Anda di halaman 1dari 3

KASUS OSTEOARTRITIS

Seorang wanita berusia 69 tahun (75kg/ 165cm) datang ke klinik dengan keluhan
nyeri kedua lutut yang semakin parah dalam beberapa tahun terakhir dengan lutut
kanan lebih parah sakitnya dari pada lutut kiri. Tidak terdapat kondisi spesifik yang
menyebabkan nyeri muncul namun nyeri tersebut semakin parah jika digunakan
melakukan aktivitas dan nyeri berkurang bila digunakan beristirahat. Nyeri terasa
tajam seperti tusukan jika melakukan aktivitas namun saat istirahat nyeri menjadi
lebih ringan.
Pasien awalnya mendapatkan terapi modifikasi aktivitas, terapi fisik, dan NSAID
yang dirasa cukup mampu mengatasi nyeri hingga beberapa tahun. Meskipun
demikian, nyeri menjadi semakin berat dan pasien bahkan memerlukan beberapa
kali injeksi kortikosteroid intraartikular yang mampu memperbaiki gejala hingga
beberapa bulan namun pada injeksi yang terakhir dirasa hanya mampu mengurangi
rasa sakit selama dua minggu saja. Oleh sebab itu pasien datang ke klinik untuk
mendiskusikan kondisinya.
Berdasarkan pemeriksaan fisik diketahui bahwa lutut kanan pasien terasa nyeri saat
dilakukan palpasi namun tidak terdapat luka. Kekuatan otot asien cukup baik dan
ligamen cukup stabil.
Hasil pemeriksaan x-rays menunjukkan adanya bilateral osteoartritis bagian
anteroposterior dan lateral.
Dokter mendiagnosis bahwa nyeri yang dialami oleh pasien merupakan nyeri neural
sehingga dokter meresepkan coditam untuk mengatasi nyeri pasien.

Pertanyaan
1. Jelaskan struktur anatomi yang dapat membantu stabilitas sendi pasien ini!
2. Jelaskan mengapakah rasa nyeri yang dialami pasien hingga ke tingkat saraf
(nyeri neural)!
3. Jelaskan bagaimana rasionalitas pemberian coditam sebagai analgesik untuk
pasien ini!
Jawaban : pasien diberikan koditam dikarenakan analgetik opioid bekerja di
sentral dengan cara menempati reseptor di kornu dorsalis medulla spinalis
sehingga terjadi penghambatan pelepasan transmitter dan perangsangan ke
saraf spinal tidak terjadi ( tambahan cara kerja coditam). Sementara pada
kasus ini pasien didiagnosis menderita nyeri neural, sehingga diberikan
koditam sebab kodein bekerja langsung di bagian sentral, dan
dikombinasikan dengan pct untuk meningkatkan efek analgesic dari kodein
tersebut.
4. Jelaskan efek samping obat yang diperoleh pasien tersebut!

5. Apabila lutut pasien mengalami inflamasi maka terapi apa yang anda
rekomendasikan dan jelaskan mengapa terapi tersebut sesuai untuk kondisi
tersebut!
Jawab : - coditam ( 30mg codein/500mg pct) sebagai analgesik nyeri
neural
- Celecoxib 200 mg PO / hari atau dibagi dalam 2 dosis. ( sebagai
antiinflamasi pada pasien yg menderita OA).
6. Jelaskan rekomendasi dan edukasi yang diperlukan untuk pasien ini!
Jawaban : pasien disarankan mulai menjaga pola makan, agar dapat
menurunkan berat badan ; terapi fisik untuk memperkuat otot berupa mulai
rutin berolahraga ringan seperti jalan-jalan kecil atau renang bila lutut pasien
sedang tidak merasakan nyeri; mulai istirahat bila sudah mulai merasakan
nyeri lutut; tidak mengangkat beban yang berat ;
7. Jelaskan pemantauan yang diperlukan untuk pasien ini!
Jawaban : - dilakukan pemantauan efikasi pengobatan ( dilihat frekuensi nyeri
yang dialami seberapa sering, dilihat QOL pasien apakah sudah membaik).
Dapat juga dilakukan pemeriksaan dengan visual analog scale untuk melihat
derajat nyeri dan range motion untuk memantau fungsi gerak misalnya
fleksi, ekstensi, abduksi dan aduksi.
- Dipantau ESO obat ( opioid terutama dari efek adiksi dan konstipasi
karena pasien sudah usia lanjut sehingga gerakan peristaltik GIT
menurun, bila ditambah dengan kodein yg memiliki ESO konstipasi
maka resiko pasien mengalami konstipasi meningkat ; ESO
celecoxib yaitu sakit kepala dan hipertensi sehingga perlu
pemantauan tekanan darah pada pasien).
- Dipantau kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obatnya
- Dipantau berat adan pasien apakah sudah mengalami penurunan
atau belum.
- Dilakukan evaluasi dari pemberian terapi dengan memeriksa serum
kreatinin, profil hematologi, serum transaminase dengan interval 6-

12 bulan untuk melihat toksisitas sepsifik pada ginjal, hati, GIT dan
sumsum tulang blakang.
Pasien yang sudah lanjut usia harus dipantau secara hati-hati dan
memperingatkan tentang sedasi, dysphoria, mual, risiko jatuh,
kosntipasi, dan adiksi.
Dipantau kompilkasi GIT dengan dipanatau gejala nyeri abdomen,
heartburn, mual dan perubahan warna feses

LAMPIRAN

Sementara pasien masuk dalam kategori 27.548 kg/m2 masuk kategori obes I.

Anda mungkin juga menyukai