Anda di halaman 1dari 30

Laporan Kasus Panjang

TUMOR CEREBELUM DENGAN HIDROSEFALUS

Oleh:
Stella R. Nelwan
14014101093
Residen Pembimbing:
dr. Hilda Tasiringan

Supervisor Pembimbing:
dr. Stefanus Gunawan, Sp.A(K), Msi. Med

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2015

BAB I.
PENDAHULUAN

Tumor otak merupakan tumor solid yang sering ditemukan pada anak-anak dan
merupakan kasus neoplasma kedua terbanyak setelah keganasan hematologi yaitu
leukemia. Kasus tumor otak diperkirakan semakin meningkat didukung dengan
perkembangan

teknologi dalam bidang kemampuan diagnostik. Tumor otak

menjadi masalah karena merupakan salah satu penyakit yang memiliki angka
morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Berbeda dengan dewasa, pada anak-anak
hampir 70% kasus tumor otak terjadi pada bagian infratentorial yaitu fossa
posterior. Secara anatomi kompartemen intrakranial dibagi atas 3 ruang yaitu
anterior, tengah, dan fossa posterior yang dipisahkan oleh suatu tentorium. Di
dalam ruang infratentorial terdapat beberapa struktur otak yang penting seperti
serebelum atau otak kecil, batang otak, dan nervus kranial. 1 Serebelum atau otak
kecil adalah komponen terbesar kedua otak. Serebelum terletak di bagian bawah
belakang kepala, berada di belakang batang otak dan di bawah lobus oksipital,
dekat dengan ujung leher atas. Serebelum adalah pusat tubuh dalam mengontrol
kualitas gerakan. Serebelum juga mengontrol banyak fungsi otomatis otak,
mengatur sikap atau posisi tubuh, mengontrol keseimbangan, koordinasi otot dan
gerakan tubuh serta melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari
seperti mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci dan
sebagainya.2 Sruktur penting lain yang terdapat di fossa posterior adalah ventrikel
keempat yang terhubung dalam suatu system ventrikel di ruang supratentorial.

System ventricular ini berperan dalam produksi dan pengaturan aliran cairan
serebrospinal.1
Tumor infratentorial yang sering berlokasi di serebelum adalah
Astrositoma, Meduloblastoma, dan ependimoma. Tumor dengan lesi yang di
serebelum lebih banyak ditemui pada anak di bawah umur 9 tahun, sekitar 0.93
dan 0.97 per 100.000 pada umur di bawah 5 tahun dan 5-9 tahun. 1,3,
Meduloblastoma merupakan tumor infratentorial tersering didapatkan dalam
kasus pediatri, dilaporkan sebanyak 20% dari jenis tumor infratentorial lainnya,
sering terjadi pada anak usia 4 sampai 11 tahun , puncaknya pada anak umur 5
tahun. Anak laki-laki 2 sampai 4 kali lebih banyak didapati.

Penyebab

medulloblastoma masih belum diketahui. Hampir selalu tumbuh di pertengahan


lokasi serebelum atau di belakang medulla oblongata. Gejala tergantung dari
besar dan lokasi tumbuhnya tumor. Sering ditemukan sumbatan aliran cairan
serebro spinal atau yang disebut hidrosefalus. Hal ini mengakibatkan sakit kepala,
ukuran lingkar kepala membesar, gangguan penglihatan, bahkan gangguan
kesadaran. Terdapatnya gangguan koordinasi, gait, ataxia dan nystagmus. Pada
pemeriksaan imaging CT Scan atau MRI tampak lesi berbatas tegas yang dengan
pemberian kontras di lokasi serebellum.1,4,5
Tumor Astrositoma adalah tumor serebelum kedua terbanyak yaitu sebesar
15 %. Pada anak-anak tumor ini banyak ditemukan sebagai lesi kistik yang
biasanya berlokasi di hemisfer serebellum. Prevalensi pada umur 0 sampai 14
tahun. Tanda klinis bersifat fokal seperti makrosefali, sakit kepala dan
peningkatan tekanan intracranial. Tumor ini memiliki prognosis yang lebih baik
dibanding jenis lainnya, lebih sering didapati dalam bentuk tumor pilokistik

derajat rendah.1,5,7 Ependymoma merupakan tumor primer ketiga yang sering


didapatkan yaitu sebesar 10 % dari jenis tumor serebelum lainnya, biasanya jinak
namun pertumbuhannya cepat. Insidenya lebih besar pada anak laki-laki dan
puncaknya terjadi antara umur 1 tahun sampai 5 tahun. Sel-selnya berasal dari
ependim yang menutupi dinding ventrikel. Lokasi tumor selalu di sekitar
ventrikulus dan kanalis sentralis. Manifestasi klinis dari tumor ini yaitu nyeri
kepala yang biasanya memburuk pada pagi hari dan muntah yang biasanya
merupakan tanda peningkatan tekananan atau hidrosefalus yang terjadi jika tumor
menghambat

cairan

serebrospinal,

gangguan

keseimbangan.1,4,7

berjalan

dan

gangguan

BAB II
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama

: D.M

Jenis kelamin

: laki-laki

Tanggal Lahir/Umur : 24-07-2008 / 6 tahun 3 bulan


Berat badan lahir

: 3.300 gram

Kebangsaan / suku

: Indonesia / ternate

Agama

: Kristen Protestan

Alamat

: Paal 2 lingkungan X

Tanggal Masuk RS

: 27-10- 2014

Jam Masuk RS

: 22.50 wita

Tanggal diambil sebagai kasus : 26-01-2015

Nama ibu / umur

: RH / 38 tahun

Pendidikan ibu

: SD

Pekerjaan ibu

: Ibu Rumah Tangga (IRT)

Tahun perkawinan

: Pertama

Nama ayah

: RM / 33 tahun

Pendidikan ayah

: SD

Pekerjaan ayah

: Swasta

Tahun perkawinan

: Pertama

Anamnesa:
Anamnesis diberikan oleh orang tua

Family Tree

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Penderita

Keluhan Utama :
Penderita datang dengan keluhan utama sakit kepala hilang timbul sejak 6
bulan SMRS, tidak bisa melihat sejak 3 bulan SMRS, tidak bisa berjalan sejak 3
bulan SMRS.

Riwayat Penyakit sekarang :


Penderita tidak dapat melihat, tidak dapat berjalan. Tidak ada demam,
penderita juga tidak mengeluh sakit kepala , atau mual dan muntah. Aktivitas
terbatas , lebih banyak berbaring di tempat tidur sepanjang hari. Intake baik.

Riwayat Penyakit Dahulu.


Pasien datang ke rumah sakit pada tanggal 27 oktober 2014, dibawa ibunya
dengan keluhan sering sakit kepala sejak 6 bulan sebelum masuk rumah sakit.
Sakit kepala hilang timbul, lebih sering pada malam hari dan bagun tidur, dalam
sehari pasien bisa mengeluh 3-4 kali ke orang tua bahwa kepalanya sakit, orang
tua selama ini hanya membeli obat sakit kepala sendiri , setelah minum obat, sakit
kepala terasa berkurang namun hanya dalam waktu beberapa jam, setelah itu
pasien mengeluh sakit kepala lagi. Riwayat muntah juga dialami dengan sakit
kepala sekitar 6 bulan yang lalu, frekuensi muntah kurang lebih 3 kali dalam
sehari. Riwayat trauma di kepala pada waktu pasien bermur 5 tahun, saat itu
pasien tidak ada keluhan sakit kepala. Riwayat kejang disangkal.

Pasien juga ada keluhan tidak bisa berjalan sejak 3 bulan SMRS, awalnya
orangtua melihat pasien mulai berjalan miring, kemudian tidak dapat berjalan
sama sekali. Pasien juga ada keluhan tidak bisa melihat sejak 3 bulan SMRS,
awalnya pederita masih bisa melihat dengan baik, semakin hari pandangan makin
kabur dan pasien tidak bisa melihat sama sekali sejak pasien tidak dapat berjalan
sendiri. Orangtua juga mengeluhkan penderita sebelumnya aktif, namun 3 bulan
terakhir penderita lebih sering tidur bahkan sejak sebelum anak tidak bisa
berjalan, nafsu makan juga dikeluhkan berkurang. Keluarga juga mengeluh kepala
pasien yang terlihat makin membesar .

Anamnesa Antenatal
Antenatal care secara tidak teratur sebanyak 9 kali di Puskesma Ternate, selama
hamil imunisasi TT ada sebanyak 2x, selama hamil ibu sehat.
Penyakit yang sudah dialami
Morbili

: Belum pernah

Varicella

: Belum pernah

Pertusis

: Belum pernah

Diarrhea

: Belum Pernah

Cacing

: pernah

Batuk / Pilek : pernah

Lain-lain

:-

Kepandaian / Kemajuan Bayi


Pertama kali membalik

: 3 bulan.

Pertama kali tengkurap

: 4 bulan.

Pertama kali duduk

: 6 bulan.

Pertama kali merangkak

: 8 bulan.

Pertama kali berdiri

: 11 bulan.

Pertama kali berjalan

: 12 bulan.

Pertama kali tertawa

: 2 bulan.

Pertama kali berceloteh

: 5 bulan.

Pertama kali memanggil mama

: 12 bulan.

Pertama kali memanggil papa

: 12 bulan.

Anamnesis Makanan Terperinci


Asi

: 0-12 bulan

Pasi

: 1 bulan

Bubur susu

: 5 bulan -6 bulan

Bubur saring : 6 bulan -11bulan


Bubur halus

: 11 bulan-12 bulan

Nasi Lembek : 12 bulan

Imunisasi :

BCG
POLIO
DPT
CAMPAK
HEPATITIS

I
+
+
+
-

DASAR
II
III
+
+

+
+

IV
+

Riwayat Keluarga
Hanya penderita yang sakit seperti ini dalam keluarga
Keadaan social, ekonomi, kebiasaan dan lingkungan
Penderita tinggal bersama orang tua di rumah permanen, beratap seng, dinding
beton dan lantai beton, jumlah kamar tidur 2, dihuni oleh 4 orang, 3 orang dewasa,
dan 1 orang anak, WC/KM terletak di luar rumah. Sumber air minum berasal dari
mata air , Sumber penerangan listrik PLN, Penanganan sampah dengan cara
dibuang.

10

Pemeriksaan Fisik:
Berat badan

: 23,5 Kg

Panjang badan

: 112 cm

Keadaan umum

: tampak sakit

Keadaan mental

: kompos mentis

Gizi

: baik

Sianosis

:-

Anemia Ikterus

:-

Kejang

:-

Nadi

: 140 x/m

Respirasi

: 28 x/m

Suhu tubuh

: 36,8 oc

Kulit :
Warna

: Sawo matang

Efloresensi

:-

Pigmentasi

:-

11

Lapisan lemak

: cukup

Jaringan parut

:-

Tonus

: Normal

Oedema

:-

Lain-lain

:-

Kepala :
Rambut

: Hitam, tidak mudah dicabut

Ubun-ubun Besar

: tertutup

Mata :
Exophthalmus/Enophthalmus : -/Tekanan bola mata

: normal pada perabaan

Conjungtiva

: anemis (-)

Sclera

: ikterik (-)

Cornea Reflex

: normal (+)

Pupil

: bulat, isokor, 5mm-5mm, RC +/+

Lensa

: jernih

Fundus

: refleks fundus (+ ), papill atrofi (+)

Visus

:0

12

Telinga

: sekret (-)

Hidung

: sekret (-)

Mulut :
Bibir

: sianosis (-)

Lidah

: beslag (-)

Gigi

: caries (-)

Selaput Mulut

: mukosa mulut basah

Gusi

: perdarahan (-)

Bau pernafasan

: foetor (-)

Tenggorokan :
Tonsil

: T1-T1 tidak hiperemis

Faring

: tidak hiperemis

Leher :
Trachea

: letak tengah

Kelenjar

: pembesaran KGB (-)

13

Kaku kuduk

: (-)

Lain-lain

: (-)

Thorax :
Bentuk

: Normal

Rachitic Rosary

: (-)

Ruang Intercostal

: normal

Precordial Bulging

: (-)

Xiphosternum

: (-)

Harrisone groove

: (-)

Retraksi

: (-)

Lain-lain

: (-)

Paru-paru :
Inspeksi

: simetris, retraksi (-)

Palpasi

: stem fremitus kiri sama dengan kanan

Perkusi

: sonor kiri sama dengan kanan

Auskultasi

: Sp. Bronkovesikuler, Rh -/-, Wh -/-

14

Jantung :
Detak jantung

: 140 x/m

Iktus cordis

: cordis tidak tampak

Batas kiri

: Linea midclavicularis sinistra

Batas kanan

: Linea Parasternal Dextra

Batas atas

: ICS II-III

Batas jantung Apex

: M1 > M2

Batas apex Aorta

: A1 > A2

Batas jantung pulmo : P1 < P2


Bising

: (-)

Abdomen :
Bentuk

: Datar, lemas.

Hepar

: tidak teraba

Lien

: tidak teraba

Lain-lain

: bising usus (+) Normal

Genitalia

: laki-laki (Normal)

Kelenjar

: Pembesaran KGB (-)

15

Anggota gerak

: Akral hangat, CRT 2

Tulang belulang

: deformitas (-)

Otot-otot

: atrofi (-)

Reflek-reflek

: RF +/+, RP -/-,spastic (-),Klonus (-)

Pemeriksaan penunjang:
Hemoglobin

:13,2 g/dL

Eritrosit

: 4,38 g/dL

Hematokrit

: 36 %

Lekosit

: 10.200/ mm3

Trombosit

: 486.000/ mm3

SGOT

: 22 U/L

SGPT

: 19 U/L

Na

: 138 mmol/L

: 136 mmol/L

Cl

: 106 mmol/L

CT-Scan kepala dengan kontras (6-11-2014) : Tampak masa hiperdense homogen,


enhancement kontras dengan sedikit gambaran kalsifikasi pada fossa posterior
paramedian / agak lateral kanan dengan gambaran pelebaran ventrikel 4 dan
16

ventrikel 3 dan ventrikel lateral kanan / kiri. kesimpulan: suspek tumor serebelum
dekstra dan hidrosefalus.

Resume Masuk
Pasien laki-laki usia 6 6/12 tahun dengan berat badan 23,5Kg, tinggi badan 67 cm
masuk rumah sakit pada tanggal 27 Oktober 2014 jam 22.10 wita. keluhan utama
17

sakit kepala hilang timbul sejak 6 bulan SMRS, tidak bisa melihat sejak 3 bulan
SMRS, tidak bisa berjalan sejak 3 bulan SMRS. Pada saat ini pasien tidak dapat
melihat, tidak dapat berjalan. Tidak ada demam, penderita juga tidak mengeluh
sakit kepala , atau mual dan muntah. Aktivitas terbatas , lebih banyak berbaring di
tempat tidur sepanjang hari. Intake baik.

Keadaan umum

: Tampak sakit

Kesadaran

: Compos mentis

Teanan darah: 90/60


Nadi

: 96 x/menit regular, kuat angkat

Respirasi

: 28 x/menit

Suhu tubuh

: 36,8 oc

Kepala

: conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), pernafasan


cuping hidung (-)

Thorax

: simetris, retraksi (-), C/P dalam batas normal

Abdomen

: datar, lemas, bising usus (+) Normal, Hepar/Lien tidak


teraba

Extremitas

: akral hangat, CRT 2, spastic (-), klonus (-), RF +/+,


RP -/- , kekuatan otot: 5555

5555 , sensorik +

3333 4444

18

+
+

Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan penunjang:
Hemoglobin

:13,2 g/dL

Eritrosit

: 4,38 g/dL

Hematokrit

: 36 %
: 10.200/mm3

Lekosit
Trombosit

: 486.000/ mm3

SGOT

: 22 U/L

SGPT

: 19 U/L

Na

: 138 mmol/L

: 136 mmol/L

Cl

: 106 mmol/L

CT-Scan kepala dengan kontras (6-11-2014) : Tampak masa hiperdense


homogen, enhancement kontras dengan sedikit gambaran kalsifikasi pada fossa
posterior paramedian / agak lateral kanan dengan gambaran pelebaran ventrikel 4
dan ventrikel 3 dan ventrikel lateral kanan / kiri. kesimpulan: suspek tumor
serebelum dekstra dan hidrosefalus.
Diagnosis kerja

: Tumor serebelum dekstra dengan hidrosefalus

Penatalaksanaan
Kemoterapi : Vincristine N 1,3 mg iv, cyclophosphamide 1x25 mg oral
Anjuran:Foto thoraks AP, EKG, Konsul mata, konsul bedah saraf, Rehabilitasi
medic.

Follow Up
Hari 1 / Tanggal 26-02-2015

19

S : demam(-), intake baik. BB: 23,5 kg TB: 112cm


O : KU: tampak sakit
kesadaran: compos mentis
T: 90/60 mmHg N : 140x/mnt
R:48x/mnt
S:36,8
Kepala :
konjungtiva anemis (-) sclera ikterik (-)
pupil bulat, isokor, 4mm-4mm, RC +/+ , visus 0
lingkar kepala: 54,5 cm
thoraks :
simetris, retraksi (-)
cor : bising (-)
pulmo : Sp. Brnkovesikuler ,
Rhonki -/- wheezing -/Abdomen:
datar, lemas, BU (+)Normal
Hepar: tidak teraba,
Lien: tidak teraba
Ekstremitas: akral hangat, CRT <2detik
Spastis (-), klonus(-)
Kekuatan otot : 5555 5555
Sensorik : + +
3333 4444
+ +
A: Tumor serebelum dekstra M8 H7
P: LK tiap 24 jam
Pro: kemoterapi 27-02-2015: VCR, N 1,3mg IV
CPA 1X25mg oral (1x1/2 tab)
Hari 2 / Tanggal 27-01-2015
S : demam(-), intake baik
O : KU: tampak sakit
kesadaran: compos mentis
T: 100/70 mmHg N : 100x/mnt
R:28x/mnt
S:36,5oc
Kepala :
konjungtiva anemis (-) sclera ikterik (-)
pupil bulat, isokor, 4mm-4mm, RC +/+ , visus 0/0
lingkar kepala: 54,5cm
thoraks :
simetris, retraksi (-)
cor : bising (-)
pulmo : Sp. Brnkovesikuler , Rhonki -/- wheezing -/Abdomen:
datar, lemas, BU (+)Normal
Hepar: tidak teraba, Lien: tidak teraba
Ekstremitas: akral hangat, CRT <2detik
Spastis (-), klonus(-)
Kekuatan otot ekstremitas atas: 5/5 ekstremitas bawah: 3/4
Sensorik : normal
A:
Tumor serebelum dekstra M9 H1
P:
VCR, N 1,3mg IV
CPA 1X25mg oral (1x1/2 tab)
LK tiap 24 jam
Hari 3 / Tanggal 28-01-2015
S : demam(-), intake baik
O : KU: tampak sakit
kesadaran: compos mentis
T: 90/60 mmHg N : 100x/mnt
R:30x/mnt

20

S:36,5oc

Kepala :

konjungtiva anemis (-) sclera ikterik (-)


pupil bulat, isokor, 4mm-4mm, RC +/+ , visus 0/0
lingkar kepala: 54,5
thoraks :
simetris, retraksi (-)
cor : bising (-)
pulmo : Sp. Brnkovesikuler , Rhonki -/- wheezing -/Abdomen:
datar, lemas, BU (+)Normal
Hepar: tidak teraba, Lien: tidak teraba
Ekstremitas: akral hangat, CRT <2detik
Spastis (-), klonus(-)
Kekuatan otot ekstremitas atas: 5/5 ekstremitas bawah: 3/4
Sensorik : normal
A:
Tumor serebelum dekstra M9 H2
P:
cyclofosfamide oral 1x 25mg oral
LK tiap 24 jam
Hari 4 / Tanggal 29-01-2015
S : demam(-), intake baik
O : KU: tampak sakit
kesadaran: compos mentis
T: 100/70 mmHg N : 110x/mnt
R:28x/mnt
S:36,1oc
Kepala :
konjungtiva anemis (-) sclera ikterik (-)
pupil bulat, isokor, 4mm-4mm, RC +/+ , visus 0/0
lingkar kepala: 54,5
thoraks :
simetris, retraksi (-)
cor : bising (-)
pulmo : Sp. Brnkovesikuler , Rhonki -/- wheezing -/Abdomen:
datar, lemas, BU (+)Normal
Hepar: tidak teraba, Lien: tidak teraba
Ekstremitas: akral hangat, CRT <2detik
Spastis (-), klonus(-)
Kekuatan otot ekstremitas atas: 5/5 ekstremitas bawah: 3/4
Sensorik : normal
A:
Tumor serebelum dekstra M9 H3
P:
cyclofosfamide oral 1x 25mg oral
LK tiap 24 jam
Hari 5 / Tanggal 30-01-2015
S : demam(-), intake baik
O : KU: tampak sakit
kesadaran: compos mentis
T: 100/70 mmHg N : 116x/mnt
R:28x/mnt
S:36,6oc
Kepala :
konjungtiva anemis (-) sclera ikterik (-)
pupil bulat, isokor, 4mm-4mm, RC +/+ , visus 0/0
lingkar kepala: 54,5cm
thoraks :
simetris, retraksi (-)
cor : bising (-)
pulmo : Sp. Brnkovesikuler , Rhonki -/- wheezing -/Abdomen:
datar, lemas, BU (+) Normal
Hepar: tidak teraba, Lien: tidak teraba

21

Ekstremitas:

A:
P:

akral hangat, CRT <2detik


Spastis (-), klonus(-)
Kekuatan otot ekstremitas atas: 5/5 ekstremitas bawah: 3/4
Sensorik : normal
Tumor serebelum dekstra M9 H4
cyclofosfamide oral 1x 25mg oral
LK tiap 24 jam

BAB III
PEMBAHASAN

Pada kasus ini pasien di diagnosis dengan tumor serebelum dekstra dengan
hidrosefalus. Berdasarkan studi epidemiologi tentang faktor demografi tumor otak
pada anak dengan lokasi lesi di serebelum, menurut umur didapatkan terbanyak
pada anak umur kurang dari 9 tahun, dengan puncak kejadian pada umur 5-9
tahun. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki lebih beresiko menderita tumor otak.
Dilaporkan insiden tumor otak pada anak laki-laki rata-rata 42% lebih beresiko
dari perempuan.4 Hal ini sesuai dengan pasien pada kasus ini, dimana penderita
seorang anak laki-laki berumur 6 tahun.

22

Tanda dan gejala klinis dari tumor otak infratentorial adalah perubahan
perilaku, kelesuan, mudah emosi, dan penurunan nafsu makan. Keluhan sakit
kepala yang dirasakan sifatnya memburuk pada malam hari atau pagi hari, dan
diperburuk dengan adanya muntah, berbaring, batuk atau mengejan. Selain itu
juga dapat ditemukan kekakuan pada leher, gangguan penglihatan, gangguan
bicara, gangguan nervus kranialis serta tanda peningkatan tekanan intracranial.
Tanda adanya lesi di serebelum seperti diplopia, nistagmus dan ataksia. 1,3,4 Sebuah
Analisis terhadap 200 anak dengan tumor otak menunjukkan gejala sakit kepala
(41%), muntah (12%), ketidak-seimbangan (11%), gangguan visual (10%),
gangguan perilaku (10%). Pada pemeriksaan fisis ditemukan edema papil (38%),
gangguan saraf kranial (49%), gangguan serebelum (48%), kelumpuhan (27%)
dan penurunan kesadaran (12%).8 Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik dari
pasien ini didapatkan adanya keluhan nyeri kepala yang sudah berlangsung lama
yaitu 6 bulan yang lalu, sakit kepala juga didapatkan hilang timbul, sering muncul
pada malam hari dan pagi hari, selain itu juga ada keluhan muntah, kedua keluhan
ini dapat menjadi tanda awal bahwa adanya peningkatan tekanan intra kranial.
Tanda adanya lesi di serebelum juga didapatkan dari anamnesis yaitu penderita
sebelumnya berjalan miring sampai akhirnya pasien tidak bisa berjalan sama
sekal. hal ini menunjukan adanya gangguan keseimbangan pada anak ini . Pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya tanda kerusakan nervus kranialis pada
pemeriksaan mata refleks cahaya positif kedua mata namun melambat, serta
adanya papil atrofi, visus didapatkan 0.

Pada pemeriksaan motoric terdapat

kelemahan pada kedua tungkai, tidak didapatkan adanya spastisitas atau

23

peningkatan tonus otot pada pasien ini. status sensorik pada pasien ini tidak
mengalami gangguan.
Pemeriksaan CT Scan dan MRI berguna dalam menunjang diagnosis
tumor otak terutama untuk mengetahui lokasi tumor intracranial. Untuk Akurasi
pada kedua pencitraan dalam diagnosis, MRI memiliki akurasi yang lebih baik
dalam diagnosis tumor otak dan korelasi dengan biopsy.2,3 Gambaran CT scan
pada medulablastoma muncul di garis tengah, didefinisikan dengan baik, masa
homogen dan hiperisodense dengan edema perilesional ringan-sedang pada 9095% pasien. Enhancement paling sering menyebar tapi kadang-kadang tidak
merata karna kista atau nonenhancing daerah nekrotik terlihat 90% lebih besar
dari medulloblastomas. Kalsifikasi dapat ditemukan pada

20% kasus.3 Pada

astrositoma gambaran CT scan sebagian besar bentuk kistik tampak dari vermis
cerebelii atau hemisfer sebelum. Bentuk padat biasanya hipodens , kontras dengan
high grade glioma yang dapat memberi gambaran hiperdense pada CT scan.
Sedangkan pada Epindimoma, gambaran CT scan tampak masa iso/hiperdens
dan peregangan ventrikel 4 dengan enhancement kontras heterogen. Sebesar 50
% memberi gambaran multipel dan menekankan kalsifikasi.3,6
Pada kasus ini , dengan pemeriksaan CT scan didapatkan tampak masa
hiperdense homogen, enhancement kontras dengan sedikit gambaran kalsifikasi
pada fossa posterior paramedian / agak lateral kanan dengan gambaran pelebaran
ventrikel 4 dan ventrikel 3 dan ventrikel lateral kanan / kiri kesan suspek tumor
serebelum dekstra dan hidrosefalus. Lokasi tumor yang berada dalam fossa
posterior dapat mengakibatkan terganggunya dinamika aliran cairan serebrospinal
(CSS) termasuk terjadinya hidrosefalus obstruktif. Hidrosefalus obstruktif

24

dilaporkan terjadi pada 73%-100% pasien pediatri dengan neoplasma fossa


posterior dan berperan pada perburukan klinis pasien, walaupun sebagian besar
kasus dengan reseksi tumor komplit sejalan dengan penyelesaian masalah
hidrosefalus namun 18-40% pasien akan memerlukan pengalihan CSS permanen.9
Pengobatan pada anak dengan tumor otak meliputi Pembedahan reseksi
tumor, terapi radiasi dan kemoterapi. Pasien ini di terapi dengan kemoterapi jenis
metronomic kemoterapi, dengan vincristine dan cyclophosphamide. Metronomic
kemoterapi memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan kemoterapi
konvensional. Kemoterapi konvensional dianggap kurang menguntungkan karena
menggunakan dosis yang kuat dengan Maximally Tolerated Dose (MTD), Interval
pemberian obat yang lama diatas 2 3 minggu sekali, dan target pada proliferasi
sel, yang berdampak pada pertumbuhan kembali sel endotel dan mencetus
angiogenesis. Selain itu, efek toksik dari kemoterapi ini lebih sering terjadi.14
Kelebihan Metronomic kemoterapi yaitu menggunakan dosis yang lebih
rendah dari Maximally Tolerated Dose (MTD) dan tidak ada masa istirahat obat
yang panjang atau lama yaitu menggunakan dosis kontinyu dalam seminggu, atau
beberapa hari sekali. Selain itu, kemoterapi ini lebih bertujuan untuk kontrol
tumor dengan target sel endotel pada pertumbuhan vaskularisai atau angiogenesis
tumor. Efek samping toksik dari kemoterapi ini lebih rendah dan jarang terjadi
serta mengurangi kebutuhan terapi suportif.14
Terapi radiasi belum bisa diberikan pada pasien ini karena pasien berumur
6 tahun. Terapi dengan radiasi tidak dianjurkan karena sangat beresiko pada anakanak dibawah 10 tahun.. Tatalaksana awal untuk medulloblastoma adalah operasi

25

reseksi tumor. Karena tumor beresiko tinggi menyebar melalui jalur cairan
serebrospinal, terapi radioterapi cranio-spinal juga diperlukan untuk mencapai
tingkat kesembuhan yang optimal, penambahan agen kemoterapi seperti
cyplastin, cyclophosphamide, dan vincristine dapat mengurangi dosis craniospinal
radioterapi terutama pasien kelompok resiko rendah. Sekitar 80 % pasien
kelompok ini akan hidup pada 5 tahun. Hal ini dibandingkan dengan 5 tahun
kelangsungan hidup secara keseluruhan

untuk 40 % - 60 % pasien resiko

tinggi.10,11,12
Pada astrositoma derajat rendah 90 % angka ketahanan hidup pada 10
tahun dilaporkan pada pasien dengan reseksi tumor. Terapi adjuvan diindikasikan
pada tumor yang terus membesar yang memberikan gejala atau mengancam
struktur vital. Kemoterapi menjadi pengobatan lini pertama untuk anak dibawah
10 tahun dengan tumor sporadik atau anak dengan neurofibromatosis-1 yang
memerlukan pengobatan. Standar kemoterapi saat ini yaitu kombinasi dengan
vincristine dan carboplatin atau thioguanin, procarbazine, cyclophosphamide dan
vincristine dengan respon sebesar 40 -60 % .6,11
Terapi awal yang

diperlukan

untuk tumor

ependimoma

adalah

pembedahan untuk menghilangkan tumor sebisa mungkin. Beberapa studi


menyatakan pasien yang melakukan pembedahan untuk mengangkat tumor yang
bisa dilihat memiliki kesempatan kelangsungan hidup lebih lama. Namun jika
lokasi tumor berada pada area penting dalam otak, sulit dilakukan pembedahan
dengan aman. Terapi radiasi lebih direkomendasikan pada anak-anak yang lebih
tua. Walaupun semua tumor yang terlihat telah dihilangkan dengan pembedahan,
pasien yang diterapi dengan terapi radiasi memiliki kesempatan kelangsungan
26

hidup jangka panjang yang lebih baik dibandingkan dengan pasien yang hanya di
terapi dengan pembedahan saja. Karena terapi radiasi memiliki efek samping
jangka panjang pada bayi atau anak-anak yang lebih muda , kemoterapi biasa
digunakan untuk menunda terapi radiasi. Pengobatan kemoterapi pada pasien
yang baru didiagnosis masih belum diketahui apakah memiliki efek yang berarti.
Beberapa tumor berespon sesaat pada terapi, sedangkan yang lainya terus
berkembang. Kemoterapi juga dilakukan pada tumor yang tumbuh kembali
setelah dilakukan terapi radiasi. Belum jelas obat kemoterapi apa yang paling
efektif, untuk ependimoma, obat seperti cisplastin dan carboplatin dapat
mengakibatkan penyusutan pada setengah kasus, walaupun tidak lama.7,10,11
Prognosis pada pasien ini ad vitam : dubia ad malam, sekitar 30 % anak
dengan keganasan

menunjukan progresifitas penyakit yang menyebabkan

kematian. Faktor yang mempengaruhi prognosis salah satunya adalah pengobatan


Seperti efek samping jangka panjang dari kemoterapi.

Akan lebih baik bila

dilakukan pembedahan atau radiasi, dilaporkan pada 5 dekade terakhir angka


ketahanan hidup meningkat 70 % dengan kombinasi terapi pembedahan, radiasi
dan kemoterapi. Ad functionam : dubia ad malam, mengingat pada pasien ini
telah terjadi kelumpuhan pada ekstremitas bawah, serta kehilangan penglihatan
yang tentu akan mengganggu dan membatasi fungsi hidup penderita. Sebuah
studi menemukan gangguan fungsi yang dialami pada anak dengan tumor fossa
posterior yaitu pada sensorik dan motorik. 70 % penderita tidak dapat melakukan
aktivitas dengan maksimal seperti bermain, berjalan, bersekolah, berpakaian,
akibat gangguan keseimbangan dan kordinasi serta kekuatan otot yang melemah.
Ad sanationam : dubia ad malam . Prognosis tumor otak dipengaruhi oleh respon

27

terhadap pengobatan, efek jangka panjang dari kemoterapi, tipe dan letak tumor
atau ada tidaknya metastase tumor. Kebanyakan pada pengobatan tumor otak
hanya bertujuan untuk pemeliharaan dan mempertahankan angka ketahanan hidup
penderita. Pada kasus meduloblastoma lebih dari >40 % tumor menyerang batang
otak dan CSS. Sekitar >5% tumor bermetastase seperti pada tulang dan paru-paru.
Sedangkan pada 60% kasus ependimoma, tumor tumbuh pada ventrikel ke 4 dan
pada umumnya membawa prognosis yang buruk.1,5

DAFTAR PUSTAKA
1. Keshmirian J. Steven D. Posterior fossa tumors: a diagnostic approach. The
Canadian Journal of CME. 2010;5:51-4.
2. Yunivitasari ED. Karakteristik klinik dan histopatologi tumor otak di dua
rumah sakit di kota bandar lampung. dissertation. [Lampung]: Universitas
lampung; 2014.p.10-26.
3. Guilabert PMH, Moreno de la Presa R, Hidalgo MIG, Tapias SD, Azabarte
PC, Hernandez LMC. Infratentorial brain tumors in children: the role of
conventional and advanced magnetic resonance imaging (MRI). ESR [serial

28

on

the

Internet].

2014.

[cited

2004

October

15];

20:[about

screens].Available from http://pdf.posterng.netkey.at/download/index.php


4. Tabatabaei SM, Seddighi A, Seddighi AS. Posterior fossa tumor in children.
Iran J Child Neurology. 2012;6:19-24.
5. Korhunov A, Remke M, Werft W, Benner A, Ryzhova M, Witt H, et al. Adult
and pediatric medulloblastomas are genetically distinc and require different
algorithms for Molecular risk stratification. Journal of Clinical Oncology.
2010;28:3054
6. Bilginer B, Narin F, Oguz KK, Uzun S, Soylemezoglu F, Akalan N. Benign
cerebellar pilocytic astrocytomas in children. Turkish neurosurgery.
2011;21:22-26.
7. American Brain Tumor Association. Ependymoma. ABTA [serial on the
Internet].2012. [cited 2004 October 15]; 12:[about 14 screens].Available from
http://www.abta.org/secure/ependymoma.pdf

8. Pusponegoro HD. Nyeri kepala pada anak dan remaja. Indonesian Pediatric
Society [serial on the Internet]. 2013 Sep 10. [cited: 12 Mar 2015] Available
from:

http://idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatan-anak/nyeri-kepala-

pada-anak-dan-remaja.html
9. Foreman P, McClugage S, Naftel R, Griessenauer CJ, Ditty BJ, Agee BS, et
al. Validation and modification of a predictive model of postrection
hydrocephalus in pediatric patients with posterior fossa tumors. J Neurosurg
Pediatrics .2013;12:220-26
10. Heath JA, Zacharoulis S, Kieran MW. Pediatric neurooncology: current status
and future directions. Asia Pasific Journal of Clinical Oncology. 2012;8:22331
11. Gururangan S. Childhood brain tumor. In Garami M, editors. Management of
CNS tumors. USA: Intech Europe;2011.p.101-22

29

12. Bahl A, Bakhshi S. Metronomic chemotherapy in progressive pediatric


malignancies: old drugs in new Package. Indian J Pediatri. 2010;2:1-4

30

Anda mungkin juga menyukai