Bahan pengawet adalah zat atau bahan kimia yang ditambahkan ke dalam produk seperti
makanan, minuman, obat-obatan, cat, sampel biologis, kosmetik, kayu, dan produk lainnya
untuk mencegah terjadinya dekomposisi yang disebabkan oleh adanya pertumbuhan
mikroba atau oleh perubahan kimiawi. Secara umum, pengawetan dilakukan melalui dua
cara, yaitu secara kimiawi atau fisik. Pengawetan kimiawi melibatkan penambahan senyawa
kimia ke dalam produk. Pengawetan fisik melibatkan berbagai proses seperti pembekuan
atau pengeringan.[1] Bahan pengawet aditif makanan mengurangi risiko keracunan
makanan, mengurangi paparan mikroba, dan mempertahankan kesegaran serta kualitas
nutrisi produk tersebut. Beberapa teknik fisik untuk mengawetkan makanan di antaranya
dehidrasi, radiasi UV-C, pengeringbekuan, dan pembekuan. Teknik pengawetan kimiawi dan
fisik terkadang dikombinasikan.
Daftar isi
1 Pengawet antimikroba
2 Antioksidan
3 Senyawa nonsintetik untuk pengawetan makanan
4 Sejarah
5 Kesadaran masyarakat terhadap pengawetan makanan
6 Referensi
Pengawet antimikroba
E201 – asam benzoat, natrium digunakan dalam makanan asam seperti selai, saus
E203 benzoat salad, jus, acar, minuman berkarbonasi, kecap
E214 – hidroksibenzoat dan
stabil pada rentang pH yang lebar
E219 turunannya
E251 –
nitrat digunakan dalam daging
E252
E220 –
sulfur dioksida dan sulfit umum untuk buah-buahan
E227
Antioksidan
Jalur radikal bebas pada fase pertama dari rancidifikasi oksidatif lemak. Proses ini
diperlambat oleh antioksidan.
Proses oksidasi merusak sebagian besar makanan, terutama yang memiliki kandungan
lemak yang tinggi. Lemak cepat menjadi tengik bila terpapar oksigen. Antioksidan mencegah
atau menghambat proses oksidasi. Aditif antioksidan yang paling umum adalah asam
askorbat (vitamin C) dan askorbat.[7] Karenanya, antioksidan biasanya ditambahkan ke
minyak, keju, dan keripik.[2] Antioksidan lainnya termasuk turunan fenol BHA, BHT, TBHQ
dan propil galat. Agen ini menekan pembentukan hidroperoksida.[3] Pengawet lainnya
termasuk etanol dan metilkloroisotiazolinon.
E220 –
sulfur dioksida dan sulfit minuman, wine
E227
E306 –
tokoferol aktivitas vitamin E
E309
Berbagai bahan ditambahkan untuk menyerap ion (menonaktifkan) logam yang jika tidak
mampu mengkatalisis oksidasi lemak. Bahan yang umum digunakan adalah dinatrium EDTA,
asam sitrat (dan sitrat), asam tartarat, dan lesitin.[1]
Enzim target asam sitrat dan askorbat yang mendegradasi buah-buahan dan sayuran,
misalnya, fenolase yang mengubah permukaan apel yang telah dipotong dan kentang
menjadi berwarna cokelat. Asam askorbat dan tokoferol, yang adalah vitamin, adalah
pengawet yang lazim digunakan. Pengasapan melibatkan paparan makanan kepada
berbagai jenis fenol, yang merupakan antioksidan. pengawet alami termasuk ekstrak
rosemary, hop, garam, gula, cuka, alkohol, tanah diatom dan minyak jarak.
Sejarah
Pengawet telah digunakan sejak zaman prasejarah. Daging asap misalnya memiliki
kandungan fenol dan bahan kimia lain yang mampu menghambat pembusukan. Pengawetan
makanan telah berkembang jauh selama berabad-abad dan telah berperan dalam
meningkatkan ketahanan pangan. Penggunaan pengawet kepada selain minyak tradisional,
garam, cat, dan sebagainya dalam makanan dimulai pada akhir abad ke-19, tetapi tidak
menyebar luas sampai abad ke-20.[9]
Referensi
1. ^ a b
Erich Lück and Gert-Wolfhard von Rymon Lipinski "Foods, 3. Food Additives" in
Ullmann's Encyclopedia of Industrial Chemistry, 2002, Wiley-VCH, Weinheim.
doi:10.1002/14356007.a11_561 10.1002/14356007.a11_561
2. ^ a b Msagati, Titus A. M. (2012). The Chemistry of Food Additives and Preservatives.
Diakses dari http://www.eblib.com
3. ^ a b Dalton, Louisa (November 2002). "Food Preservatives". Chemical and
Engineering News. 80 (45): 40. doi:10.1021/cen-v080n045.p040. Diakses tanggal 9
February 2012.
4. ^ "Using Preservatives". Diakses tanggal 9 Februari 2012.
5. ^ Shaw, Ian C. (2012). Food Safety : The Science of Keeping Food Safe. Retrieved
from http://www.eblib.com (306- 334)
6. ^ a b Field, Simon Quellen (2008). Why There's Antifreeze in Your Toothpaste: The
Chemistry of Household Ingredients. Chicago: Chicago Review Press.
7. ^ a b (Bhat, Rajeev; Alias, Abd Karim; Paliyath, Gopinadham (2011). Progress in
Food Preservation. Retrieved from http://www.eblib.com
8. ^ P'EREZ-D'IAZ, I.M; MCFEETERS, R.F (Mei 2010). "Preservation of Acidified
Cucumbers with a Natural Preservative Combination of Fumaric Acid and Allyl
Isothiocyanate that Target Lactic Acid Bacteria and Yeasts". Journal of Food Science.
75 (4): M204–M208. doi:10.1111/j.1750-3841.2010.01587.x.
9. ^ Evans, G., de Challemaison, B., & Cox, D. N. (2010). "Consumers' ratings of the
natural and unnatural qualities of foods". Appetite. 54 (3): 557–563.
doi:10.1016/j.appet.2010.02.014.
10. ^ Ashagrie, Z. Z., & Abate, D. D. (2012). IMPROVEMENT OF INJERA SHELF LIFE
THROUGH THE USE OF CHEMICAL PRESERVATIVES. African Journal Of Food,
Agriculture, Nutrition & Development, 12(5), 6409-6423.
11. ^ Kumar, H., Jha, A., Taneja, K. K., Kabra, K., & Sadiq, H. M. (2013). A STUDY ON
CONSUMER AWARENESS, SAFETY PERCEPTIONS & PRACTICES ABOUT FOOD
PRESERVATIVES AND FLAVOURING AGENTS USED IN PACKED /CANNED FOODS
FROM SOUTH INDIA. National Journal Of Community Medicine, 4(3), 402-406.
12. ^ Kumar, H. N. Harsha; Jha, Anshu Kumar; Taneja, Khushboo K.; Kabra, Krishan;
Sadiq, Hafeez M. (2013). A Study On Consumer Awareness, Safety Perceptions &
Practices about Food Preservatives and Flavouring Agents used in Packed/Canned
Foods from South India. National Journal of Community Medicine, 4(3), 402.
13. ^ Theron, M. M. & Lues, J. F. (2007). Organic acids and meat preservation: A
review. Food Reviews International, 23, 141-158.
14. ^ a b Antinoro, L. (2008). EN Rates 12 Common Food Additives As Safe Or Sorry
Ingredients. (Cover story). Environmental Nutrition, 31(5), 1-4.
15. ^ Barrett, J. R. (2007). "Hyperactive Ingredients?". Environmental Health
Perspectives. 115 (12): A578. doi:10.1289/ehp.115-a578.
[sembunyikan]
l
b
s
Keamanan pangan
3-MCPD
Aldicarb
Sianida
Adulteran /
Formaldehida
pencemar
Keracunan timbal
makanan Melamin
Raksa dalam ikan
Sudan I
Botulisme
Campylobacter jejuni
Clostridium perfringens
Mikroorganisme
Escherichia coli O104:H4
Escherichia coli O157:H7
Hepatitis A
Hepatitis E
Listeria
Norovirus
Rotavirus
Salmonella
Anisakiasis
Amoebiasis/Disentri Amoeba
Kriptosporidiosis
Siklosporiasis
Difilobotriasis
Enterobiasis
Infeksi parasit
Faskioliasis
melalui
Faskiolopsiasis
makanan Giardiasis
Gnatostomiasis
Paragonimiasis
Toksoplasmosis
Trikinosis
Trikuriasis
Klorpirifos
DDT
Pestisida Lindan
Malation
Metamidofos
Asam benzoat
Pengawet Asam etilendiamintetraasetat (EDTA)
Natrium benzoat
Kalium asesulfam
Aspartam
Sakarin
Pengganti gula
Natrium siklamat
Sorbitol
Sukralosa
Aflatoksin
Kontaminasi arsen pada air tanah
Benzena dalam minuman ringan
Bisfenol A
Toksin, racun, Mikotoksin
polusi Keracunan kerang
Dioksin
Dieldrin
Nonilfenol
Dietilstilbestrol
4-Hidroksinonenal
Protein nabati terhidrolisis-asam
Akrilamida
Penyakit Creutzfeldt-Jakob
Aditif makanan
Pengolahan Iradiasi pangan
makanan Amina heterosiklik
Pati termodifikasi
Nitrosamina
Hidrokarbon aromatik polisiklik
Shortening
Lemak trans
Kategori:
Pengawetan makanan
Zat kimia
Bahan makanan
Teknologi pangan
Menu navigasi
Halaman
Pembicaraan
Baca
Sunting
Sunting sumber
Versi terdahulu
Pencarian
Halaman Utama
Perubahan terbaru
Peristiwa terkini
Halaman baru
Halaman sembarang
Komunitas
Warung Kopi
Portal komunitas
Bantuan
Wikipedia
Tentang Wikipedia
Pancapilar
Kebijakan
Menyumbang
Hubungi kami
Bak pasir
Bagikan
Facebook
Twitter
Google+
Cetak/ekspor
Buat buku
Unduh versi PDF
Versi cetak
Perkakas
Pranala balik
Perubahan terkait
Halaman istimewa
Pranala permanen
Informasi halaman
Item di Wikidata
Kutip halaman ini
Pranala menurut ID
Bahasa lain
العربية
Deutsch
English
Español
हिन्दी
日本語
Português
Русский
中文
Sunting interwiki
- detikHealth
Share 0 Tweet 0 Share 0 0 komentar
"Penggantian bahan pengawet dengan cara lain itu ada, tetapi itu tidak sesederhana itu.
Contohnya pengganti formalin. Pangan bisa lebih awet kalau higienis sanitasi dilakukan,
lebih bersih, tidak terkontaminasi, karena formalin itu kan cemaran, mikroba. Jadi setelah
harus bersih juga ada rantai dingin atau disimpan di suhu dingin, pasar-pasar kita kan
hampir tidak ada itu," ujar Roy Sparringa, Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan
dan Bahan Berbahaya di kantor BPOM, Jl Percetakan Negara, Jakarta, dan ditulis pada Sabtu
(28/9/2013).
Roy mengaku hal ini merupakan tantangan bagi Badan POM untuk menyampaikan kepada
produsen atau penjual di pasar untuk memiliki mesin pendingin untuk mengawetkan
makanannya. Selain itu yang menjadi tantangan adalah produsen yang masih menggunakan
pengawet pada makanan langsung konsumsi, seperti bakso.
"Tetapi untuk pangan olahan ada memang ada pengawet-pengawet tertentu tergantung ph-
nya. Contohnya benzoat cocok untuk ph rendah. Tapi kalao ph 5 atau 6 itu probionat," kata
Roy.
Roy mengatakan adanya pemberian benzoat yang berlebih dikarenakan pemberian benzoat
pada pangan yang tidak sesuai dan tidak disimpan di suhu dingin.
"Misalnya ada pangan yang kalau suhu PH-nya netral dikasih benzoat tidak akan efektif.
Tidak ada upaya dari mereka untuk mengatur suhu, sehingga mereka tambah benzoat
dalam jumlah berlebih. Begitu juga penggunaan sodium sebegai pengganti boraks, harus
dilihat kandungan yang pastinya, pati jenis apa sehingga formulanya berbeda," tuturnya.
Roy mengaku hal inilah yang sulit disampaikan Badan POM kepada masyarakat. Karena
adanya formula yang berbeda-beda dalam penggunaan bahan tersebut dan selain itu
beberapa produsen juga diakuinya tidak mau menjawab ketika ditanya mengenai berapa
banyak sodium yang digunakan dalam produk mereka.
"Pengganti bahan-bahan seperti pengawet dan sebagainya itu memang ada, namun
memang ya tidak sesederhana itu. Jadi masih harus ada komunikasi lebih lanjut. Masih
banyaklah yang harus kami lakukan," tutup Roy.
/
Female
/
Male
/
Relationship
/
Food & Travel
/
Komunitas
Tanpa Bahan Pengawet, 10 Makanan Ini Tak Bakal Ada
Esti Utami
Banyak ahli yang menyarankan untuk menghindari makanan yang diawetkan, dengan alasan
tak bagus untuk kesehatan. Tetapi ada beberapa jenis makanan dan minuman yang tak
mungkin tersaji di meja makan jika tak menggunakan bahan pengawet. Mungkin ikan asin
termasuk salah satunya yak
Berikut 10 makanan yang bakal tak ada, tanpa adanya bahan tambahan:
1. Anggur
Semua jenis anggur membutuhkan bahan tambahan bernama sulfite yang digunakan
selama proses fermentasi. Selain itu sejumlah zat lain, kadang juga ditambahkan untuk
menguatkan rasa dan warna.
2. Ikan
Jauh sebelum teknologi pengawetan makanan semaju sekarang, orang sudah mengenal
proses pengawetan. dari mulai dikeringkan dengan dijemur atau diasapi dengan tujuan agar
ikan ini tahan lama dan terhindar dari bakteri.
3. Selai kacang
Bahkan selai kacang organik membutuhkan pengawet alami, seperti gula atau garam untuk
membuatnya bisa disimpan di lemari dalam waktu yang cukup lama.
4. Daging asap
Ini merupakan salah satu proses pengawetan makanan tertua, yang melibatkan garam dan
gula. Namun, kadang ditambahkan natrium nitrat dan kalium nitrit untuk menjaga warna,
mencegah lemak menjadi tengik, dan membunuh bakteri berbahaya.
5. Acar
Membuat acar adalah cara praktis untuk mengawetkan makanan. Di negeri empat musm ini
adalah salah satu cara mendapatkan makanan segar saat musim dingin.
6. Buah segar
Orang yang sadar kesehatan, akan menjadikannya prioritas sebagai pasokan antioksidan.
Tapi buah macam apel, pir, peach, atau aprikot akan cepat berubah warna akibat reaksi
dengan udara bebas. Dengan demikian, antioksidan sering ditambahkan untuk menghindari
hal ini.
7. Keju
Keju awalnya menjadi makanan pokok berkat kekuatan pengawet alami, asam sorbat. Kata
"sorbat" berasal dari bahasa Latin "Sorbus," yang mengacu pada genus tertentu pohon.
Asam sorbat membuat keju dan makanan lain dari pengembangan cetakan dan jamur. Tapi
belakangan, tak semua jenis keju dibuat dengan asam sorbat.
9. Mie
Makanan yang akrab dengan anak kost ini hadir berkat alpha-tocopherol, bentuk aktif dari
vitamin alami E. Sementara studi tentang efek alpha-tocopherol sedang berlangsung,
senyawa diperkirakan membantu mencegah penyakit jantung dan kanker tertentu. Tetapi
ketika terlalu banyak bahan pengawet ditambahkan, maka mie bisa menjadi ancaman bagi
kesehatan.
Alami
Belum lagi kalau produsen makanan minuman-nya tidak mau merugi, maka bisa dipastikan
makanan olahan yang dijualnya menggunakan bahan pengawet makanan, yang umumnya
terbuat dari bahan kimia. Akan tetapi bukan hanya makanan minuman olahan yang dijual
secara umum yang menggunakannya, bahkan terkadang makanan olahan rumah tangga-
pun ikut-ikutan menggunakan bahan pengawet yang mengandung zat kimia.
Padahal bahan pengawet kimia itu efeknya bagi kesehatan tubuh sangatlah tidak
menyehatkan, selain itu harganya pun sangatlah mahal. Meskipun sudah diizinkan oleh
departemen kesehatan dan BPOM mengenai penggunaannya dengan kadar tertentu, namun
bila dikonsumsi secara terus menerus setiap hari, maka bisa dipastikan akan menyebabkan
tubuh menjadi rentan terhadap penyakit akibat bahan pengawet kimia semakin menumpuk
dalam tubuh karena tak bisa terurai. Kalau sudah demikian, apakah itu berarti konsumsi
makanan yang mengandung makanan bahan pengawet kimia harus dihentikan, lalu
alternatif penggantinya ada nggak???
Sahabat-sahibit blogger se-dunia tak perlu kuatir, sebab ternyata alam memberikan solusi
agar kalian bisa menerapkan pola hidup sehat. Salah satunya adalah dengan menggunakan
beberapa sumber yang diperoleh dari alam sebagai alternatif pengganti penggunaan
pengawet bahan kimia. Selain aman dan menyehatkan, bahan pengawet alamiah ini
tergolong murah harganya serta sangat mudah diperoleh di mana-mana, bahkan bisa
ditemukan di pojok dapur rumah kalian.
Kali ini saya akan menyajikan khusus untuk sahabat-sahibit blogger se-dunia Dua Puluh
Bahan Pengawet Makanan Alami , selanjutnya kalian bisa melihat bahan alami tersebut
di bawah ini…cekidot :-)
1. Garam
Inilah pengawet makanan tertua di dunia, produk yang menggunakan garam sebagai
pengawet umumnya memiliki kondisi yang baik dan tahan selama beberapa tahun. Garam
mampu menyerap air, tempat tumbuhnya mikroorganisme dan mencegah mereka tumbuh
merusak makanan. Selain itu garam juga mampu membunuh bakteri yang menyebabkan
makanan menjadi basi, serta menjaga makanan tetap kering sehingga mencegah
tumbuhnya ragi dan jamur.
2. Larutan Cuka
Larutan Cuka dibuat dari fermentasi gula dan air serta mengandung kadar asam asetat yang
tinggi. Penggunaannya selain untuk mengawetkan makanan, juga untuk membunuh
mikroba yang membuat makanan cepat busuk. Umumnya digunakan untuk mengawetkan
makanan kaleng dan acar, selain itu dipakai untuk mencuci ikan, ayam dan daging sebelum
disimpan dalam lemari es, dan masa simpan di dalam lemari es menjadi lebih lama.
3. Gula
Gula mampu mengawetkan makanan dengan menyerap kelebihan air dan mencegah
pertumbuhan bakteri dan mikroorganisme yang berkontribusi terhadap dekomposisi. Dikenal
sebagai bahan pengawet sejak ribuan tahun lalu, gula juga bisa menjadikan bunga dalam
vas terlihat segar lebih lama. Gula pula yang membuat selai dan jeli tak basi setelah
kemasannya dibuka. Bahkan bangsa Mesir kuno diketahui selalu mengawetkan makanan
dalam toples madu.
4. Jeruk Lemon
Vitamin C dozis tinggi terkandung dalam buah jeruk lemon, yang diketahui mampu
membunuh mikroorganisme perusak gizi makanan. Oksidasi makanan dapat dicegah dengan
zat antioksidan yang ada dalam jeruk lemon. Sangat dianjurkan sebelum disimpan dalam
lemari es, sebaiknya ikan, daging atau sayuran terlebih dahulu dilumuri perasan Jeruk
Lemon.
5. Minyak
Minyak diketahui memiliki kemampuan untuk memperlambat proses oksidasi dan
membunuh mikroorganisme lebih cepat. Makanan yang digoreng atau diolah dengan minyak
akan menjadi lebih tahan lama.
6. Chitosan
Bahan pengawet makanan ini terbuat dari produk turunan dari polimer chitin atau zat
tanduk yang terdapat pada kulit hewan laut berkulit keras, misalnya udang galah dan
kepiting atau ranjungan. Idenya muncul dari kenyataan bahwa kulit kepiting dan udang
tetap bertahan lama, meskipun sudah mati selama beberapa tahun lamanya. Umumnya
digunakan untuk mengawetkan bakso dan tahu serta ikan asin.
7. Cengkeh
Bangsa Cina dan India sejak dahulu telah menggunakan cengkeh untuk mencegah
tumbuhnya jamur serta bakteri pada makanan. Karena cengkeh juga banyak tumbuh di
Indonesia, selain digunakan untuk rempah,-rempah, tak ada salahnya bisa digunakan juga
sebagai pengawet alami makanan sebagaimana penggunaannya oleh bangsa Cina danIndia.
8.Kunyit
Kunyit bisa digunakan untuk menekan laju pertumbuhan mikroba, umumnya digunakan
pada produksi makanan seperti tahu. Caranya adalah dengan mengolesinya pada
permukaan kulit tahu. Selain itu kunyit juga digunakan untuk pembuatan nasi kuning.
11. Karagenan
Karagenan terbuat dari rumput laut, umumnya digunakan sebagai bahan pengawet alami
pada produk makanan berupa mie basah, bakso dan nugget. Makanan yang mengandung
karagenan akan menjadi lebih kenyal, serat tinggi dan kandungan antioksidan yang tinggi.
18. Kalowak
Kalowak atau keluak atau dikenal juga sebagai Buah Picung umumnya digunakan sebagai
bahan pengawet untuk ikan yang masih segar. Bila di campur dengan garam sanggup
mengawetkan ikan segar selama enam hari tanpa mengurangi kandungan gizinya.
Itulah Dua Puluh Bahan Pengawet Makanan Alami yang bisa saya sajikan untuk kalian.
Dengan menggunakan-nya, sahabat-sahibit blogger se-dunia bisa menjadikan makanan
minuman menjadi lebih awet dan tahan lama,. Selain itu penggunaannya juga lebih aman
terhadap tubuh dan tidak mengganggu kesehatan, semoga bermanfaat.
NAMA:ANDRIAS WIDYARTONO
KELAS:4K1
NIS:5929
1.Penggaraman
Garam telah digunakan sebagai pengawet makanan alami, untuk meningkatkan umur
simpan ikan serta berbagai jenis produk daging. Proses pengasinan melibatkan penambahan
garam dalam bahan makanan, untuk mengeringkan mikroba melalui osmosis,garam,
sehingga menambahkan, Menghambat pertumbuhan bakteri (biasanya Clostridium
botulinum) dan dengan demikian, mencegah pembusukan makanan. Selain memberikan
sebuah perisai dari mikroba, garam juga melindungi makanan dari ragi dan jamur. Telah
diamati bahwa daging disembuhkan bertahan lebih lama daripada yang segar.
Salah satu metode pengawetan alami yang sudah dilakukan masyarakat luas selama
bertahun-tahun adalah penggunaan garam atau NaCl. Larutan garam yang masuk ke dalam
jaringan diyakini mampu menghambat pertumbuhan aktivitas bakteri penyebab
pembusukan, sehingga makanan tersebut jadi lebih awet. Prosesnya biasa disebut dengan
pengasinan (curing) atau penggaraman (maka lahirlah istilah ikan asin).
Pengawetan dengan garam ini memungkinkan daya simpan yang lebih lama dibanding
dengan produk segarnya yang hanya bisa bertahan beberapa hari atau jam saja. Contohnya
ikan yang hanya tahan beberapa hari, bila diasinkan bisa disimpan selama berminggu-
minggu. Tentu saja prosedur pengawetan ini perlu mendapat perhatian karena konsumsi
garam secara berlebihan bisa memicu penyakit darah tinggi (hipertensi).
2.Pendinginan (Pembekuan)
Metode lain yang dianggap aman adalah pengawetan dengan menyimpan bahan pangan
tersebut pada suhu rendah. Suhu di bawah nol derajat Celcius mampu memperlambat reaksi
metabolisme, disamping mencegah perkembangbiakan mikroorganisme yang bisa merusak
makanan.
Prosedur pengawetan melalui pembekuan ini bisa membuat makanan awet disimpan selama
berhari-hari, bahkan berbulan-bulan. Meski begitu, kualitas makanan yang dibekukan tetap
saja berkurang sedikit dibandingkan makanan segarnya. Selain itu, pembekuan juga
berpengaruh terhadap rasa, tekstur dan warna maupun sifat-sifat lain dari makanan
tersebut.
3.Pengeringan
Cara lain yang juga kerap dilakukan untuk mengawetkan makanan adalah pengeringan
karena air bebas merupakan faktor utama penyebab kerusakan makanan. Semakin tinggi
kadar air dalam makanan tertentu, maka semakin cepat proses kerusakannya. Melalui
proses ini, air yang terkandung dalam bahan makanan akan diminimalkan. Dengan begitu,
mikroorganisme perusak makanan tidak bisa berkembang biak.
Seperti halnya makhluk hidup yang kita jumpai sehari-hari, baik jamur, kuman, maupun
bakteri memerlukan air untuk bisa bertahan hidup. Namun agar hasilnya bisa maksimal,
proses pengeringan harus berjalan sempurna. Jika tidak, jamur dan mikroba tetap bisa
tumbuh pada makanan yang berarti tidak
4.Pengalengan (Canning)
Bahan makanan dipanaskan, kemudian dikemas rapat di dalam kaleng dalam kondisi steril
(bebas mikroorganisme). Contohnya pada buah kalengan dan produk susu.
5.Penyinaran (Iradiasi)
Sinar ultraviolet atau sinar gamma dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dalam bahan makanan tanpa merusak kualitasnya
6.Gula
Gula terutama digunakan untuk mengawetkan buah-buahan, seperti apel, pir.
Untuk tujuan tersebut, pengawet makanan alami yang digunakan baik dalam bentuk kristal
atau sebagai sirup. Makanan juga dapat dimasak dalam gula, sampai gula mencapai titik
kristalisasi, dan kemudian disimpan kering. Gula mempertahankan makanan baik dengan
membunuh mikro organisme, terutama bakteri, atau mereka menghambat pertumbuhan. Itu
makanan manis dan menarik air keluar dari organisme mikro, melalui proses osmosis
7.Cuka
Meskipun asam di alam, cuka dianggap sebagai salah satu bahan pengawet alami
yang paling efektif untuk makanan. Hal ini dilakukan oleh fermentasi larutan gula dan air.
Asam asetat (juga disebut asam etanoat) dalam cuka membunuh bakteri dan dengan
demikian, menjaga makanan untuk waktu yang lama, mencegah pembusukan-nya.
Tergantung pada dasar gula dari mana mereka berasal, cuka dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa jenis. Namun, hampir semua dari mereka yang secara luas digunakan untuk
tujuan pengawetan makanan.
8.Rosemary Extract
Sebuah pabrik rumah tangga biasa yang telah tumbuh di Pegunungan Alpen sejak Abad
Pertengahan, rosemary sekarang banyak dibudidayakan di bagian lain dunia juga.. Ekstrak
tanaman yang digunakan, di antara tujuan lain, sebagai bahan pengawet makanan alami.
Rosemary ekstrak disusun oleh penyulingan daun tanaman. Selain sebagai antioksidan kuat,
ekstrak juga mencegah oksidasi makanan, sehingga meningkatkan kehidupan rak-nya..
Makanan item, jika diawetkan dengan ekstrak rosemary, tidak hanya berlangsung lama,
tetapi juga mempertahankan warna dan rasa untuk waktu yang lama.
9. Karagenan
Keragenan adalah bahan alami pembentuk gel yang dapat digunakan untuk mengenyalkan
bakso dan mie basah sebagai bahan alternatif yang aman pengganti borax. Karagenan
dihasilkan dari rumput laut Euchema sp yang telah dibudidayakan di berbagai perairan
Indonesia. Dijelaskannya bahwa setiap 1 kilogram bakso membutuhkan 0,5 – 1,5 gram
karagenan untuk mengenyalkannya. Di pasaran 0,5 – 1,5 gram karagenan dijual dengan
harga Rp750 sampai Rp900. Karagenan dalam industri sering dijadikan bahan campuran
kosmetik, obat-obatan, es krim, susu, kue, roti dan berbagai produk makanan
Pohon tanaman ini memiliki tinggi hingga 40 m dengan diameter batang 2,5 m.Jika melihat
uraian diatas, maka dapat dikatakan tanaman ini tumbuh tersebar luas hampir di seluruh
Nusantara. Kepayang mulai berbuah di awal musim hujan pada umur 15 tahun dengan
jumlah 300 biji di setiap pohonnya .
Tanaman ini telah lama digunakan sebagai bahan pengawet ikan. Untuk dapat
memanfaatkannya sebagai pengawet, biji dicincang halus dan dijemur selama 2-3 hari. Hasil
cincangan tanaman ini kemudian dimasukkan ke dalam perut lkan laut yang telah
dibersihkan isi perutnya. Cincangan biji Kepayang memiliki efektivitas sebagai pengawet ikan
hingga 6 hari . Khusus untuk pengangkutan jarak jauh, tanaman ini dicampur garam,
dengan perbandingan 1 bagian garam dan 3 bagian biji Kepayang.
12. Gambir
Tanaman gambir (Uncariae Romulus et Uncus) di Indonesia daun dan getahnya digunakan
untuk bahan kelengkapan untuk menyirih. Tanaman yang termasuk keluarga Rubiaceae ini
juga sering digunakan untuk obat luka bakar, sakit kepala, diare, disentri, sariawan, dan
sakit kulit, serta bahan penyamak kulit dan bahan pewarna tekstil.
Secara alami para produsen makanan sering menggunakan tanaman yang daunnya
berbentuk bujur sangkar dengan permukaan licin ini untuk pengawet makanan. Pasalnya,
dalam daun ini terdapat sebuah kandungan katekin yang dapat mengawetkan makanan dari
kerusakan akibat mikroorganisme dan degradasi reaksi oksidasi (penyebab basi)
13. Kitosan
Kitosan dihasilkan dari chitin dan mempunyai struktur kimia yang sama dengan kitin, terdiri
dari rantai molekul yang panjang dan berat molekul yang tinggi. Perbedaan antara kitin dan
kitosan adalah pada setiap cincin molekul kitin terdapat gugus asetil (-CH3-CO) pada atom
karbon kedua, sedangkan pada kitosan terdapat gugus amina (-NH). Kitosan dapat
dihasilkan dari kitin melalui proses deasetilasi yaitu dengan cara direaksikan dengan
menggunakan alkali konsentrasi tinggi dengan waktu yang relatif lama dan suhu tinggi.
Chitosan adalah biopolimer yang mempunyai keunikan yaitu dalam larutan asam, kitosan
memiliki karakteristik kation dan bermuatan positif, sedangkan dalam larutan alkali, kitosan
akan mengendap.
Pada konsentrasi chitosan 1,5 % dapat mengurangi jumlah lalat secara significant.
2. Pada uji mutu hedonik penampakan dan rasa ditunjukkan bahwa penampakan ikan asin
dengan coating chitosan lebih baik bila dibandingkan dengan ikan asin kontrol (tanpa
formalin dan chitosan) dan ikan asin dengan formalin. Coating chitosan pada ikan cucut asin
memberikan rasa yang lebih baik dibanding dengan kontrol (tanpa formalin dan chitosan)
dan perlakuan formalin.
4. Kadar air pada perlakuan dengan pelapisan chitosan sampai 8 minggu menunjukan
kemampuan chitosan dalam mengikat air, karena sifat hidrofobik sehingga dengan sifat ini
akan menjadi daya tarik pada pengolah ikan asin dalam aspek ekonomi.
Menurut Akib, pengawet yang digunakan pada minuman ringan yang banyak diberitakan
(natrium benzoat dan kalium sorbat) adalah bahan pengawet yang diperbolehkan
penggunaannya dalam makanan. Tidak hanya digunakan di Indonesia, tapi juga oleh negara
lain. “Produk-produk Mizone, Zetporto, Mogu-mogu, Jungle Juice dan Zesttea adalah
produk-produk yang kandungan isinya tidak berbahaya karena mengandung bahan
pengawet yang diperbolehkan/diizinkan. Kami melakukan penarikan terhadap produk-
produk tersebut karena melanggar ketentuan pelabelan. Jadi, bukan karena isinya
mengandung bahan berbahaya.”
Senada dengan Akib, Didi Nugrahadi, Marketing Director PT Tirta Investama menjelaskan,
bahan pengawet kalium sorbat dan natrium benzoat aman digunakan dalam produk
makanan dan minuman. Demikian persetujuan BPOM dan badan-badan otoritas
internasional dalam keamanan pangan seperti FDA (Badan Administrasi Pangan dan Obat di
Amerika Serikat), EU (Uni Eropa), FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian), WHO (Badan
Kesehatan Dunia), serta CODEX (badan standarisasi pangan internasional).
“Persetujuan ini telah melalui pengujian ekstensif yang membuktikan bahwa kedua bahan
pengawet tersebut aman untuk kesehatan yang diatur dalam Permenkes
No.722/Menkes/IX/88. Kedua bahan tersebut telah digunakan secara luas dalam berbagai
produk makanan dan minuman di Indonesia maupun di mancanegara, sejak lebih dari 50
tahun lalu,” papar Didi.
Menurut Didi, pernyataan yang mengklaim bahwa kalium sorbat dan natrium benzoat
berbahaya dan menyebabkan penyakit Lupus adalah sama sekali tidak benar, tidak
bertanggung jawab dan tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah. “Demikian pula mengenai
berita akan adanya penarikan produk Mizone dikarenakan produknya berbahaya adalah
tidak benar. Mizone sudah mendapatkan persetujuan BPOM serta aman untuk dikonsumsi.
Masyarakat dapat tetap mengkonsumsi Mizone seperti biasa,” tambah Didi.
Menurut sebuah studi WHO, Sodium Benzoat adalah bahan pengawet yang digunakan untuk
makanan dan minuman serta sangat cocok untuk jus buah maupun minuman ringan.
Sodium Benzoat banyak digunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman seperti
jus buah, kecap, margarin, mentega, minuman ringan, mustard, sambal, saus salad, saus
tomat, selai, sirop buah, dan lainnya. Sodium Benzoat secara alami terdapat pada apel,
cengkeh, cranberry (sejenis buah berry yang digunakan untuk membuat agar-agar dan
saus), kayu manis, prem (yang dikeringkan) dan lain-lain.
Sementara Kalium Sorbat dikenal juga dengan nama Potassium Sorbat. Potassium sorbat
adalah garam potassium dari asam sorbic yang digunakan untuk menghentikan
bertumbuhnya jamur. Potassium Sorbat banyak digunakan dalam berbagai produk makanan
dan minuman seperti air soda, ikan asap, ikan asin, jus buah, keju, kue, margarin, mentega,
minuman anggur, minuman ringan, produk buah-buahan yang difermentasi, roti, saos
selada, susu, yoghurt, dan lainnya. Potassium Sorbat mempertahankan kualitas makanan
dan minuman.
PENGAWETAN ALAMI
* DENGAN GARAM
Salah satu metode pengawetan alami yang sudah dilakukan masyarakat luas selama
bertahun-tahun adalah penggunaan garam atau NaCl. Larutan garam yang masuk ke dalam
jaringan diyakini mampu menghambat pertumbuhan aktivitas bakteri penyebab
pembusukan, sehingga makanan tersebut jadi lebih awet.
Pengawetan dengan garam ini memungkinkan daya simpan yang lebih lama dibanding
dengan produk segarnya yang hanya bisa bertahan beberapa hari atau jam saja. Contohnya
ikan yang hanya tahan beberapa hari, bila diasinkan bisa disimpan selama berminggu-
minggu. Tentu saja prosedur pengawetan ini perlu mendapat perhatian karena konsumsi
garam secara berlebihan bisa memicu penyakit darah tinggi. Apalagi jika keluarga si anak
memiliki riwayat hipertensi.
Metode lain yang dianggap aman adalah pengawetan dengan menyimpan bahan pangan
tersebut pada suhu rendah. Suhu di bawah nol derajat Celcius mampu memperlambat reaksi
metabolisme, disamping mencegah perkembangbiakan mikroorganisme yang bisa merusak
makanan.
Prosedur pengawetan melalui pembekuan ini bisa membuat makanan awet disimpan selama
berhari-hari, bahkan berbulan-bulan. Meski begitu, kualitas makanan yang dibekukan tetap
saja berkurang sedikit dibandingkan makanan segarnya. Selain itu, pembekuan juga
berpengaruh terhadap rasa, tekstur dan warna maupun sifat-sifat lain dari makanan
tersebut.
* DENGAN PENGERINGAN
Cara lain yang juga kerap dilakukan untuk mengawetkan makanan adalah pengeringan
karena air bebas merupakan faktor utama penyebab kerusakan makanan. Semakin tinggi
kadar air dalam makanan tertentu, maka semakin cepat proses kerusakannya. Melalui
proses ini, air yang terkandung dalam bahan makanan akan diminimalkan. Dengan begitu,
mikroorganisme perusak makanan tidak bisa berkembang biak.
Seperti halnya makhluk hidup yang kita jumpai sehari-hari, baik jamur, kuman, maupun
bakteri memerlukan air untuk bisa bertahan hidup. Namun agar hasilnya bisa maksimal,
proses pengeringan harus berjalan sempurna. Jika tidak, jamur dan mikroba tetap bisa
tumbuh pada makanan yang berarti tidak aman lagi dikonsumsi.
Lebih lanjut, ahli gizi yang kerap disapa Ndung ini menuturkan, berdasarkan Permenkes
No.722/88 terdapat 25 jenis pengawet yang diizinkan untuk digunakan dalam makanan.
Meski termasuk kategori aman, hendaknya bahan pengawet tersebut harus digunakan
dengan dosis di bawah ambang batas yang telah ditentukan.
1. asam benzoat,
2. asam propionat,
3. asam sorbat,
4. sulfur dioksida,
6. kalium benzoat,
7. kalium sulfit,
8. kalium bisulfit,
9. kalium nitrat,
B eberapa zat pengawet berikut diindikasikan menimbulkan efek negatif jika dikonsumsi oleh
individu tertentu, semisal yang alergi atau digunakan secara berlebihan.
* Kalsium Benzoat
Bahan pengawet ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri penghasil toksin (racun),
bakteri spora dan bakteri bukan pembusuk. Senyawa ini dapat mempengaruhi rasa. Bahan
makanan atau minuman yang diberi benzoat dapat memberikan kesan aroma fenol, yaitu
seperti aroma obat cair. Asam benzoat digunakan untuk mengawetkan minuman ringan,
minuman anggur, saus sari buah, sirup, dan ikan asin. Bahan ini bisa menyebabkan dampak
negatif pada penderita asma dan bagi orang yang peka terhadap aspirin. Kalsium Benzoat
bisa memicu terjadinya serangan asma.
Bahan pengawet ini juga banyak ditambahkan pada sari buah, buah kering, kacang kering,
sirup dan acar. Meski bermanfaat, penambahan bahan pengawet tersebut berisiko
menyebabkan perlukaaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetik, kanker
dan alergi.
* Kalium nitrit
Kalium nitrit berwarna putih atau kuning dan kelarutannya tinggi dalam air. Bahan ini dapat
menghambat pertumbuhan bakteri pada daging dan ikan dalam waktu yang singkat. Sering
digunakan pada daging yang telah dilayukan untuk mempertahankan warna merah agar
tampak selalu segar, semisal daging kornet.
Jumlah nitrit yang ditambahkan biasanya 0,1% atau 1 gram/kg bahan yang diawetkan.
Untuk nitrat 0,2% atau 2 gram/kg bahan. Bila lebih dari jumlah tersebut bisa menyebabkan
keracunan, selain dapat mempengaruhi kemampuan sel darah membawa oksigen ke
berbagai organ tubuh, menyebabkan kesulitan bernapas, sakit kepala, anemia, radang
ginjal, dan muntah-muntah.
Keduanya yang termasuk dalam golongan asam propionat sering digunakan untuk
mencegah tumbuhnya jamur atau kapang. Bahan pengawet ini biasanya digunakan untuk
produk roti dan tepung. Untuk bahan tepung terigu, dosis maksimum yang disarankan
adalah 0,32% atau 3,2 gram/kg bahan. Sedangkan untuk makanan berbahan keju, dosis
maksimumnya adalah 0,3% atau 3 gram/kg bahan. Penggunaaan melebihi angka
maksimum tersebut bisa menyebabkan migren, kelelahan, dan kesulitan tidur.
* Natrium Metasulfat
Sama dengan Kalsium dan Natrium Propionat, Natrium Metasulfat juga sering digunakan
pada produk roti dan tepung. Bahan pengawet ini diduga bisa menyebabkan alergi pada
kulit.
* Asam Sorbat
Beberapa produk beraroma jeruk, berbahan keju, salad, buah dan produk minuman kerap
ditambahkan asam sorbat. Meskipun aman dalam konsentrasi tinggi, asam ini bisa membuat
perlukaan di kulit. Batas maksimum penggunaan asam sorbat (mg/l) dalam makanan
berturut-turut adalah sari buah 400; sari buah pekat 2100; squash 800; sirup 800; minuman
bersoda 400.
* Natamysin
Bahan yang kerap digunakan pada produk daging dan keju ini, bisa menyebabkan mual,
muntah, tidak nafsu makan, diare dan perlukaan kulit.
* Kalium Asetat
Makanan yang asam umumnya ditambahi bahan pengawet ini. Padahal bahan pengawet ini
diduga bisa menyebabkan rusaknya fungsi ginjal.
Biasanya terdapat pada daging babi dan sosisnya, minyak sayur, shortening, keripik
kentang, pizza, dan teh instan. Bahan pengawet jenis ini diduga bisa menyebabkan penyakit
hati dan memicu kanker.
18.41 |
Sempat merasa resah dengan pengawet makanan yang bisa membahayakan kesehatan?
Anda tidak sendirian. Namun, yang perlu Anda tahu tidak semua pengawet makanan
berbahaya jika pengawet makanan yang telah lolos uji labrotarium ini digunakan sesuai
batas yang ditentukan berarti aman kita konsumsi. Bahan pengawet yang aman dikonsumsi,
antara lain jenis asam dan garam benzoat, sorbat, dan propionat, belerang dioksida dan
sulfit, nitrit dan nitrat, natrium klorida, gula, asam, nisin, natamycin, subtilin, serta
antioksidan BHA dan BHT. Anyway, sebenarnya gak semua bahan pengawet itu jahat kok..
Asal penggunaannya tepat dan tidak berlebihan saja. Nah, menurut BPOM, berikut adalah
daftar bahan pengawet yang aman untuk digunakan pada makanan.
1.Natrium Benzoate (sodium benzoate), Digunakan untuk acar dalam botol, keju, margarin,
apricot kering, selai, jely, sirup, saus, kecap, anggur buah dan minuman berakohol, serta
makanan lainnya kecuali daging, ikan dan unggas. Batas maksimum penggunaan 200mg-1gr
/ kg.
2.Natrium Bisulfit (sodium Hydrogen Sulphite), Digunakan pada potongan kentangan goreng
beku, udang beku, dan selai dengan batas maksimum penggunaan 50-500 mg/kg.
4.Natrium Nitrat (Sodium Nitrat), Digunakan untuk daging olahan dan awetan, keju dengan
dosis 50-500 mg/kg.
5.Natrium Nitrit (Sodium Nitrite), Digunakan untuk daging olahan, daging awetan, corned
kalengan dengan 50 mg – 125 mg/kg.
6.Natrium Propionat (Sodium Propionat), Digunakan untuk olahan keju dan roti, batas
penggunaan 2-3 gr/kg.
7.Natrium Sulfit (Sodium Sulphite), Digunakan untuk potongan kentang goreng beku, udang
beku dan selai dengan batas maksimum penggunaan 50-500 mg/kg.
8.Nisin (Nisin), Digunakan untuk keju olahan dengan dosis 12,5 mg/kg.
9.Asam Benzoat (Benzoic Acid), Bahan ini banyak digunakan pada kecap, minuman ringan,
acar, margarin, selai, saos, dll. Batas maksimum penggunaan 600 mg – 1 gr/kg.
10.Asam Propionat (Propionic Acid), Banyak digunakan untuk olahan keju dan roti. Batas
maksimum penggunaan 2-3 gr/kg
11.Asam Sorbat (Sorbic Acid), Digunakan untuk keju olahan. Dosis penggunaan 3gr/kg.
12.Belerang Dioksida (Sulfur Dioxide), Banyak digunakan untuk acar, jelly, selai, saus, gula
bubuk, gula pasir, cuka, sirup, bir/minuman ringan, anggur, sosis, ekstrak kopi kering,
gelatin dll. Batas maksimum penggunaan 20-500 mg/kg.
16.Kalium Benzoat (Potassium Benzoate), Digunakan untuk acar dalam botol, keju,
margarin, apricot kering, selai, jelly, sirup, saus, anggur buah dan minuman berakohol, serta
makanan lainnya kecuali daging, ikan, unggas. Batas maksimum penggunaan 200 mg – 1
gr/kg.
17.Kalium Bisulfit (Potassium Bysulphite), Digunakan untuk potongan kentang goreng beku,
udang beku, dan selai. Batas maksimum penggunaan 50-500 mg/kg Kalium Metabisulfit
(Potassium Metabilsuphite), Digunakan untuk potongan kentang goreng beku, udang beku,
dan . Batas maksimum penggunaan 50-100 mg/kg
18.Kalium Nitrat (Potassium Nitrat), Digunakan untuk daging olahan, daging awetan, dan
keju dengan dosis penggunaan 50-500 mg/kg Kalium Nitrit (Potassium Nitrit), Digunakan
untuk daging olahan, daging awetan, dan keju dengan dosis penggunaan 50-125 mg/kg
19.Kalium Propionat (Potassium Propionate), Digunakan untuk keju olahan dengan dosis
3gr/kg
20.Kalium Sorbat (Potassium Sorbat), Digunakan untuk keju olahan, keju, maragrin, apricot
kering, acar dalam botol, jeli, selai. Batas maksimum penggunaan 500mg-1gr/kg
21.Kalium Sulfit (Potassium Sulphite), Digunakan untuk potongan kentang goreng beku,
udang beku dan selai dengan dosis 50-500mg/kg.
22.Kalsium Benzoat (Calcium Benzoate), Digunakan untuk selai, saus tomat, sirup dan
anggur/minuman berakohol dengan dosis 200mg-1gr/kg
23.Kalsium Propionat (Calsium Propionate), Digunakan untuk olahan keju dan roti, batas
penggunaan 2-3 gr/kg
24.Kalsium Sorbat (Calsium Sorbate), Digunakan untuk margarin dan selai dengan dosis 1
gr/kg. Untuk itu perlu penelitian dan pembinaan lebih lanjut.
Pertama: membuat daftar bahan-bahan kimia berbahaya yang dilarang untuk digunakan
pada produk makanan dan minuman dilengkapi dengan nama kimia dan nama
perdagangannya.agar tidak terjadi kesalahan pemakaian oleh produsen.
Kedua: melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti; Pemeritah, Pelaku Usaha,
Assioasi, Konsumen, Yayasan Lembaga Konsumen (YLKI) maupun Perguruan Tinggi untuk
menanggulangi penggunaan bahan pengawet berbahaya dan memberikan bahan pengawet
alternatif yang aman dan tidak merugikan konsumen maupun produsen.
sumber:
http://beritabuzz.blogspot.com/2012/06/zat-pengawet-aman-jika-tidak-dikonsumsi.html
Gambar diatas adalah salah satu gambar dari artikel "Bahan Kimia Dalam Makanan". Judul
gambar diatas adalah "Batasan Penggunaan Bahan Pengawet", semoga dengan tampilan
gambar yang lebih besar dapat dilihat lebih jelas dan dapat dipahami. Untuk melihat
gambar-gambar lain dari artikel Bahan Kimia Dalam Makanan, anda dapat memilih
gambar pada bagian dibawah. Dan untuk kembali ke halaman utama website "Fisika Zone"
atau kembali ke artikel "Bahan Kimia Dalam Makanan" anda dapat pilih dari tombol dibawah.
Bahan Tambahan Makanan: Pengawet
13 Jan
PENDAHULUAN
Jenis produk makanan saat ini diproduksi tidak hanya memperhatikan zat gizi yang
terkandung, melainkan juga mensiasati bagaimana jenis makanan yang dikemas, mudah
disajikan, praktis, atau diolah dengan cara modern. Makanan tersebut umumnya diproduksi
oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat
aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut. Makanan siap
saji contohnya berupa lauk pauk dalam kemasan, mie instan, nugget, atau juga corn flakes
sebagai makanan untuk sarapan.
Zat aditif adalah bahan kimia yang dicampurkan ke dalam makanan dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas, menambahkan rasa dan memantapkan kesegaran produk. Salah
satu zat tambahan yang dapat digunakan untuk meningkatkan nilai dan kualitas produk
adalah pengawet. Pengolahan (pengawetan) dilakukan untuk memperpanjang umur simpan
(lamanya suatu produk dapat disimpan tanpa mengalami kerusakan) produk pangan. Proses
pengolahan apa yang akan dilakukan, tergantung pada berapa lama umur simpan produk
yang diinginkan, dan berapa banyak perubahan mutu produk yang dapat diterima.
Berdasarkan target waktu pengawetan, maka pengawetan dapat bersifat jangka pendek
atau bersifat jangka panjang (Syamsir, 2008).
A. PENGAWET
Food Additive atau Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan
yang secara alami BUKAN merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan
ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain bahan
pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat, dan pengental.
Dalam kehidupan sehari-hari BTP sudah digunakan secara oleh masyarakat, termasuk dalam
pembuatan makanan jajanan. Dalam prakteknya masih banyak produsen pangan yang
menggunakan bahan tambahan yang beracun atau berbahaya bagi kesehatan yang
sebenarnya tidak boleh digunakan dalam makanan. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan
produsen pangan, baik mengenai sifat-sifat dan keamanan maupun mengenai peraturan
tentang BTP. Karena pengaruh terhadap kesehatan umumnya tidak langsung dapat
dirasakan atau dilihat, maka produsen seringkali tidak menyadari penggunaan BTP yang
tidak sesuai dengan peraturan (Anonim, 2001).
Pengawet makanan termasuk dalam kelompok zat tambahan makanan yang bersifat inert
secara farmakologik (efektif dalam jumlah kecil dan tidak toksis). Pengawet penggunaannya
sangat luas, hampir seluruh industry mempergunakannya termasuk industri farmasi,
kosmetik, dan makanan.
B. PENGGUNAAN BAHAN PENGAWET
Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan yang mempunyai sifat
mudah rusak. Bahan ini dapat menghambat atau memperlambat proses fermentasi,
pengasaman atau peruraian yang disebabkan oleh mikroba. Tetapi tidak jarang produsen
pangan menggunakannya pada makanan yang relatif awet dengan tujuan untuk
memperpanjang masa simpan atau memperbaiki tekstur.
Penggunaan pengawet dalam makanan harus tepat, baik jenis maupun dosisnya. Suatu
bahan pengawet mungkin efektif untuk mengawetkan makanan tertentu, tetapi tidak efektif
untuk mengawetkan makanan lainnya karena makanan mempunyai sifat yang berbeda-beda
sehingga mikroba perusak yang akan dihambat pertumbuhannya juga berbeda.
Secara umum penambahan bahan pengawet pada pangan bertujuan sebagai berikut:
Terdapat beberapa persyaratan untuk bahan pengawet kimiawi lainnya, selain persyaratan
yang dituntut utnuk semua bahan pangan, antara lain:
10. Tidak mengalami dekomposisi atau tidak bereaksi untuk membentuk suatu senyawa
kompleks yang bersifat lebih toksik.
11. Mudah dikontrol dan didistribusikan secara merata dalam bahan pangan.
12. Mempunyai spektra antimikroba yang luas yang meliputi macam-macam pembusukan
oleh mikroba yang berhubungan dengan bahan pangan yang diawetkan.
Sifat bahan pengawet selain dapat mencirikan bahan pengawet yang bersangkutan,
ternyata juga diperlukan untuk menentukan cara penggunaan bahan pengawet terutama
sifat kelarutannya. Penambahan bahan pengawet dalam bahan pangan dapan dilakukan
dengan beberapa cara, yaitu pencampuran, pencelupan, penyemprotan, pengasapan, dan
pelapisan pada pembungkus pangan.
Pengawet yang banyak dijual di pasaran dan digunakan untuk mengawetkan berbagai
makanan adalah benzoat, yang umumnya terdapat dalam bentuk natrium benzoat atau
kalium benzoat yang bersifat lebih mudah larut. Benzoat sering digunakan untuk
mengawetkan berbagai makanan dan minuman seperti sari buah, minuman ringan, saus
tomat, saus sambal, jeli dan jeli, manisan, kecap, dan lain-lain (Anonim, 2001).
Beberapa bahan pengawet yang umum digunakan dan jenis makanan serta batas
penggunaannya pada makanan terdiri dari bahan-bahan organik dan anorganik. Bahan-
bahan organik diantaranya:
1. Asam Benzoat dan garamnya yaitu bahan yang digunakan untuk mengawetkan
minuman ringan dan kecap (600 mg,/kg), serta sari buah, saus tomat, saus sambal,
jem dan jeli, manisan, agar, dan makanan lain (1 g/kg) (Anonim, 2001).
1. a. Asam Benzoat, berbentuk hablur atau jarum putih, sedikit berbau
benzaldehid atau benzoin. Agak mudah menguap pada suhu hangat dan
mudah menguap dalam uap air. Sukar larut dalam air, mudah larut dalam
etanol dan dalam eter, mengalami disosiasi tergantung pada pH mediumnya.
Sifat yang tidak terdisosiasi inilah yang mempunyai efektivitas sebagai
pengawet (Cahyadi, 2006).
2. b. Natrium Benzoat, berupa granul atau serbuk hablur berwarna putih,
tidak berbau dan stabil di udara. Mudah larut dalam air, agak sukar larut
dalam etanol dan lebih mudah larut dalam etanol 95 %, bentuk aktifnya
sebagai pengawet sebesar 84,7 % pada pH 4,8 (Cahyadi, 2006).
3. c. Kalium Benzoat, kristal larut air dan alkohol dan efektivitas sebagai
pengawet pada pH 4,2 (Cahyadi, 2006).
4. d. Kalsium Benzoat, kristal yang larut dalam air dan alkohol. Dalam air
padat pada suhu 25oC larut sebesar 40 g/L dengan efektivitas sebagai
pengawet pada pH 4,2 (Cahyadi, 2006).
2. 2. Ester para-hidroksi benzoat
1. Metil para-hidroksi benzoat, berupa hablur tidak berwarna atau serbuk hablur
putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa
terbakar. Sukar larut dalam air air, benzen, CCl4, namun mudah larut dalam
etanol dan dalam eter. Betuk aktif sebagai pengawet 87,4 % pada range pH
8,5. Garam natriumnya mudah larut dalam air pada suhu 25oC dengan bentuk
yang aktif sebagai pengawet adalah 87,4 %
2. Propil para-hidroksi benzoat, hablur kecil atau serbuk serbuk dan tidak
berwarna. Sangat sukar larut air, mudah larut dalam etanol dan dalam eter
dan sukar larut dalam air mendidih. Bentuk aktif sebagai pengawet adalah
89,1 % pada range 8,5. Garam natriumnya mudah larut dalam air pada suhu
25oC, bentuk aktif sebagai pengawet adalah 89,1 % pada range 8,5 (Cahyadi,
2006).
3. Asam Propionat dan bentuk garamnya, yaitu bahan pengawet untuk roti (2 g/kg)
dan keju olahan (3 g/kg) (Anonim, 2001).
4. Asam Sorbat dan garamnya, yaitu bahan pengawet untuk margarin, pekatan sari
buah, dan keju (1 g/kg) (Anonim, 2001).
1. Asam propionat, berupa serbuk putih yang mudah larut dalam air, sukar larut dalam
alkohol, dan tidak larut dalam minyak. Bagian aktif yang sebagai pengawet sebesar
77,1 % pada range pH 4,9.
2. Natrium propionat, berupa serbuk putih, larut dalam alkohol, kloroform, dan eter.
Bagian yang aktif sebagai pengawet sebesar 77,1 % pada range pH 4,9.
3. Kalium propionat, berupa serbuk putih dan larut dalam alkohol, kloroform, dan eter
serta aktif sebagai pengawet pada range pH 4,9 (Cahyadi, 2006).
1. Asam sorbat, berupa serbuk hablur putih, mengalir bebas dan baunya khas. Sukar
larut dalam air serta larut dalam etanol dan dalam eter.
2. Natrium sorbat, berbentuk bubuk berwarna putih, larut dakam air dan tidak larut
dalam alkohol dan minyak. Bentuk aktif sebagai pengawet 83,6 % pada pH 4,8.
3. Kalium sorbat, berbentuk kristal putih atau bentuk tepung dengan bau yang khas.
Larut dalam air dan sedikit larut dalam etanol, kelarutannya bertambah dengan
bertambahnya suhu (Cahyadi, 2006).
4. Berikut ini komposisi atau struktur kimia yang mempunyai aktivitas sebagai bahan
pengawet pangan yang termasuk jenis senyawa organik dan garamnya terlihat pada
tabel di bawah ini:
1. Nitrit (dalam bentuk garam kalium/natrium nitrit) dan nitrat (dalam bentuk garam
kalium/natrium nitrat), yaitu bahan pengawet untuk daging olahan atau yang
diawetkan seperti sosis (125 mg nitrit/kg atau 500 mg nitrat/kg), korned dalam
kaleng (50 mg nitrit/kg), atau keju (50 mg nitrat/kg) (Anonim, 2001). Berbentuk
granul berwarna putih, kelarutan (g/100 ml): kebanyakan digunakan dalam bentuk
garamnya dan mudah larut dalam air sedangkan sedikit larut dalam alkohol
(Cahyadi, 2006).
2. Sulfit (dalam bentuk garam kalium atau natrium bisulfit atau metabisulfit), yaitu
bahan pengawet untuk potongan kentang goreng (50 mg/kg), udang beku (100
mg/kg), dan pekatan sari nenas (500 mg/kg) (Anonim, 2001). Bentuk garam
sulfitnya berbentuk granul dan atau Kristal berwarna putih, agak sukar larut dalam
air dan sedikit larut dalam alkohol. Sedangkan bentuk garam bisulfitnya mudah larut
dalam air (Kalium Bisulfit) dan tidak larut dalam alkohol (Cahyadi, 2006).
Tabel. Struktur kimia dan sifat beberapa bahan pengawet anorganik.
Tujuan utama dari pengujian jangka panjang terhadap toksisitas bahan tambahan makanan
adalah untuk menentukan potensi karsinogenik suatu bahan atau senyawa, tetapi harus
didukung pula dengan pengujian jangka pendek. Konsentrasi bahan pengawet yang
diizinkan oleh peraturan bahan pangan sifatnya dalah penghambatan dan bukannya
mematikan organisme-organisme pencemar. Jumlah bahan pengawet yang diizinkan akan
mengawetkan bahan pangan dengan muatan mikroorganisme yang normal untuk satu
jangka waktu tertentu tetapi kurang efektif jika dicampurkan ke dalam bahan-bahan pangan
membusuk atau terkontaminasi secara berlebihan.
Metabolisme ini meliputi dua tahap reaksi, pertama dikatalisis oleh enzim syntease dan pada
reaksi kedua dikatalisis oleh enzim acytransferase. Asam hipurat yang disinpengujiana dalam
hati ini, kemudian diekskresikan melalui urin. Jadi, di dalam tubuh tidak terjadi penumpukan
asam benzoat, sisa asam benzoat yang tidak diekskresi sebagai asam hipurat dihilangkan
toksisitasnya berkonjugasi dengan asam glukoronat dan diekskresi melalui urin. Pada
penderita asma dan orang yang menderita urticaria sangat sensitif terhadap asam benzoat,
jika dikonsumsi dalam jumlah besar akan mengiritasi lambung.
1. Asam sorbat dan garamnya
Asam sorbat dalam tubuh dimetabolisme seperti asam lemak biasa, dan tidak bereaksi
sebagai antimetabolit. Kondisi ekstrem (suhu dan konsentrasi sorbat tinggi) asam sorbat
dapat bereaksi dengan nitrit membentuk produk mutagen yang tidak terdeteksi di bawah
kondisi normal penggunaan, bahkan dalam curing asinan. Asam sorbat kemungkinan juga
memberikan efek iritasi pada kulit apabila langsung digunakan pada kulit, sedangkan untuk
garam sorbat belum diketahui efeknya terhadap tubuh.
Asam propionat dalam tubuh dimetabolisme menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti
pada asam lemak menjadi CO2 dan H2O. Natrium propionat, apabila diberikan dalam dosis
peroral sehari 6gr untuk laki-laki tidak menimbulkan toksik, namun pada laporan lain
dinyatakan bahwa asam propionat dan garamnya mempunyai aktivitas antihistamin lokal.
Mencermati kemungkinan gangguan kesehatan seperti yang tercantum dalam Tabel, maka
FDA mensyaratkan kepada produsen pangan untuk membuktikan bahwa pengawet yang
digunakan aman bagi konsumen dengan mempertimbangkan :
a Kemungkinan jumlah paparan bahan pengawet pada konsumen sebagai akibat
mengkonsumsi produk pangan yang bersangkutan.
c Potensi toksisitas (termasuk penyebab kanker) bahan pengawet ketika tertelan oleh
manusia atau binatang.
e Pilih pengawet yang benar/yang diijinkan untuk dalam pangan serta telah terdaftar di
Badan POM RI.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2001. Materi Penyuluhan Bagi Perusahaan Makanan Industri Rumah Tangga.
Sleman: Dinas Kesehatan.
Anonim. 2008. Mengenal Bahan Kimia Pengawet dan Bahan Tambahan Pangan.
http://www.skimaters.co.id. diakses tanggal 12 November 2008.
Cahyadi, W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hoon, J. dan Flores, J. D. 1998. Potassium Sorbate Diffusivity in American Processes and
Mozarella Cheeses. J of Food Science. Vol. 63, No. 3.
Kingkate, A. et. al. Gas Chromatographic Determination of Propionate Acid, Sodium and
Calcium Propionate in Bread and Cake. J. Chrom.
Share this:
0
104
Banyak orang mengonsumsi pisang sebagai teman minum obat, Sayangnya hal ini bisa
membahayakan.
Liputan6.com, Jakarta Ada makanan yang memiliki efek buruk jika dikonsumsi bersamaan
dengan obat-obatan tertentu. Misal, makanan sehat yang baik dimakan untuk menghentikan
tekanan darah dapat menyebabkan overdosis bahkan lebih buruk jika Anda sedang
mengonsumsi suatu obat.
Baca Juga
Ini Jenis Obat dan Makanan yang Tak Boleh Dikonsumsi Bersamaan
Agar BAB Lancar, Coba Konsumsi 6 Makanan Ini
Amankah Mengonsumsi Obat Batuk Saat Hamil?
Dilansir dari laman Stat News, Kamis (9/3/2017), ada empat makanan yang dimakan dapat
berpengaruh besar terhadap obat ikut dikonsumsi.
Jus jeruk bali mengandung senyawa, yang disebut furanocoumarins--bagian alami dari
mekanisme pertahanan pada tanaman. Furanocoumarins dapat memblokir efek enzim dalam
hati dan usus kecil yang menonaktifkan efek obat-obatan dan bahan kimia asing lainnya.
Obat ini bekerja aktif lebih lama dari yang diperkirakan orang dan bisa berujung orang
tersebut mengalami overdosis. Senyawa lain dalam jus jeruk bali tampaknya mengacaukan
molekul transportasi permukaan sel tertentu sehingga berpotensi menghalangi obat untuk
masuk atau keluar sel.
Kubis
Kubis kaya dengan vitamin K untuk membantu pembekuan darah. Tetapi jika Anda
mengonsumsi warfarin (obat yang mencegah pembekuan darah) pengencer darah karena
mengalami serangan jantung, penyumbatan arteri, atau ketidakaturan detak jantung.
Anda harus berhati-hati tidak berlebihan makan kubis dan daun kol seperti kubis Brussel dan
brokoli. Warfarin mencegah tubuh dari efek penggunaan vitamin K terhadap pembekuan
darah.
Namun, kelebihan vitamin K mungkin berasal dari makan salad kubis yang bisa membuat
warfarin jauh lebih sulit berefek pada tubuh.
2 dari 2 halaman
Keju
Keju
Begitu banyak varietas keju yang tersebar. Produk susu ini dapat berpengaruh langsung
terhadap beberapa jenis obat. Tapi keju yang sudah berumur (tua), sebaiknya hindari
dikonsumsi jika Anda mengonsumsi monoamine oxidase inhibitor (obat kelompok
antidepresan).
Fermentasi, pengawetan, dan makanan yang sudah berumur sering dikemas dengan tyramine-
-bahan kimia yang menyebabkan pembuluh darah menyempit. MAOIs (monoamine oxidas),
enzim untuk metabolisme akan memblokir pemecahan tyramine.
Efek selanjutnya, orang yang berhenti minum MAOIs diminta menghindari makanan kaya
tyramine hingga beberapa minggu setelahnya.
Pisang
Buah ini kaya akan kalium untuk detak jantung dan gerakan neurotransmitter (otot saraf). Ion
kalium berhubungan dengan saluran dan pori-pori pada membran sel yang memungkinkan
hal-hal lain masuk dan keluar dari sel.
Bagi orang dengan tekanan darah tinggi dengan mengonsumsi obat yang dikenal sebagai
inhibitor ACE (angiotensin-converting enzim), yang menghalangi perubahan molekul aktif
terhadap penyempitan pembuluh darah.
Obat akan memberikan efek samping berupa penumpukan kalium. Makanan seperti pisang
dan kubis--keduanya tinggi kalium--dapat membuat penumpukan kalium lebih buruk.
Waktu Tidur Yang Baik - Tahukah anda waktu tidur yang baik menurut Islam? Ternyata Islam
mengatur posisi, cara dan adab, serta waktu tidur yang baik untuk kesehatan tubuh manusia.
Tidur adalah salah satu kegiatan yang sangat penting bagi tubuh manusia, karena dengan tidur
berarti sedang memberikan waktu istirahat untuk tubuh dari segala rutinitas sehari-hari di siang
maupun malam hari. Dengan waktu tidur yang baik dan cukup, maka tubuh manusia akan lebih
terasa segar dan lebih bersemangat dalam menajalankan beberapa aktivitas sehari-hari. Akan tetapi,
kebanyak tidur pun sangat tidak dianjurkan karena dapat membuat tubuh semakin melemas.
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat Adz-Dzariyat ayat 17 s.d 18.
Sebagai mahluk yang berfikir, tidak ada salahnya jika kita mengetahui dan memahami berapa lama
waktu tidur yang baik berdasarkan usianya (baca).
Waktu tidur yang baik menurut Islam untuk Kesehatan
Waktu tidur yang baik menurut Islam, yaitu diantaranya adalah sebagai berikut:
Waktu tidur malam yang baik menurut Islam adalah tidur di awal malam. Maksudnya, tidur di awal
malam adalah tidur setelah waktu isya, tentunya setelah shalat isya.
Rasulullah SAW membenci tidur sebelum shalat isya dan mengobrol setelahnya. Karena tidur yang
dilakukan sebelum shalat isya bisa menjadikan orang lalai untuk mendirikan shalat isya, begitu pula
dengan mengobrol di waktu isya dapat membuat orang lalai untuk mendirikan shalat isya
dikarenakan asyik mengobrol.
Sedangkan berdasarkan penelitian kesehatan oleh para dokter di Rumah Sakit Nasional Taiwan, tidur
larut malam akan mengakibatkan kerusakan hati.
Sedangkan berdasarkan penelitian kesehatannya, tidur siang dapat meminimalisir resiko terserang
penyakit jantung, karena tidur di siang hari dapat meminimalisir stres dan detup jantung yang
berlebihan.
Akan tetapi, Islam membatasi umatnya untuk tidak tidur siang terlalu lama karena hal tersebut dapat
mengganggu kegiatan di siang hari untuk mencari rizki. Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam
Surat Ar-RUm ayat 23.
Tidur di waktu shubuh dan setelah shubuh atau dengan kata lain di pagi hari sangatlah nikmat
rasanya. Akan tetapi ternyata dibalik kenikmatan tersebut terdapat keburukan di dalamnya,
sebagaimana yang telah dilarang oleh Rasulullah SAW.
Kenapa Rasulullah SAW melarang umatnya tidur di waktu pagi hari? Tidur di waktu pagi hari dapat
menimbulkan rasa malas untuk melakukan aktivitas di sisa harinya, sehingga kemungkinan besar
untuk bekerja sangat kecil. Dan secara tidak langsung kemungkinan besar hal tersbeut akan
menghambat datangnya rizki.
Selain itu, berdasarkan penelitian kesehatannya, tidur di waktu pagi hari dapat menyebabkan
gangguan metabolisme tubuh, tubuh akan menjadi lebih lemah dan lesu. Maka tidak heran jika tidur
di pagi hari, apalagi dalam waktu yang lama, dapat menghambat rizki.
Sebagian ulama mengatakan, "Siapa saja yang tidur setelah waktu ashar sehingga terganggu
kejiwaannya, maka janganlah ia mencaci selain dirinya sendiri.
Sadar atau tidak disadari, setiap kali orang tidur di waktu sore tepatnya waktu ashar akan merasa
kebingunan setelah bangun dari tidurnya. Bahkan ada sebagian orang yang mengalami gangguan
kejiwaan serius setelah tidur di waktu ashar selama 40 waktu berturut-turut. Wallahua'lam.
Rasulullah SAW membenci tidur sebelum shalat isya dan berbincang-bincang setelahnya. Karena
tidur di waktu maghrib dan atau mengobrol di waktu maghrib dan sebelum shalat isya dikhawatirkan
dapat meninggalkan kewajiban shalat isya.
Tidur setelah makan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, karena proses pencernaan pada
waktu itu akan mengalami kegagalan proses pencernaan makanan.
Makruh hukumnya tidur di sepanjang hari. Terlalu banyak tidur apalagi sampai sepanjang hari akan
menyebabkan gangguan hari, membuat malas dan tentunya gangguan kesehatan pada tubuh
lainnya.
Rasulullah SAW mengatakan bahwa tidur dengan posisi tengkurap adalah tidurnya orang-orang yang
dimurkai Allah SWT. (lihat hadits riwayat Al-Bukhari, At-Tirmidzi no 2768). Bahkan dalam HR. Ibnu
Majah, no. 3724, Rasulullah SAW mengatakan bahwa tidur tengkurap adalah tidurnya penghuni
neraka.
Selain itu berdasarkan penelitan kesehatannya, tidur dengan posisi tengkurap berbahaya bagi
kesehatan karena tidur dengan posisi tengkurap dapat mengakibatkan gangguan pernapasan. Hal
tersbeut terjadi dikarenakan dada tidak dapat mengembang secara maksimal pada saat bernafas
sehingga aliran oksigen pada pernafasan pun mengalami hambatan. Selain itu juga dapat membuat
otot-otot leher dan pundak serta kepala akan merasa nyeri dan sakit setelah bangun dari tidur.
Cara dan adab waktu tidur yang baik menurut Islam ala Rasulullah SAW
Selain waktu tidur yang baik dan larangan waktu tidur, Islam juga memiliki cara dan adab dalam
melakukan tidur guna untuk mendapatkan manfaat bagi kesehatan tubuh. Berikut adalah beberapa
hadits yang menjadi beberapa tahapan cara dan adab tidur yang baik ala Rasulullah SAW.
“Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih
dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan sholat.” (HR. Al-Bukhari No. 247 dan Muslim No.
2710)
“Rasulullah Muhammad saw jika mau tidur berdoa, “Bismika Allahumma Amut wa Ahyaa” (Dengan
nama-Mu ya Allah aku mati dan hidup) Bila bangun tidur berdoa, “Alhamdulillahillaji ahyana ba’da
maa ama tanaa wa ilayhinnusur.” (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah kami
mati, dan kepada-Nya kami kembali.” (HR. Muslim)
Dari al-Barra` bin Azib, Rasulullah Muhammad saw pernah bersabda, “Apabila kamu hendak
tidur,maka berwudhulah (dengan sempurna) seperti kamu berwudhu untuk shalat, kemudian
berbaringlah di atas sisi tubuhmu yang kanan“.
“Rasulullah Muhammad saw apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya.”
(HR. Abu Dawud no. 5045, At Tirmidzi No. 3395, Ibnu Majah No. 3877 dan Ibnu Hibban No. 2350)
Al-Bara’ bin ‘Azib ra. berkata: “Sesungguhnya Rasulullah Muhammad saw bila berbaring di tempat
tidurnya, beliau letakkan telapak tangannya yang kanan di bawah pipinya yang kanan, seraya
berdoa: Robbi qinii ‘adzaabaka yawma tab’atsu ‘ibaadaka (Ya Robbi, peliharalah aku dari azab-Mu
pada hari Kau bangkitkan seluruh hamba-Mu).” (HR. At Tarmidzi)
Aisyah ra. berkata: “Bila Rasulullah Muhammad saw berbaring di tempat tidurnya, beliau kumpulkan
kedua telapak tangannya, lalu meniup keduanya dan dibaca pada keduanya surat Al-Ikhlash, Al-
Falaq, dan An-Naas. Kemudian disapunya seluruh badan yang dapat disapunya dengan kedua
tangannya. Beliau mulai dari kepalanya, mukanya dan bagian depan dari badannya. Beliau lakukan
hal ini sebanyak tiga kali.” (HR. At Tarmidzi)
“Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang dimurkai Allah Azza Wa Jalla.”
(HR. Abu Dawud)
“Maka bangunlah Rasulullah Muhammad saw dari tidurnya kemudian duduk sambil mengusap
wajah dengan tangannya” (HR. Muslim No. 763 (182)
Beristinsyak dan beristinsar adalah menghirup air ke hidung dan mengeluarkan/ menyemburkan
kembali dari hidung. Sedangkan bersiwak adalah membersihkan mulut dengan kayu siwak, atau sikat
gigi.
“Apabila Rasulullah Muhammad saw bangun malam membersihkan mulutnya dengan bersiwak.”
(HR. Al Bukhari No. 245 dan Muslim No. 255)
Dan alangkah baiknya setelah itu semua dilakukan, hendaknya mandi untuk membersihkan diri. Dan
dengan adanya paragraf terakhir ini, saya ucapkan terima kasih dan semoga tulisan ini bermanfaat
sehingga kita bisa memperoleh waktu tidur yang baik untuk kesehatan tubuh kita masing-masing
sesuai yang kita harapkan. amien.