Anda di halaman 1dari 44

Bahan pengawet

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Jump to navigation Jump to search

Lihat pula: Pengawetan makanan

Bahan pengawet adalah zat atau bahan kimia yang ditambahkan ke dalam produk seperti
makanan, minuman, obat-obatan, cat, sampel biologis, kosmetik, kayu, dan produk lainnya
untuk mencegah terjadinya dekomposisi yang disebabkan oleh adanya pertumbuhan
mikroba atau oleh perubahan kimiawi. Secara umum, pengawetan dilakukan melalui dua
cara, yaitu secara kimiawi atau fisik. Pengawetan kimiawi melibatkan penambahan senyawa
kimia ke dalam produk. Pengawetan fisik melibatkan berbagai proses seperti pembekuan
atau pengeringan.[1] Bahan pengawet aditif makanan mengurangi risiko keracunan
makanan, mengurangi paparan mikroba, dan mempertahankan kesegaran serta kualitas
nutrisi produk tersebut. Beberapa teknik fisik untuk mengawetkan makanan di antaranya
dehidrasi, radiasi UV-C, pengeringbekuan, dan pembekuan. Teknik pengawetan kimiawi dan
fisik terkadang dikombinasikan.

Daftar isi

 1 Pengawet antimikroba
 2 Antioksidan
 3 Senyawa nonsintetik untuk pengawetan makanan
 4 Sejarah
 5 Kesadaran masyarakat terhadap pengawetan makanan
 6 Referensi

Pengawet antimikroba

Bahan pengawet antimikroba digunakan untuk mencegah terjadinya degradasi oleh


mikroba. Metode ini merupakan tipe pengawetan yang paling tradisional dan merupakan
jenis terlampau dari metode pengawetan-lampau seperti pembuatan acar dan penambahan
madu untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan memodifikasi tingkat pH.
Pengawet antimikroba yang paling umum digunakan adalah asam laktat. Pengawet
antimikroba yang umum digunakan dijelaskan pada tabel berikut.[2][3][4] Nitrat dan nitrit juga
merupakan antimikroba.[5][6] Mekanisme rinci senyawa kimia ini berkisar dari penghambatan
pertumbuhan bakteri hingga penghambatan enzim tertentu.

Nomor E Senyawa kimia Keterangan

E201 – asam benzoat, natrium digunakan dalam makanan asam seperti selai, saus
E203 benzoat salad, jus, acar, minuman berkarbonasi, kecap
E214 – hidroksibenzoat dan
stabil pada rentang pH yang lebar
E219 turunannya

E270 asam laktat -

E249 – digunakan dalam daging untuk mencegah toksin


nitrit
E250 botulisme

E251 –
nitrat digunakan dalam daging
E252

E280 – asam propionat dan


makanan yang dipanggang
E283 natrium propionat

E220 –
sulfur dioksida dan sulfit umum untuk buah-buahan
E227

E200 – asam sorbat dan natrium


umum untuk keju, wine, makanan yang dipanggang
E203 sorbat

Antioksidan

Jalur radikal bebas pada fase pertama dari rancidifikasi oksidatif lemak. Proses ini
diperlambat oleh antioksidan.

Proses oksidasi merusak sebagian besar makanan, terutama yang memiliki kandungan
lemak yang tinggi. Lemak cepat menjadi tengik bila terpapar oksigen. Antioksidan mencegah
atau menghambat proses oksidasi. Aditif antioksidan yang paling umum adalah asam
askorbat (vitamin C) dan askorbat.[7] Karenanya, antioksidan biasanya ditambahkan ke
minyak, keju, dan keripik.[2] Antioksidan lainnya termasuk turunan fenol BHA, BHT, TBHQ
dan propil galat. Agen ini menekan pembentukan hidroperoksida.[3] Pengawet lainnya
termasuk etanol dan metilkloroisotiazolinon.

Nomor E Senyawa kimia Keterangan

E300-304 asam askorbat, natrium askorbat keju, keripik


hidroksitoluena terbutilasi, hidroksianisola juga digunakan dalam pengemasan
E321
terbutilasi makanan

E310-312 asam galat dan natrium galat pemerangkap oksigen

E220 –
sulfur dioksida dan sulfit minuman, wine
E227

E306 –
tokoferol aktivitas vitamin E
E309

Berbagai bahan ditambahkan untuk menyerap ion (menonaktifkan) logam yang jika tidak
mampu mengkatalisis oksidasi lemak. Bahan yang umum digunakan adalah dinatrium EDTA,
asam sitrat (dan sitrat), asam tartarat, dan lesitin.[1]

Senyawa nonsintetik untuk pengawetan makanan

Enzim target asam sitrat dan askorbat yang mendegradasi buah-buahan dan sayuran,
misalnya, fenolase yang mengubah permukaan apel yang telah dipotong dan kentang
menjadi berwarna cokelat. Asam askorbat dan tokoferol, yang adalah vitamin, adalah
pengawet yang lazim digunakan. Pengasapan melibatkan paparan makanan kepada
berbagai jenis fenol, yang merupakan antioksidan. pengawet alami termasuk ekstrak
rosemary, hop, garam, gula, cuka, alkohol, tanah diatom dan minyak jarak.

Pengawet tradisional, seperti natrium benzoat telah menyebabkan masalah kesehatan di


masa lalu. Studi mengenai benzoat menunjukkan bahwa senyawa ini dapat menyebabkan
hipersensitivitas pada beberapa penderita asma. Hal ini menyebabkan pemeriksaan ulang
pengawet alami yang terdapat pada sayuran.[8]

Sejarah

Pengawet telah digunakan sejak zaman prasejarah. Daging asap misalnya memiliki
kandungan fenol dan bahan kimia lain yang mampu menghambat pembusukan. Pengawetan
makanan telah berkembang jauh selama berabad-abad dan telah berperan dalam
meningkatkan ketahanan pangan. Penggunaan pengawet kepada selain minyak tradisional,
garam, cat, dan sebagainya dalam makanan dimulai pada akhir abad ke-19, tetapi tidak
menyebar luas sampai abad ke-20.[9]

Penggunaan pengawet kepada makanan sangat bervariasi tergantung pada negara


pengguna pengawet tersebut. Banyak negara berkembang yang tidak memiliki aturan kuat
untuk mengatur bahan tambahan makanan menghadapi baik tingkat berbahaya dari bahan
pengawet dalam makanan tersebut atau menghindari penuh makanan yang dianggap tidak
wajar atau asing. Negara-negara ini juga telah terbukti bermanfaat dalam studi kasus
mengenai penggunaan bahan pengawet kimia, karena mereka telah baru-baru ini
diperkenalkan kepada bahan tersebut.[10] Di daerah kumuh perkotaan dari negara-negara
yang sangat padat penduduk, pengetahuan tentang kandungan dan komposisi makanan
cenderung sangat rendah, meskipun mereka mengkonsumsi makanan impor.[11]
Kesadaran masyarakat terhadap pengawetan makanan

Kesadaran masyarakat terhadap pengawetan makanan sangat tidak merata.[12] Orang


Amerika memiliki persepsi bahwa penyakit yang ditularkan melalui makanan terjadi lebih
sering terjadi di negara lain. Hal ini mungkin benar, tetapi terjadinya penyakit, perawatan di
rumah sakit, dan kematian masih cukup tinggi. Diperkirakan oleh Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit (Center for Disease Control, CDC) bahwa setiap tahunnya terdapat 76
juta pasien berpenyakit, 325.000 pasien yang dirawat di rumah sakit, dan 5.000 kematian
terkait dengan penyakit karena makanan.[13]

Peningkatan permintaan untuk produk-produk makanan segar siap-untuk-dikonsumsi telah


menyebabkan tantangan bagi distributor makanan mengenai keamanan dan kualitas
makanan mereka. Pengawet buatan memenuhi beberapa tantangan ini dengan menjaga
kesegaran untuk waktu yang cukup lama, tetapi bahan pengawet ini juga dapat
menyebabkan efek samping negatif. Natrium nitrit adalah pengawet yang digunakan dalam
daging, ham, sosis, hot dog, dan daging babi asap untuk mencegah botulisme. Zat ini
melayani fungsi penting untuk mengendalikan bakteri yang menyebabkan botulisme, namun
natrium nitrit dapat bereaksi dengan protein, atau selama makanan dimasak pada suhu
yang tinggi, membentuk N-nitrosamin karsinogenik.[6] Zat ini juga dikaitkan dengan kanker
pada hewan laboratorium.[14] Natrium benzoat yang biasa digunakan telah diketahui mampu
memperpanjang umur simpan botol pasta tomat selama 40 minggu tanpa kehilangan
kualitas.[7] Banyak produsen makanan telah mereformasi produk mereka untuk
menghilangkan kombinasi ini, tapi risiko tersebut masih tetap ada.[14] Konsumsi natrium
benzoat juga dapat menyebabkan hiperaktivitas. Selama lebih dari 30 tahun, telah terjadi
perdebatan tentang apakah benar atau tidak pengawet dan bahan tambahan makanan
lainnya dapat menyebabkan hiperaktivitas. Penelitian telah menemukan bahwa mungkin ada
kenaikan hiperaktivitas di antara anak-anak yang mengkonsumsi pewarna buatan dan bahan
pengawet benzoat dan yang sudah secara genetika cenderung hiperaktif, tetapi studi ini
tidak sepenuhnya konklusif. Hiperaktivitas hanya meningkat dalam taraf yang sedang, serta
tidak adanya kesimpulan apakah pengawet, pewarna, atau kombinasi dari keduanya yang
bertanggung jawab atas peningkatan hiperaktivitas tersebut.[15]

Referensi

1. ^ a b
Erich Lück and Gert-Wolfhard von Rymon Lipinski "Foods, 3. Food Additives" in
Ullmann's Encyclopedia of Industrial Chemistry, 2002, Wiley-VCH, Weinheim.
doi:10.1002/14356007.a11_561 10.1002/14356007.a11_561
2. ^ a b Msagati, Titus A. M. (2012). The Chemistry of Food Additives and Preservatives.
Diakses dari http://www.eblib.com
3. ^ a b Dalton, Louisa (November 2002). "Food Preservatives". Chemical and
Engineering News. 80 (45): 40. doi:10.1021/cen-v080n045.p040. Diakses tanggal 9
February 2012.
4. ^ "Using Preservatives". Diakses tanggal 9 Februari 2012.
5. ^ Shaw, Ian C. (2012). Food Safety : The Science of Keeping Food Safe. Retrieved
from http://www.eblib.com (306- 334)
6. ^ a b Field, Simon Quellen (2008). Why There's Antifreeze in Your Toothpaste: The
Chemistry of Household Ingredients. Chicago: Chicago Review Press.
7. ^ a b (Bhat, Rajeev; Alias, Abd Karim; Paliyath, Gopinadham (2011). Progress in
Food Preservation. Retrieved from http://www.eblib.com
8. ^ P'EREZ-D'IAZ, I.M; MCFEETERS, R.F (Mei 2010). "Preservation of Acidified
Cucumbers with a Natural Preservative Combination of Fumaric Acid and Allyl
Isothiocyanate that Target Lactic Acid Bacteria and Yeasts". Journal of Food Science.
75 (4): M204–M208. doi:10.1111/j.1750-3841.2010.01587.x.
9. ^ Evans, G., de Challemaison, B., & Cox, D. N. (2010). "Consumers' ratings of the
natural and unnatural qualities of foods". Appetite. 54 (3): 557–563.
doi:10.1016/j.appet.2010.02.014.
10. ^ Ashagrie, Z. Z., & Abate, D. D. (2012). IMPROVEMENT OF INJERA SHELF LIFE
THROUGH THE USE OF CHEMICAL PRESERVATIVES. African Journal Of Food,
Agriculture, Nutrition & Development, 12(5), 6409-6423.
11. ^ Kumar, H., Jha, A., Taneja, K. K., Kabra, K., & Sadiq, H. M. (2013). A STUDY ON
CONSUMER AWARENESS, SAFETY PERCEPTIONS & PRACTICES ABOUT FOOD
PRESERVATIVES AND FLAVOURING AGENTS USED IN PACKED /CANNED FOODS
FROM SOUTH INDIA. National Journal Of Community Medicine, 4(3), 402-406.
12. ^ Kumar, H. N. Harsha; Jha, Anshu Kumar; Taneja, Khushboo K.; Kabra, Krishan;
Sadiq, Hafeez M. (2013). A Study On Consumer Awareness, Safety Perceptions &
Practices about Food Preservatives and Flavouring Agents used in Packed/Canned
Foods from South India. National Journal of Community Medicine, 4(3), 402.
13. ^ Theron, M. M. & Lues, J. F. (2007). Organic acids and meat preservation: A
review. Food Reviews International, 23, 141-158.
14. ^ a b Antinoro, L. (2008). EN Rates 12 Common Food Additives As Safe Or Sorry
Ingredients. (Cover story). Environmental Nutrition, 31(5), 1-4.
15. ^ Barrett, J. R. (2007). "Hyperactive Ingredients?". Environmental Health
Perspectives. 115 (12): A578. doi:10.1289/ehp.115-a578.

[sembunyikan]

 l
 b
 s

Keamanan pangan

 3-MCPD
 Aldicarb
 Sianida
Adulteran /
 Formaldehida
pencemar
 Keracunan timbal
makanan  Melamin
 Raksa dalam ikan
 Sudan I

 Monosodium glutamat (MSG)


Penyedap rasa  Garam
 Gula

 Botulisme
 Campylobacter jejuni
 Clostridium perfringens
Mikroorganisme
 Escherichia coli O104:H4
 Escherichia coli O157:H7
 Hepatitis A
 Hepatitis E
 Listeria
 Norovirus
 Rotavirus
 Salmonella

 Anisakiasis
 Amoebiasis/Disentri Amoeba
 Kriptosporidiosis
 Siklosporiasis
 Difilobotriasis
 Enterobiasis
Infeksi parasit
 Faskioliasis
melalui
 Faskiolopsiasis
makanan  Giardiasis
 Gnatostomiasis
 Paragonimiasis
 Toksoplasmosis
 Trikinosis
 Trikuriasis

 Klorpirifos
 DDT
Pestisida  Lindan
 Malation
 Metamidofos

 Asam benzoat
Pengawet  Asam etilendiamintetraasetat (EDTA)
 Natrium benzoat

 Kalium asesulfam
 Aspartam
 Sakarin
Pengganti gula
 Natrium siklamat
 Sorbitol
 Sukralosa

 Aflatoksin
 Kontaminasi arsen pada air tanah
 Benzena dalam minuman ringan
 Bisfenol A
Toksin, racun,  Mikotoksin
polusi  Keracunan kerang
 Dioksin
 Dieldrin
 Nonilfenol
 Dietilstilbestrol

Daftar insiden  Keracunan makanan manis di Bradford 1858


kontaminasi  Keresahan anggur di Chile 1989
makanan  Wabah E. coli Jack in the Box 1993
 Wabah E. coli Odwalla 1996
 Wabah salmonelosis Sun Orchard 1999
 Keresahan makanan di Indonesia 2005
 Wabah E. coli O157:H7 Amerika Utara 2006
 Keresahan makanan di Vietnam 2007
 Wabah listeriosis Kanada 2008
 Skandal susu Tiongkok 2008
 Krisis babi Irlandia 2008
 Wabah salmonelosis Amerika Serikat 2008
 Wabah E. coli O104:H4 Jerman 2011
 Skandal pangan Taiwan 2011
 Wabah listeriosis Amerika Serikat 2011
 Insiden keamanan pangan di Tiongkok
 Keracunan makanan
 Kontroversi pengemasan ulang daging ICA
 Penyakit Minamata
 StarLink corn recall
 Sindroma minyak beracun
 Skandal pencampuran daging 2013
 Kontaminasi aflatoksin Eropa 2013
 Skandal pangan Taiwan 2013
 Skandal pangan Taiwan 2014
 Wabah E. coli Amerika Serikat 2015

 Asupan harian yang dapat diterima


 Nomor E
Regulasi,
 Regulasi pelabelan makanan
standar /
 Jaringan Keamanan Pangan Internasional
watchdog  ISO 22000
 Quality Assurance International

 4-Hidroksinonenal
 Protein nabati terhidrolisis-asam
 Akrilamida
 Penyakit Creutzfeldt-Jakob
 Aditif makanan
Pengolahan  Iradiasi pangan
makanan  Amina heterosiklik
 Pati termodifikasi
 Nitrosamina
 Hidrokarbon aromatik polisiklik
 Shortening
 Lemak trans

 Curing (pengawetan makanan)


 Politik pangan
Topik terkait  Pengawetan makanan
 Kualitas pangan
 Pangan termodifikasi genetika
 Parasit usus
 Makanan dan minuman tabu

Pengawasan  GND: 4032193-9


otoritas  NDL: 00560825

Kategori:

 Pengawetan makanan
 Zat kimia
 Bahan makanan
 Teknologi pangan

Menu navigasi

 Belum masuk log


 Pembicaraan
 Kontribusi
 Buat akun baru
 Masuk log

 Halaman
 Pembicaraan

 Baca
 Sunting
 Sunting sumber
 Versi terdahulu

Pencarian

 Halaman Utama
 Perubahan terbaru
 Peristiwa terkini
 Halaman baru
 Halaman sembarang

Komunitas

 Warung Kopi
 Portal komunitas
 Bantuan

Wikipedia

 Tentang Wikipedia
 Pancapilar
 Kebijakan
 Menyumbang
 Hubungi kami
 Bak pasir
Bagikan

 Facebook
 Twitter
 Google+

Cetak/ekspor

 Buat buku
 Unduh versi PDF
 Versi cetak

Perkakas

 Pranala balik
 Perubahan terkait
 Halaman istimewa
 Pranala permanen
 Informasi halaman
 Item di Wikidata
 Kutip halaman ini
 Pranala menurut ID

Bahasa lain

 ‫العربية‬
 Deutsch
 English
 Español
 हिन्दी
 日本語
 Português
 Русский
 中文

Sunting interwiki

 Halaman ini terakhir diubah pada 23 Maret 2018, pukul 23.06.


 Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa Creative Commons; ketentuan
tambahan mungkin berlaku. Lihat K

Sabtu, 28 Sep 2013 09:57 WIB

BPOM Paparkan Segudang Cara Awetkan Makanan Tanpa Formalin

- detikHealth
Share 0 Tweet 0 Share 0 0 komentar

Ilustrasi (Foto: thinkstock)


Jakarta - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyebut bahwa bahan tambahan
pangan seperti pengawet tidak berbahaya asalkan sesuai takaran. Namun bila ingin
mengganti bahan pengawet dengan cara lain juga bisa dilakukan.

"Penggantian bahan pengawet dengan cara lain itu ada, tetapi itu tidak sesederhana itu.
Contohnya pengganti formalin. Pangan bisa lebih awet kalau higienis sanitasi dilakukan,
lebih bersih, tidak terkontaminasi, karena formalin itu kan cemaran, mikroba. Jadi setelah
harus bersih juga ada rantai dingin atau disimpan di suhu dingin, pasar-pasar kita kan
hampir tidak ada itu," ujar Roy Sparringa, Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan
dan Bahan Berbahaya di kantor BPOM, Jl Percetakan Negara, Jakarta, dan ditulis pada Sabtu
(28/9/2013).

Roy mengaku hal ini merupakan tantangan bagi Badan POM untuk menyampaikan kepada
produsen atau penjual di pasar untuk memiliki mesin pendingin untuk mengawetkan
makanannya. Selain itu yang menjadi tantangan adalah produsen yang masih menggunakan
pengawet pada makanan langsung konsumsi, seperti bakso.

"Tetapi untuk pangan olahan ada memang ada pengawet-pengawet tertentu tergantung ph-
nya. Contohnya benzoat cocok untuk ph rendah. Tapi kalao ph 5 atau 6 itu probionat," kata
Roy.

Roy mengatakan adanya pemberian benzoat yang berlebih dikarenakan pemberian benzoat
pada pangan yang tidak sesuai dan tidak disimpan di suhu dingin.

"Misalnya ada pangan yang kalau suhu PH-nya netral dikasih benzoat tidak akan efektif.
Tidak ada upaya dari mereka untuk mengatur suhu, sehingga mereka tambah benzoat
dalam jumlah berlebih. Begitu juga penggunaan sodium sebegai pengganti boraks, harus
dilihat kandungan yang pastinya, pati jenis apa sehingga formulanya berbeda," tuturnya.

Roy mengaku hal inilah yang sulit disampaikan Badan POM kepada masyarakat. Karena
adanya formula yang berbeda-beda dalam penggunaan bahan tersebut dan selain itu
beberapa produsen juga diakuinya tidak mau menjawab ketika ditanya mengenai berapa
banyak sodium yang digunakan dalam produk mereka.

"Pengganti bahan-bahan seperti pengawet dan sebagainya itu memang ada, namun
memang ya tidak sesederhana itu. Jadi masih harus ada komunikasi lebih lanjut. Masih
banyaklah yang harus kami lakukan," tutup Roy.

 /
 Female
 /
 Male
 /
 Relationship
 /
 Food & Travel
 /
 Komunitas
Tanpa Bahan Pengawet, 10 Makanan Ini Tak Bakal Ada

Esti Utami

Selasa, 14 April 2015 | 15:11 WIB

Ilustrasi selai kacang (shutterstock)

Awalnya memang menggunakan bahan alami.

Banyak ahli yang menyarankan untuk menghindari makanan yang diawetkan, dengan alasan
tak bagus untuk kesehatan. Tetapi ada beberapa jenis makanan dan minuman yang tak
mungkin tersaji di meja makan jika tak menggunakan bahan pengawet. Mungkin ikan asin
termasuk salah satunya yak

Berikut 10 makanan yang bakal tak ada, tanpa adanya bahan tambahan:

1. Anggur
Semua jenis anggur membutuhkan bahan tambahan bernama sulfite yang digunakan
selama proses fermentasi. Selain itu sejumlah zat lain, kadang juga ditambahkan untuk
menguatkan rasa dan warna.

2. Ikan
Jauh sebelum teknologi pengawetan makanan semaju sekarang, orang sudah mengenal
proses pengawetan. dari mulai dikeringkan dengan dijemur atau diasapi dengan tujuan agar
ikan ini tahan lama dan terhindar dari bakteri.

3. Selai kacang
Bahkan selai kacang organik membutuhkan pengawet alami, seperti gula atau garam untuk
membuatnya bisa disimpan di lemari dalam waktu yang cukup lama.

4. Daging asap
Ini merupakan salah satu proses pengawetan makanan tertua, yang melibatkan garam dan
gula. Namun, kadang ditambahkan natrium nitrat dan kalium nitrit untuk menjaga warna,
mencegah lemak menjadi tengik, dan membunuh bakteri berbahaya.

5. Acar
Membuat acar adalah cara praktis untuk mengawetkan makanan. Di negeri empat musm ini
adalah salah satu cara mendapatkan makanan segar saat musim dingin.

6. Buah segar
Orang yang sadar kesehatan, akan menjadikannya prioritas sebagai pasokan antioksidan.
Tapi buah macam apel, pir, peach, atau aprikot akan cepat berubah warna akibat reaksi
dengan udara bebas. Dengan demikian, antioksidan sering ditambahkan untuk menghindari
hal ini.

7. Keju
Keju awalnya menjadi makanan pokok berkat kekuatan pengawet alami, asam sorbat. Kata
"sorbat" berasal dari bahasa Latin "Sorbus," yang mengacu pada genus tertentu pohon.
Asam sorbat membuat keju dan makanan lain dari pengembangan cetakan dan jamur. Tapi
belakangan, tak semua jenis keju dibuat dengan asam sorbat.

8. Selai atau jam


Benzoic acid, dalam bentuk natrium benzoat dalam makanan, digunakan untuk menyimpan
ragi yang dibutuhkan untuk membuat selai dan jeli.

9. Mie
Makanan yang akrab dengan anak kost ini hadir berkat alpha-tocopherol, bentuk aktif dari
vitamin alami E. Sementara studi tentang efek alpha-tocopherol sedang berlangsung,
senyawa diperkirakan membantu mencegah penyakit jantung dan kanker tertentu. Tetapi
ketika terlalu banyak bahan pengawet ditambahkan, maka mie bisa menjadi ancaman bagi
kesehatan.

10. Sereal dari beras


Hydroxytoluene butylated, atau BHT, adalah pengawet sintetis yang dirancang untuk
melindungi rasa makanan kemasan. Fungsi BHT mirip dengan TBHQ sebagai antioksidan
dalam beberapa produk sereal berbasis padi, sehingga melestarikan kesegaran produk
selama disimpan. Tanpa penggunaan senyawa yang sama, produk sereal mungkin merusak
bahkan sebelum Anda membawanya pulang. (mentalfloss.com)

Alami

Dua Puluh Bahan Pengawet Makanan Alami

Hariyanto Wijoyo | 18 komentar


Di jaman sekarang ini tidaklah mudah mencari dan membeli makanan minuman olahan, baik
dalam kemasan maupun bukan yang tidak menggunakan bahan pengawet kimia. Apalagi
bila makanan minuman itu terbuat dari bahan-bahan yang tidak bisa bertahan lama, sebab
alasan penggunaan pengawet adalah untuk menghindari oksidasi makanan, mencegah
adanya kontaminasi mikroba, menekan pertumbuhan mikroorganisme, dan memperpanjang
daya tahan makanan serta menjaga nutrisi makanan.

Belum lagi kalau produsen makanan minuman-nya tidak mau merugi, maka bisa dipastikan
makanan olahan yang dijualnya menggunakan bahan pengawet makanan, yang umumnya
terbuat dari bahan kimia. Akan tetapi bukan hanya makanan minuman olahan yang dijual
secara umum yang menggunakannya, bahkan terkadang makanan olahan rumah tangga-
pun ikut-ikutan menggunakan bahan pengawet yang mengandung zat kimia.

Padahal bahan pengawet kimia itu efeknya bagi kesehatan tubuh sangatlah tidak
menyehatkan, selain itu harganya pun sangatlah mahal. Meskipun sudah diizinkan oleh
departemen kesehatan dan BPOM mengenai penggunaannya dengan kadar tertentu, namun
bila dikonsumsi secara terus menerus setiap hari, maka bisa dipastikan akan menyebabkan
tubuh menjadi rentan terhadap penyakit akibat bahan pengawet kimia semakin menumpuk
dalam tubuh karena tak bisa terurai. Kalau sudah demikian, apakah itu berarti konsumsi
makanan yang mengandung makanan bahan pengawet kimia harus dihentikan, lalu
alternatif penggantinya ada nggak???

Sahabat-sahibit blogger se-dunia tak perlu kuatir, sebab ternyata alam memberikan solusi
agar kalian bisa menerapkan pola hidup sehat. Salah satunya adalah dengan menggunakan
beberapa sumber yang diperoleh dari alam sebagai alternatif pengganti penggunaan
pengawet bahan kimia. Selain aman dan menyehatkan, bahan pengawet alamiah ini
tergolong murah harganya serta sangat mudah diperoleh di mana-mana, bahkan bisa
ditemukan di pojok dapur rumah kalian.

Kali ini saya akan menyajikan khusus untuk sahabat-sahibit blogger se-dunia Dua Puluh
Bahan Pengawet Makanan Alami , selanjutnya kalian bisa melihat bahan alami tersebut
di bawah ini…cekidot :-)

1. Garam
Inilah pengawet makanan tertua di dunia, produk yang menggunakan garam sebagai
pengawet umumnya memiliki kondisi yang baik dan tahan selama beberapa tahun. Garam
mampu menyerap air, tempat tumbuhnya mikroorganisme dan mencegah mereka tumbuh
merusak makanan. Selain itu garam juga mampu membunuh bakteri yang menyebabkan
makanan menjadi basi, serta menjaga makanan tetap kering sehingga mencegah
tumbuhnya ragi dan jamur.

2. Larutan Cuka
Larutan Cuka dibuat dari fermentasi gula dan air serta mengandung kadar asam asetat yang
tinggi. Penggunaannya selain untuk mengawetkan makanan, juga untuk membunuh
mikroba yang membuat makanan cepat busuk. Umumnya digunakan untuk mengawetkan
makanan kaleng dan acar, selain itu dipakai untuk mencuci ikan, ayam dan daging sebelum
disimpan dalam lemari es, dan masa simpan di dalam lemari es menjadi lebih lama.

3. Gula
Gula mampu mengawetkan makanan dengan menyerap kelebihan air dan mencegah
pertumbuhan bakteri dan mikroorganisme yang berkontribusi terhadap dekomposisi. Dikenal
sebagai bahan pengawet sejak ribuan tahun lalu, gula juga bisa menjadikan bunga dalam
vas terlihat segar lebih lama. Gula pula yang membuat selai dan jeli tak basi setelah
kemasannya dibuka. Bahkan bangsa Mesir kuno diketahui selalu mengawetkan makanan
dalam toples madu.

4. Jeruk Lemon
Vitamin C dozis tinggi terkandung dalam buah jeruk lemon, yang diketahui mampu
membunuh mikroorganisme perusak gizi makanan. Oksidasi makanan dapat dicegah dengan
zat antioksidan yang ada dalam jeruk lemon. Sangat dianjurkan sebelum disimpan dalam
lemari es, sebaiknya ikan, daging atau sayuran terlebih dahulu dilumuri perasan Jeruk
Lemon.

5. Minyak
Minyak diketahui memiliki kemampuan untuk memperlambat proses oksidasi dan
membunuh mikroorganisme lebih cepat. Makanan yang digoreng atau diolah dengan minyak
akan menjadi lebih tahan lama.

6. Chitosan
Bahan pengawet makanan ini terbuat dari produk turunan dari polimer chitin atau zat
tanduk yang terdapat pada kulit hewan laut berkulit keras, misalnya udang galah dan
kepiting atau ranjungan. Idenya muncul dari kenyataan bahwa kulit kepiting dan udang
tetap bertahan lama, meskipun sudah mati selama beberapa tahun lamanya. Umumnya
digunakan untuk mengawetkan bakso dan tahu serta ikan asin.

7. Cengkeh
Bangsa Cina dan India sejak dahulu telah menggunakan cengkeh untuk mencegah
tumbuhnya jamur serta bakteri pada makanan. Karena cengkeh juga banyak tumbuh di
Indonesia, selain digunakan untuk rempah,-rempah, tak ada salahnya bisa digunakan juga
sebagai pengawet alami makanan sebagaimana penggunaannya oleh bangsa Cina danIndia.

8.Kunyit
Kunyit bisa digunakan untuk menekan laju pertumbuhan mikroba, umumnya digunakan
pada produksi makanan seperti tahu. Caranya adalah dengan mengolesinya pada
permukaan kulit tahu. Selain itu kunyit juga digunakan untuk pembuatan nasi kuning.

9. Ekstrak Daun Rosemary


Ekstrak Daun Rosemary (Rosmarinus officinalis) yang lebih dikenal sebagai tanaman hias
sudah ratusan tahun digunakan sebagai pemberi aroma harum dan enak untuk makanan
serta mengandung anti oksidan. Ternyata ekstraknya bisa juga digunakan sebagai pengawet
makanan. Ekstrak yang diperoleh dari penyulingan daun-nya mampu mencegah oksidasi dan
dekomposisi makanan.

10. Kayu Manis


Kayu manis, selain mengandung asam benzoate, juga memiliki aroma rempah khas juga
mengandung antioksidan yang tinggi. Selain kayu manis bisa juga digunakan untuk
mencegah pertumbuhan jamur, namun jamur-jamurnya harus spesifik karena tidak semua
jamur bisa diatasi oleh kayu manis.

11. Karagenan
Karagenan terbuat dari rumput laut, umumnya digunakan sebagai bahan pengawet alami
pada produk makanan berupa mie basah, bakso dan nugget. Makanan yang mengandung
karagenan akan menjadi lebih kenyal, serat tinggi dan kandungan antioksidan yang tinggi.

12. Air Endapan Abu Merang


Air Endapan Abu Merang umumnya digunakan untuk mengawetkan mie. Cara membuatnya
cukup mudah, yaitu dengan membakar merang padi kemudian ambil abunya lalu larutkan
dengan air, kemudian diendapkan sampai terpisah air dan abunya.

13. Ekstrak Wortel


Ekstrak wortel (Daucus carota) umumnya digunakan sebagai bahan pengawet alami untuk
bakso. Wortel mengandung antioksidan yaitu β-karoten, yang gunanya untuk mencegah
atau mengharnbat fermentasi, pengasamanan dan peruraian lain terhadap makanan yang
disebabkan oleh mikroorganisme. Selain itu bisa juga mencegah dan menghambat rasa
tengik yang diakibatkan udara dan mikroorganisme serta menambah kandungan gizi dalam
makanan sehingga lebih sehat untuk dikonsumsi.

14. Asap Cair


Asap Cair (Liquid Smoke) berfungsi sebagai antimikroba dan antioksidan dan bersifat
fungsional seperti anti jamur, antibakteri serta anti oksidan. Pemanfaatan Asap Cair
digunakan untuk mengawetkan ikan dan daging sehingga bisa bertahan hingga duapuluh
lima hari.

15. Air Kelapa


Air kelapa yang diberi mikroba akan menjadi pengawet alami bernama Asam sitrat (citric
acid). Asam sitrat sekarang banyak dijual bebas ditoko kimia, namun bisa juga membuatnya
sendiri bahan dan harganya bisa menjadi lebih murah.

16. Bawang Putih


Bawang putih diketahui mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Kandungan allicin-nya
juga sangat efektif mematikan gram positif dan gram negatif. Selain itu bawang putih
bersifat antimikroba E.coli, aerobacter aeroganes, sigella sonnei, dan staphylococcus sureus.
Bawang putih juga bermanfaat untuk mengurangi jumlah bakteri aerob, kaliform dan
mikrooganisme lainya sehingga bahan makanan yang ditambahkan bawang putih akan
menjadi lebih tahan lama.

17. Daun Gambir


Daun gambir bisa membuat makanan terhindar dari kerusakan yang disebabkan oleh
mikrooganisme dan degradasi reaksi oksidasi penyebab makanan menjadi basi.

18. Kalowak
Kalowak atau keluak atau dikenal juga sebagai Buah Picung umumnya digunakan sebagai
bahan pengawet untuk ikan yang masih segar. Bila di campur dengan garam sanggup
mengawetkan ikan segar selama enam hari tanpa mengurangi kandungan gizinya.

19. Kombinasi Daun Pandan dan Daun Teh


Daun pandan mengandung fenol dan saponin yang berfungsi sebagai antibakteri, sedangkan
Daun Teh mengandung flavonoid dan tanin sebagai anti-mikroorganisme. Kolobrasi
keduanya menghasilkan bahan pengawet yang biasa digunakan untuk membuat ikan asin,
dan bisa menjadikan rasa ikan asin menjadi lebih lezat.

20. Lidah Buaya


Lidah buaya (Aloe vera L.) mengandung enzim oksidase yang dapat digunakan sebagai
bahan pengawet antioksidan dalam penyimpanan makanan agar bisa tahan lama.

Itulah Dua Puluh Bahan Pengawet Makanan Alami yang bisa saya sajikan untuk kalian.
Dengan menggunakan-nya, sahabat-sahibit blogger se-dunia bisa menjadikan makanan
minuman menjadi lebih awet dan tahan lama,. Selain itu penggunaannya juga lebih aman
terhadap tubuh dan tidak mengganggu kesehatan, semoga bermanfaat.

Tabe salama’ ki’


Keep Happy Blogging Always, mari ki’ di’ :-)

Original Link from : http://hariyantowijoyo.blogspot.com/2015/03/dua-puluh-bahan-


pengawet-makanan-alami.html#ixzz5TxFZESfk
Terimakasih, karena anda tidak menghapus sumber dan link asli artikel ini.

MACAM MACAM PENGAWETAN SECARA ALAMI

NAMA:ANDRIAS WIDYARTONO

KELAS:4K1

NIS:5929

MACAM MACAM PENGAWETAN SECARA ALAMI


Sebenarnya, masalah penggunaan bahan tambahan ilegal didalam pangan telah sejak lama
didengungkan oleh banyak pihak, baik dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan,
Perguruan Tinggi maupun oleh Yayasan Lembaga Konsumen. Tetapi, karena masyarakat
konsumen belum memahami bahaya kegunaan bahan ilegal ini, ditambah dengan hukum
yang tidak secara tegas menjerat produsen bermasalah, maka produsen bermasalah tetap
bisa menggunakan bahan ilegal ini karena konsumen toh tidak mempermasalahkannya.
Seiring dengan ramainya publikasi mengenai bahaya formalin, saat juga ramai dibicarakan
atau dipromosikan bahan-bahan pengawet alternatif pengganti formalin. Sebagian besar
alternatif yang disodorkan merupakan pengawet alami. Tetapi, sebetulnya ada banyak
pertanyaan diseputar bahan-bahan pengawet ini, seperti: benarkah bahan-bahan pengawet
yang disodorkan ini mampu memperpanjang umur simpan bahan pangan segar seperti
halnya formalin? Seperti diketahui, formalin dapat memperpanjang umur simpan bahan
pangan mentah sampai berhari-hari pada suhu ruang. Sesuatu hal yang sangat tidak
mungkin dilakukan oleh pengawet legal yang diijinkan penggunaannya didalam makanan.
Pertanyaan berikutnya, apakah pengawet tersebut efektif untuk semua bahan pangan?
Apakah bahan ini tidak menyebabkan perubahan citarasa bahan makanan yang
diawetkannya? Dan yang penting lagi, apa komponen aktif didalamnya? Apakah sudah teruji
keamanannya terhadap manusia? Sehingga, jangan sampai penggunaannya dikemudian hari
malah memicu masalah baru.

1.Penggaraman

Garam telah digunakan sebagai pengawet makanan alami, untuk meningkatkan umur
simpan ikan serta berbagai jenis produk daging. Proses pengasinan melibatkan penambahan
garam dalam bahan makanan, untuk mengeringkan mikroba melalui osmosis,garam,
sehingga menambahkan, Menghambat pertumbuhan bakteri (biasanya Clostridium
botulinum) dan dengan demikian, mencegah pembusukan makanan. Selain memberikan
sebuah perisai dari mikroba, garam juga melindungi makanan dari ragi dan jamur. Telah
diamati bahwa daging disembuhkan bertahan lebih lama daripada yang segar.

Salah satu metode pengawetan alami yang sudah dilakukan masyarakat luas selama
bertahun-tahun adalah penggunaan garam atau NaCl. Larutan garam yang masuk ke dalam
jaringan diyakini mampu menghambat pertumbuhan aktivitas bakteri penyebab
pembusukan, sehingga makanan tersebut jadi lebih awet. Prosesnya biasa disebut dengan
pengasinan (curing) atau penggaraman (maka lahirlah istilah ikan asin).
Pengawetan dengan garam ini memungkinkan daya simpan yang lebih lama dibanding
dengan produk segarnya yang hanya bisa bertahan beberapa hari atau jam saja. Contohnya
ikan yang hanya tahan beberapa hari, bila diasinkan bisa disimpan selama berminggu-
minggu. Tentu saja prosedur pengawetan ini perlu mendapat perhatian karena konsumsi
garam secara berlebihan bisa memicu penyakit darah tinggi (hipertensi).

2.Pendinginan (Pembekuan)

Metode lain yang dianggap aman adalah pengawetan dengan menyimpan bahan pangan
tersebut pada suhu rendah. Suhu di bawah nol derajat Celcius mampu memperlambat reaksi
metabolisme, disamping mencegah perkembangbiakan mikroorganisme yang bisa merusak
makanan.

Prosedur pengawetan melalui pembekuan ini bisa membuat makanan awet disimpan selama
berhari-hari, bahkan berbulan-bulan. Meski begitu, kualitas makanan yang dibekukan tetap
saja berkurang sedikit dibandingkan makanan segarnya. Selain itu, pembekuan juga
berpengaruh terhadap rasa, tekstur dan warna maupun sifat-sifat lain dari makanan
tersebut.

3.Pengeringan

Cara lain yang juga kerap dilakukan untuk mengawetkan makanan adalah pengeringan
karena air bebas merupakan faktor utama penyebab kerusakan makanan. Semakin tinggi
kadar air dalam makanan tertentu, maka semakin cepat proses kerusakannya. Melalui
proses ini, air yang terkandung dalam bahan makanan akan diminimalkan. Dengan begitu,
mikroorganisme perusak makanan tidak bisa berkembang biak.

Seperti halnya makhluk hidup yang kita jumpai sehari-hari, baik jamur, kuman, maupun
bakteri memerlukan air untuk bisa bertahan hidup. Namun agar hasilnya bisa maksimal,
proses pengeringan harus berjalan sempurna. Jika tidak, jamur dan mikroba tetap bisa
tumbuh pada makanan yang berarti tidak

aman lagi dikonsumsi.

4.Pengalengan (Canning)

Bahan makanan dipanaskan, kemudian dikemas rapat di dalam kaleng dalam kondisi steril
(bebas mikroorganisme). Contohnya pada buah kalengan dan produk susu.
5.Penyinaran (Iradiasi)

Sinar ultraviolet atau sinar gamma dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme dalam bahan makanan tanpa merusak kualitasnya

6.Gula
Gula terutama digunakan untuk mengawetkan buah-buahan, seperti apel, pir.
Untuk tujuan tersebut, pengawet makanan alami yang digunakan baik dalam bentuk kristal
atau sebagai sirup. Makanan juga dapat dimasak dalam gula, sampai gula mencapai titik
kristalisasi, dan kemudian disimpan kering. Gula mempertahankan makanan baik dengan
membunuh mikro organisme, terutama bakteri, atau mereka menghambat pertumbuhan. Itu
makanan manis dan menarik air keluar dari organisme mikro, melalui proses osmosis

7.Cuka
Meskipun asam di alam, cuka dianggap sebagai salah satu bahan pengawet alami
yang paling efektif untuk makanan. Hal ini dilakukan oleh fermentasi larutan gula dan air.
Asam asetat (juga disebut asam etanoat) dalam cuka membunuh bakteri dan dengan
demikian, menjaga makanan untuk waktu yang lama, mencegah pembusukan-nya.
Tergantung pada dasar gula dari mana mereka berasal, cuka dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa jenis. Namun, hampir semua dari mereka yang secara luas digunakan untuk
tujuan pengawetan makanan.

8.Rosemary Extract

Sebuah pabrik rumah tangga biasa yang telah tumbuh di Pegunungan Alpen sejak Abad
Pertengahan, rosemary sekarang banyak dibudidayakan di bagian lain dunia juga.. Ekstrak
tanaman yang digunakan, di antara tujuan lain, sebagai bahan pengawet makanan alami.
Rosemary ekstrak disusun oleh penyulingan daun tanaman. Selain sebagai antioksidan kuat,
ekstrak juga mencegah oksidasi makanan, sehingga meningkatkan kehidupan rak-nya..
Makanan item, jika diawetkan dengan ekstrak rosemary, tidak hanya berlangsung lama,
tetapi juga mempertahankan warna dan rasa untuk waktu yang lama.

9. Karagenan

Keragenan adalah bahan alami pembentuk gel yang dapat digunakan untuk mengenyalkan
bakso dan mie basah sebagai bahan alternatif yang aman pengganti borax. Karagenan
dihasilkan dari rumput laut Euchema sp yang telah dibudidayakan di berbagai perairan
Indonesia. Dijelaskannya bahwa setiap 1 kilogram bakso membutuhkan 0,5 – 1,5 gram
karagenan untuk mengenyalkannya. Di pasaran 0,5 – 1,5 gram karagenan dijual dengan
harga Rp750 sampai Rp900. Karagenan dalam industri sering dijadikan bahan campuran
kosmetik, obat-obatan, es krim, susu, kue, roti dan berbagai produk makanan

10. Buah Picung


Pohon picung atau kluwak (jawa) banyak tersebar di seluruh nusantara. Selain sebagai
bumbu masak dapur, biji buah picung juga bisa dimanfaatkan sebagai pengawet alami ikan
segar. Kombinasi 2 % biji buah picung dan 2% garam dari total berat ikan telah mampu
mengawetkan ikan kembung segar selama 6 hari tanpa merubah mutu.
Normalnya, ikan kembung segar yang disimpan di suhu kamar tanpa penambahan picung
atau es hanya bisa bertahan 6 jam. Lebih dari itu, ikan tersebut akan busuk dan rusak. Hasil
penelitian R.A Hangesti Emi Widyasari, mahasiswa S2 Program Studi Teknologi Kelautan
Sekolah Pasca Sarjana IPB ini merupakan terobosan dalam mengatasi kesulitan
pemerolehan dan menekan harga es batu. Disamping menghindari penggunaan larutan
formalin yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Seorang nelayan untuk mempertahankan mutu ikan hasil tangkapannya membutuhkan es
batu minimal 1 :1 berat ikan segar. Bila ikan yang ditangkap 50 kg, maka nelayan
membutuhkan es batu minimal 50 kg pula. Namun dengan memanfaatkan cacahan biji buah
picung, nelayan hanya membutuhkan 1 kg cacahan biji buah picung untuk 50 kg ikan segar

11. Biji Kepayang

Pohon tanaman ini memiliki tinggi hingga 40 m dengan diameter batang 2,5 m.Jika melihat
uraian diatas, maka dapat dikatakan tanaman ini tumbuh tersebar luas hampir di seluruh
Nusantara. Kepayang mulai berbuah di awal musim hujan pada umur 15 tahun dengan
jumlah 300 biji di setiap pohonnya .

Tanaman ini telah lama digunakan sebagai bahan pengawet ikan. Untuk dapat
memanfaatkannya sebagai pengawet, biji dicincang halus dan dijemur selama 2-3 hari. Hasil
cincangan tanaman ini kemudian dimasukkan ke dalam perut lkan laut yang telah
dibersihkan isi perutnya. Cincangan biji Kepayang memiliki efektivitas sebagai pengawet ikan
hingga 6 hari . Khusus untuk pengangkutan jarak jauh, tanaman ini dicampur garam,
dengan perbandingan 1 bagian garam dan 3 bagian biji Kepayang.

12. Gambir

Tanaman gambir (Uncariae Romulus et Uncus) di Indonesia daun dan getahnya digunakan
untuk bahan kelengkapan untuk menyirih. Tanaman yang termasuk keluarga Rubiaceae ini
juga sering digunakan untuk obat luka bakar, sakit kepala, diare, disentri, sariawan, dan
sakit kulit, serta bahan penyamak kulit dan bahan pewarna tekstil.

Secara alami para produsen makanan sering menggunakan tanaman yang daunnya
berbentuk bujur sangkar dengan permukaan licin ini untuk pengawet makanan. Pasalnya,
dalam daun ini terdapat sebuah kandungan katekin yang dapat mengawetkan makanan dari
kerusakan akibat mikroorganisme dan degradasi reaksi oksidasi (penyebab basi)

13. Kitosan

Kitosan dihasilkan dari chitin dan mempunyai struktur kimia yang sama dengan kitin, terdiri
dari rantai molekul yang panjang dan berat molekul yang tinggi. Perbedaan antara kitin dan
kitosan adalah pada setiap cincin molekul kitin terdapat gugus asetil (-CH3-CO) pada atom
karbon kedua, sedangkan pada kitosan terdapat gugus amina (-NH). Kitosan dapat
dihasilkan dari kitin melalui proses deasetilasi yaitu dengan cara direaksikan dengan
menggunakan alkali konsentrasi tinggi dengan waktu yang relatif lama dan suhu tinggi.

Chitosan adalah biopolimer yang mempunyai keunikan yaitu dalam larutan asam, kitosan
memiliki karakteristik kation dan bermuatan positif, sedangkan dalam larutan alkali, kitosan
akan mengendap.

Indikator parameter daya awet chitosan

1. Keefektifan dalam mengurangi jumlah lalat yang hinggap.

Pada konsentrasi chitosan 1,5 % dapat mengurangi jumlah lalat secara significant.

2. Pada uji mutu hedonik penampakan dan rasa ditunjukkan bahwa penampakan ikan asin
dengan coating chitosan lebih baik bila dibandingkan dengan ikan asin kontrol (tanpa
formalin dan chitosan) dan ikan asin dengan formalin. Coating chitosan pada ikan cucut asin
memberikan rasa yang lebih baik dibanding dengan kontrol (tanpa formalin dan chitosan)
dan perlakuan formalin.

3. Keefektifan dalam menghambat pertumbuhan bakteri dimana pada pengujian


diperlihatkan hasil bahwa nilai TPC (bakteri) sampai pada minggu kedelapan pelapisan
chitosan, masih sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia) ikan asin yakni dibawah 1 x
!0 5 koloni per gram. Kemampuan dalam menekan pertumbuhan bakteri disebabkan
chitosan memiliki polikation yang bermuatan positif yang mampu menghambat
pertumbuhan bakteri dan kapang.

4. Kadar air pada perlakuan dengan pelapisan chitosan sampai 8 minggu menunjukan
kemampuan chitosan dalam mengikat air, karena sifat hidrofobik sehingga dengan sifat ini
akan menjadi daya tarik pada pengolah ikan asin dalam aspek ekonomi.

BAHAN PENGAWET YANG DIPERBOLEHKAN

18 Mei 2010 Tinggalkan komentar

by nuraliza fatma in Uncategorized

BAHAN PENGAWET DALAM PENGOLAHAN PANGAN


Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, Dr. Husniah Rubiana Thamrin Akib, M.S,
M.Kes, SpFK, mengatakan, ada beberapa bahan pengawet yang memang diperbolehkan
untuk makanan dan minuman yang diperkenankan badan dunia. Hal ini dalam Kepmenkes
(Keputusan Menteri Kesehatan). “Tentunya Menteri Kesehatan membuat suatu keputusan
bukan begitu saja. Karena di dunia ada komite yang terdiri dari pakar dari WHO, FAO dan
perwakilan dari 185 negara yang menetapkan bahan-bahan tambahan apa yang boleh
ditambahkan dalam makanan dan minuman dalam jumlah yang telah ditentukan. Termasuk
pemanis, pengawet, pengempal, dan sebagainya.”

Menurut Akib, pengawet yang digunakan pada minuman ringan yang banyak diberitakan
(natrium benzoat dan kalium sorbat) adalah bahan pengawet yang diperbolehkan
penggunaannya dalam makanan. Tidak hanya digunakan di Indonesia, tapi juga oleh negara
lain. “Produk-produk Mizone, Zetporto, Mogu-mogu, Jungle Juice dan Zesttea adalah
produk-produk yang kandungan isinya tidak berbahaya karena mengandung bahan
pengawet yang diperbolehkan/diizinkan. Kami melakukan penarikan terhadap produk-
produk tersebut karena melanggar ketentuan pelabelan. Jadi, bukan karena isinya
mengandung bahan berbahaya.”

Senada dengan Akib, Didi Nugrahadi, Marketing Director PT Tirta Investama menjelaskan,
bahan pengawet kalium sorbat dan natrium benzoat aman digunakan dalam produk
makanan dan minuman. Demikian persetujuan BPOM dan badan-badan otoritas
internasional dalam keamanan pangan seperti FDA (Badan Administrasi Pangan dan Obat di
Amerika Serikat), EU (Uni Eropa), FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian), WHO (Badan
Kesehatan Dunia), serta CODEX (badan standarisasi pangan internasional).

“Persetujuan ini telah melalui pengujian ekstensif yang membuktikan bahwa kedua bahan
pengawet tersebut aman untuk kesehatan yang diatur dalam Permenkes
No.722/Menkes/IX/88. Kedua bahan tersebut telah digunakan secara luas dalam berbagai
produk makanan dan minuman di Indonesia maupun di mancanegara, sejak lebih dari 50
tahun lalu,” papar Didi.

Menurut Didi, pernyataan yang mengklaim bahwa kalium sorbat dan natrium benzoat
berbahaya dan menyebabkan penyakit Lupus adalah sama sekali tidak benar, tidak
bertanggung jawab dan tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah. “Demikian pula mengenai
berita akan adanya penarikan produk Mizone dikarenakan produknya berbahaya adalah
tidak benar. Mizone sudah mendapatkan persetujuan BPOM serta aman untuk dikonsumsi.
Masyarakat dapat tetap mengkonsumsi Mizone seperti biasa,” tambah Didi.

SEKILAS TENTANG BAHAN PENGAWET

Bahan pengawet pada makanan dan minuman berfungsi menekan pertumbuhan


mikroorganisme yang merugikan, menghindarkan oksidasi
makanan sekaligus menjaga nutrisi
makanan. Natrium Benzoat dikenal juga dengan nama Sodium Benzoat atau Soda Benzoat.
Bahan pengawet ini merupakan garam asam Sodium Benzoic, yaitu lemak tidak jenuh ganda
yang telah disetujui penggunaannya oleh FDAdan telah digunakan oleh para produsen
makanan dan minuman selama lebih dari 80 tahun untuk menekan pertumbuhan
mikroorganisme (jamur).

Menurut sebuah studi WHO, Sodium Benzoat adalah bahan pengawet yang digunakan untuk
makanan dan minuman serta sangat cocok untuk jus buah maupun minuman ringan.
Sodium Benzoat banyak digunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman seperti
jus buah, kecap, margarin, mentega, minuman ringan, mustard, sambal, saus salad, saus
tomat, selai, sirop buah, dan lainnya. Sodium Benzoat secara alami terdapat pada apel,
cengkeh, cranberry (sejenis buah berry yang digunakan untuk membuat agar-agar dan
saus), kayu manis, prem (yang dikeringkan) dan lain-lain.

International Programme on Chemical Safety tidak menemukan adanya dampak terhadap


kesehatan manusia dengan dosis sebesar 647-825 mg/kg berat badan per hari. Degradasi
Sodium Benzoat (yang dihasilkan dalam tubuh dari garam sodium) telah dipelajari secara
detail dan menunjukkan bahwa bahan-bahan ini tidak berbahaya. Sekitar 75-80%
dikeluarkan dalam jangka waktu 6 jam dan seluruh dosis akan dikeluarkan dari dalam tubuh
dalam jangka waktu sekitar 10 jam. Batasan yang ditentukan untuk Sodium Benzoat dalam
makanan bukan karena sifat racunnya, melainkan karena jumlahnya melebihi 0.1%, bahan
ini dapat meninggalkan rasa tertentu di mulut.

Sementara Kalium Sorbat dikenal juga dengan nama Potassium Sorbat. Potassium sorbat
adalah garam potassium dari asam sorbic yang digunakan untuk menghentikan
bertumbuhnya jamur. Potassium Sorbat banyak digunakan dalam berbagai produk makanan
dan minuman seperti air soda, ikan asap, ikan asin, jus buah, keju, kue, margarin, mentega,
minuman anggur, minuman ringan, produk buah-buahan yang difermentasi, roti, saos
selada, susu, yoghurt, dan lainnya. Potassium Sorbat mempertahankan kualitas makanan
dan minuman.

PENGAWETAN ALAMI
* DENGAN GARAM

Salah satu metode pengawetan alami yang sudah dilakukan masyarakat luas selama
bertahun-tahun adalah penggunaan garam atau NaCl. Larutan garam yang masuk ke dalam
jaringan diyakini mampu menghambat pertumbuhan aktivitas bakteri penyebab
pembusukan, sehingga makanan tersebut jadi lebih awet.

Pengawetan dengan garam ini memungkinkan daya simpan yang lebih lama dibanding
dengan produk segarnya yang hanya bisa bertahan beberapa hari atau jam saja. Contohnya
ikan yang hanya tahan beberapa hari, bila diasinkan bisa disimpan selama berminggu-
minggu. Tentu saja prosedur pengawetan ini perlu mendapat perhatian karena konsumsi
garam secara berlebihan bisa memicu penyakit darah tinggi. Apalagi jika keluarga si anak
memiliki riwayat hipertensi.

* DENGAN SUHU RENDAH

Metode lain yang dianggap aman adalah pengawetan dengan menyimpan bahan pangan
tersebut pada suhu rendah. Suhu di bawah nol derajat Celcius mampu memperlambat reaksi
metabolisme, disamping mencegah perkembangbiakan mikroorganisme yang bisa merusak
makanan.

Prosedur pengawetan melalui pembekuan ini bisa membuat makanan awet disimpan selama
berhari-hari, bahkan berbulan-bulan. Meski begitu, kualitas makanan yang dibekukan tetap
saja berkurang sedikit dibandingkan makanan segarnya. Selain itu, pembekuan juga
berpengaruh terhadap rasa, tekstur dan warna maupun sifat-sifat lain dari makanan
tersebut.

* DENGAN PENGERINGAN

Cara lain yang juga kerap dilakukan untuk mengawetkan makanan adalah pengeringan
karena air bebas merupakan faktor utama penyebab kerusakan makanan. Semakin tinggi
kadar air dalam makanan tertentu, maka semakin cepat proses kerusakannya. Melalui
proses ini, air yang terkandung dalam bahan makanan akan diminimalkan. Dengan begitu,
mikroorganisme perusak makanan tidak bisa berkembang biak.

Seperti halnya makhluk hidup yang kita jumpai sehari-hari, baik jamur, kuman, maupun
bakteri memerlukan air untuk bisa bertahan hidup. Namun agar hasilnya bisa maksimal,
proses pengeringan harus berjalan sempurna. Jika tidak, jamur dan mikroba tetap bisa
tumbuh pada makanan yang berarti tidak aman lagi dikonsumsi.

Lebih lanjut, ahli gizi yang kerap disapa Ndung ini menuturkan, berdasarkan Permenkes
No.722/88 terdapat 25 jenis pengawet yang diizinkan untuk digunakan dalam makanan.
Meski termasuk kategori aman, hendaknya bahan pengawet tersebut harus digunakan
dengan dosis di bawah ambang batas yang telah ditentukan.

BAHAN-BAHAN PENGAWET YANG DIIZINKAN:

1. asam benzoat,

2. asam propionat,

3. asam sorbat,

4. sulfur dioksida,

5. etil p-hidroksi benzoat,

6. kalium benzoat,

7. kalium sulfit,

8. kalium bisulfit,

9. kalium nitrat,

10. kalium nitrit,

11. kalium propionat,

12. kalium sorbat,

13. kalsium propionat,

14. kalsium sorbat,

15. kalsium benzoat,

16. natrium benzoat,


17. metil-p-hidroksi benzoat,

18. natrium sulfit,

19. natrium bisulfit,

20. natirum metabisulfit,

21. natrium nitrat,

22. natrium nitrit,

23. natrium propionat,

24. nisin, dan

25. propil-p-hidroksi benzoat.

BAHAN PENGAWET YANG DIIZINKAN NAMUN KURANG AMAN

B eberapa zat pengawet berikut diindikasikan menimbulkan efek negatif jika dikonsumsi oleh
individu tertentu, semisal yang alergi atau digunakan secara berlebihan.

* Kalsium Benzoat

Bahan pengawet ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri penghasil toksin (racun),
bakteri spora dan bakteri bukan pembusuk. Senyawa ini dapat mempengaruhi rasa. Bahan
makanan atau minuman yang diberi benzoat dapat memberikan kesan aroma fenol, yaitu
seperti aroma obat cair. Asam benzoat digunakan untuk mengawetkan minuman ringan,
minuman anggur, saus sari buah, sirup, dan ikan asin. Bahan ini bisa menyebabkan dampak
negatif pada penderita asma dan bagi orang yang peka terhadap aspirin. Kalsium Benzoat
bisa memicu terjadinya serangan asma.

* Sulfur Dioksida (SO2)

Bahan pengawet ini juga banyak ditambahkan pada sari buah, buah kering, kacang kering,
sirup dan acar. Meski bermanfaat, penambahan bahan pengawet tersebut berisiko
menyebabkan perlukaaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetik, kanker
dan alergi.

* Kalium nitrit

Kalium nitrit berwarna putih atau kuning dan kelarutannya tinggi dalam air. Bahan ini dapat
menghambat pertumbuhan bakteri pada daging dan ikan dalam waktu yang singkat. Sering
digunakan pada daging yang telah dilayukan untuk mempertahankan warna merah agar
tampak selalu segar, semisal daging kornet.

Jumlah nitrit yang ditambahkan biasanya 0,1% atau 1 gram/kg bahan yang diawetkan.
Untuk nitrat 0,2% atau 2 gram/kg bahan. Bila lebih dari jumlah tersebut bisa menyebabkan
keracunan, selain dapat mempengaruhi kemampuan sel darah membawa oksigen ke
berbagai organ tubuh, menyebabkan kesulitan bernapas, sakit kepala, anemia, radang
ginjal, dan muntah-muntah.

* Kalsium Propionat/Natrium Propionat

Keduanya yang termasuk dalam golongan asam propionat sering digunakan untuk
mencegah tumbuhnya jamur atau kapang. Bahan pengawet ini biasanya digunakan untuk
produk roti dan tepung. Untuk bahan tepung terigu, dosis maksimum yang disarankan
adalah 0,32% atau 3,2 gram/kg bahan. Sedangkan untuk makanan berbahan keju, dosis
maksimumnya adalah 0,3% atau 3 gram/kg bahan. Penggunaaan melebihi angka
maksimum tersebut bisa menyebabkan migren, kelelahan, dan kesulitan tidur.

* Natrium Metasulfat

Sama dengan Kalsium dan Natrium Propionat, Natrium Metasulfat juga sering digunakan
pada produk roti dan tepung. Bahan pengawet ini diduga bisa menyebabkan alergi pada
kulit.

* Asam Sorbat

Beberapa produk beraroma jeruk, berbahan keju, salad, buah dan produk minuman kerap
ditambahkan asam sorbat. Meskipun aman dalam konsentrasi tinggi, asam ini bisa membuat
perlukaan di kulit. Batas maksimum penggunaan asam sorbat (mg/l) dalam makanan
berturut-turut adalah sari buah 400; sari buah pekat 2100; squash 800; sirup 800; minuman
bersoda 400.

BAHAN PENGAWET YANG TIDAK AMAN

* Natamysin

Bahan yang kerap digunakan pada produk daging dan keju ini, bisa menyebabkan mual,
muntah, tidak nafsu makan, diare dan perlukaan kulit.

* Kalium Asetat

Makanan yang asam umumnya ditambahi bahan pengawet ini. Padahal bahan pengawet ini
diduga bisa menyebabkan rusaknya fungsi ginjal.

* Butil Hidroksi Anisol (BHA)

Biasanya terdapat pada daging babi dan sosisnya, minyak sayur, shortening, keripik
kentang, pizza, dan teh instan. Bahan pengawet jenis ini diduga bisa menyebabkan penyakit
hati dan memicu kanker.

Bahan Pengawet yang Aman

18.41 |
Sempat merasa resah dengan pengawet makanan yang bisa membahayakan kesehatan?
Anda tidak sendirian. Namun, yang perlu Anda tahu tidak semua pengawet makanan
berbahaya jika pengawet makanan yang telah lolos uji labrotarium ini digunakan sesuai
batas yang ditentukan berarti aman kita konsumsi. Bahan pengawet yang aman dikonsumsi,
antara lain jenis asam dan garam benzoat, sorbat, dan propionat, belerang dioksida dan
sulfit, nitrit dan nitrat, natrium klorida, gula, asam, nisin, natamycin, subtilin, serta
antioksidan BHA dan BHT. Anyway, sebenarnya gak semua bahan pengawet itu jahat kok..
Asal penggunaannya tepat dan tidak berlebihan saja. Nah, menurut BPOM, berikut adalah
daftar bahan pengawet yang aman untuk digunakan pada makanan.
1.Natrium Benzoate (sodium benzoate), Digunakan untuk acar dalam botol, keju, margarin,
apricot kering, selai, jely, sirup, saus, kecap, anggur buah dan minuman berakohol, serta
makanan lainnya kecuali daging, ikan dan unggas. Batas maksimum penggunaan 200mg-1gr
/ kg.

2.Natrium Bisulfit (sodium Hydrogen Sulphite), Digunakan pada potongan kentangan goreng
beku, udang beku, dan selai dengan batas maksimum penggunaan 50-500 mg/kg.

3.Natrium Metabilsufit (Sodium Methabisulphite), Digunakan pada potongan kentangan


goreng beku, udang beku, dengan batas maksimum penggunaan 50-100 mg/kg.

4.Natrium Nitrat (Sodium Nitrat), Digunakan untuk daging olahan dan awetan, keju dengan
dosis 50-500 mg/kg.

5.Natrium Nitrit (Sodium Nitrite), Digunakan untuk daging olahan, daging awetan, corned
kalengan dengan 50 mg – 125 mg/kg.

6.Natrium Propionat (Sodium Propionat), Digunakan untuk olahan keju dan roti, batas
penggunaan 2-3 gr/kg.

7.Natrium Sulfit (Sodium Sulphite), Digunakan untuk potongan kentang goreng beku, udang
beku dan selai dengan batas maksimum penggunaan 50-500 mg/kg.

8.Nisin (Nisin), Digunakan untuk keju olahan dengan dosis 12,5 mg/kg.

9.Asam Benzoat (Benzoic Acid), Bahan ini banyak digunakan pada kecap, minuman ringan,
acar, margarin, selai, saos, dll. Batas maksimum penggunaan 600 mg – 1 gr/kg.

10.Asam Propionat (Propionic Acid), Banyak digunakan untuk olahan keju dan roti. Batas
maksimum penggunaan 2-3 gr/kg
11.Asam Sorbat (Sorbic Acid), Digunakan untuk keju olahan. Dosis penggunaan 3gr/kg.

12.Belerang Dioksida (Sulfur Dioxide), Banyak digunakan untuk acar, jelly, selai, saus, gula
bubuk, gula pasir, cuka, sirup, bir/minuman ringan, anggur, sosis, ekstrak kopi kering,
gelatin dll. Batas maksimum penggunaan 20-500 mg/kg.

13.Metil p-Hidroxybenzoate (Methyl p-Hidroxybenzoate), Digunakan untuk selai, jelly, acar


dalam botol, kecap, ekstrak kopi cair, pasta tomat, sari buah dan makanan lainnya kecuali
daging, ikan dan unggas. Batas maksimum penggunaan 200 mg – 1gr/kg

14.Etil p-Hidroxybenzoate (Ethyl p-Hidroxybenzoate), Digunakan untuk selaidan jeli dengan


dosis1 gr/kg

15.Propil p-Hidroxybenzoate (Prophyl p-Hidroxybenzoate), Digunakan untuk selai, jeli, acar


dalam botol, kecap, ekstrak kopi cair, pasta tomat, sari buah dan makanan lainnya, kecuali
daging, ikan unggas. Dosis penggunaan 250 mg – 1 gr/kg

16.Kalium Benzoat (Potassium Benzoate), Digunakan untuk acar dalam botol, keju,
margarin, apricot kering, selai, jelly, sirup, saus, anggur buah dan minuman berakohol, serta
makanan lainnya kecuali daging, ikan, unggas. Batas maksimum penggunaan 200 mg – 1
gr/kg.

17.Kalium Bisulfit (Potassium Bysulphite), Digunakan untuk potongan kentang goreng beku,
udang beku, dan selai. Batas maksimum penggunaan 50-500 mg/kg Kalium Metabisulfit
(Potassium Metabilsuphite), Digunakan untuk potongan kentang goreng beku, udang beku,
dan . Batas maksimum penggunaan 50-100 mg/kg

18.Kalium Nitrat (Potassium Nitrat), Digunakan untuk daging olahan, daging awetan, dan
keju dengan dosis penggunaan 50-500 mg/kg Kalium Nitrit (Potassium Nitrit), Digunakan
untuk daging olahan, daging awetan, dan keju dengan dosis penggunaan 50-125 mg/kg

19.Kalium Propionat (Potassium Propionate), Digunakan untuk keju olahan dengan dosis
3gr/kg

20.Kalium Sorbat (Potassium Sorbat), Digunakan untuk keju olahan, keju, maragrin, apricot
kering, acar dalam botol, jeli, selai. Batas maksimum penggunaan 500mg-1gr/kg

21.Kalium Sulfit (Potassium Sulphite), Digunakan untuk potongan kentang goreng beku,
udang beku dan selai dengan dosis 50-500mg/kg.

22.Kalsium Benzoat (Calcium Benzoate), Digunakan untuk selai, saus tomat, sirup dan
anggur/minuman berakohol dengan dosis 200mg-1gr/kg

23.Kalsium Propionat (Calsium Propionate), Digunakan untuk olahan keju dan roti, batas
penggunaan 2-3 gr/kg

24.Kalsium Sorbat (Calsium Sorbate), Digunakan untuk margarin dan selai dengan dosis 1
gr/kg. Untuk itu perlu penelitian dan pembinaan lebih lanjut.

Untuk menghindari penggunaan bahan pengawet berbahaya serta meningkatkan


pemanfaatan bahan pengawet alternatif yang aman bagi kesehatan maka perlu dilakukan
hal-hal sebagai beriku:

Pertama: membuat daftar bahan-bahan kimia berbahaya yang dilarang untuk digunakan
pada produk makanan dan minuman dilengkapi dengan nama kimia dan nama
perdagangannya.agar tidak terjadi kesalahan pemakaian oleh produsen.

Kedua: melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti; Pemeritah, Pelaku Usaha,
Assioasi, Konsumen, Yayasan Lembaga Konsumen (YLKI) maupun Perguruan Tinggi untuk
menanggulangi penggunaan bahan pengawet berbahaya dan memberikan bahan pengawet
alternatif yang aman dan tidak merugikan konsumen maupun produsen.

Ketiga: mensosialisasikan bahaya penggunaan bahan-bahan kimia terhadap konsumen dan


produsen agar kedua belah pihak tahu dan mengerti tentang bahaya yang diakibatkan oleh
penggunaan bahan kimia terhadap makanan dan minuman.

sumber:

http://beritabuzz.blogspot.com/2012/06/zat-pengawet-aman-jika-tidak-dikonsumsi.html

Batasan Penggunaan Bahan Pengawet

Gambar diatas adalah salah satu gambar dari artikel "Bahan Kimia Dalam Makanan". Judul
gambar diatas adalah "Batasan Penggunaan Bahan Pengawet", semoga dengan tampilan
gambar yang lebih besar dapat dilihat lebih jelas dan dapat dipahami. Untuk melihat
gambar-gambar lain dari artikel Bahan Kimia Dalam Makanan, anda dapat memilih
gambar pada bagian dibawah. Dan untuk kembali ke halaman utama website "Fisika Zone"
atau kembali ke artikel "Bahan Kimia Dalam Makanan" anda dapat pilih dari tombol dibawah.
Bahan Tambahan Makanan: Pengawet

13 Jan

PENDAHULUAN

Jenis produk makanan saat ini diproduksi tidak hanya memperhatikan zat gizi yang
terkandung, melainkan juga mensiasati bagaimana jenis makanan yang dikemas, mudah
disajikan, praktis, atau diolah dengan cara modern. Makanan tersebut umumnya diproduksi
oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat
aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut. Makanan siap
saji contohnya berupa lauk pauk dalam kemasan, mie instan, nugget, atau juga corn flakes
sebagai makanan untuk sarapan.

Zat aditif adalah bahan kimia yang dicampurkan ke dalam makanan dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas, menambahkan rasa dan memantapkan kesegaran produk. Salah
satu zat tambahan yang dapat digunakan untuk meningkatkan nilai dan kualitas produk
adalah pengawet. Pengolahan (pengawetan) dilakukan untuk memperpanjang umur simpan
(lamanya suatu produk dapat disimpan tanpa mengalami kerusakan) produk pangan. Proses
pengolahan apa yang akan dilakukan, tergantung pada berapa lama umur simpan produk
yang diinginkan, dan berapa banyak perubahan mutu produk yang dapat diterima.
Berdasarkan target waktu pengawetan, maka pengawetan dapat bersifat jangka pendek
atau bersifat jangka panjang (Syamsir, 2008).

A. PENGAWET

Food Additive atau Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan
yang secara alami BUKAN merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan
ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain bahan
pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti gumpal, pemucat, dan pengental.

Didalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88 dijelaskan bahwa BTP


adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan
merupakan tambahan khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang
dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan,
pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau
pengangkutan makanan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu
komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.

Dalam kehidupan sehari-hari BTP sudah digunakan secara oleh masyarakat, termasuk dalam
pembuatan makanan jajanan. Dalam prakteknya masih banyak produsen pangan yang
menggunakan bahan tambahan yang beracun atau berbahaya bagi kesehatan yang
sebenarnya tidak boleh digunakan dalam makanan. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan
produsen pangan, baik mengenai sifat-sifat dan keamanan maupun mengenai peraturan
tentang BTP. Karena pengaruh terhadap kesehatan umumnya tidak langsung dapat
dirasakan atau dilihat, maka produsen seringkali tidak menyadari penggunaan BTP yang
tidak sesuai dengan peraturan (Anonim, 2001).

Pengawet makanan termasuk dalam kelompok zat tambahan makanan yang bersifat inert
secara farmakologik (efektif dalam jumlah kecil dan tidak toksis). Pengawet penggunaannya
sangat luas, hampir seluruh industry mempergunakannya termasuk industri farmasi,
kosmetik, dan makanan.
B. PENGGUNAAN BAHAN PENGAWET

Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan yang mempunyai sifat
mudah rusak. Bahan ini dapat menghambat atau memperlambat proses fermentasi,
pengasaman atau peruraian yang disebabkan oleh mikroba. Tetapi tidak jarang produsen
pangan menggunakannya pada makanan yang relatif awet dengan tujuan untuk
memperpanjang masa simpan atau memperbaiki tekstur.

Penggunaan pengawet dalam makanan harus tepat, baik jenis maupun dosisnya. Suatu
bahan pengawet mungkin efektif untuk mengawetkan makanan tertentu, tetapi tidak efektif
untuk mengawetkan makanan lainnya karena makanan mempunyai sifat yang berbeda-beda
sehingga mikroba perusak yang akan dihambat pertumbuhannya juga berbeda.

Secara umum penambahan bahan pengawet pada pangan bertujuan sebagai berikut:

1. Menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk pada pangan baik yang bersifat


patogen maupun tidak patogen.
2. Memperpanjang umur simpan pangan.
3. Tidak menurunkan kualitas gizi, warna, cita rasa, dan bau bahan pangan yang
diawetkan.
4. Tidak untuk menyembunyikan keadaan pangan yang berkualitas rendah.
5. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang
tidak memenuhi persyaratan.
6. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.

Terdapat beberapa persyaratan untuk bahan pengawet kimiawi lainnya, selain persyaratan
yang dituntut utnuk semua bahan pangan, antara lain:

1. Memberi arti ekonomis dari pengawetan (secara ekonomis menguntungkan).


2. Digunakan hanya apabila cara-cara pengawetan yang lain tidak mencukupi atau
tidak tersedia.
3. Memperpanjang umur simpan dalam pangan.
4. Tidak menurunkan kualitas (warna, cita rasa, dan bau) bahan pangan yang
diawetkan.
5. Mudah dilarutkan.
6. Menunjukkan sifat-sifat anti mikroba pada jenjang pH bahan pangan yang
diawetkan.
7. Aman dalam jumlah yang diperlukan.
8. Mudah ditentukan dengan analisis kimia.
9. Tidak mneghambat enzim-enzim pencernaan.

10. Tidak mengalami dekomposisi atau tidak bereaksi untuk membentuk suatu senyawa
kompleks yang bersifat lebih toksik.

11. Mudah dikontrol dan didistribusikan secara merata dalam bahan pangan.

12. Mempunyai spektra antimikroba yang luas yang meliputi macam-macam pembusukan
oleh mikroba yang berhubungan dengan bahan pangan yang diawetkan.

Sifat bahan pengawet selain dapat mencirikan bahan pengawet yang bersangkutan,
ternyata juga diperlukan untuk menentukan cara penggunaan bahan pengawet terutama
sifat kelarutannya. Penambahan bahan pengawet dalam bahan pangan dapan dilakukan
dengan beberapa cara, yaitu pencampuran, pencelupan, penyemprotan, pengasapan, dan
pelapisan pada pembungkus pangan.

Pengawet yang banyak dijual di pasaran dan digunakan untuk mengawetkan berbagai
makanan adalah benzoat, yang umumnya terdapat dalam bentuk natrium benzoat atau
kalium benzoat yang bersifat lebih mudah larut. Benzoat sering digunakan untuk
mengawetkan berbagai makanan dan minuman seperti sari buah, minuman ringan, saus
tomat, saus sambal, jeli dan jeli, manisan, kecap, dan lain-lain (Anonim, 2001).

C. JENIS-JENIS BAHAN PENGAWET

Beberapa bahan pengawet yang umum digunakan dan jenis makanan serta batas
penggunaannya pada makanan terdiri dari bahan-bahan organik dan anorganik. Bahan-
bahan organik diantaranya:

1. Asam Benzoat dan garamnya yaitu bahan yang digunakan untuk mengawetkan
minuman ringan dan kecap (600 mg,/kg), serta sari buah, saus tomat, saus sambal,
jem dan jeli, manisan, agar, dan makanan lain (1 g/kg) (Anonim, 2001).
1. a. Asam Benzoat, berbentuk hablur atau jarum putih, sedikit berbau
benzaldehid atau benzoin. Agak mudah menguap pada suhu hangat dan
mudah menguap dalam uap air. Sukar larut dalam air, mudah larut dalam
etanol dan dalam eter, mengalami disosiasi tergantung pada pH mediumnya.
Sifat yang tidak terdisosiasi inilah yang mempunyai efektivitas sebagai
pengawet (Cahyadi, 2006).
2. b. Natrium Benzoat, berupa granul atau serbuk hablur berwarna putih,
tidak berbau dan stabil di udara. Mudah larut dalam air, agak sukar larut
dalam etanol dan lebih mudah larut dalam etanol 95 %, bentuk aktifnya
sebagai pengawet sebesar 84,7 % pada pH 4,8 (Cahyadi, 2006).
3. c. Kalium Benzoat, kristal larut air dan alkohol dan efektivitas sebagai
pengawet pada pH 4,2 (Cahyadi, 2006).
4. d. Kalsium Benzoat, kristal yang larut dalam air dan alkohol. Dalam air
padat pada suhu 25oC larut sebesar 40 g/L dengan efektivitas sebagai
pengawet pada pH 4,2 (Cahyadi, 2006).
2. 2. Ester para-hidroksi benzoat
1. Metil para-hidroksi benzoat, berupa hablur tidak berwarna atau serbuk hablur
putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa
terbakar. Sukar larut dalam air air, benzen, CCl4, namun mudah larut dalam
etanol dan dalam eter. Betuk aktif sebagai pengawet 87,4 % pada range pH
8,5. Garam natriumnya mudah larut dalam air pada suhu 25oC dengan bentuk
yang aktif sebagai pengawet adalah 87,4 %
2. Propil para-hidroksi benzoat, hablur kecil atau serbuk serbuk dan tidak
berwarna. Sangat sukar larut air, mudah larut dalam etanol dan dalam eter
dan sukar larut dalam air mendidih. Bentuk aktif sebagai pengawet adalah
89,1 % pada range 8,5. Garam natriumnya mudah larut dalam air pada suhu
25oC, bentuk aktif sebagai pengawet adalah 89,1 % pada range 8,5 (Cahyadi,
2006).
3. Asam Propionat dan bentuk garamnya, yaitu bahan pengawet untuk roti (2 g/kg)
dan keju olahan (3 g/kg) (Anonim, 2001).
4. Asam Sorbat dan garamnya, yaitu bahan pengawet untuk margarin, pekatan sari
buah, dan keju (1 g/kg) (Anonim, 2001).
1. Asam propionat, berupa serbuk putih yang mudah larut dalam air, sukar larut dalam
alkohol, dan tidak larut dalam minyak. Bagian aktif yang sebagai pengawet sebesar
77,1 % pada range pH 4,9.
2. Natrium propionat, berupa serbuk putih, larut dalam alkohol, kloroform, dan eter.
Bagian yang aktif sebagai pengawet sebesar 77,1 % pada range pH 4,9.
3. Kalium propionat, berupa serbuk putih dan larut dalam alkohol, kloroform, dan eter
serta aktif sebagai pengawet pada range pH 4,9 (Cahyadi, 2006).

1. Asam sorbat, berupa serbuk hablur putih, mengalir bebas dan baunya khas. Sukar
larut dalam air serta larut dalam etanol dan dalam eter.
2. Natrium sorbat, berbentuk bubuk berwarna putih, larut dakam air dan tidak larut
dalam alkohol dan minyak. Bentuk aktif sebagai pengawet 83,6 % pada pH 4,8.
3. Kalium sorbat, berbentuk kristal putih atau bentuk tepung dengan bau yang khas.
Larut dalam air dan sedikit larut dalam etanol, kelarutannya bertambah dengan
bertambahnya suhu (Cahyadi, 2006).
4. Berikut ini komposisi atau struktur kimia yang mempunyai aktivitas sebagai bahan
pengawet pangan yang termasuk jenis senyawa organik dan garamnya terlihat pada
tabel di bawah ini:

Nama Pengawet Struktur Kimia Rumus Molekul


Asam Benzoat C7H6O2
Natrium Benzoat C7H5NaO2
Kalium Benzoat C7H5KO2
Kalsium Benzoat (C7H5O2)Ca
Asam Sorbat C6H8O2
Natrium Sorbat CH3-CH=CH-CH=CH-COONa C6H7NaO2
Kalium Sorbat CH3-CH=CH-CH=CH-COONa C6H7KO2
Asam Propionat CH3-CH2-COOH C3H6O2
Kalium Propionat CH3-CH2-COOK C3H5KO2
Natrium Propionat CH3-CH2-COONa C3H5NaO2
Metil-p-hidroksi benzoat C8H8O3
Propil-p-hidroksi benzoat C10H12O3
Etil-p-hidroksi-benzoat C9H10O3
(etil paraben)

Bahan-bahan anorganik yang biasa digunakan antara lain:

1. Nitrit (dalam bentuk garam kalium/natrium nitrit) dan nitrat (dalam bentuk garam
kalium/natrium nitrat), yaitu bahan pengawet untuk daging olahan atau yang
diawetkan seperti sosis (125 mg nitrit/kg atau 500 mg nitrat/kg), korned dalam
kaleng (50 mg nitrit/kg), atau keju (50 mg nitrat/kg) (Anonim, 2001). Berbentuk
granul berwarna putih, kelarutan (g/100 ml): kebanyakan digunakan dalam bentuk
garamnya dan mudah larut dalam air sedangkan sedikit larut dalam alkohol
(Cahyadi, 2006).
2. Sulfit (dalam bentuk garam kalium atau natrium bisulfit atau metabisulfit), yaitu
bahan pengawet untuk potongan kentang goreng (50 mg/kg), udang beku (100
mg/kg), dan pekatan sari nenas (500 mg/kg) (Anonim, 2001). Bentuk garam
sulfitnya berbentuk granul dan atau Kristal berwarna putih, agak sukar larut dalam
air dan sedikit larut dalam alkohol. Sedangkan bentuk garam bisulfitnya mudah larut
dalam air (Kalium Bisulfit) dan tidak larut dalam alkohol (Cahyadi, 2006).
Tabel. Struktur kimia dan sifat beberapa bahan pengawet anorganik.

Rumus Kelarutan (gr/100ml)


Pengawet Bentuk Warna pKa
Molekul Air Alkohol Minyak
Sulfur dioksida SO2 – – – – – –

Natrium sulfit Na2SO3 25 Sedikit – – Putih –

Kalium sulfit K2SO3 23,5 – – Granula Putih –

Natrium bisulfit NaHSO3 28,5 1,4 – Kristal Putih –

Kalium bisulfit KHSO3 Mudah larut Tidak larut – Kristal Putih –

Natrium Na2S2O5 Mudah larut Sedikit larut – Kristal/ Putih –


metabisulfit bubuk
K2S2O5 Mudah larut Tidak larut – Putih –
Kalium Kristal/
metabisulfit KNO3 35,7 0,16 – bubuk Putih –

Kalium nitrat NaNO3 90.9 0,8 – Kristal – –

Natrium nitrat KNO2 Mudah Sedikit – Bubuk Putih –

Kalium nitrit NaNO2 66,6 Sedikit – Granula Putih –

Natrium nitrit Granula

D. DAMPAK NEGATIF BAHAN PENGAWET

– Efek Terhadap Kesehatan

Tujuan utama dari pengujian jangka panjang terhadap toksisitas bahan tambahan makanan
adalah untuk menentukan potensi karsinogenik suatu bahan atau senyawa, tetapi harus
didukung pula dengan pengujian jangka pendek. Konsentrasi bahan pengawet yang
diizinkan oleh peraturan bahan pangan sifatnya dalah penghambatan dan bukannya
mematikan organisme-organisme pencemar. Jumlah bahan pengawet yang diizinkan akan
mengawetkan bahan pangan dengan muatan mikroorganisme yang normal untuk satu
jangka waktu tertentu tetapi kurang efektif jika dicampurkan ke dalam bahan-bahan pangan
membusuk atau terkontaminasi secara berlebihan.

1. Bahan pengawet organik


1. Asam benzoat dan garamnya (Ca, K dan Na)

Metabolisme ini meliputi dua tahap reaksi, pertama dikatalisis oleh enzim syntease dan pada
reaksi kedua dikatalisis oleh enzim acytransferase. Asam hipurat yang disinpengujiana dalam
hati ini, kemudian diekskresikan melalui urin. Jadi, di dalam tubuh tidak terjadi penumpukan
asam benzoat, sisa asam benzoat yang tidak diekskresi sebagai asam hipurat dihilangkan
toksisitasnya berkonjugasi dengan asam glukoronat dan diekskresi melalui urin. Pada
penderita asma dan orang yang menderita urticaria sangat sensitif terhadap asam benzoat,
jika dikonsumsi dalam jumlah besar akan mengiritasi lambung.
1. Asam sorbat dan garamnya

Asam sorbat dalam tubuh dimetabolisme seperti asam lemak biasa, dan tidak bereaksi
sebagai antimetabolit. Kondisi ekstrem (suhu dan konsentrasi sorbat tinggi) asam sorbat
dapat bereaksi dengan nitrit membentuk produk mutagen yang tidak terdeteksi di bawah
kondisi normal penggunaan, bahkan dalam curing asinan. Asam sorbat kemungkinan juga
memberikan efek iritasi pada kulit apabila langsung digunakan pada kulit, sedangkan untuk
garam sorbat belum diketahui efeknya terhadap tubuh.

1. Asam propionat dan garamnya

Asam propionat dalam tubuh dimetabolisme menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti
pada asam lemak menjadi CO2 dan H2O. Natrium propionat, apabila diberikan dalam dosis
peroral sehari 6gr untuk laki-laki tidak menimbulkan toksik, namun pada laporan lain
dinyatakan bahwa asam propionat dan garamnya mempunyai aktivitas antihistamin lokal.

1. Ester dari asam benzoat (paraben)

Ester asam benzoat (metil-p-hidroksi benzoat dan propil-p-hidroksi benzoat) memberikan


gangguan berupa reaksi yang spesifik. Senyawa ester-p-hidroksi benzoat diabsorpsi oleh
saluran pencernaan dan ikatan ester dihidrolisa di hati dan ginjal, yang menghasilkan sam p-
hidroksi benzoat yang diekskresi bersama urin. Umumnya metabolit dari paraben ini
diekskresikan dalam 6-24 jam yang diberikan dengan dosis intervenus dan dosis oral. Metil-
p-hidroksi benzoat dan garam natriumnya, pemakaiannya memberikan efek terhadap
kesehatan dengan timbulnya reaksi alergi pada mulut dan kulit, sedangkan efek yang
diberikan terhadap kesehatan karena penggunaan propil-p-hidroksibenzoat dan garam
natriumnya terutama orang penderita asma, urticaria, dan yang sensitif terhadap aspirin
akan memberikan reaksi alergi kulit dan mulut (Cahyadi, 2006).

1. Bahan pengawet anorganik

Pengaruh beberapa bahan pengawet terhadap kesehatan

Bahan Produk Pangan Pengaruh terhadap Kesehatan


Pengawet
Sulfur dioksida Sari buah, cider, Dapat menyebabkan
(SO2) buah kering, pelukaan lambung, mempercepat
kacang kering, sirup, acarserangan asma, mutasi genetik,
kanker dan alergi
K-nitrit Daging kornet, Nitrit mempengaruhi kemampuan
daging kering, daging asin, sel darah untuk membawa
pikel daging oksigen,
menyebabkan kesulitan bernafas
dan sakit kepala, anemia, radang
ginjal, muntah
Na-metasulfat Produk roti dan tepung Alergi kulit

Mencermati kemungkinan gangguan kesehatan seperti yang tercantum dalam Tabel, maka
FDA mensyaratkan kepada produsen pangan untuk membuktikan bahwa pengawet yang
digunakan aman bagi konsumen dengan mempertimbangkan :
a Kemungkinan jumlah paparan bahan pengawet pada konsumen sebagai akibat
mengkonsumsi produk pangan yang bersangkutan.

b Pengaruh kumulatif bahan pengawet dalam diet.

c Potensi toksisitas (termasuk penyebab kanker) bahan pengawet ketika tertelan oleh
manusia atau binatang.

d Namun demikian perlu diperhatikan hal-hal penting dalam menggunakan bahan


tambahan pangan pengawet adalah :

e Pilih pengawet yang benar/yang diijinkan untuk dalam pangan serta telah terdaftar di
Badan POM RI.

f Bacalah takaran penggunaannya pada penandaan/label.

g Gunakan dengan takaran yang benar sesuai petunjuk pada label.

h Membaca dengan cermat label produk pangan yang dipilih/dibeli serta


mengkonsumsinya secara cerdas produk pangan yang menggunakan bahan pengawet
(Anonim, 2008).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1992. Standar Nasional Indonesia. Jakarta: Departemen Perindustrian.

Anonim. 2001. Materi Penyuluhan Bagi Perusahaan Makanan Industri Rumah Tangga.
Sleman: Dinas Kesehatan.

Anonim. 2008. Mengenal Bahan Kimia Pengawet dan Bahan Tambahan Pangan.
http://www.skimaters.co.id. diakses tanggal 12 November 2008.

Cahyadi, W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi
Aksara.

Hoon, J. dan Flores, J. D. 1998. Potassium Sorbate Diffusivity in American Processes and
Mozarella Cheeses. J of Food Science. Vol. 63, No. 3.

Kingkate, A. et. al. Gas Chromatographic Determination of Propionate Acid, Sodium and
Calcium Propionate in Bread and Cake. J. Chrom.

Share this:

Makan Pisang Sambil Minum Obat


Ternyata Bisa Berbahaya

Fitri Haryanti Harsono


09 Mar 2017, 15:30 WIB





 0

104

Banyak orang mengonsumsi pisang sebagai teman minum obat, Sayangnya hal ini bisa
membahayakan.

Liputan6.com, Jakarta Ada makanan yang memiliki efek buruk jika dikonsumsi bersamaan
dengan obat-obatan tertentu. Misal, makanan sehat yang baik dimakan untuk menghentikan
tekanan darah dapat menyebabkan overdosis bahkan lebih buruk jika Anda sedang
mengonsumsi suatu obat.

Baca Juga

 Ini Jenis Obat dan Makanan yang Tak Boleh Dikonsumsi Bersamaan
 Agar BAB Lancar, Coba Konsumsi 6 Makanan Ini
 Amankah Mengonsumsi Obat Batuk Saat Hamil?

Dilansir dari laman Stat News, Kamis (9/3/2017), ada empat makanan yang dimakan dapat
berpengaruh besar terhadap obat ikut dikonsumsi.

Jeruk bali (grapefruit)


Jika Anda makan jeruk bali atau minum jus jeruk bali, buah ini berpengaruh terhadap
beberapa obat, termasuk statin (obat menurunkan kolesterol), beta blocker (mengobati
penyakit jantung dan mengatur tekanan darah), obat penekan kekebalan tubuh, psikotropika,
dan anestesi tertentu.

Jus jeruk bali mengandung senyawa, yang disebut furanocoumarins--bagian alami dari
mekanisme pertahanan pada tanaman. Furanocoumarins dapat memblokir efek enzim dalam
hati dan usus kecil yang menonaktifkan efek obat-obatan dan bahan kimia asing lainnya.

Obat ini bekerja aktif lebih lama dari yang diperkirakan orang dan bisa berujung orang
tersebut mengalami overdosis. Senyawa lain dalam jus jeruk bali tampaknya mengacaukan
molekul transportasi permukaan sel tertentu sehingga berpotensi menghalangi obat untuk
masuk atau keluar sel.

Kubis

Kubis kaya dengan vitamin K untuk membantu pembekuan darah. Tetapi jika Anda
mengonsumsi warfarin (obat yang mencegah pembekuan darah) pengencer darah karena
mengalami serangan jantung, penyumbatan arteri, atau ketidakaturan detak jantung.

Anda harus berhati-hati tidak berlebihan makan kubis dan daun kol seperti kubis Brussel dan
brokoli. Warfarin mencegah tubuh dari efek penggunaan vitamin K terhadap pembekuan
darah.

Namun, kelebihan vitamin K mungkin berasal dari makan salad kubis yang bisa membuat
warfarin jauh lebih sulit berefek pada tubuh.

2 dari 2 halaman

Keju

Keju

Begitu banyak varietas keju yang tersebar. Produk susu ini dapat berpengaruh langsung
terhadap beberapa jenis obat. Tapi keju yang sudah berumur (tua), sebaiknya hindari
dikonsumsi jika Anda mengonsumsi monoamine oxidase inhibitor (obat kelompok
antidepresan).

Fermentasi, pengawetan, dan makanan yang sudah berumur sering dikemas dengan tyramine-
-bahan kimia yang menyebabkan pembuluh darah menyempit. MAOIs (monoamine oxidas),
enzim untuk metabolisme akan memblokir pemecahan tyramine.

Efek selanjutnya, orang yang berhenti minum MAOIs diminta menghindari makanan kaya
tyramine hingga beberapa minggu setelahnya.

Pisang
Buah ini kaya akan kalium untuk detak jantung dan gerakan neurotransmitter (otot saraf). Ion
kalium berhubungan dengan saluran dan pori-pori pada membran sel yang memungkinkan
hal-hal lain masuk dan keluar dari sel.

Bagi orang dengan tekanan darah tinggi dengan mengonsumsi obat yang dikenal sebagai
inhibitor ACE (angiotensin-converting enzim), yang menghalangi perubahan molekul aktif
terhadap penyempitan pembuluh darah.

Obat akan memberikan efek samping berupa penumpukan kalium. Makanan seperti pisang
dan kubis--keduanya tinggi kalium--dapat membuat penumpukan kalium lebih buruk.

Waktu tidur yang baik menurut Islam


Diposkan oleh Siti Aisyah di 22.00.00

Waktu Tidur Yang Baik - Tahukah anda waktu tidur yang baik menurut Islam? Ternyata Islam
mengatur posisi, cara dan adab, serta waktu tidur yang baik untuk kesehatan tubuh manusia.

Tidur adalah salah satu kegiatan yang sangat penting bagi tubuh manusia, karena dengan tidur
berarti sedang memberikan waktu istirahat untuk tubuh dari segala rutinitas sehari-hari di siang
maupun malam hari. Dengan waktu tidur yang baik dan cukup, maka tubuh manusia akan lebih
terasa segar dan lebih bersemangat dalam menajalankan beberapa aktivitas sehari-hari. Akan tetapi,
kebanyak tidur pun sangat tidak dianjurkan karena dapat membuat tubuh semakin melemas.
Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat Adz-Dzariyat ayat 17 s.d 18.

Sebagai mahluk yang berfikir, tidak ada salahnya jika kita mengetahui dan memahami berapa lama
waktu tidur yang baik berdasarkan usianya (baca).
Waktu tidur yang baik menurut Islam untuk Kesehatan
Waktu tidur yang baik menurut Islam, yaitu diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Tidur di awal malam

Waktu tidur malam yang baik menurut Islam adalah tidur di awal malam. Maksudnya, tidur di awal
malam adalah tidur setelah waktu isya, tentunya setelah shalat isya.

Rasulullah SAW membenci tidur sebelum shalat isya dan mengobrol setelahnya. Karena tidur yang
dilakukan sebelum shalat isya bisa menjadikan orang lalai untuk mendirikan shalat isya, begitu pula
dengan mengobrol di waktu isya dapat membuat orang lalai untuk mendirikan shalat isya
dikarenakan asyik mengobrol.

Sedangkan berdasarkan penelitian kesehatan oleh para dokter di Rumah Sakit Nasional Taiwan, tidur
larut malam akan mengakibatkan kerusakan hati.

2. Tidur di siang hari

Sedangkan berdasarkan penelitian kesehatannya, tidur siang dapat meminimalisir resiko terserang
penyakit jantung, karena tidur di siang hari dapat meminimalisir stres dan detup jantung yang
berlebihan.

Akan tetapi, Islam membatasi umatnya untuk tidak tidur siang terlalu lama karena hal tersebut dapat
mengganggu kegiatan di siang hari untuk mencari rizki. Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam
Surat Ar-RUm ayat 23.

Waktu tidur yang dilarang dalam Islam


Selain anjuran-anjuran waktu tidur yang baik untuk istirahat seorang manusia dari rutinitas sehari-
harinya, Islam juga melarang umatnya istirahat dengan cara tidur pada waktu tertentu. Kapan dan
apa saja waktu-waktu yang dilarang untuk melakukan tidur menurut Islam?

Waktu tidur di pagi hari

Tidur di waktu shubuh dan setelah shubuh atau dengan kata lain di pagi hari sangatlah nikmat
rasanya. Akan tetapi ternyata dibalik kenikmatan tersebut terdapat keburukan di dalamnya,
sebagaimana yang telah dilarang oleh Rasulullah SAW.

Kenapa Rasulullah SAW melarang umatnya tidur di waktu pagi hari? Tidur di waktu pagi hari dapat
menimbulkan rasa malas untuk melakukan aktivitas di sisa harinya, sehingga kemungkinan besar
untuk bekerja sangat kecil. Dan secara tidak langsung kemungkinan besar hal tersbeut akan
menghambat datangnya rizki.

Selain itu, berdasarkan penelitian kesehatannya, tidur di waktu pagi hari dapat menyebabkan
gangguan metabolisme tubuh, tubuh akan menjadi lebih lemah dan lesu. Maka tidak heran jika tidur
di pagi hari, apalagi dalam waktu yang lama, dapat menghambat rizki.

Waktu tidur di sore hari

Sebagian ulama mengatakan, "Siapa saja yang tidur setelah waktu ashar sehingga terganggu
kejiwaannya, maka janganlah ia mencaci selain dirinya sendiri.

Sadar atau tidak disadari, setiap kali orang tidur di waktu sore tepatnya waktu ashar akan merasa
kebingunan setelah bangun dari tidurnya. Bahkan ada sebagian orang yang mengalami gangguan
kejiwaan serius setelah tidur di waktu ashar selama 40 waktu berturut-turut. Wallahua'lam.

Waktu tidur setelah maghrib

Rasulullah SAW membenci tidur sebelum shalat isya dan berbincang-bincang setelahnya. Karena
tidur di waktu maghrib dan atau mengobrol di waktu maghrib dan sebelum shalat isya dikhawatirkan
dapat meninggalkan kewajiban shalat isya.

Waktu tidur setelah makan

Tidur setelah makan dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, karena proses pencernaan pada
waktu itu akan mengalami kegagalan proses pencernaan makanan.

Waktu tidur sepanjang hari

Makruh hukumnya tidur di sepanjang hari. Terlalu banyak tidur apalagi sampai sepanjang hari akan
menyebabkan gangguan hari, membuat malas dan tentunya gangguan kesehatan pada tubuh
lainnya.

Waktu tidur dengan posisi tengkurap

Rasulullah SAW mengatakan bahwa tidur dengan posisi tengkurap adalah tidurnya orang-orang yang
dimurkai Allah SWT. (lihat hadits riwayat Al-Bukhari, At-Tirmidzi no 2768). Bahkan dalam HR. Ibnu
Majah, no. 3724, Rasulullah SAW mengatakan bahwa tidur tengkurap adalah tidurnya penghuni
neraka.

Selain itu berdasarkan penelitan kesehatannya, tidur dengan posisi tengkurap berbahaya bagi
kesehatan karena tidur dengan posisi tengkurap dapat mengakibatkan gangguan pernapasan. Hal
tersbeut terjadi dikarenakan dada tidak dapat mengembang secara maksimal pada saat bernafas
sehingga aliran oksigen pada pernafasan pun mengalami hambatan. Selain itu juga dapat membuat
otot-otot leher dan pundak serta kepala akan merasa nyeri dan sakit setelah bangun dari tidur.
Cara dan adab waktu tidur yang baik menurut Islam ala Rasulullah SAW
Selain waktu tidur yang baik dan larangan waktu tidur, Islam juga memiliki cara dan adab dalam
melakukan tidur guna untuk mendapatkan manfaat bagi kesehatan tubuh. Berikut adalah beberapa
hadits yang menjadi beberapa tahapan cara dan adab tidur yang baik ala Rasulullah SAW.

1. Berwudhu ketika hendak tidur

“Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih
dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan sholat.” (HR. Al-Bukhari No. 247 dan Muslim No.
2710)

2. Membaca doa sebelum dan sesudah tidur

“Rasulullah Muhammad saw jika mau tidur berdoa, “Bismika Allahumma Amut wa Ahyaa” (Dengan
nama-Mu ya Allah aku mati dan hidup) Bila bangun tidur berdoa, “Alhamdulillahillaji ahyana ba’da
maa ama tanaa wa ilayhinnusur.” (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah kami
mati, dan kepada-Nya kami kembali.” (HR. Muslim)

3. Tidur dengan posisi miring ke sebelah kanan ketika tidur

Dari al-Barra` bin Azib, Rasulullah Muhammad saw pernah bersabda, “Apabila kamu hendak
tidur,maka berwudhulah (dengan sempurna) seperti kamu berwudhu untuk shalat, kemudian
berbaringlah di atas sisi tubuhmu yang kanan“.

4. Meletakkan tangan di bawah pipi sebelah kanan ketika tidur

“Rasulullah Muhammad saw apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya.”
(HR. Abu Dawud no. 5045, At Tirmidzi No. 3395, Ibnu Majah No. 3877 dan Ibnu Hibban No. 2350)

Al-Bara’ bin ‘Azib ra. berkata: “Sesungguhnya Rasulullah Muhammad saw bila berbaring di tempat
tidurnya, beliau letakkan telapak tangannya yang kanan di bawah pipinya yang kanan, seraya
berdoa: Robbi qinii ‘adzaabaka yawma tab’atsu ‘ibaadaka (Ya Robbi, peliharalah aku dari azab-Mu
pada hari Kau bangkitkan seluruh hamba-Mu).” (HR. At Tarmidzi)

5. Membaca surat Al Ikhlas, Al Falaq, dan An Nas sebelum tidur

Aisyah ra. berkata: “Bila Rasulullah Muhammad saw berbaring di tempat tidurnya, beliau kumpulkan
kedua telapak tangannya, lalu meniup keduanya dan dibaca pada keduanya surat Al-Ikhlash, Al-
Falaq, dan An-Naas. Kemudian disapunya seluruh badan yang dapat disapunya dengan kedua
tangannya. Beliau mulai dari kepalanya, mukanya dan bagian depan dari badannya. Beliau lakukan
hal ini sebanyak tiga kali.” (HR. At Tarmidzi)

6. Tidur di waktu awal malam


“Bahwasanya Rasulullah Muhammad saw membenci tidur malam sebelum (sholat Isya) dan
berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya.” (Hadist Riwayat Al-Bukhari No. 568 dan
Muslim No. 647 (235))

7. Tidak tidur dengan posisi tengkurap

“Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang dimurkai Allah Azza Wa Jalla.”
(HR. Abu Dawud)

8. Mengusap wajah setelah bangun tidur

“Maka bangunlah Rasulullah Muhammad saw dari tidurnya kemudian duduk sambil mengusap
wajah dengan tangannya” (HR. Muslim No. 763 (182)

9. Beristinsyak dan beristinsar serta bersiwak setelah bangun tidur

Beristinsyak dan beristinsar adalah menghirup air ke hidung dan mengeluarkan/ menyemburkan
kembali dari hidung. Sedangkan bersiwak adalah membersihkan mulut dengan kayu siwak, atau sikat
gigi.

“Apabila Rasulullah Muhammad saw bangun malam membersihkan mulutnya dengan bersiwak.”
(HR. Al Bukhari No. 245 dan Muslim No. 255)

Dan alangkah baiknya setelah itu semua dilakukan, hendaknya mandi untuk membersihkan diri. Dan
dengan adanya paragraf terakhir ini, saya ucapkan terima kasih dan semoga tulisan ini bermanfaat
sehingga kita bisa memperoleh waktu tidur yang baik untuk kesehatan tubuh kita masing-masing
sesuai yang kita harapkan. amien.

Anda mungkin juga menyukai