OLEH :
ABDI WIGATI
05071281320038
ABSTRACT
kritis
ditandai
dengan
vegetasi
alang-alang
yang
BAB I
PENDAHULUAN
penyediaan
pangan
semakin
hari
semakin
berat.
Degradasi lahan dan lingkungan, baik oleh ulah manusia maupun gangguan
alam, semakin meningkat. Lahan subur untuk pertanian banyak beralih
fungsi menjadi lahan nonpertanian. Sebagai akibatnya kegiatan-kegiatan
budidaya pertanian bergeser ke lahan-lahan kritis yang memerlukan input
tinggi dan mahal untuk menghasilkan produk pangan per satuan luas.
Pertanyaannya adalah begitu pentingkah kita memeras pikiran dan tenaga
untuk ketahanan pangan ini ?.
Data menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia berdasarkan
sensus penduduk 1990 sebesar 178,6 juta jiwa dan pada tahun 2000
meningkat menjadi 203,5 juta jiwa. Laju pertumbuhan penduduk 1990 2000
berdasarkan sensus tahun 2000 tercatat sebesar 1,36 %. Jika laju
pertumbuhan penduduk tepat (sebesar 1,36 % per tahun), maka pada tahun
2020 nanti jumlah penduduk Indonesia diperkirakan 266,6 juta jiwa.
Sastrosoedarjo dan Juwita (1996) memperkirakan bahwa konsumsi
kalori per kapita pada tahun 2000 sebesar 2100,53 g kalori/kapita/hari,
sedangkan
konsumsi
pangan
setara
beras
mencapai
120
kg
Berbagai cara
BAB II
PEMBAHASAN
Tekanan penduduk
2 2.
3 3.
Perladangan berpindah
4 4.
5 5.
6 6.
diutamakan
bukan
meningkatkan
produksi
tetapi
bagaimana
dianggap baik.
Apapun strategi yang dianut, pengelolaan usahatani tanaman pangan
tetap perlu dilakasanakan sebaik mungkin dengan tujuan produksi tinggi dan
berwawasan lingkungan agar kebutuhan pangan nasional tidak tergantung
kepada negara lain. Dalam kaitan itu, penelitian dan pengembangan
teknologi usahatani perlu ditingkatkan, termasuk penelusuran perluasan
areal baru, baik oleh pengambil kebijakan maupun para ahli dan pihak terkait
lainnya.
1. Aplikasi Usahatani Konservasi
Banyak teknologi yang dianjurkan untuk menekan erosi tanah, seperti
pembuatan teras dan galengan. Akan tetapi, petani pada umumnya tidak
memiliki cukup biaya untuk pembuatan teras. Oleh karena itu, belakangan ini
telah dianjurkan pula sistem usahatani konservasi.
Sistem usahatani konservasi adalah penataan usahatani yang stabil
berdasarkan daya dukung lahan yang didasarkan atas tanggapannya
(Consultative
Group
on
International
Agriculture
Research)
kompos
dan
pupuk
kandang
ke
dalam
tanah
guna
sebagian besar limbah pertaniannya diangkut keluar untuk pakan dan kayu
bakar, dibakar pada saat persiapan tanah atau terbawa erosi, oleh karena itu
makin lama kandungan bahan organik tanah makin menurun dan diikuti oleh
peningkatan erosi tanah karena kurangnya tindakan konservasi tanah.
Upaya dalam mempertahankan atau meningkatkan produktivitas
lahan kritis hendaknya didekati dengan menerapkan sistem usahatani
konservasi melalui, pengaturan pola tanam, penambahan bahan organik
dengan daur ulang sisa panen dan gulma, serta penerapan budidaya lorong
(Adiningsih dan Mulyadi, 1992). Penerapan teknologi tersebut akan
memberikan
pengaruh
positif
terhadap
produktivitas
tanah
seperti
2. Penggunaan Amelioran
Penggunaan pupuk organik (pupuk kandang atau pupuk hijau ) dan
kapur dapat meningkatkan efisiensi pemakaian pupuk anorganik, karena
kedua unsur tersebut dapat meningkatkan daya pegang air dan hara di
tanah, sementara itu, residu pupuk diharapkan dapat mengurangi jumlah
pemakaian pupuk anorganik pada tanam berikutnya. Hasil penelitian Arief
dan Irman (1993) disimpulkan bahwa pemberian amelioran berupa kapur,
pupuk kandang, daun gamal, jerami padi dan kiserit mampu meningkatkan
hasi padi gogo dan kedelai di tanah podzolik merah kuning.
DAS Jratunseluna (1989) mengemukakan bahwa penggunaan mulsa
segar maupun limbah tanaman dapat meningkatkan hasil kacang hijau.
Rata-rata hasil mencapai 1,22 t/ha. Hasil tertinggi dicapai pada penggunaan
mulsa daun kaliandra sebanyak 10 t/ha. Sisa tanaman yang baik digunakan
sebagai mulsa pertanaman kacang hijau berturut-turut jerami padi, jerami
jagung, jerami kacang tanah dan terakhir jerami kedelai dengan hasil cukup
baik mencapai 1,37; 1,35; 1,25 dan 1,22 t/ha. Mulsa segar kalindra dan
lamtorogung dapat dikembangkan sebagai tanaman pagar dalam sistem
pertanaman lorong.
Kesimpulan
1 1.
koservasi
2 2.
Upaya
menemukan
paket
teknologi
usahatani
konservasi
Hasil penelitian yang telah ada masih perlu divalidasi pada tingkat
onfarm yang bersifat spesifik lokasi agar paket teknologi tersebur dapat
diadopsi petani
Daftar Pustaka