Anda di halaman 1dari 19

1

BLOK BASIC MEDICAL SCIENCE - 2


LAPORAN KELOMPOK
PRAKTIKUM BIOKIMIA 1

Disusun oleh :
Aryani
Minda Anita
Safira Fauziyati
Shahnaz Dwi Permata
Abiyyu Widya Pratama
Aldy Triawan
Bella Citra Panggih

G1G014026
G1G014028
G1G014030
G1G014033
G1G014036
G1G014038
G1G014044

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI

2015

BLOK BASIC MEDICAL SCIENCE - 2


LAPORAN KELOMPOK
PRAKTIKUM BIOKIMIA 1

Disusun oleh :
Aryani
Minda Anita
Safira Fauziyati
Shahnaz Dwi Permata
Abiyyu Widya Pratama
Aldy Triawan
Bella Citra Panggih

G1G014026
G1G014028
G1G014030
G1G014033
G1G014036
G1G014038
G1G014044

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN GIGI

2015
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Landasan Teori
Darah merupakan cairan tubuh yang sangat penting fungsinya, darah
berfungsi untuk mengangkut zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia.
Komponen gizi yang terkandug dalam darah harus berada dalam jumlah dan
kondisi yang normal. Komponen gizi tersebut tidak boleh terlalu berlebihan
ataupun kekurangan. Jika komponen gizi ini jumlahnya berada diluar batas
normal, maka dapat mengganggu proses yang terjadi dalam tubuh sehingga
dapat menyebabkan timbulnya suatu penyakit tertentu.
Komponen gizi yang keberadaanya harus dalam jumlah normal
diantaranya adalah glukosa, kolesterol, dan protein. Glukosa merupakan
monosakarida terpenting dalam kaitannya dengan penyediaan energi di dalam
tubuh. Hal ini disebabkan karena semua jenis karbohidrat baik monosakarida,
disakarida maupun polisakarida yang dikonsumsi oleh manusia akan
terkonversi menjadi glukosa di dalam hati. Glukosa ini kemudian akan
berperan sebagai salah satu molekul utama bagi pembentukan energi di dalam
tubuh (Almatser, 2009).
Kolesterol adalah senyawa lemak kompleks, yang 80% dihasilkan dari
dalam tubuh (organ hati) dan 20% sisanya dari luar tubuh (zat makanan) untuk
bermacam-macam fungsi di dalam tubuh, antara lain membentuk dinding sel.
Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang kita makan dapat
meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Tetapi, sejauh pemasukan ini
seimbang dengan kebutuhan, tubuh kita akan tetap sehat. Kolesterol tidak larut
dalam cairan darah, untuk itu agar dapat dikirim ke seluruh tubuh perlu
dikemas bersama protein menjadi partikel yang disebut lipoprotein, yang
dapat dianggap sebagai pembawa (carier) kolesterol dalam darah (Almatser,
2009).
Protein adalah bagian terbesar dari semua sel hidup dan merupakan
bagian terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein,

separuhnya ada di dalam otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan,
sepersepuluh di dalam kulit, dan selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan
tubuh. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat
gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh
(Almatser, 2009).
B. Tinjauan Pustaka
1. Kolesterol
Kolesterol merupakan sterol yang paling banyak terdapat dalam badan
manusia, terutama pada otak, jaringan syaraf, cairan empedu dan darah.
Senyawa ini merupakan penyusun utama batu empedu. Kolestrol banyak
dijumpai pada lemak binatang, tetapi tidak pernah ditemukan pada lemak
tumbuhan. Tumbuhan mempunyai sterol yang disebut fitosterol.
Kolesterol merupakan senyawa yang memiliki inti empat cincin
siklopentano fenantren. Termasuk lemak dengan daya larut yang sangat kecil
dalam air. Kadarnya dalam plasma darah 150-200mg/ml, sekitar 2x kadar
glukosa darah. Dalam plasma darah 30% berikatan dengan lipoprotein yang
mampu menambah daya larutnya dalam darah. Sebanyak 70% lagi kolesterol
darah berada berupa kolesterol ester. Kolesterol juga banyak terdapat dalam
empedu, dengan kadar 390mg/100ml (Campbell,2011). Kolesterol tidak larut
dalam air tetapi dapat diekstraksi dari jaringan dengan kloroform, eter,
benzena dan alkohol panas. Kolesterol termasuk senyawa steroida dengan
rumus C27H45OH.
Kebanyakan

kolesterol

diet

ada

dalam

bentuk

teresterkan.

Esterkolesterol yang ada ditemukan oleh empedu lalu dihidrolisis oleh


esterase kolesterol pankreas.
Ester kolesterol + H2O

kolesterol + asam lemak (Astuti,

2010).
Secara umum kolesterol merupakan derivate lemak yang banyak
dijumpai dalam bahan makanan khususnya yang berasal dari hewan. Kadar
kolesterol dalam setiap jenis bahan makanan cukup bervariasi tergantung pada
jenis dan macam produknya, bahkan kandungan kolesterol pada setiap
bagian/organ tubuh hewan pun berbeda- beda. Secara fisiologi kolesterol
penting bagi tubuh, karena merupakan bahan penyusun membran sel, sintesis

garam empedu dan prasat (precursor) hormon khususnya kelompok hormon


steroid. Namun demikian, kelebihan kolesterol dapat menyebabkan timbulnya
berbagai gangguan kesehatan, salah satunya adalah atherosclerosis yaitu
timbunan kolesterol pada pembuluh darah khususnya pada tunica media arteri.
Atherosklerosis merupakan predisposisi infark miokard, stroke, trombosis
otak dan penyakit serius lainnya.
a. Jenis Kolesterol
Setiap orang memiliki kolesterol di dalam darahnya, di mana 80%
diproduksi oleh tubuh sendiri dan 20% berasal dari makanan. Kolesterol yang
diproduksi terdiri atas 2 jenis yaitu :
Kolesterol LDL, adalah kolesterol jahat, yang bila jumlahnya
berlebih di dalam darah akan diendapkan pada dinding pembuluh darah
membentuk bekuan yang dapat menyumbat pembulun darah.
Kolesterol HDL, adalah kolesterol baik, yang mempunyai fungsi
membersihkan pembuluh darah dari kolesterol LDL yang berlebihan. Kadar
kolesterol HDL yang tinggi merupakan suatu tanda yang baik sepanjang
kolesterol LDL kurang dari 150 mg/dl.
Selain itu ada juga Trigliserida. Lemak ini terbentuk sebagai hasil
dari metabolisme makanan, bukan saja yang berbentuk lemak tetapi juga
makanan yang berbentuk karbohidrat dan protein yang berlebihan, yang tidak
seluruhnya dibutuhkan sebagai sumber energi. Kadar trigliserida ini akan
meningkat bila kita mengkonsumsi kalori berlebihan, lebih besar daripada
kebutuhan kita.
Kolesterol LDL sering disebut dengan kolesterol jahat, karena
peningkatan kadar kolesterol ini dalam darah dihubungkan dengan
peningkatan resiko penyakit jantung koroner. Kolesterol LDL akan
berakumulasi di dinding arteri sehingga membentuk semacam plak yang
menyebabkan dinding arteri menjadi kaku dan rongga pembuluh darah
menyempit. Proses ini dikenal dengan nama atherosklerosis. Kolesterol HDL
sebaliknya sering disebut dengan kolesterol baik karena kolesterol HDL
mencegah terjadinya atherosklerosis dengan cara mengeluarkan kolesterol
jahat dari dinding arteri dan mengirimkannya ke hati. Jadi, bila kadar
kolesterol LDL tinggi sedangkan kadar kolesterol HDL rendah maka
merupakan faktor resiko terjadinya atherosklerosis. Sebaliknya yang

diharapkan adalah kadar kolesterol LDL rendah dan kadar kolesterol HDL
yang tinggi.
Kadar kolesterol baik LDL maupun HDL juga dipengaruhi oleh faktor
herediter atau keturunan. Pada pasien dengan familial hypercholesterolemia
(FH), terdapat pengurangan jumlah yang signifikan dari reseptor kolesterol
LDL dalam hatinya.Pasien ini juga akan rentan menderita atherosklerosis dan
serangan jantung pada usia muda. Makanan yang banyak mengandung lemak
jenuh dan kolesterol akan meningkatkan kadar kolesterol LDL dalam darah.
Lemak dibagi menjadi lemak jenuh dan lemak tak jenuh berdasarkan pada
struktur kimianya. Lemak jenuh terutama berasal dari daging dan produk
olahan susu yang akan meningkatkan kadar kolesterol darah. Beberapa
minyak tumbuhan yang dibuat dari buah kelapa, sawit, dan cokelat juga tinggi
kadar lemak jenuhnya. Menurunkan kadar kolesterol LDL saat ini merupakan
fokus utama dalam mencegah atherosklerosis dan serangan jantung. Beberapa
dokter dan ahli percaya bahwa keuntungan menurunkan kadar kolesterol LDL
antara lain :

1. Mengurangi dan menghentikan pembentukan plak kolesterol pada

dinding

pembuluh darah.
2. Memperlebar rongga arteri.
3. Mencegah pecahnya plak kolesterol yang mempunyai resiko

membentuk

gumpalan darah/trombus (faktor resiko stroke)


4. Menurunkan resiko serangan jantung.
5. Menurunkan resiko stroke.
2. Glukosa
Glukosa merupakan gula monosakarida salah satu karbohidrat yang
berperan penting untuk sumber energi utama dalam tubuh. Glukosa adalah
prekursor untuk sintesis semua karbohidrat lain di dalam tubuh seperti
glikogen, ribose dan deoxiribose dalam asam nukleat, galaktosa dalam laktosa
susu, dalam glikolipid dan dalam glikoprotein dan proteoglikan. (Murray R.
K. et al, 2003)
4

Glukosa juga merupakan sumber energi utama untuk otak dan eritrosit
serta dibutuhkan pula pada jaringan adiposa. Dalam darah sering disebut
glukosa darah yang mengacu pada tingkat glukosa dalam darah. Normalnya
gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari yaitu 70-150
mg/dl kemudian akan meningkat setelah makan dan biasanya berada pada
level terendah saat pagi hari sbelum orang sarapan. (Henrikson J. E. Et al,
2009)
Untuk pemeriksaan kadar glukosa darah terdapat beberapa macam.
Pemeriksaan gula darah puasa mengukur kadar glukosa darah selepas tidak
makan etidaknya 8 jam. Pemeriksaan gula darah postprandial 2 jam mengukur
kadar glukosa darah tepat selepas 2 jam makan. Pemeriksaan glukosa darah ad
random mengukur kadar glukosa darah tanpa mengambil kira waktu makan
terakir.
3. Protein
Protein adalah makromolekul yang tersusun atas asam asam amino,
dengan kata lain protein juga merupakan polimer yang tersusun oleh banyak
monomer asam asam amino yang berikatan satu sama lain dengan ikatan
peptida. Protein berperan biologis, terutama dalam membangun unit terkecil
kehidupan yaitu sel. Peran biologis itu misalnya pada trasnformasi energy,
bioenergi, dan pada proses dinamisasi yang berkesinambungan (Sudarmadji,
2006).
Adapun sifat-sifat kimia protein adalah sebagai berikut:
1) Berat molekul protein sangat besar
Protein merupakan molekul yang sangat besar, sehingga mudah sekali
mengalami perubahan bentuk fisik maupun aktivitas biologis. Banyak faktor
yang menyebabkan perubahan sifat alamiah protein misalnya : panas, asam,
basa, pelarut organik, pH, garam, logam berat, maupun sinar radiasi
radioaktif. Perubahan sifat fisik yang mudah diamati adalah terjadinya
penjendalan (menjadi tidak larut) atau pemadatan (Sudarmadji, 2006).

2) Protein merupakan koloid di alam


Albumin merupakan koloid alamiah pertama yang digunakan sebagai
volume expander sehubungan dengan fungsinya dalam meningkatkan tekanan
ankotik intravaskular sehingga mampu memperbesar volume intravaskular
dan memperbaiki perfusi jaringan. Albumin juga berfungsi sebagai alat
transport beberapa zat penting seperti lemak, toksin, obat-obatan (Poedjiadi,
2005).
3) Protein dapat larut dalam larutan yang berbeda
Ada protein yang larut dalam air, ada pula yang tidak larut dalam air,
tetapi semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti misalnya etil eter.
Daya larut protein akan berkurang jika ditambahkan garam, akibatnya protein
akan terpisah sebagai endapan. Apabila protein dipanaskan atau ditambahkan
alkohol, maka protein akan menggumpal. Hal ini disebabkan alkohol menarik
mantel air yang melingkupi molekul-molekul protein. Adanya gugus amino
dan karboksil bebas pada ujung-ujung rantai molekul protein, menyebabkan
protein mempunyai banyak muatan dan bersifat amfoter (dapat bereaksi
dengan asam maupun basa). Dalam larutan asam (pH rendah), gugus amino
bereaksi dengan H+, sehingga protein bermuatan positif. Bila pada kondisi ini
dilakukan elektrolisis, molekul protein akan bergerak kearah katoda. Dan
sebaliknya, dalam larutan basa (pH tinggi) molekul protein akan bereaksi
sebagai asam atau bermuatan negatif, sehingga molekul protein akan bergerak
menuju anoda (Sumitro, 2010).
4) Protein bersifat amfoter
Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam dan
basa. Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa; ada yang
mudah larut dan ada yang sukar larut. Namun, semua protein tidak larut
dalam pelarut lemak seperti eter dan kloroform. Apabila protein dipanaskan
atau ditambah etanol absolut, maka protein akan menggumpal (terkoagulasi).
Hal ini disebabkan etanol menarik mantel air yang melingkupi molekulmolkeul protein. Kelarutan protein di dalam suatu cairan, sesungguhnya

sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, pH, suhu, kekuatan ionik
dan konstanta dielektrik pelarutnya (Almatsier, 2004).
5) Memiliki berbagai macam bentuk
Berdasarkan bentuknya, protein dapat diklasifikasikan dalam tiga
bagian, yaitu : protein berbentuk bulat, serat dan gabungan keduanya.
1

Protein berbentuk bulat (globular)


Protein berbentuk bulat (globular) diantaranya adalah (Sirajuddin, 2011) :
1

Albumin
albumin adalah protein yang larut dalam air dan menggumpal apabila
terkena panas. Umumnya albumin menjadi komponen pada albumin
telur, albumin serum, leucosin pada gandum dan legumelin pada
kacang-kacangan

Globulin
globulin umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam asam kuat
dan menggumpal apabila terkena panas. Globulin terdapat sebagai
komponen globulin serum, fibrinogen, myosinogen, edestin pada biji
hemp, legumin pada kacang-kacangan, concanavalin pada jack bean
dan excelsin pada kacang Brazil.

Glutein
glutelin tidak larut dalam air dan pelarut netral, tetapi lebih cepat larut
dalam larutan asam atau basa. Contoh yang umum terdapat pada
glutelin pada jagung yang lisinnya tinggi, dan oxyzenin pada padi,

Prolamin atau gliadin


prolamin atau gliadin adalah protein sederhana yang larut dalam 70
sampai dengan 80 persen etanol tetapi tidak larut dalam air, alkohol dan
pelarut netral. Contohnya terdapat pada zein dalam jagung dan gandum,
gliading pada gandum dan rye serta hordein pada barley

Histon
histon adalah protein dasar yang larut dalam air, tetapi tidak larut dalam
larutan amonia. Histon sebagian besar bergabung dengan asam nukleat

pada sel makluk hidup. Contoh yang umum adalah globin pada
hemoglobin dan scombron pada spermatozoa mackerel
6

Protamin
protamin adalah molekul dengan bobot rendah pada protein, larut dalam
air, tidak menggumpal terkena panas berbentuk garam stabil.
Contohnya adalah salmine dari sperma ikan salmon, sturine dari ikan
sturgeon, clupeine dari ikan herring, dan scombrine dari ikan mackerel.
Protamin umumnya bersatu dengan asam nukleat dalam sperma ikan.

Protein berbentuk serat (fibrous)


Protein berbentuk serat (fibrous), diantaranya adalah (Nissen, 2009) :
1

kolagen
kolagen adalah protein utama pada jaringan penghubung skeletal.
Umumnya collagen tidak larut dalam air dan tahan pada enzim
pencernaan hewan, tetapi berubah cepat dalam bentuk larutan, dalam
bentuk gelatin lebih mudah dicerna apabila dipanaskan dalam air atau
larutan asam atau basa. Kolagen mempunyai karakteristik struktur asam
amino unik diantaranya adalah hidroksiprolin yang molekulnya besar,
hidroksilisin sistein, sistin dan triptofan

elastin
elastin adalah protein pada jaringan elastis seperti pada tendon dan
arteri. Meskipun penampakannya sama dengan kolagen, elastin tidak
dapat diubah menjadi gelatin

keratin
keratin merupakan protein yang suka dilarutkan dan tidak dapat
dicerna. Umumnya menjadi komponen rambut, kuku, bulu, tanduk dan
paruh. Keratin mengadung 14 sampai dengan 15 persen sistin,

Protein gabungan (conjugated)


Protein gabungan (conjugated), diantaranya adalah (Nissen, 2009) :
1

Nukleoprotein

Nukleuprotein adalah satu atau lebih molekul protein yang


berkombinasi dengan asam nukleat, yang dalam sel dikenal sebagai
deoksiribonukleatprotein, ribonukleatprotein ribosom dan lain-lain.
2

Mukoid atau mukoprotein


Bagian karbohidrat dalam protein adalah mukopolisakarida yang
mengandung

N-asetil-heksosamin

seperti

glukosamin

atau

galaktosamin yang berkombinasi dengan asam uronik, galakturonik


atau asam glukoronik, banyak juga yang mengandung asam sialik
3

Glikoprotein
glikoprotein adalah protein yang mengandung karbohidarat kurang
dari 4 persen, sering kali dalam bentuk heksosa sederhana, seperti
manosa sebesar 1,7 persen dalam albumin telur

Lipoprotein
adalah protein larut dalam air yang bergabung dengan lesitin, cepalin,
kolesterol, atau lemak dan fosfolipid lain

kromoprotein
kromoprotein adalah kelompok yang mempunyai bentuk karakteristik
yang merupakan gabungan dari protein sederhana dengan kelompok
prospetik pewarna. Komoprotein meliputi hemoglobin, sitokrom,
flavoprotein, visual purple pada retina mata dan enzim katalase

6) Menghasilkan asam amino dalam proses hidrolisis


Hidrolisis protein merupakan proses pemutusan ikatan peptida dari
protein menjadi komponen-komponen yag lebih kecil seperti pepton, peptida,
dan asam amino. Hidrolisis ikatan peptida akan menyebabkan beberapa
perubahan pada protein, yaitu meningkatkan kelarutan karena bertambahnya
kandungan NH3+ dan COO-

dan

berkurangnya berat molekul protein atau

polipeptida, serta rusaknya struktur globular protein (California, 2007).


Waktu yang digunakan untuk hidrolisis pada ikatan peptida bergantung
pada asam amino. Biasanya, ikatan peptida antara asam amino alifatik
membutuhkan waktu yang sangat lama untuk diuraikan. Hidrolisis yang
memakan waktu 24 jam pada suhu 110oC kurang mampu memecahkan ikatan

10

peptida. Sedangkan hidrolisis yang memakan waktu 2-3 hari mampu


menguraikan dengan sempurna isoleusin dan ikatan valin (Sudarmadji. S,
2006).

7) Berfungsi sebagai Buffer


Protein dalam darah berfungsi sebagai buffer (penyangga), yaitu bahan
yang dapat bereaksi baik dengan asam atau basa untuk menetralkannya. Hal
ini merupakan fungsi yang sangat penting karena sebagian besar jaringan
tubuh tidak dapat berfungsi bila pH-nya berubah normal. Dengan cara
bereaksi setiap kelebihan asam atau alkali, fungsi protein dalam darah
tersebut merupakan salah satu upaya tubuh agar tidak terjadi perubahan pH
dalam darah (Almatsier, 2007).

BAB 2
CARA KERJA

A. Pemeriksan Glukosa Darah


1. Metode praktikum
Metode GOD-PAP
2. Alat
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Spuit 3cc
Tourniquet
Plakon
Eppendorf
Sentrifugator
Tabung reaksi 3ml
Rak tabung reaksi
Mikropipet
Yellow tip
Blue tip
Kuvet
Spektrofotometer
10

12

3. Bahan
a. Sampel (serum)
b. Reagen GOD
B. Pemeriksaan Kolesterol Darah
1. Metode praktikum
CHOD-PAP: Enzymatic photometric test
2. Alat
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Spuit 3cc
Tourniquet
Plakon
Eppendorf
Sentrifugator
Tabung reaksi 3ml
Rak tabung reaksi
Mikropipet
Yellow tip
Blue tip
Kuvet
Spektrofotometer

3. Bahan
a. Sampel (serum)
b. Working reagen
C. Pemeriksaan Total Protein
1. Metode praktikum
Metode Biuret
2. Alat
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Spuit 3cc
Tourniquet
Plakon
Eppendorf
Sentrifugator
Tabung reaksi 3ml
Rak tabung reaksi
Mikropipet
Yellow tip
Blue tip
Kuvet
Spektrofotometer
12

13

3. Bahan
a. Serum
b. Reagen biuret
D. Cara Kerja:
1. Mengambil sample darah vena sebanyak 3cc.
2. Memasukan darah vena sebanyak 1 cc ke vacuum red cap dan sebanyak
2 cc ke vacuum purple cap.
3. menyentrifugasi darah vena di kedua vacuum cap selama 10 menit.
4. memeriksa kadar glukosa darah menggunakan metode GOD PAP dengan
mengambil 1l darah dari vacuum red cap kemudian mencampur dengan
1000l reagen lalu menginkubasi campuran selama 15 menit.
5. memeriksa kadar kolestrol darah menggunakan metode CHOD PAP
dengan mengambil 1l darah dari vacuum purple cap kemudian
mencampur dengan 1000l reagen lalu menginkubasi campuran selama 20
menit.
6. memeriksa kadar protein darah dengan mengambil 1l darah dari
vacuum purple cap kemudian mencampur dengan 1000l reagen lalu
menginkubasi campuran selama 10 menit.
7. setelah menginkubasi ketiga cairan tersebut, mengukur ketiga campuran
tersebut menggunakan spektofotometer.

13

14

Cara kerja secara skematis

Mengambil Sample Darah Vena 3cc

darah vena 1cc ke vacuum redMemasukan


cap kemudian
darah
menyentrifugasi
vena 2cc ke vacuum purple cap kemudian menyentrifugas

Glukosa

Kolesterol

Protein

Mengambil 10l serum menggunakan


Mengambil
mikropipet
10l plasma menggunakan
Mengambil mikropipet
10l plasma menggunakan mikropipe

r darah dengan 1000l


Mencampur
reagen darah
menggunakan
dengan 1000l
metodereagen
GOD PAP
menggunakan
Mencampurmetode
darah dengan
CHOD PAP
1000l reagen

Menginkubasi campuran tersebut


selam 15 menit
Menginkubasi
campuran tersebut
Menginkubasi
selam 20campuran
menit
tersebut selam 10 meni

Mengukur ketiga campuran menggunakan spektrofotometer

14

15

BAB III
HASIL & PEMBAHASAN
A. Glukosa

1. Hasil : 107 mg/dl


2. Pembahasan : Nilai normal kadar glukosa serum atau plasma
adalah 75-115 mg/dl. Maka kadar glukosa serum probandus dapat
dikatakan normal.
B. Kolesterol

1. Hasil : 201 mg/dl


2. Pembahasan : Nilai normal kadar kolesterol adalah 180 mg/dl
untuk orang berusia sampai dengan 30 tahun, sedangkan pada
orang dengan usia di atas 30 tahun nilai normalnya adalah 200
mg/dl. Maka kadar kolesterol probandus dapat dikatakan naik atau
melebihi batas normal, namun tidak mencapai tingkat meningkat
atau dicurigai.
15

16

C. Protein

3. Hasil : 10 gr/dl
4. Pembahasan : Nilai normal kadar protein di dalam darah adalah 6,2
8,5 gr/dl. Maka dapat dikatakan bahwa kadar protein probandus
di atas nilai normal.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil berupa darah probandus
yang terkandung jumlah glukosa sebesar 107 mg/dl, kolesterol sebesar
201 mg/dl, dan protein sebesar 10gr/dl. Pada kandungan glukosa masih
dalam kondisi normal, sedangkan untuk kandungan kolesterol dan protein
dalam kondisi diatas normal
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dapat disarankan probandus agar lebih
mengontrol pola makannya khusus buat makanan yang berjenis tinggi
lemak dan protein agar terhindar dari dampak/penyakit yang bisa
ditimbulkan karena kelebihan zat zat tersebut dalam tubuh.

16

18

DAFTAR PUSTAKA
Almatser, S., 2009, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Astuti, 2007,Petunjuk Praktikum Analisis Bahan Biologi, Jurdik Biologi
FMIPA UNY ,Yogyakarta

California, Sikorski, Z., E. 2007. Chemical and Functional Properties of


Food Proteins. CRC Press, USA
Henrikson J. E., Bech Nielsen H., 2009. Blood Glucose Levels. Available
from :
http://www.netdoctor.co.uk/healthadvice/facts/diabetesbloodsugar.html
( Accesed 25 October 2015)
Murray R. K., Granner D. K., Mayes P. A., Rodwell., 2003. Carbohydrates
of Physiologic Significance. In: Meyes P. A., Bender D. A. 26th ed.
Harpers Ilustrated Biochemistry. USA: Appleton & Lange, 102-110.

Nissen, Steven. 2009. Modern Methods in Protein Nutrition and


Metabolism. Academic
Poedjiadi, Anna. 2005.Dasar-Dasar Biokimia.Jakarta:Penerbit Universitas
Indonesia.

Reece, J. B., & Campbell, N. A.,2011, Campbell Biology, Benjamin


Cummings / Pearson , Boston
Sirajuddin, Saifuddin. 2011. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi
Secara Biokimia dan Antropometri.Makassar: Universitas Hasanuddin

18

19

Sudarmadji,

S.

2006.

Teknik

Analisa

Biokimiawi.

Edisi

Pertama.Liberty.Yogyakarta.
Sumitro, S. B, Fatchiyah, Rahayu, Widyarti, dan Arumningtyas.
2010. Kursus Teknik Dasar Analisis Protein dan DNA, Jurusan
Biologi FMIPA Universitas Brawijaya Malang
Trialists, C. T. (2010). Efficacy and safety of more intensive lowering of
LDL cholesterol: a meta-analysis of data from 170 000 participants in
26 randomised trials. The Lancet, 376(9753), 1670-1681.

19

Anda mungkin juga menyukai