Analisis Volumetri
Analisis Volumetri
ANALISIS VOLUMETRI
Oleh
I PUTU BAYU KENANDA
1308105003
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2014
I.
TUJUAN
1. Menentukan kadar asam cuka perdagangan.
2. Menentukan normalitas larutan baku sekunder NaOH.
3. Menentukan kadar asam asetat.
II.
DASAR TEORI
Titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang
dipergunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana
penentuannya
menggunakan
suatu
larutan
standar
yang
sudah
diketahui
konsentrasinya secara tepat. Larutan yang dipergunakan untuk penentuan larutan yang
tidak diketahui konsentrasinya diletakkan di dalam buret dan larutan ini disebut
sebagai larutan standar atau titran atau titrator, sedangkan larutan yang tidak diketahui
konsentrasinya diletakkan di Erlenmeyer dan larutan ini disebut sebagai analit.
Titran ditambahkan sedikit demi sedikit pada analit sampai diperoleh keadaan
dimana titran bereaksi secara equivalen dengan analit, artinya semua titran habis
bereaksi dengan analit keadaan ini disebut sebagai titik equivalent.
Titik equivalent dapat ditentukan dengan berbagai macam cara, cara yang
umum adalah dengan menggunakan indikator. Indikator akan berubah warna dengan
adanya penambahan sedikit mungkin titran, dengan cara ini maka kita dapat langsung
menghentikan proses titrasi.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan adanya berubahan warna indicator
disebut sebagai titik akhir titrasi. Titrasi yang bagus memiliki titik equivalent yang
berdekatan dengan titik akhir titrasi dan kalau bisa sama.
Perhitungan titrasi didasarkan pada rumus:
V.N titran = V.N analit
Dimana V adalah volume dan N adalah normalitas. Kita tidak menggunakan molaritas
(M) disebabkan dalam keadaan reaksi yang telah berjalan sempurna (reagen samasama habis bereaksi) yang sama adalah mol-equivalent bukan mol. Mol-equivalen
dihasilkan dari perkalian normalitas dengan volume.
Titrasi ada biasanya disebut sebagai metode volumetrik, hal ini disebabkan
pengukuran volume larutan dalam titrasi memegang peranan yang penting. Dari
pengambilan analit dengan volume tertentu hingga pembacaan volume titran yang
habis dipakai untuk titrasi mempengaruhi semua hasil analisis. Oleh sebab itu
penggunaan peralatan yang tepat dalam titrasi juga tidak boleh disepelekan.
Titik equivalent adalah keadaan dimana jumlah mol asam tepat habis bereaksi
dengan jumlah mol basa. Untuk menentukan titik equivalent pada reaksi asam-basa
dapat digunakan indikator asam-basa. Ketepatan pemilihan indikator merupakan
syarat keberhasilan dalam menentukan titik equivalent. Pemilihan indikator
didasarkan atas pH larutan hasil reaksi atau garam yang terjadi pada saat titik
eqiivalent.
Dasar titrasi asidi-alkalimetri atau asam-basa adalah reaksi netralisasi yaitu
reaksi ion hydrogen (H+) dari asam dengan ion hidroksida (OH-) dari basa membentuk
molekul air. Larutan basa dalam air akan terionisasi memberikan ion hidroksida,
sedangkan larutan asam akan terionisasi memberikan ion hydrogen yang selanjutnya
akan bergabung dengan molekul air membentuk ion hidronium (H3O+). Bila larutan
asam dicampur dengan larutan basa, maka ion hidroksida bergabung dengan ion
hidrogen membentuk molekul air.
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titran.
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan
dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Reaksinya adalah sebagai berikut :
Ionisasi asam :
HCl
H+ + Cl-
H2O
H+ + OH-
HCl + H2O
Ionisasi basa : NaOH
H3O+ + Cl-
Na+ + OH-
Untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan indikator asam basa, yang
mana menurut Ostwald indicator umumnya merupakan senyawa organic yang bersifat
asam atau basa lemah dan dalam larutan mengalami ionisasi sebagai berikut :
HIn
H+ + In-
(bentuk asam)
(bentuk basa)
Indikator dalam larutan dapat berada dalam bentuk asam maupun basa. Bila
hanya salah satu bentuk itu mempunyai warna tertentu maka disebut indicator satu
warna, seperti thymolphthalein (tidak berwarna biru), phenolphthalein (tidak
berwarna merah). Bila kedua bentuk itu mempunyai warna yang berbeda, maka
disebut indicator dua warna, seperti metylorange (merah kuning), metylred (merah
kuning) dan masih banyak lagi yang lainnya.
Konsentrasi ion H3O+ yang ada dalam larutan sangat mempengaruhi warna
indikator. Bila konsentrasi ion hidronium bertambah, maka kesetimbangan akan
bergeser ke kiri, sehingga indicator mempunyai bentuk asam. Sebaliknya, bila
konsentrasi ion hidronium berkurang, maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan
dan indicator berada dalam bentuk basa.
Pada titrasi asam basa, indicator yang dipilih harus dapat berubah warnanya
pada saat titik ekivalen tercapai. Pada titirasi asidi-alkalimetri akan dilakukan dua kali
percobaan yaitu pembakuan larutan baku sekunder dan penentuan kadar asam asetat
dalam cuka perdagangan.
III.
IV.
PROSEDUR KERJA
Percobaan 1. Membuat larutan baku primer asam oksalat
1. Asam oksalat dihidrat (H2C2O4.2H2O) dikeringkan dalam oven pada suhu 1051100C selama 1-2 jam, kemudian didinginkan dalam desikator.
2. Dengan teliti 6,4327 gr asam oksalat itu ditimbang, kemudian dimasukkan ke
dalam labu 1000 ml, selanjutnya air suling ditambahkan sampai tanda tera.
Normalitas larutan asam oksalat tersebut dihitung sampai empat angka dibelakang
koma!
Percobaan 2. Pembakuan larutan baku sekunder NaOH
1. Pipet 10 ml larutan asam oksalat dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, lalu
ditambahkan 2-3 tetes phenolphthalein.
2. Larutan tersebut dititrasi dengan NaOH sampai timbul warna merah muda(pink)!
Volume NaOH yang digunakan dicatat dan diulangi percobaan dua kali lagi!
Normalitas rata-rata dari larutan NaOH dihitung!
Percobaan 3. Penentuan kadar asam asetat
1. Pipet 10 ml larutan cuka perdagangan, kemudian dimasukan ke dalam
Erlenmeyer, lalu ditambahkan 2-3 tetes phenolphthalein
2. Larutan tersebut dititrasi dengan NaOH sampai timbul warna merah muda.
Volume NaOH yang digunakan dicatat dan dulangi percobaan dua kali lagi.
Kadar asam asetat dalam setiap percobaan dihitung dan dihitung pula kadar asam
asetat rata-rata dalam larutan cuka perdagangan tersebut!
V.
DATA PENGAMATAN
Percobaan 1. Membuat larutan baku primer asam oksalat
Berat asam oksalat
: 3,1735 gram
: phenolphthalein
Volume H2C2O4.2H2O
Volume NaOH
10 ml
8,80 ml
10 ml
7,60 ml
: a. Normalitas NaOH pada setiap percobaan!
b. Normalitas rata-rata NaOH!
: phenolphthalein
Volume NaOH
6,60 ml
4,20 ml
VI.
PERHITUNGAN
Percobaan 1.Membuat larutan baku primer asam oksalat
Diketahui
Ditanya
Jawab
3,1735
126
= 0,0252 mol
Molaritas (M) =
0,025 2
1
= 0,0252 mol/L
H2C2O4 2H+ + C2O421 grek = mol, dan 1 mol H2C2O4 = 2 grek
Oleh karena itu diperoleh:
H2C2O4.2H2O = 0,0252 mol/L x 2 grek/mol
= 0,05 grek/L
= 0,05 N
Maka normalitas asam oksalat yang digunakan adalah 0,05 N
Percobaan 2. Pembakuan larutan baku sekunder NaOH
Diketahui : Volume asam oksalat (VA) = 10 mL
Ditanya
= 0,05 N
= 8,80 mL
= 7,60 mL
Jawab
Untuk titrasi I
V A . N A=V B . N B
N B 1=
V A. NA
V B1
N B 1=
10 mL . 0,0 5 N
8,80 mL
N B 1= 0,0568 N
-
Untuk titrasi II
V A . N A=V B 2 . N B
N B2=
N B=
V A.NA
V B2
10 mL .0,0 5 N
7,6 mL
N B = 0,0658 N
b. Normalitas NaOH rata-rata
0,0568+0,0 658 =
N=
2
0,0613 N
Ditanya
= 10 mL
= 0,06 N
= 6,60 mL
= 4,20 mL
Jawab
: CH3COOH CH3COO- + H+
1 mol CH3COOH = 1 grek
Untuk titrasi I
V A . N A=V B . N B
N A=
V B.NB
VA
N A=
6,60 mL . 0,0613 N
10 mL
N B = 0,04 N
[CH3COOH] =
N
0,04
=
=0, 04 M
mol
1
Kadar CH3COOH
= M . Mr
= 0,04 mol/L . 60 gr/mol
= 2,4 gr/L
Untuk titrasi II
V A . N A=V B . N B
N A=
V B.NB
VA
N A=
4,20 mL . 0,0613 N
10 mL
N A = 0,0257 N
[CH3COOH] =
N
0,0 257
=
=0,0257 M
mol
1
Kadar CH3COOH
= M . Mr
= 0,0257 mol/L . 60 gr/mol
= 1,542 gr/L
24 +15,42
2
= 19,71%
VII.
PEMBAHASAN
Pada percobaan pertama dilakukan dua kali pengamatan pada pengamatan
pertama volume NaOH yang digunakan yaitu 8,80 ml dan pengamatan kedua volume
NaOh yang digunakan yaitu 7,60 ml dalam titrasi ini. Reaksi netralisasi asam oksalat
dengan NaOH adalah :
H2C2O11 + 2 NaOH Na2C2O4 + 2 H2O
Berdasarkan hasil perhitungan pada pembakuan NaOH dengan asam oksalat
diperoleh normalitas pada titrasi pertama yaitu 0,05 N dan pada titrasi yang kedua
diperoleh normalitas sebesar 0,05 N dan normalitas rata-rata NaOH sebesar 0,05 N.
Sedangkan untuk percobaan kedua yaitu titrasi asam asetat dengan titran NaOH
disertai dengan penambahan indikator phenolphthalein pada asam asetat. Titrasi ini
juga dilakukan sampai warna larutan menjadi warna merah muda. Pada percobaan ini
juga dilakukan dua kali pengamatan. Pada titrasi pertama volume NaOH yang
diperlukan yaitu 8,80 ml dan pada titrasi kedua volume NaOH yang diperlukan yaitu
7,60 ml. Adapun reaksi netralisasi asam asetat dengan NaOH adalah :
CH3COOH + NaOH CH3COONa +H2O
Berdasarkan hasil perhitungan pada penentuan kadar asam asetat pada titrasi
pertama diperoleh kadar asam asetat sebesar 24% dan pada titrasi kedua diperoleh
kadar asam asetat yaitu 15,42%. Dan diperoleh kadar asam asetat rata-rata yaitu
19,71%.
VIII.
KESIMPULAN
1. Titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan
untuk menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana penentuannya
menggunakan suatu larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya secara
tepat.
2. Keadaan dimana titran bereaksi secara equivalen dengan analit, artinya semua
titran habis bereaksi dengan analit keadaan ini disebut sebagai titik equivalent.
3. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan adanya perubahan warna indicator
disebut sebagai titik akhir titrasi.
4. Indikator adalah suatu senyawa organik kompleks dalam bentuk asam atau dalam
bentuk basa yang mampu berada dalam keadaan dua macam bentuk warna yang
berbeda dan dapat saling berubah warna dari bentuk satu ke bentuk yang lain ada
konsentrasi H+ tertentu atau pada pH tertentu.
5. Normalitas asam oksalat yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah 0,05 N.
6. Normalitas rata-rata yang diperoleh berdasarkan perhitungan dari Natrium
Hidroksida adalah 0,0613 N.
7. Kadar rata-rata yang diperoleh berdasarkan perhitungan dari asam asetat adalah
19,71%.
DAFTAR PUSTAKA
Petrucci H, Ralph - Suminar. 1999. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi
Keempat - Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Purba, Michael. 1999. Kimia 2000 SMU Kelas 2 2A. Jakarta: Erlangga
Rahayu, Nurhayanti dkk. 2009. Rangkuman Kimia SMA. Jakarta: Gagas Media
Tim Kimia Dasar. 2012. Penuntun Pratikum Kimia Dasar II. Bukit Jimbaran: Jurusan Kimia
FMIPA, Universitas Udayana