Anda di halaman 1dari 4

KERANGKA TEORI

Pendekatan Berbasis Hak Asasi Manusia (Rights Based Approach)


Pendekatan berbasis Hak Asasi Manusia (rights based approach) berbeda dengan
pendekatan berbasis kebutuhan (needs based approach). Dalam pendekatan berbasis
kebutuhan, strategi, kebijakan dan program pembangunan lebih ditujukan pada memberi
dan menyediakan pelayanan untuk kebutuhan dasar. Masyarakat ditempatkan sebagai
penerima bantuan dan negara sebagai pemberi bantuan. Pendekatan berbasis kebutuhan
merupakan skema belas kasih dari negara kepada warga negara.1 Dalam pendekatan
berbasis kebutuhan, negara dianggap sudah melaksanakan kewajibannya jika sudah
melakukan sesuatu tanpa harus menjamin ternikmatinya hak asasi manusia. Partisipasi
masyarakat hanya dilihat sebagai syarat pelengkap bukan sebagai syarat utama dalam
melaksanakan pembangunan. Pendekatan berbasis kebutuhan hanya terfokus untuk
mengatasi masalah yang muncul dipermukaan, sehingga strategi pembangunannya
hanya parsial, sesaat dan tidak jarang pula menimbulkan masalah jangka panjang.
Selain itu, pendekatan berbasis kebutuhan juga tidak menjelaskan secara detail peran
pemangku tanggung jawab dan kewajiban negara yang berimplikasi pada tiadanya
aturan hukum yang mengikat dalam pemenuhan hak asasi warga negara. Akibatnya,
hak-hak asasi warga negara seringkali rentan untuk dilanggar oleh para pembuat
kebijakan. Untuk itu munculah pendekatan berbasis hak asasi manusia.
Pendekatan berbasis hak asasi manusia mensyaratkan agar strategi pembangunan
harus sejalan dengan tuntutan hak asasi manusia sebagaimana yang diatur dalam hukum
nasional dan internasional serta diarahkan untuk memajukan dan melindungi hak asasi
manusia. Dalam pendekatan berbasis hak asasi manusia, partisipasi dan kontribusi
masyarakat adalah hak dasar yang mutlak harus dilakukan dan tidak bisa ditawar-tawar.
Oleh karena pendekatan berbasis hak asasi manusia dibangun atas dasar bahwa setiap
manusia adalah pemegang hak asasi, maka dituntut adanya kewajiban dari pihak negara
untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak asasi setiap manusia.
Menghormati (obligation to respect), merupakan kewajiban negara untuk tidak
turut campur untuk mengatur warga negaranya ketika melaksanakan hak-haknya. Dalam
hal ini, negara memiliki kewajiban untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang akan
1

KOMNAS HAM. 2014. Kajian MP3EI Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia. Jakarta: KOMNAS HAM.

menghambat pemenuhan dari seluruh hak asasi warganya. Melindungi (obligation to


protect), merupakan kewajiban negara agar bertindak aktif untuk memberi jaminan
perlindungan terhadap hak asasi warganya. Negara berkewajiban untuk mengambil
tindakan-tindakan untuk mencagah pelanggaran semua hak asasi manusia oleh pihak
ketiga. Sedangkan memenuhi (obligation to fulfill), merupakan kewajiban dan tanggung
jawab negara untuk bertindak secara aktif agar semua warga negaranya itu bisa
terpenuhi hak-haknya. Negara memiliki kewajiban untuk mengambil langkah-langkah
legislatif, administratif, hukum dan tindakan-tindakan lain untuk merealisasikan secara
penuh hak asasi manusia.2
Dalam upaya negara untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak asasi
warganya, maka kebijakan-kebijakan yang dibuat negara harus sesuai dengan prinsipprinsip hak asasi manusia. Prinsip-prinsip hak asasi manusia merupakan rumusan dasar
dan acuan standar dalam pelaksanaan hak asasi manusia. Prinsip-prinsip hak asasi
manusia tersebut meliputi:
a. Universal dan tidak dapat dicabut (universality and inalienability)
Prinsip universal HAM berarti bahwa setiap perempuan, laki-laki dan anak-anak
berhak untuk menikmati hak-haknya karena derajat kemanusiaannya. Selain itu,
HAM juga tidak dapat dicabut, hal ini berarti bahwa hak-hak asasi yang melekat
dalam setiap inidividu tidak dapat diambil dari seseorang atau diserahkan secara
sukarela.
b. Tidak bisa dibagi (indivisibility)
Hak asasi manusia, hak sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya semuanya
menyatu sebagai bagian dari harkat dan martabat manusia yang tidak terpisahkan.
Konsekuensinya, semua orang memiliki status hak yang sama dan sederajat, dan
tidak bisa digolong-golongkan berdasarkan tingkatan hirarkis.
c. Saling bergantung dan berkaitan (interdependence and interrelation)
Hak sipil dan politik diperlakukan sama pentingnya dengan hak ekonomi, sosial
dan budaya. Secara keseluruhan maupun sebagian, pemenuhan dari satu hak
seringkali bergantung kepada pemenuhan hak-hak lainnya.
d. Kesetaraan dan non-diskriminasi (equality and non-discrimination)
2

KOMNAS HAM. 2013. Pembangunan Berbasis Hak Asasi Manusia: Sebuah Panduan.
http://www.komnasham.go.id/sites/default /files/dok-publikasi/PEMBANGUNAN%20BERBASIS%20HAM.pdf.
didownload 24 Oktober 2015 pukul 17.35.

Setiap individu sederajat sebagai umat manusia dan berhak sepenuhnya atas hakhaknya tanpa ada pembedaan dengan alas an apaun, seperti yang didasarkan atas
perbedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, etnis, usia, bahasa, agama, pandangan
politik dan pandangan lainnya, kewarganegaraan dan latar belakang sosial, cacat
dan kekurangan, tingkat kesejahteraan, kelahiran atau status lainnya.
e. Partisipasi dan kontribusi (participation and contribution)
Setiap orang dan seluruh masyarakat berhak untuk turut berperan aktif secara
bebas dan berarti dalam partisipasi dan berkontribusi untuk menikmati kehidupan
pembangunan, kehidupan sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Kegiatan
partisipasi meliputi mengarahkan, memiliki, mengelola dan mengendalikan
perencanaan, proses, hasil dan evaluasi atas program pembangunan yang
bertujuan untuk memperkuat klaim masyarakat terhadap HAM beserta
realisasinya (Diokno, 2008; Hamm, 2001).3
f. Tanggung jawab negara dan penegak hukum (state responsibility and rule of law)
Negara bertanggung jawab untuk mentaati hak asasi. Dalam hal ini, negara harus
tunduk pada norma-norma hukum dan standar yang tercantum di dalam
instrumen-instrumen hak asasi manusia. Jika negara gagal dalam melaksanakan
tanggung jawabnya, pihak-pihak yang dirugikan berhak mengajukan tuntutan
secara layak, sesuai dengan aturan dan prosedur hukum yang berlaku.
Pendekatan berbasis hak asasi manusia bukanlah berdasar skema belas kasih
negara ataupun pembangunan ekonomi semata, namun merupakan sebuah proses
menyeluruh yang menguatkan dan memberdayakan siapa pun yang tidak bisa
menikmati hak-haknya untuk menuntut hak-hak mereka. Dengan pendekatan berbasis
hak asasi manusia, proses pembangunan diarahkan untuk bergerak dari skema belas
kasih negara menuju ke arah pemenuhan kewajiban negara. Pendekatan berbasis hak
asasi manusia ini bertujuan untuk memberi pengaruh bagi adanya akuntabilitas dan
keseimbangan dalam proses pembangunan, antara masyarakat sebagai pemangku hak
dengan negara sebagai pemangku tanggung jawab yang berkewajiban untuk memenuhi
hak-hak warga negaranya.4 Selain itu, pendekatan berbasis hak asasi manusia juga
memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada masyarakat, terutama untuk turut
berpartisipasi, berkontribusi dan menikmati hasil pembangunan dalam segala aspek
3

Ibid 1.

Ibid 2.

yang mendukung terhadap pemenuhan nilai-nilai penghormatan dan pemajuan hak asasi
manusia, baik hak sipil dan politik maupun hak ekonomi, sosial dan budaya.5
Menurut Fukuda-Parr (2007) (dalam Komnas HAM, 2014:21), ada 4 elemen kunci
dalam kerangka pembangunan berbasis hak asasi manusia, yaitu (1) perhatian utama
pada kebebasan dan martabat manusia, (2) realisasi HAM termasuk hak-hak sipil dan
politik, dan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya di mana semua individu merupakan
tujuan utama dari proses pembangunan, (3) prinsip-prinsip HAM harus menjadi bagian
dari proses pembangunan, dan (4) norma dan standar HAM harus diterapkan dalam
proses pembangunan dan pemerintah bertanggung jawab atas kewajiban yang timbul
dari komitmen mereka terhadap hukum internasional yang telah ditandatangani.6

Ibid 2.

Ibid 1.

Anda mungkin juga menyukai