Essay Pacar Air
Essay Pacar Air
Pada tulisan ini mengulas tentang tanaman bunga yang sangat dekat dengan masyarakat
Bali karena sering digunakan sebagai salah satu sarana dalam persembahyangan. Tanaman yang
memiliki banyak variasi warna yang indah dilihat, tidak lain dan tidak adalah bunga pacar air
yang memiliki nama ilmiah Impatiens balsamina L. Bisa dibilang harga dari bunga ini cukup
murah dan mudah didapatkan. Bunga ini dapat berkembang biak dengan cepat tanpa
memerlukan kondisi tertentu. Hanya dengan menaruh biji dari bunga ini pada tanah yang
gembur, beberapa hari kemudian tanaman pacar air akan segera tumbuh. Namun siapa yang
menyangka ternyata tanaman ini memiliki banyak manfaat baik dari batang, daun dan bunganya.
Tiap komponen dari bunga ini memiliki kandungan kimia yang berbeda dengan khasiat yang
berbeda pula. Kandungan pada tanaman ini sudah sejak lama dimanfaatkan sebagai salah satu
obat tradisional dan kini juga sedang dikembangkan sebagai obat herbal dalam kemasan yang
siap konsumsi. Selain itu bunga pacar air juga digunakan menjadi indikator alami dalam
praktikum sederhana di laboratorium.
Bunga pacar air yang mengandung antosianin, sianidin dan malvidum berkhasiat sebagai
anti hipertensi dan rematik. Biji pacar air mengandung saponin, parinaric acid, kuersetin,
balsaminasterol, -spinasterol, -ergosterol, naphtaquinon, minyak atsiri, dan derivat kamferol
yang berkhasiat untuk mempermudah persalinan dan mengobati kanker saluran pencernaan atas.
Tanaman pacar air sudah terbukti memiliki aktivitas sebagai antikanker. Hal ini sudah
ditunjukkan pada penelitian Amelia (2011) menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test
(BST). Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh harga LC 50 ekstrak metanol 744,4893 85,96
g/ml. Dimana dinyatakan bahwa suatu tanaman mempunyai aktivitas antikanker apabila harga
LC50 kurang dari 1000 g/ml. Dari hasil uji skrining fitokimia pada penelitian Amelia (2011)
tersebut juga diketahui bahwa ekstrak metanol herba pacar air mengandung senyawa flavonoid,
saponin dan steroid/triterpen yang merupakan komponen senyawa sitotoksik.
Kandungan kimia dari bunganya sendiri salah satunya yaitu antosianin. Antosianin adalah
pigmen berwarna merah, ungu, dan biru yang terdapat pada seluruh tumbuhan kecuali fungus.
Sebagian besar antosianin dalam bentuk glikosida, biasanya mengikat satu atau dua unit gula
seperti glukosa, galaktosa, ramnosa, dan silosa. Jika monoglikosida, maka bagian gula hanya
terikat pada posisi 3, dan pada posisi 3 dan 5 bila merupakan diglikosida dan bagian aglikionnya
disebut antosianidin. Sebagian besar antosianin berwarna kemerahan dalam larutan asam, tetapi
menjadi ungu dan biru dengan meningkatnya pH yang akhirnya rusak dalam larutan alkali
kuat .Warna yang dihasilkan dari antosianin dipengaruhi oleh tingkat keasaman medium, pada
suasana asam pH 1-3 antosianin menunjukkan warna merah sementara peningkatan pH
mengakibatkan penurunan intensitas warna yang dihasilkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
antosianin merupakan pigmen yang tidak stabil terhadap perubahan pH dan suhu. Dengan sifat
dari kimia antosianin yang terkandung dalam bunga inilah kemudian digunakan sebagai
indikator dalam titrasi asam-basa di lab. Untuk mengekstrak zat antosianin ini sendiri dilakukan
dengan melarutkan bunga bersama dengan alkohol, kemudian diaduk hingga zat warnanya keluar
kemudian disaring. Larutan hasil ekstraksi tadi inilah yang kemudian ditambahkan pada sampel
larutan yang akan diujikan.
Selain itu pada daun pacar air juga mengandung senyawa kimia yang bisa dimanfaatkan
sebagai obat. Menurut Panichayupakaranant (2001) [7], daun pacar air Impatiens balsamina L.
mengandung senyawa naftoquinon, turunan kumarin, tanin, flavanoid, dan steroid. Hal ini
juga didukung oleh penelitian Adfa (2007) [1] dari uji pendahuluan metabolit sekunder diketahui
bahwa daun pacar air Impatiens balsamina L. mengandung kumarin, flavonoid, kuinon, saponin
dan steroid. Senyawa aktif tersebut mempunyai kemampuan sebagai antimikroba yang efektif
untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan fungi. Penelitian ini menggunakan simplisia dari
ekstrak daun pacar air Impatiens balsamina L. yang menunjukkan adanya senyawa flavonoid,
steroid dan saponin. Secara tradisional daun pacar air ini biasanya direbus ataupun digiling
kemudian dioleskan pada bagian luka untuk mencegah terjadinya infeksi oleh bakteri dan
kuman.
Pada biji dari pacar air ini juga dipercaya berkhasiat sebagai penghenti perdarahan
(hemostatis), meningkatkan fungsi pencernaan, mempunyai efek melunakkan massa yang keras
(tumor), anti kanker, peluruh haid, dan mempermudah persalinan (parturifasien) dengan cara
memimun air rebusan dari biji pacar tersebut. Namun memimun ramuan ini tidak dianjurkan bagi
ibu hamil dan untuk penggunaan jangka panjang, ramuan bisa memberikan rasa mual, mulut
kering, dan kurang nafsu makan. Untuk mengatasi hal tersebut dianjurkan untuk mengurangi
pemakaian dari ramuan ini ataupun menghentikan meminumnya selama 2 3 hari.
Pemanfaatan bunga pacar air tidak dilakukan di Bali saja, namun sudah menyebar di
seluruh pelosok Indonesia dan bahkan di luar Indonesia. Salah satu contoh di Indonesia adalah
masyarakat Bengkulu yang telah memanfaatkan tanaman pacar air sebagai obat luka potong,
bengkak-bengkak, koreng, obat panas dalam dan susah kencing bagi anak kecil, disamping itu
tanaman pacar air juga digunakan untuk memerahkan kuku [2]. Disisi lain penelitian yang telah
dilakukan [4] terhadap ekstrak etanol bunga putih pacar air memberikan efek antihistamin, anti
anapilaktik, anti bodi, anti puritik dan menurunkan tekanan darah. Dalam pengobatan Cina, pacar
air digunakan untuk mengobati penyakit encok, luka memar dan beri-beri [5] serta pacar air di
India digunakan juga sebagai racun ikan [8]. Dari penelitian terdahulu telah dilaporkan bahwa
[6] telah berhasil mengisolasi Kaemferol 3-O-glukosida dan Kuersetin dari bunga putih pacar air
[4] berhasil mengisolasi Rutin dari bunga pacar air, tahun 2000, Adfa telah berhasil mengisolasi
Skopoletin dari daun pacar air. Namun sejauh ini belum ada laporan tentang aktivitas biologis
dari ekstrak daun tanaman pacar air.
Berdasarkan beberapa jurnal dan artikel yang telah dirujuk, tanaman pacar air banyak
memiliki manfaat yang baik dalam dunia pegobatan nantinya. Untuk dewasa ini mungkin belum
banyak beredar tentang hal ini dan juga belum diproduksinya obat yang berasal dari tanaman ini
dalam skala pabrik, namun jika sudah diproduksi ekstrak dan obat dari tanaman ini, ada
kemungkinan penggunaan tanaman pacar air sebagai sarana sembahyang di Bali akan mulai
berkurang karena tahu manfaat dan khasiatnya yang begitu banyak sama seperti ektrak kulit buah
manggis yang populer di kalangan masyarakat baru baru ini mengakibatkan harga dari buah ini
sedikit mengalami kenaikan harga. Terkait tentang kandungan dan manfaat dari tanaman pacar
air, beberapa baru diujikan dalam skala laboratorium saja, maksudnya diujikan pada binatang uji
maupun pada sel tertentu dan belum diterapkan secara langsung pada manusia. Walaupun
penggunaan tanaman pacar air sebagai obat tradisional sudah pernah dilakukan sejak lama oleh
beberapa orang namun diperlukan testimoni yang kuat dan publikasi tentang pengujian khasiat
dari obat tersebut sehingga dapat dipercaya dan bisa diproduksi. Selain itu ijin dan pemeriksaan
dari badan pengawasan obat juga diperlukan, karena menurut efek farmakopis dari tanaman
pacar air ini sedikit toxic (beracun), sehingga dengan pengawasan dan pengujian lebih lanjut agar
ekstrak dari tanaman ini aman dikonsumsi. Jika semua hal tersebut sudah terpenuhi maka
jelaslah tanaman ini dapat diolah menjadi obat yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi
dibandingkan penjualan sebelumnya sebagai sarana sembahyang sehari hari.
Daftar Pustaka
[1] Adfa, M., 2007, Senyawa Antibakteri dari Daun Pacar Air (Impatiens balsamina L.),
(online), (http://gradienfmipaunib.files.wordpress.com/2008/07/morina-adfa-edit.pdf)
[2] Adfa, M., dan Kasrina, 2001, Pacar air (Impatiens spp.) sebagai Tanaman Obat
Masyarakat Bengkulu: Survey Etnobotani dan Keanekaragaman hayati, Laporan Penelitian,
Lembaga Penelitian Universitas Bengkulu.
[3] Dharma, A., 2001, Uji Bioaktivitas Metabolit Sekunder, Makalah Workshop Kimia
Bahan Alam Hayati, Proyek Ditjen Dikti, Unand, Padang.
[4] Fukomoto, H., K. Isoi, K. Ishiguro, M. Semma, T. Murashima, 1994, J.
Phytochemistry, 37(5), 1486-1488.
[5] Fukomoto, H., K. Isoi, K. Ishiguro, M. Semma, M. Yamaki, 1996, Phytother-res, 10
(3),202-206.
[6] Ishiguro,K., H. Oku, 1997, Phytother-res, 11 (5), 343-347.
[7] Panichayupakaranant, 2001. Napthoquinone Formation in Impatiens balsamina Cell
Cultures. Pharmaceutical Biology, 39 :1.
[8] Shoji. N, A. Umeyama, K. Yoshikawa, N. Saitou, Y. Kan and S. Arihara, 1994, J.
Tetrahedron, 50 (17), 4973-4986.