Kumpulan Askep Maternitas
Kumpulan Askep Maternitas
GANGGUAN MENSTRUASI
Gangguan Yang Berhubungan Dengan Menstruasi
A. PERMENTRUAL TENSION (ketegangan pra haid)
1. Pengertian
Ketegangan prahaid adalah keluhan-keluhan yang biasanya dimulai satu minggu sampai
beberapa hari sebelum datangnya haid dan menghilang sesudah haid datang walaupun
kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti.
2. Etiologi
Etiologi ketegangan prahaid tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting ialah :
a. Ketidakseimbangan estrogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium.
Dalam hubungan dengan kelainan hormonal. Pada tegangan prahaid terdapat defisiensi luteal
dan pengurangan produksi progesteron.
b. Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial dll, juga memegang peranan
penting. Yang lebih muda menderita tegangan haid adaalh wanita yang lebih peka terhadap
perubahan hoemonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis.
3. Manifestasi Klinis
Keluhan terdiri dari gangguan emosional berupa irritabilitas, gelisah, insomnia, nyeri kepala,
perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pda mammae dsb. Sedangka pada kasus
yang berat terapat depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi, dan penigkatan gejalagejala fisik tsb di atas.
B. DISMENORE
1. Pengertian
Nyeri menjelang atau selama haid / menstruasi.
Nyeri ini terasa di perut bagian hawah dan atau di daerah bujur sangkar Michaelis. Nyeri
dapat terasa sebelum, selama dan sesudah haid. Dapat bersifat kolik atau terus menerus.
Nyeri diduga karena kontraksi.
2. Etiologi
Dysmenorrhoe primer : sejak menarche, haid nyeri dan tidak ada kelainan dari alat
kandungan.Dysmenorrhoe sekunder : terjadi kemudian, biasanya terdapat kelainan seperti
endometriosis dan infeksi kronik genetalia interna.
Dysmenorrhoe primer, sebab :
- Psikogen.
- Konstitusionil : anaemia, tbc, kelelahan.
- Obstruksi : cervix sempit, hyperanteflexio, retroflexio, hypoplasia uteri.
- Endokrin
Dysmenorrboe sekunder terjadi pada :
- Infeksi : nyeri sudah terasa sebelam. haid.
- Myoma submucosa, polyp corpus uteri : nyeri bersifat kolik.
- Endometriosis : nyeri disebabkan tekanan oleh tumor atau perlekatan-perlekatan. Nyeri
masih ada setelah haid berhenti.
- Retroflexio uteri fixata.
- Gynatresi.
3. Manifestasi Klinis
Dismenore primer :
- Usia muda
- Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur
- Sering pada nulipara
- Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik.
- Tidak dijumpai keadaan patologik pelvik
- Hanya terjadi pada siklus haid anovulatorik.
- Sering disertai mual, muntah, kelelahan, dan nyeri kepala.
Dismenore sekunder :
- Usia lebih tua.
- Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur.
- Tidak berhubungan dengan paritas
- Nyeri sering terasa terus-menerus dan tumpul
- Nyeri dimulai saat haid dan menigkat bersamaan dengan kelurnya darah.
- Berhubungan dengan kelainan pelvik.
- Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi.
- Seringlaki memerlukan tindakan operatif.
4. Pentalaksanaan
Dismenore primer :
- Psikoterapi.
- Analgetika.
- Hormonal : pada siklus yang anovulatoar tidak ada dysmenorrhoe jadi kita pergunakan
obat-obat yang mencegah ovulasi.
Dimenore sekunder :
- Terapi causal.
C. AMENORRHOE
1. Pengetian
Amenorrhoe ialah tidak adanya haid selama 3 bulan atau lebih. Amenorrhoe bukan suatu
penyakit tetapi merupakan gejala.
Amenorrhoe primer kita pergunakan bila seorang wanita belum pernah mendapat
menstruasi dan tidak boleh didiagnosa sebelum pasien mencapai umur 18 tahun.
Amenorrhoe sekunder ialah hilangnya haid setelah menarche.
Amenorrhoe fisiologis dapat terjadi :
- Sebelum pubertas
- Dalam kehamilan
- Dalam masa laktasi : kalau tidak menyusukan haid datang 3 bulan post partum, kalau
menyusui dalam 6 buIan postpartum.
- Dalam menopause.
2. Etiologi
a. Dysfungsi hypothalamus:
1). Idiopatis
2). Psikogen:
a). Reaktif psikogen : kesedihan, pindah lingkungan, kehamilan palsu.
b). Anorexia nervosa.
- Dengan penambahan berat badan.
- Kelainan organis : tumor, trauma, infeksi, proses-proses degeneratif.
b. Dysfungsi hypofise.
- Insufisiensi : Sheehan.
- Tumor : chromophob, acidophil (acromegali), basophil adenom (Cushing).
- Radang
Dapat terjadi pada setiap umur pada wanita yang dewasa tapi yang tersering terdapat pada
masa pubertas dan climacterium. Nama lain metrophathia haemorrhagica cystica atau follikel
persistens (Schroder).
Perdarahan fungsional dapat dibagi :
1. Perdarahan anovulatoar (yang tersering).
2. Perdarahan ovulatoar.
3. DD : Dapat dibuat dengan curettage percobaan dalam stadium sekresi atau dengan kurve
suhu basal.
Posted by Moch Shohbi at 7:14 AM 0 comments
DAFTAR PUSTAKA
1. Bagian Obstetri dan Ginekologi. 1994. Obstetri Patologi: FK. Unpad
2. Hacker Moore 1999. Essensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
3. Mansjoer, Arief dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: FKUI.
4. Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Posted by Moch Shohbi at 7:09 AM 0 comments
keadaan klinis yang timbul karena infeksi HIV ataupun indikasi penurunan sel immunitas
medial serta merupakan komplikasi dari infeksi HIV. Keadaan klinis tersebut seperti :
endokarditis bakterial, meningitis, pneumonia, sepsis, vulvovaginal candidiasis persisten,
orophayrngeal candidiasis (trush), carcinoma, gejala konstitusional seperti demam, diare
selama satu bulan atau lebih.
c. Kategori klinisC
Seseorang diklasifikasikan dalam tipe C bila mengalami satu dari tanda dan gejala atau
penyakit berikut: kandidiasis broncial, trakeal, pulmonal dan esofageal; kanker serviks
invasif, herfes simpelk, imunoblastik limfoma kanker otak.
C. Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai nama Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Virus jenis ini dimasukkan ke dalam famili retrovirus (Innatavicius dan Workman, 2006) dan
ditularkan oleh darah serta mempunyai avinitas yang kuat terhadap limfosit T. Retrovirus
terdiri dari unit tunggal RNA virus yang masuk ke dalam inti sel dan ditranskripsikan ke
dalam DNA. Proses transkripsi ini berlangsung melalui kerja suatu enzim spesifik yang
disebut reverse trancriptase yang dibawa oleh virus ke dalam sel. Setelah menjadi bagian dari
DNA, virus bereplikasi dan bermutasi selama beberapa tahun dan secara perlahan tetapi tetap
menghancurkan sistem imun.
D. Faktor Resiko
Kelompok orang yang berisiko tinggi terinfeksi Virus HIV sebagai berikut :
1. Janin dengan ibu yang terjangkit HIV
2. Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian memakai alat suntik.
3. Pekerja seks komersial
4. Pasangan yang heteroseks dengan adanya penyakit kelamin
E. Manifestasi Klinik
Pada bayi dan anak yang terinfeksi HIV yang didapat pada masa perinatal tampak normal dan
mulai timbul gejala pada 2 tahun pertama kehidupan.
Manifestasi kliniknya antara lain:berat badan lahir rendah,gangguan tumbuh
kembang,sinusitis, ispa, parotitis.
Lima puluh persen anak-anak dengan infeksi HIV terkena syarafnya y6ang manifestasikan
klinisnya sebagai enselopati progresif, perkembangan yang terhambat atau hilangnya
perkembangan motoris.
Dicurigai AIDS pada anak,dua gejala mayor dan dua gejala minor, dan tidak terdapat sebabsebab imunosupresi yang laqin seperti : kanker, malnutrisi yang berat.
1. Gejala mayor yang biasanya terjadi pada anak penderita AIDS antara lain :
o penurunan berat badan atau pertumbuhan yang lambat dan abnormal
o diare kronok lebih dari satu bulan
o demam lebih dari satu bulan
2. Gejala minor meliputi :
o batuk persisten
o infeksi HIV pada ibunya
o kandidiasis orofaring
o limfadenopati generalisata
o dermatitis generalisata
F. Cara Penularan
HIV ditularkan dari orang keorang lain melalui pertukaran cairan tubuh, termasuk darah,
semen, cairan vagina ,plasenta,cairan amnion dan air susu. Urin dan isi saluran cerna tidak
dianggap sebagai sumber penularan kecuali apabila jelas tampak mengandung darah. Air
mata, air liur, dan keringat mungkin mengandung virus, tetapi jumlahnya diperkirakan terlalu
rendah untuk menimbulkan infeksi (corwin ,2001). Cara transmisinya melalui hubungan seks,
jarum suntik, transfuse darah,dan dari ibu hamil pada janin.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Test serologis
b. Pemeriksaan histologis, sitologis urin, darah, feces, cairan spina, luka, sputum dan sekresi.
c. Tes neurologis : EEG, MRI, CT Scan otak, EMG
2. Test antibodi
a. Test ELISA, untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi HIV.
b. Western blot asay / indirect fluorescent Antibody (IFA), untuk mengenali antibodi HIV dan
memastikan seroposifitas HIV.
c. Indirect immunoflourresence, sebagai pengganti pemeriksaan western blot untuk
memastikan seroposifitas.
d. Radio immuno precipitation assay, mendeteksi protein pada antibodi.
H. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans (sel immun) adalah sel-sel yang terinfeksi
HIV dan terkonsentrasi di kelenjar limfe, limpa, dan sumsum tulang . HIV menginfeksi sel
melalui pengikatan dengan protein perifer cd4 dengan bagian virus yang berantigen group
120.
Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon immun, maka HIV akan menginfeksi sel
lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi
respon immun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka system immun seluler makin lemah secara
progresif. Ini diikuti dengan berkurangnya fungsi sel B dan makrofag serta menurunnya
fungsi sel T penolong.
Seseorang yang terinfeksi HIV dapat tetap tidak memperlihatkan gejala selama bertahuntahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel / ml darah
sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 / ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi muncul, jumlah T4 kemudian
menurun. Akibat timbulnya penyakit baru, akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya,
terjadi infeksi yang parah. Seseorang yang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4
jatuh di bawah 200 sel / ml darah, atau apabila terjadi infeksi oportunistik, kanker, atau
dimensia AIDS.
I. Komplikasi
1. Oral lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, penurunan berat
badan, nutrisi, dehidrasi, keletihan dan cacat.
2. Neurologik
a. Enselopathi akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemi, ketidakseimbangan
elektrolit.
b. Infark serebral kornea sifilis meningo vaskuler, hipotensi sistemik dan maranik
endocarditis.
c. Neuropati karena inflamasi dimielinasi oleh serangan HIV.
3. Gastrointestinal
eliminasi, makanan atau cairan, hygiene, neurosensori, nyeri atau kenyamanan, seksualitas,
interaksi soaial, penyuluhan atau pembelajaran.
4. Pemeriksaan diagnostik : LAB, anti body, pelacakan HIV.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan
pencernaan.
2. Diare berhubungan dengan proses penyakit.
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare.
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi.
5. Kelelahan berhubungan dengan status penyakit.
6. Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan gangguan pertumbuhan fisik.
C. Intervensi Keperawatan
Dx I
Kriteria hasil :
- Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan.
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
Intervensi :
- Kaji adanya alergi makanan.
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan.
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori.
- Anjurkan pasien unutk meningkatkan Fe, protein, dan vitamin C.
- Monitor adanya penurunan berat badan.
- Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan.
- Monitor mual dan muntah.
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan.
- Monitor makanan kesukaan anak.
Dx II
Kriteria hasil :
- Feses berbentuk dan BAB sehari sekali sampai tiga kali.
- Area rectal dan sekitarnya tidak iritasi.
- Pasien tidak mengalami diare.
- Turgor kulit normal.
Intervensi :
- Instruksikan orang tua ataupun anak untuk mencatat warna, jumlah frekuensi, dan
konsisitensi dari feses.
- Evaluasi intake makanan yang masuk.
- Evaluasi efek samping pengobatan terhadap gastrointestinal.
- Identifikasi faktor penyebab diare.
- Monitor tanda dan gejala diare.
- Ukur diare atau keluaran BAB.
- Hubungi dokter jika ada kenaikan bising usus.
- Instruksikan orang tua dan anak untuk makan rendah serat, tinggi protein, dan tinggi kalori
jika memungkinkan.
Dx III
Kriteria hasil :
DAFTAR PUSTAKA
- Djuanda A, Djuanda S, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi
kedua. Jakarta: Fakultas kedokteran Universitas indonesia. 1993.
- Fahmi S, indriatmi W, zubier F, judarnarso j, editor. Penyakit menular seksual. Jakarta:
ringan.
Kehilangan natrium menyebabakan penyempitan dari vilume darah kompartemen vaskuler,
pada kehamilan dengan pre eklamsi menunjukan adanya peningkatan resistensi perifer dan
vasokontriksi pada ruang vaskuler, bertanbahnya protein serum (albumin dan globulin ) yang
lolos dalam urine disebabkan oleh adanya lesi dalam glomerolus gimjal, sehimgga terjadi
oliguri karena menurunya aliran darah ke ginjal dan menurunya GFR (glomerulus filtrat rate )
kenaikan berat badan dan oedema yang disebabka penambahan cairan yang berlebiha dalam
ruang intrestisial mungkin berhubungan dengan adanya retensi air dan garam, terjadinya
pergeseran cairan dari ruang intravaskuler ke intertisialdiikuti oleh adanya kenaikan
hematokrit, peningkatan protei serum menambah oedem dan menyebabkan volume darah
berkurang, visikositas darah meningkat dan waktu peredaran darah teri menjadi lama.
E. Komplikasi
1. Gangguan faal plasenta
2. Hambatan pertambahan intrra uteri pada janin
3. Eklamsi
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Preeklamsi dibedakan menjadi dua, yaitu melihat kondisi dari preeklamsia
tersebut.
1. Preeklamsi ringan.
Secara klinis, pastikan usia kehamilan, kematangan serviks, dan kemungkinan pertumbuhan
janin terhambat.
pada pasien rawat jalan, anjurkan istirahat baring 2 jam siang hari dan 8 jam malam hari. Bila
sukar tidur dapat diberikan Fenobarbital 1-2 X 30 mg.
be4rikan juga informasi perkembangan janin, dan periksa juga proteinuri.
bila dalam 2 minggu, selama rawat jalan tidak menunjuikan perbaikan, anjurkan rjuk untuk
perawatan intensif dirumah sakit.
bila terjadi peningkatan berat badan (kurang dari 1 kg/mingu, selama 2 X berturut-turut) atau
tampak tanda-tanda preeklamsi berat, berikan obat anti hipertensi metiddopa 3 X 125 mg
(dapat di tingkatkanb sampai dosis maksimal 1500 mg), nifedifin 3-5 X 5-10 mg, atau
adalatretard 2-3 X 20 mg, atau pindolol 1-3 X 5-10 mg atau dosisi maksimal 30 mg.
Pada kehamilan 37 minggu dengan serviks matang lakukan induksi persalinan. Persalinan
dapat dilakukan spontan atau dipercepat dengan bantuan ekstraksi.
2. Preeklamsia berat.
Upaya pengobatan ditujukan untuk menjcegah kejang, memulihkan organ vital pada keadaan
normal dan melahirkan bayi dengan trauma sekecil-kecilnya, baik pada ibu ataupun bayinya.
berikan MgSO4 apabila reflek patella kuat, respirasi lebih dari 16 X/menit, dan deurisis lebih
dari 100cc dalam 4 jam.
MgSO4 diberikan bersama infuse D5% dengan tetesan 15-20 tpm. Dosis awal 2gr(iv), dalam
10 selanjutnya 2gr/jam dalam drip infuse sampai TD stabil.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktifasi dan istirahat
- Ketidakmampuan melakukan aktifitas normal
- Dispenia nocturnal karena pengerahan tenaga
2. Sirkulasi
- Takikardia, palpitasi, disritmia
DAFTAR PUSTAKA
- Fakultas Kedokteran Universitas Pedjajaran Bandung. 1984. Obstetri Patologi.
Bandung : Elstar Offset.
- Doenges E, Marilynn. 1993 Rencana Asuhan Keperawatan. Kajarta : EGC
- Mochtar, Rustam. Prof. DR. 1989. Sypnosis Obstetrik : Obstetrik Patologi. Edisi I.
Jakarta : EGC
Posted by Moch Shohbi at 7:04 AM 0 comments
dengan letak belakang kepala tanpa melalui alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak
melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam
(Wiknjosastro, 2002).
Kesimpulan : persalinan adalah proses pengeluaran konsepsi yang telah cukup bulan melalui
jalan lahir atau jalan lainnya, dengan bantuan atau tanpa bantuan.
Tahapan persalinan adalah :
1. Kala I : Pembukaan Sevik 10 cm (lengkap)
2. Kala II : Pengeluaran janin
3. Kala III : Pengeluaran & pelepasan plasenta
4. Kala IV : dari lahirnya uri selama 1 2 jam
Yang dimaksud dengan kala IV adalah 1-2 jam setelah pengeluaran uri
B. Asuhan Kala IV
1. Fisiologi Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan plasenta lahir untuk memantau
kondisi ibu.
2. Evaluasi Uterus
Setelah kelahiran plasenta, periksa kelengkapan dari plasenta dan selaput ketuban. Jika masih
ada sisa plasenta dan selaput ketuban yang tertinggal dalam uterus akan mengganggu
kontraksi uterus sehingga menyebabkan perdarahan.
Jika dalam waktu 15 menit uterus tidak berkontraksi dengan baik, maka akan terjadi atonia
uteri. Oleh karena itu, diperlukan tindakan rangsangan taktil (massase) fundus uteri dan bila
perlu dilakukan Kompresi Bimanual.
3. Pemeriksaan Servik, Vagina dan Perineum
Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan jalan lahir, maka periksa daerah perineum,
vagina dan vulva. Setelah bayi lahir, vagina akan mengalami peregangan, oleh kemungkinan
edema dan lecet. Introitus vagina juga akan tampak terkulai dan terbuka. Sedangkan vulva
bisa berwarna merah, bengkak dan mengalami lecet-lecet.
Untuk mengetahui ada tidaknya trauma atau hemoroid yang keluar, maka periksa anus
dengan rectal toucher.
Laserasi dapat dikategorikan dalam :
1. Derajat pertama: laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak perlu dijahit.
2. Derajat kedua: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum (perlu
dijahit).
3. Derajat ketiga: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani.
4. Derajat empat: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani
yang meluas hingga ke rektum. Rujuk segera.
4. Pemantauan Kala IV
Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada masa post partum. Pemantauan
ini dilakukan untuk mencegah adanya kematian ibu akibat perdarahan. Kematian ibu pasca
persalinan biasanya tejadi dalam 6 jam post partum. Hal ini disebabkan oleh infeksi,
perdarahan dan eklampsia post partum. Selama kala IV, pemantauan dilakukan 15 menit
pertama setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua setelah persalinan.
Setelah plasenta lahir, berikan asuhan yang berupa :
1. Rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang kontraksi uterus.
2. Evaluasi tinggi fundus uteri Caranya : letakkan jari tangan Anda secara melintang antara
pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau dibawah pusat.
3. Perkirakan darah yang hilang secara keseluruhan.
4. Pemeriksaan perineum dari perdarahan aktif (apakah dari laserasi atau luka episiotomi).
5. Evaluasi kondisi umum ibu dan bayi.
6. Pendokumentasian.
Bentuk Tindakan Dalam Kala IV :
1. Mengikat tali pusat;
2. Memeriksa tinggi fundus uteri;
3. Menganjurkan ibu untuk cukup nutrisi dan hidrasi;
4. Membersihkan ibu dari kotoran;
5. Memberikan cukup istirahat;
6. Menyusui segera;
7. Membantu ibu ke kamar mandi;
8. Mengajari ibu dan keluarga tentang pemeriksaan fundus dan tanda bahaya baik bagi ibu
maupun bayi.
Tindakan Yang Tidak Bermanfaat :
1. Tampon vagina menyebabkan sumber infeksi.
2. Pemakaian gurita menyulitkan memeriksa kontraksi.
3. Memisahkan ibu dan bayi.
4. Menduduki sesuatu yang panas menyebabkan vasodilatasi, menurunkan tekanan darah,
menambah perdarahan dan menyebabkan dehidrasi.
Pemantauan Lanjut Kala IV
Hal yang harus diperhatikan dalam pemantauan lanjut selama kala IV adalah :
1. Vital sign Tekanan darah normal < 140/90 mmHg; Bila TD < 90/ 60 mmHg, N > 100 x/
menit (terjadi masalah); Masalah yang timbul kemungkinan adalah demam atau perdarahan.
2. Suhu S > 380 C (identifikasi masalah); Kemungkinan terjadi dehidrasi ataupun infeksi.
3. Nadi
4. Pernafasan
5. Tonus uterus dan tinggi fundus uteri Kontraksi tidak baik maka uterus teraba lembek;
TFU normal, sejajar dengan pusat atau dibawah pusat; Uterus lembek (lakukan massase
uterus, bila perlu berikan injeksi oksitosin atau methergin).
6. Perdarahan Perdarahan normal selama 6 jam pertama yaitu satu pembalut atau seperti
darah haid yang banyak. Jika lebih dari normal identifikasi penyebab (dari jalan lahir,
kontraksi atau kandung kencing).
7. Kandung kencing Bila kandung kencing penuh, uterus berkontraksi tidak baik.
Tanda Bahaya Kala IV
Selama kala IV, bidan harus memberitahu ibu dan keluarga tentang tanda bahaya :
1. Demam.
2. Perdarahan aktif.
3. Bekuan darah banyak.
4. Bau busuk dari vagina.
5. Pusing.
6. Lemas luar biasa.
7. Kesulitan dalam menyusui.
8. Nyeri panggul atau abdomen yang lebih dari kram uterus biasa.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat
Dapat tampak berenergi atau kelelahan / keletihan, mengantuk
2. Sirkulasi
- Nadi biasanya lambat (50-70), karena hipersensitivitas vagal.
- TD Bervariasi,
- Edema
3. Integritas ego
Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah- ubah,
4. Eliminasi
- Hemoroid sering ada dan menonjol
- kandung kemih mungkin teraba atas simfisis pubis atau kateter urinarius mungkin dipasang.
5. Makanan / cairan
Dapat mengeluh haus lapar atau mual
6. Neurosensori
- Sensasi gerak ekstremitas bawah menurun pada adanya anestesi spinal atau analgesia
kaudal/epidural.
- Hiperefleksia mungkin ada
7. Nyeri atau ketidaknyamanan
dapat melaporkan ketidaknyamanan dari berbagai sumber, mis : nyeri, trauma jaringan /
perbaikan episotomi, kandung kenih penuh, perasaan dingin dan otot tremor dan menggigil
8. Keamanan
- Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit (pengerahan tenaga, dehidrasi)
- Perbaikan episitomi utuh, dengan tepi jaringan merapat.
9. Seksualitas
- Fundus keras terkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi unbilikus.
- Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap, dengan hanya beberapa
bekuan kecil.
- Payudara lunak dan puting tegang
10. Penyuluhan atau pembelajaran
Obat-obatan yang diberikan, termasuk waktu dan jumlah.
11. Pemeriksaan diagnostik
Hb / Ht, jumlah darah lengkap, Urinalis, pemeriksaan lain sesuai indikasi temuan fisik
B. Prioritas keperawatan
1. Meningkatkan kesatuan dan ikatan keluarga
2. Mencegah atau mengontrol perdarahan
3. Meningkatkan kenyamanan
C. Diagnosa Keperawatan
1. Proses keluarga, perubahan. b.d transisi atau peningkatan perkembangan anggota keluarga
2. Kekurangan volume cairan b.d kelelahan / kegagalan miometri dari mekanisme
homeostatik. mis siskulasi uteroplasental berlanjut, vaso kontriksi tidak koplet, ketidak
adekuatan erpindahan cairan
3. Nyeri akut b.d trauma mekanis/edema jaringan, kelelahan fisik dan psikologis, ansietaas
D. Intervensi Keperawatan
Dx I
Tujuan :
Saat kondisi ibu dan neonatus memungkinkan mendemonstrasikan perilaku kedekatan dan
ikatan yang tepat, menggendong bayi
Tindakan / intervensi :
- Anjurkan klien untuk menggendong, menyentuh dan memeriksa bayi, lebih disukai
bersentuhan kulit dengan kulit
- Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi dan membantu dalam perawatan
bayi, sesuai kondisi
- Observasi dan catat interaksi bayi keluarga, perhatikan perilaku untuk menujukan ikatan dan
kedekatan dalam budaya khusus
- Catat pengungkapan / perilaku yang menunjukan kekecewaan atau kuran minat/ kedekatan
- Jamin privasi keluarga pada pemeriksaan selama interaksi awal dengan bayi baru lahir,
sesuai kondisi ibu dan bayi
- Anjurkan dan bantu pemberian ASI, tergantung pada pilihan klien dan keyakinan.
Dx II
Tujuan :
Menunjukan tanda-tanda vital stabil dalam batas normal, menunjukan perbaikan episitomi
atau insisi sesaria merapat dan balutan bedahkerin dan utuh
Tindakan / intervensi :
- tempatkan klien pada posisi rekumben
- kaji hal yang memperberat kejadian intrapartum, khususnya persalinan yang di
induksi/augmentasi atau persalinan yang lama.
- perhatikan jenis persalinan dan anestesia, kehilangan darah pada persalinan, dan lama
persalinan tahap II
- kaji TD dan nadi setiap 15 menit
- perhatikan kondisi perbaikan episitomi, edema berlebihan, tekanan internal kuat
Dx III
Tujuan :
- menunjukan posur dan ekspresi wajah rileks
- mengungkapkan rasa ketidaknyamanan / nyeri
Tindakan / intervensi :
- kaji sifat dan derajat ketidak nyamanan, jenis melahirkan, lama persalinan, dan pemberian
anastesi atau analgesia.
- beri ucapan selamat klien / pasangan pada kelahiran bayi baru lahir. berikan kesempatan
untuk membicarakan tentang pengalaman melahirkan
- berikan informasi yang tepat tentang perawatan rutin selama periode pascapartum.
- kaji adanya tremor pada kaki atau tubuh atau gemetar yang tidak terkontrol, tempatkan
selimut hangat pada klien
- anjurkan penggunaan teknik pernapasan / relaksasi
- berikan lingkungan tenang, anjurkan istirahat diantara pengkajian
- berikan cairan yang jernih jika dibutuhkan
DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marilynn E, dkk, rencana perawatan maternal/bayi,edisi 2, EGC, Jakarta
Draft, Acuan Pelatihan Pelayanan Dasar Kebidanan.
21. Tunggu
22. Biparietal
23. Sangga
24. Susur
IX. PENANGANAN BBL
25. Letak
26. Kering
27. Jepit
28. Potong
29. Ganti
30. Susu
X. KALA III
31. Fundus
32. Beritahu
33. Suntik
34. Pindah
35. Posisi
36. Regang
PLASENTA
37. Tarik
38. Putar
39. Masase 15
XI. PERDARAHAN SEGERA
40. Plasenta
41. Robekan
XII. PASCA TINDAKAN
42. tonus
43. Bersih
44. Ikat
45. Ikat
46. Klem
47. Bungkus
48. Susu
XIII. EVALUASI
49. tonus
50. Ajarkan
51. Nadi
52. TD
XIV. BERSIH / AMAN
53. Alat
54. Buang
55. Ibu
56. Nyaman
57. Dekon
58. Celup
59. Cuci
60. Partograf
Posted by Moch Shohbi at 6:56 AM 0 comments
Dx IV
Tujuan : Klien mengerti dan memahami tentang kondisi penyakitnya
Kriteria hasil :
- Klien mampu mengulangi penjelasan perawat
- Pengetahuan klien bertambah
Intervensi :
- Kaji tingkat pengetahuan yang berhubungan dengan proses penyakit
- Jelaskan patofisiologi penyakit dan hubungkan dengan anatomi fisiologi bersama tim
kesehatan
- Jelaskan tanda dan gejala, proses serta penyebab penyakit
- Sediakan informasi tentang kondisi klien
- Berikan informasi tentang tindakan diagnostik
- Motivasi keluarga klien untuk mengikuti informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan
lain
DAFTAR PUSTAKA
Bunner and Suddart.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.