Disusun oleh :
Aryani
Minda Anita
Safira Fauziyati
Shahnaz Dwi Permata
Abiyyu Widya Pratama
Aldy Triawan
Bella Citra Panggih
G1G014026
G1G014028
G1G014030
G1G014033
G1G014036
G1G014038
G1G014044
2015
Disusun oleh :
Aryani
Minda Anita
Safira Fauziyati
Shahnaz Dwi Permata
Abiyyu Widya Pratama
Aldy Triawan
Bella Citra Panggih
G1G014026
G1G014028
G1G014030
G1G014033
G1G014036
G1G014038
G1G014044
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Landasan Teori
Darah merupakan cairan tubuh yang sangat penting fungsinya, darah
berfungsi untuk mengangkut zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia.
Komponen gizi yang terkandug dalam darah harus berada dalam jumlah dan
kondisi yang normal. Komponen gizi tersebut tidak boleh terlalu berlebihan
ataupun kekurangan. Jika komponen gizi ini jumlahnya berada diluar batas
normal, maka dapat mengganggu proses yang terjadi dalam tubuh sehingga
dapat menyebabkan timbulnya suatu penyakit tertentu.
Komponen gizi yang keberadaanya harus dalam jumlah normal
diantaranya adalah glukosa, kolesterol, dan protein. Glukosa merupakan
monosakarida terpenting dalam kaitannya dengan penyediaan energi di dalam
tubuh. Hal ini disebabkan karena semua jenis karbohidrat baik monosakarida,
disakarida maupun polisakarida yang dikonsumsi oleh manusia akan
terkonversi menjadi glukosa di dalam hati. Glukosa ini kemudian akan
berperan sebagai salah satu molekul utama bagi pembentukan energi di dalam
tubuh (Almatser, 2009).
Kolesterol adalah senyawa lemak kompleks, yang 80% dihasilkan dari
dalam tubuh (organ hati) dan 20% sisanya dari luar tubuh (zat makanan) untuk
bermacam-macam fungsi di dalam tubuh, antara lain membentuk dinding sel.
Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang kita makan dapat
meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Tetapi, sejauh pemasukan ini
seimbang dengan kebutuhan, tubuh kita akan tetap sehat. Kolesterol tidak larut
dalam cairan darah, untuk itu agar dapat dikirim ke seluruh tubuh perlu
dikemas bersama protein menjadi partikel yang disebut lipoprotein, yang
dapat dianggap sebagai pembawa (carier) kolesterol dalam darah (Almatser,
2009).
Protein adalah bagian terbesar dari semua sel hidup dan merupakan
bagian terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein,
separuhnya ada di dalam otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan,
sepersepuluh di dalam kulit, dan selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan
tubuh. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat
gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh
(Almatser, 2009).
B. Tinjauan Pustaka
1. Kolesterol
Kolesterol merupakan sterol yang paling banyak terdapat dalam badan
manusia, terutama pada otak, jaringan syaraf, cairan empedu dan darah.
Senyawa ini merupakan penyusun utama batu empedu. Kolestrol banyak
dijumpai pada lemak binatang, tetapi tidak pernah ditemukan pada lemak
tumbuhan. Tumbuhan mempunyai sterol yang disebut fitosterol.
Kolesterol merupakan senyawa yang memiliki inti empat cincin
siklopentano fenantren. Termasuk lemak dengan daya larut yang sangat kecil
dalam air. Kadarnya dalam plasma darah 150-200mg/ml, sekitar 2x kadar
glukosa darah. Dalam plasma darah 30% berikatan dengan lipoprotein yang
mampu menambah daya larutnya dalam darah. Sebanyak 70% lagi kolesterol
darah berada berupa kolesterol ester. Kolesterol juga banyak terdapat dalam
empedu, dengan kadar 390mg/100ml (Campbell,2011). Kolesterol tidak larut
dalam air tetapi dapat diekstraksi dari jaringan dengan kloroform, eter,
benzena dan alkohol panas. Kolesterol termasuk senyawa steroida dengan
rumus C27H45OH.
Kebanyakan
kolesterol
diet
ada
dalam
bentuk
teresterkan.
2010).
Secara umum kolesterol merupakan derivate lemak yang banyak
dijumpai dalam bahan makanan khususnya yang berasal dari hewan. Kadar
kolesterol dalam setiap jenis bahan makanan cukup bervariasi tergantung pada
jenis dan macam produknya, bahkan kandungan kolesterol pada setiap
bagian/organ tubuh hewan pun berbeda- beda. Secara fisiologi kolesterol
penting bagi tubuh, karena merupakan bahan penyusun membran sel, sintesis
diharapkan adalah kadar kolesterol LDL rendah dan kadar kolesterol HDL
yang tinggi.
Kadar kolesterol baik LDL maupun HDL juga dipengaruhi oleh faktor
herediter atau keturunan. Pada pasien dengan familial hypercholesterolemia
(FH), terdapat pengurangan jumlah yang signifikan dari reseptor kolesterol
LDL dalam hatinya.Pasien ini juga akan rentan menderita atherosklerosis dan
serangan jantung pada usia muda. Makanan yang banyak mengandung lemak
jenuh dan kolesterol akan meningkatkan kadar kolesterol LDL dalam darah.
Lemak dibagi menjadi lemak jenuh dan lemak tak jenuh berdasarkan pada
struktur kimianya. Lemak jenuh terutama berasal dari daging dan produk
olahan susu yang akan meningkatkan kadar kolesterol darah. Beberapa
minyak tumbuhan yang dibuat dari buah kelapa, sawit, dan cokelat juga tinggi
kadar lemak jenuhnya. Menurunkan kadar kolesterol LDL saat ini merupakan
fokus utama dalam mencegah atherosklerosis dan serangan jantung. Beberapa
dokter dan ahli percaya bahwa keuntungan menurunkan kadar kolesterol LDL
antara lain :
dinding
pembuluh darah.
2. Memperlebar rongga arteri.
3. Mencegah pecahnya plak kolesterol yang mempunyai resiko
membentuk
Glukosa juga merupakan sumber energi utama untuk otak dan eritrosit
serta dibutuhkan pula pada jaringan adiposa. Dalam darah sering disebut
glukosa darah yang mengacu pada tingkat glukosa dalam darah. Normalnya
gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari yaitu 70-150
mg/dl kemudian akan meningkat setelah makan dan biasanya berada pada
level terendah saat pagi hari sbelum orang sarapan. (Henrikson J. E. Et al,
2009)
Untuk pemeriksaan kadar glukosa darah terdapat beberapa macam.
Pemeriksaan gula darah puasa mengukur kadar glukosa darah selepas tidak
makan etidaknya 8 jam. Pemeriksaan gula darah postprandial 2 jam mengukur
kadar glukosa darah tepat selepas 2 jam makan. Pemeriksaan glukosa darah ad
random mengukur kadar glukosa darah tanpa mengambil kira waktu makan
terakir.
3. Protein
Protein adalah makromolekul yang tersusun atas asam asam amino,
dengan kata lain protein juga merupakan polimer yang tersusun oleh banyak
monomer asam asam amino yang berikatan satu sama lain dengan ikatan
peptida. Protein berperan biologis, terutama dalam membangun unit terkecil
kehidupan yaitu sel. Peran biologis itu misalnya pada trasnformasi energy,
bioenergi, dan pada proses dinamisasi yang berkesinambungan (Sudarmadji,
2006).
Adapun sifat-sifat kimia protein adalah sebagai berikut:
1) Berat molekul protein sangat besar
Protein merupakan molekul yang sangat besar, sehingga mudah sekali
mengalami perubahan bentuk fisik maupun aktivitas biologis. Banyak faktor
yang menyebabkan perubahan sifat alamiah protein misalnya : panas, asam,
basa, pelarut organik, pH, garam, logam berat, maupun sinar radiasi
radioaktif. Perubahan sifat fisik yang mudah diamati adalah terjadinya
penjendalan (menjadi tidak larut) atau pemadatan (Sudarmadji, 2006).
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, pH, suhu, kekuatan ionik
dan konstanta dielektrik pelarutnya (Almatsier, 2004).
5) Memiliki berbagai macam bentuk
Berdasarkan bentuknya, protein dapat diklasifikasikan dalam tiga
bagian, yaitu : protein berbentuk bulat, serat dan gabungan keduanya.
1
Albumin
albumin adalah protein yang larut dalam air dan menggumpal apabila
terkena panas. Umumnya albumin menjadi komponen pada albumin
telur, albumin serum, leucosin pada gandum dan legumelin pada
kacang-kacangan
Globulin
globulin umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam asam kuat
dan menggumpal apabila terkena panas. Globulin terdapat sebagai
komponen globulin serum, fibrinogen, myosinogen, edestin pada biji
hemp, legumin pada kacang-kacangan, concanavalin pada jack bean
dan excelsin pada kacang Brazil.
Glutein
glutelin tidak larut dalam air dan pelarut netral, tetapi lebih cepat larut
dalam larutan asam atau basa. Contoh yang umum terdapat pada
glutelin pada jagung yang lisinnya tinggi, dan oxyzenin pada padi,
Histon
histon adalah protein dasar yang larut dalam air, tetapi tidak larut dalam
larutan amonia. Histon sebagian besar bergabung dengan asam nukleat
pada sel makluk hidup. Contoh yang umum adalah globin pada
hemoglobin dan scombron pada spermatozoa mackerel
6
Protamin
protamin adalah molekul dengan bobot rendah pada protein, larut dalam
air, tidak menggumpal terkena panas berbentuk garam stabil.
Contohnya adalah salmine dari sperma ikan salmon, sturine dari ikan
sturgeon, clupeine dari ikan herring, dan scombrine dari ikan mackerel.
Protamin umumnya bersatu dengan asam nukleat dalam sperma ikan.
kolagen
kolagen adalah protein utama pada jaringan penghubung skeletal.
Umumnya collagen tidak larut dalam air dan tahan pada enzim
pencernaan hewan, tetapi berubah cepat dalam bentuk larutan, dalam
bentuk gelatin lebih mudah dicerna apabila dipanaskan dalam air atau
larutan asam atau basa. Kolagen mempunyai karakteristik struktur asam
amino unik diantaranya adalah hidroksiprolin yang molekulnya besar,
hidroksilisin sistein, sistin dan triptofan
elastin
elastin adalah protein pada jaringan elastis seperti pada tendon dan
arteri. Meskipun penampakannya sama dengan kolagen, elastin tidak
dapat diubah menjadi gelatin
keratin
keratin merupakan protein yang suka dilarutkan dan tidak dapat
dicerna. Umumnya menjadi komponen rambut, kuku, bulu, tanduk dan
paruh. Keratin mengadung 14 sampai dengan 15 persen sistin,
Nukleoprotein
N-asetil-heksosamin
seperti
glukosamin
atau
Glikoprotein
glikoprotein adalah protein yang mengandung karbohidarat kurang
dari 4 persen, sering kali dalam bentuk heksosa sederhana, seperti
manosa sebesar 1,7 persen dalam albumin telur
Lipoprotein
adalah protein larut dalam air yang bergabung dengan lesitin, cepalin,
kolesterol, atau lemak dan fosfolipid lain
kromoprotein
kromoprotein adalah kelompok yang mempunyai bentuk karakteristik
yang merupakan gabungan dari protein sederhana dengan kelompok
prospetik pewarna. Komoprotein meliputi hemoglobin, sitokrom,
flavoprotein, visual purple pada retina mata dan enzim katalase
dan
10
BAB 2
CARA KERJA
Spuit 3cc
Tourniquet
Plakon
Eppendorf
Sentrifugator
Tabung reaksi 3ml
Rak tabung reaksi
Mikropipet
Yellow tip
Blue tip
Kuvet
Spektrofotometer
10
12
3. Bahan
a. Sampel (serum)
b. Reagen GOD
B. Pemeriksaan Kolesterol Darah
1. Metode praktikum
CHOD-PAP: Enzymatic photometric test
2. Alat
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Spuit 3cc
Tourniquet
Plakon
Eppendorf
Sentrifugator
Tabung reaksi 3ml
Rak tabung reaksi
Mikropipet
Yellow tip
Blue tip
Kuvet
Spektrofotometer
3. Bahan
a. Sampel (serum)
b. Working reagen
C. Pemeriksaan Total Protein
1. Metode praktikum
Metode Biuret
2. Alat
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Spuit 3cc
Tourniquet
Plakon
Eppendorf
Sentrifugator
Tabung reaksi 3ml
Rak tabung reaksi
Mikropipet
Yellow tip
Blue tip
Kuvet
Spektrofotometer
12
13
3. Bahan
a. Serum
b. Reagen biuret
D. Cara Kerja:
1. Mengambil sample darah vena sebanyak 3cc.
2. Memasukan darah vena sebanyak 1 cc ke vacuum red cap dan sebanyak
2 cc ke vacuum purple cap.
3. menyentrifugasi darah vena di kedua vacuum cap selama 10 menit.
4. memeriksa kadar glukosa darah menggunakan metode GOD PAP dengan
mengambil 1l darah dari vacuum red cap kemudian mencampur dengan
1000l reagen lalu menginkubasi campuran selama 15 menit.
5. memeriksa kadar kolestrol darah menggunakan metode CHOD PAP
dengan mengambil 1l darah dari vacuum purple cap kemudian
mencampur dengan 1000l reagen lalu menginkubasi campuran selama 20
menit.
6. memeriksa kadar protein darah dengan mengambil 1l darah dari
vacuum purple cap kemudian mencampur dengan 1000l reagen lalu
menginkubasi campuran selama 10 menit.
7. setelah menginkubasi ketiga cairan tersebut, mengukur ketiga campuran
tersebut menggunakan spektofotometer.
13
14
Glukosa
Kolesterol
Protein
14
15
BAB III
HASIL & PEMBAHASAN
A. Glukosa
16
C. Protein
3. Hasil : 10 gr/dl
4. Pembahasan : Nilai normal kadar protein di dalam darah adalah 6,2
8,5 gr/dl. Maka dapat dikatakan bahwa kadar protein probandus
di atas nilai normal.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil berupa darah probandus
yang terkandung jumlah glukosa sebesar 107 mg/dl, kolesterol sebesar
201 mg/dl, dan protein sebesar 10gr/dl. Pada kandungan glukosa masih
dalam kondisi normal, sedangkan untuk kandungan kolesterol dan protein
dalam kondisi diatas normal
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dapat disarankan probandus agar lebih
mengontrol pola makannya khusus buat makanan yang berjenis tinggi
lemak dan protein agar terhindar dari dampak/penyakit yang bisa
ditimbulkan karena kelebihan zat zat tersebut dalam tubuh.
16
18
DAFTAR PUSTAKA
Almatser, S., 2009, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Astuti, 2007,Petunjuk Praktikum Analisis Bahan Biologi, Jurdik Biologi
FMIPA UNY ,Yogyakarta
18
19
Sudarmadji,
S.
2006.
Teknik
Analisa
Biokimiawi.
Edisi
Pertama.Liberty.Yogyakarta.
Sumitro, S. B, Fatchiyah, Rahayu, Widyarti, dan Arumningtyas.
2010. Kursus Teknik Dasar Analisis Protein dan DNA, Jurusan
Biologi FMIPA Universitas Brawijaya Malang
Trialists, C. T. (2010). Efficacy and safety of more intensive lowering of
LDL cholesterol: a meta-analysis of data from 170 000 participants in
26 randomised trials. The Lancet, 376(9753), 1670-1681.
19