agar studi dapat dilakukan di bawah kondisi "normal",
Karyawan menggunakan metoda-metoda terbaik untuk melakukan pekerjaan.
2. Penentuan jumlah siklus.
Jumlah siklus untuk mengukur waktu dalam kenyataannya tergantung pada tingkat
kepercayaan (secara statistik) analisis bahwa waktu-waktu sampel adalah
representatif untuk waktu-waktu "onthejob" nyata.
Bila setiap waktu operator bervariasi dari satu siklus ke siklus berikutnya, analis
harus mengukur waktu berbagai siklus secukupnya untuk mendapatkan estimasi
waktu rata-rata yang valid.
Besarnya sampel dapat dihitung dari pemahaman distribusi waktu, dan rumusannya adalah :
Z 2 [ n ' x 2 ( x ) 2 }
h 2 ( x ) 2
dimana ;
n = Besarnya sampel pendahuluan
x = Waktu-waktu yang dicatat stopwatch
h = setengah interval ketelitian (sebagai contoh 5 %, maka h = 0,05)
Z = deviasi standar normal untuk tingkat kepercayaan yang diinginkan (sebagai contoh, untuk
68,3%, n' = 1, untuk 95 % , n = 2, dan untuk 99,7%, n' = 3).
Pada bagan grafik seperti Gambar di bawah ini kita dapat menentukan besarnya sampel
studi waktu secara langsung setelah nilai koefisien variasi, V , diestimasi dari sampel
pendahuluandiketahuil.
Koefisien variasi. (coefficient of variation) secara sederhana adalah suatu pernyataan nilai
deviasi standar sampel, S, dibagi mean sampel, X. Ini menggambarkan berapa besar
variabilitas yang ada dalam data relatif terhadap nilai mean :
S
V
X
S 0,62
20%
X 3,10
Hasil perhitungan koefisien variasi tersebut, kita dapat menentukan besarnya sampel
dari bagan di atas yaitu n = 60 siklus.
n.siklus
XRF
normal menjadi
:
jumlah.unit . yang.diproduksi
NT
1.ST
1 waktu.cadangan
atau
2.ST
NT (100)
100 % waktucadangan
Karyawan
2,30
1,80
2,00
2,20
1,90
10,20*
2,20
1,80
Mesin
0,80
0,80
0,80
0,80
0,80
0,80
0,80
0,80
Total
3,1
2,6
2,8
3,0
2,7
11,0
3,0
2,6
CT (RF) =
2,03 (0,90) +
(waktu karyawan)
2,63
2,94menit / siklus
1 0,1042
1.Koefisien variasi
S 0,21
V
10,34%
X 2,03
Data Standar
Penggunaan data standar menyangkut konsep tentang bank data. Suatu sistem
data standar merupakan tabel-tabel yang berisi waktu pelaksanaan operasioperasi yang umum digunakan dalam berbagai aplikasi.
Data waktu dalam setiap tabel pada umumnya merupakan Catatan waktu
tunggal yang meringkas analisis lebih terperinci yang didapatkan melalui
Studi waktu.
Sebagai contoh, suatu data standar mungkin berisi data yang diperlukan untuk
membor lubang berbagai ukuran pada suatu bahan tertentu. Bila suatu standar
diperlukan untuk suatu operasi pemboran, data standar dapat digunakan untuk
mengestimasi waktu yang diperlukan.
Dengan data standar perusahaan tidak perlu mengukur setiap tipe operasi
pemboran yang berbeda, tetapi hanya serangkaian standar operasi pemboran
dimasukkan dalam bank data dan rumusan-rumusan atau grafik-grafik
disediakan untuk kondisi-kondisi lain yang kurang lebih sama.
Sistem data standar berguna bila ada sejumlah operasi yang berulang-ulang
dan
hampir serupa. Sebagai contoh, dalam suatu pabrik perabot rumah tangga,
waktu yang diperlukan untuk mempernis sebuah perabot mungkin dapat
didasarkan atas luas permukaan.
.
Work Sampling
Metoda ini terutama berguna untuk menganalisa kegiatankegiatan kelompok, kegiatan-kegiatan yang berulang-ulang dan
memakan waktu relatif lama untuk menyelesaikannya, dan
kegiatan-kegiatan yang tidak dibatasi secara kaku.
NT
Z pq
n
dan
Z pq
n=
h2
Z 2 pq
n 2
h
Metoda yang baik untuk menjamin bahwa observasiobservasi adalah acak, yaitu dengan menggunakan tabel
hilangan acak (random). Sebagai contoh, bila suatu studi work
sampling akan dilaksanakan selama periode 1 minggu ( 5 hari
kerja dengan 8 jam per hari kerja ), jumlah waktu (dalam
menit) yang tersedia akan sebesar 8 x 5 x 60 menit = 2.400
menit. Kolom bilangan-bilangan acak empat digit dapat
digunakan untuk memilih bilangan-bilangan antara 0000 dan
2.400. Dan bila diperlukan 384 observasi, maka 384 bilangan
acak akan dipilih dengan cara ini (hapuskan bilangan-bilangan
lebih besar daripada 2.400), dan setiap bilangan akan
menunjukkan kapan observasi harus dilakukan.
Setelah data waktu dan jumlah unit yang diproduksi
dikumpulkan dan ditabulasi waktu normal dan waktu standar
dapat dihitung. Berikut ini akan dibahas sebuah contoh
perhitungan waktu standar dengan metoda work sampling.
1,92 menit/langganan
Jumlah.unit . yang .diproduksi
200
NT
1,92
2,13
1 waktu.cadangan 1 0,1
menit/langganan
MANAJEMEN PRODUKTIVITAS
Masyarakat sering menilai keberhasilan para manajer produksi dan operasi
dari produktivitas perusahaan mereka. Peningkatan produktivitas secara
esensial adalah misi para manajer produksi dan operasi. Peter Drucker
menyatakan, "Produktivitas adalah tes pertama kemampuan manajemen".
Untuk menaikkan produktivitas, para manajer, teknisi dan karyawan semua
harus memproduksi lebih banyak keluaran (nilai rupiah dan/atau unit produk
dan unit jasa) dari setiap unit masukan. Mereka harus memproduksi lebih
banyak keluaran dari setiap jam tenaga kerja yang digunakan, dari setiap
rupiah mvestasi modal, dari setiap unit bahan mentah dan dari setiap unit
energi yang dikonsumsi dalam produksi.
Jadi, produktivitas dapat didefinisikan sebagai hubungan antara
masukan-masukan dan keluaran-keluaran suatu sistem produktif.
Dalam teori, sering mudah untuk mengukur hubungan ini sebagai
rasio keluaran dibagi masukan. Bila lebih banyak keluaran diproduksi
dengan jumlah masukan sama, produktivitas naik. Begitu juga, bila lebih
sedikit masukan digunakan untuk sejumlah keluaran sama, produktivitas
juga naik. Berikut ini akan dibahas lebih terperinci tentang pengukuran
produktivitas.
Pengukuran Produktivitas
Ada pepatah yang mengatakan, "bila saudara tidak dapat mengukumya,
saudara tidak dapat mengelolanya". Ini benar terutama pada produktivitas.
Tetapi, dalam praktek, salah satu masalah paling berat dalam manajemen
produktivitas adalah justru pengukuran.
Perusahaan-perusahaan tampaknya telah mempunyai suatu mentalitas
akuntansi rupiah sehingga sulit untuk mendapatkan mereka berpikir lebih
dalam istilah produktivitas yang lain daripada laba, return on investment, dan
rasio-rasio finansial lainnya yang benar-benar mengukur produktivitas relatif
investasi modal dalam pabrik, peralatan, dan persediaan.
Bagaimanapun juga, tidak peduli dengan cara bagaimana produktivitas
diukur, yang penting adalah bahwa produktivitas diukur dan dimonitor, agar
manajemen dapat menentukan arahnya, naik atau turun; dapat
membandingkan produktivitas organisasinya dengan para pesaing (biasanya
dengan data yang disuplai oleh assosiasi) dan mengukur dampak programprogram perbaikan produktivitas atau pengurangan biaya yang mereka
lakukan.
Pengukuran produktivitas dapat dilakukan dengan bermacarnmacam ukuran, baik pada tingkat perusahaan maupun unit-unit atau
kegiatan-kegiatan individual. Beberapa contoh ukuran-ukuran
produktivitas tingkat perusahaan adalah :
1.
2.
3.
1.
4.
2.
3.
5.
Ada tiga prinsip yang harus diikuti dalam pengukuran produktivitas pada
tingkat-tingkat lebih rendah dalam perusahaan.
Pertama, para manajer departemen harus diminta untuk mengembangkan
ukuran-ukurannya sendiri, barangkali dengan bantuan staf. Para manajer
departemen lini harus menetapkan ukuran-ukuran, karena komitmen
manajerial diperlukan dan para manajer lini yang bertanggung jawab sering
mengetahui yang paling baik tentang cara untuk mengukur keluaran-keluaran
dan masukan-masukan untuk unit-unit mereka.
Prinsip kedua adalah bahwa rasio-rasio produktivitas sedapat mungkin
harus dikaitkan dengan semua tanggung jawab pekerjaan. Dalam berbagai
kasus, hal ini mungkin memerlukan rangkaian beberapa rasio produktivitas
atau rasio keseluruhan tertimbarig. Apapun rasio yang dirumuskan,
seharusnya menyajikan suatu ukuran yang sesuai dengan pekerjaan total.
Prinsip ketiga adalah bahwa semua pengukuran produktivitas hendaknya
dihubungkan dalam suatu pola hirarki seperti ditunjukkan dalam gambar
berikut ini. Untuk menjaga konsistensi rasio-rasio tingkatan atas dan bawah,
para manajer departemen seharusnya tidak menetapkan rasio-rasionya
sendiri sampai rasio-rasio tingkat yang lebih tinggi telah ditentukan. Akhimya,
tanggung jawab peningkatan produktivitas masing-masing unit perusahaan
harus dihubungkan dengan tujuan-tujuan perusahaan.
Rasio perusahaann
Pemasaran
Departemen A
Departemen B
Operasi-operasi
Deparemen C
Personalia
Departemen D
Banyak
perusahaan
mengimplementasikan
programprogram peningkatan produktivitas dengan programprogram
partisipatif
yang
berwujud
komite-komite
manajemenkaryawan. Ini tidak hanya bermaksud untuk
mengurangi berbagai bentuk kompetisi manajemenserikat
kerja, tetapi bila manajemen mendapatkan kenaikan
produktivitas,
perusahaan
membagi
penghematanpenghematan biaya dengan karyawan dalam bentuk
pembayaran insentif dan "benefits" lainnya. Komite-komite
ini tidak hanya melakukan bagian kegiatan-kegiatan
"collective bargaining" normal antara serikat kerja dan
manajemen, tetapi juga bersangkutan dengan masalahmasalah pencarian cara-cara untuk meningkatkan produktivi
tas.
MASALAH KOMPENSASI
Kompensasi merupakari pemberian pembayaran finansial kepada karyawan
sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan dan sebagai motivator
pelaksanaan kegiatan di waktu yang akan datang.
Masalah kompensasi mungkin merupakan masalah tenaga kerja yang paling
sulit dan membingungkan bagi manajemen. Walaupun kompensasi harus
mempunyai dasar yang logik dan dapat dipertahankan, hal ini mencakup banyak
faktor emosional dari sudut pandangan para karyawan, selain sering merupakan
komponen-komponen biaya yang paling besar dan penting.
Di dalam memberikan balas jasa, manajemen perlu memperhatikan prinsip
keadilan, yang dinilai secara relatif oleh para karyawan dengan
memperbandingkannya di antara mereka. Perbedaan-perbedaan kompensasi
dapat diterima para karyawan bila di dasarkan atas perbedaan tanggung jawab,
kemampuan, pengetahuan, beban kerja, produktivitas atau kegiatan-kegiatan
manajerial. Perbedaan yang tidak dapat diterima karyawan akan menimbulkan
ketidakpuasan.
Metoda pembayaran
Jam standar.
Rencana-rencana upah atas dasar jam standar mungkin merupakan
metoda yang paling luas digunakan. Untuk menggunakan rencana ini,
setiap pekerjaan harus mempunyai waktu standar yang ditetapkan
untuk melakukan pekerjaan itu. Bila karyawan melakukannya lebih
cepat, dia memperoleh upah lebih besar.
Sebagai contoh, suatu
pekerjaan memproduksi
100
unit mempunyai standar waktu
penyelesaian 10 jam. Bila karyawan menyelesaikan pekerjaan ini
Ketiga, penciptaan lingkungan kerja yang sehat
untuk menjaga kesehatan para karyawan dari gangguangangguan penglihatan, pendengaran, kelelahan, dan lainlain. Penciptaan lingkungan kerja yang sehat, secara tidak
langsung,
akan
mempertahankan
atau
bahkan
meningkatkan produktivitas. Kegiatan-kegiatan pengaturan
lingkungan kerja ini mencakup pengendalian suara bising,
pengaturan
penerangan
tempat
kerja,
pengaturan
kelembaban dan suhu udara, pelayanan kebutuhan
karyawan, pengaturan penggunaan warna pemeliharaan
kebersihan lingkungan, dan penyedia-berbagai fasilitas
yang dibutuhkan karyawan, seperti kamar ruang ganti
pakaian, dan sebagainya.