Anda di halaman 1dari 2

Penyakit arteri perifer (peripheral arterial disease) adalah suatu kelainan klinis akibat adanya

stenosis atau oklusi pada aorta dan/atau arteri ekstremitas. Aterosklerosis merupakan penyebab
tersering dari penyakit ini pada usia >40 tahun. Penyebab lainnya adalah thrombosis, emboli,
vaskulitis, trauma. Prevalensi tertinggi timbulnya penyakit ini pada usia dekade keenam dan
ketujuh. Rokok telah diketahui sebagai faktor risiko dari timbulnya penyakit arteri perifer, selain
faktor lainnya seperti diabetes mellitus, hiperkolesterolemia, hipertensi, atau
hiperhomosisteinemia.1,2
Manifestasi klinis tersering dari penyakit arteri perifer adalah adanya klaudikasio intermiten,
suatu rasa nyeri, keram, baal, atau letih pada otot yang muncul dalam penggunaan otot untuk
aktivitas, dan membaik saat keadaan istirahat, biasanya setelah 2-5 menit. Gejala ini muncul
pada daerah distal dari lokasi lesi oklusif, misalnya klaudikasio pada betis akibat adanya kelainan
pada arteri femoral-poplitea. Karena lebih tingginya insidensi obstruksi pada pembuluh darah
bagian inferior tubuh, maka gejala klaudikasio intermiten ini lebih banyak didapatkan pada otototot ekstremitas bawah.1,2,3
Pada pasien dengan oklusi yang berat, maka dalam keadaan istirahat pun, aliran darah tidak
dapat mencukupi kebutuhan metabolisme basal dari jaringan, sehingga dapat timbul critical limb
ischemia. Pasien akan mengeluh nyeri pada saat istirahat atau merasa dingin atau baal pada jari
kaki dan kaki. Gejala ini lebih nyata pada saat tidur (posisi tungkai horizontal), dan membaik
saat tungkai dalam posisi tergantung ke bawah. Ini dapat menjadi pembeda dengan kelainan pada
vena pada tungkai. Pada gangguan aliran vena tungkai, rasa nyeri lebih nyata dalam posisi
berdiri dan membaik saat tungkai dalam posisi elevasi.1,2,3
Manifestasi klinis lainnya adalah fenomena Raynaud, yaitu suatu iskemi digiti episodik dengan
tampilan berupa perubahan warna jari-jari secara berurutan dari putih, sianosis, hingga
kemerahan saat jari-jari tangan atau kaki terpapar suhu dingin dan kemudian hangat kembali.
Warna putih atau pucat yang timbul saat terpapar suhu dingin atau menyentuh benda dingin
merupakan gambaran fase iskemik dari fenomena ini akibat dari vasospasme arteriol pada jari-

jari. Selama fase ini, kapiler dan venule akan berdilatasi, sehingga terjadi sianosis akibat
banyaknya hemoglobin yang terdeoksigenasi dalam pembuluh darah tersebut. Umumnya rasa
baal atau parestesia dapat menyertai fase iskemik ini.1,2,3
Dengan adanya penghangatan kembali, vasospasme arteriol jari-jari pulih berkurang, dan aliran
darah yang melalui arteriol dan kalpiler akan meningkat secara relarif cepat sehingga terjadi
kondisi hipermeia reaktif, warna merah terang pada jari-jari. Selama fase hiperemis ini, pasien
umumnya merasakan sensasi nyeri berdenyut.3
Walaupun respons warna trifasik ini khas untuk fenomena Raynaud, tidak semua pasien
mengalaminya, terkadang hanya pucat dan sianosis, atau bahkan hanya sianosis saja.3
Pemeriksaan fisis yang bermakna pada penyakit arteri perifer adalah berkurangnya atau
hilangnya pulsasi arteri distal dari lokasi obstruksi, adanya bruit pada arteri yang menyempit, dan
atrofi otot yang didarahi arteri bersangkutan. Pada keadaan yang lebih berat, terjadi kerontokan
rambut lokal disertai kulit yang menjadi halus dan lebih dingin, penebalan kuku, hingga warna
kulit yang pucat atau sianosis. Pada kondisicritical limb ischemia, dapat timbul ulkus atau
gangrene. Sedangkan neuropati iskemik yang terjadi dapat mengakibatkan rasa baal dan
hiporefleksia. Pada kondisi iskemia berat yang lama, dapat timbul edema tungkai karena pasien
yang mempertahankan tungkainya dalam keadaan tergantung ke bawah sepanjang waktu.3
Pemeriksaan fisis lainnya yang penting adalah ABI (ankle brachial index), yang membandingkan
tekanan sistolik ekstremitas bawah dan atas. Dalam keadaan normal, nilai indeks atau rasio
tekanan sistolik ekstremitas bawah dan atas adalah 0,9. Nilai <0,9
Setiap ditemukan adanya pulsasi arteri perifer yang berkurang atau menghilang, dapat dilakukan
pemeriksaan dengan Doppler device. Ada/tidak adanya suara denyutan secara kasar dapat
menggambarkan ada/tidak adanya aliran darah dalam arteri yang diperiksa.1,3
Pemeriksaan laboratorium dapat dikerjakan untuk mengevaluasi adanya faktor penyakit sistemik
sebagai penyebab oklusi pembuluh darah, seperti diabetes mellitus atau hiperkolesterolemia.1,2,3
Angiografi masih menjadi kriteria standar radiologi untuk diagnosis penyakit arteri perifer. Akan
tetapi, metode ini umumnya dijalankan untuk intervensi baik endovaskuler maupun bedah
terbuka.2
Posted by EIDCP at 08.59

Anda mungkin juga menyukai