Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENGAMBILAN KEPUTUSAN
A. ESENSI PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan ialah proses memilih suatu alternatif, cara bertindak dengan metode
yang efisien sesuai situasi. Proses tersebut digunakan untuk menemukan dan menyelesaikan masalah.
Pernyataan ini menegaskan bahwa mengambil keputusan memerlukan seperangkat tindakan,
membutuhkan beberapa langkah. Hal ini dapat saja ditemukan dalam dunia manajemen dalam
kehidupan organisasi baik swasta maupun pemerintah, dan proses tersebut lebih banyak tampak dalam
berbagai diskusi.
Sehubungan dengan hal tersebut, pengambilan keputusan hendaknya dipahami dalam dua pengertian,
yaitu :
(1) Penetapan tujuan yang merupakan terjemahan dari cita-cita, aspirasi, dan
(2) Pencapaian tujuan melalui implementasinya (Inbar, 1979).
Ringkasnya, keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan dan ini semua
berintikan pada hubungan kemanusiaan. Untuk suksesnya pengambilan keputusan itu maka sepuluh
hukum hubungan kemanusiaan (Siagian, 1988) hendaknya menjadi acuan dari setiap pengambil
keputusan.
Sepuluh hukum hubungan kemanusiaan itu ialah,
(1) Harus ada sinkronisasi antara tujuan organisasi dan tujuan masing-masing anggota organisasi
tersebut;
(2) Harus ada suasana dan iklim kerja yang menggembirakan;
(3) Interaksi antara atasan dan bawahan hendaknya memadu informalitas dengan formalitas;
(4) Manusia tidak boleh diperlakukan seperti mesin;
(5) Kemampuan bawahan harus dikembangkan terus hingga titik yang optimum;
(6) Pekerjaan dalam organisasi hendaknya yang bersifat menantang;
(7) Hendaknya ada pengakuan dan penghargaan terhadap mereka yang berprestasi;
(8) Kemudahan-kemudahan dalam pekerjaan hendaknya diusahakan untuk memungkinkan setiap
orang melaksanakan tugasnya dengan baik;
(9) Sehubungan dengan penempatan, hendaknya digunakan prinsip the right man on the right place
dan
(10) Tingkat kesejahteraan hendaknya juga diperhatikan antara lain dengan pemberian balas jasa
yang setimpal.
Ada beberapa faktor mengapa manusia selalu menghadapi pengambilan keputusan :
1. Secara Psikologis
2. Secara sosiologis
3. Secara Institusional/organisatoris dengan metode yang efisien sesuai dengan situasi.
Adanya pengambilan keputusan disebabkan oleh :
a) Adanya masalah dalam organisasi;
b) Bagaimana langkah penyelesaiannya dalam organisasi;
c) Adanya target dan tujuan yang hendak dicapai secara efektif dan efisien.
Persepsi adalah suatu proses dengan mana individu individu mengorganisasikan dan menafsirkan
kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka.
Adapun faktor faktor persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Faktor pada pemersepsi meliputi : sikap, motif, kepentingan, pengalamanan, dan pengharapan.
b) Faktor dalam situasi meliputi : waktu, keadaan tempat kerja, dan keadaan sosial;
c) Faktor pada target meliputi: hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang, dan kedekatan.

B.

C.

KARAKTERISTIK PENGAMBILAN KEPUTUSAN


1. Daya Nalar Tinggi
2. Frekuensi Keputusan Stratejik
3. Karakteristik Keputusan Stratejik
TAHAPAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Keputusan terdiri atas dua bentuk yang saling bergantung.
1. Keputusan pribadi
2. Keputusan kelompok
Proses pengambilan keputusan terdiri dari 3 fase:
a)
Intelligence
b)
Design
c)
Choice
Langkah-langkah Pengambilan Keputusan :
1. Proses perumusan/identifikasi persoalan keputusan;
2. Penetapan parameter serta variabel yang merupakan bagian dari sebuah persoalan
keputusan;
3. Pembuatan penetapan alternatif-alternatif pemecahan persoalan atau keputusan;
4. Menetapkan kriteria pemilihan alternatif untuk mendapatkan alternatif yang terbaik;
5. Laksanakan keputusan dan evaluasi hasilnya.
Proses pengambilan keputusan meliputi:
1. Identifikasi masalah.
2. Pengumpulan dan penganalisaan data.
3. Pembuatan alternatif-alternatif kebijakan yang nantinya akan dijadikan alternatif-alternatif
keputusan, dengan memperhatikan situasi lingkungan.
4. Memilih suatu alternatif terbaik untuk dijadikan keputusan.
5. Melaksanakan keputusan.
6. Memantau dan mengevaluasi hasil pelaksanaan keputusan.
Lima tahap pengambilan keputusan efektif
1. Menerima tantangan.
2. Mencari alternatif.
3. Penilaian alternatif.
4. Menjadi terikat.
5. Berpegangan pada keputusan.

PENTINGNYA PENGAMBILAN KEPUTUSAN


A. PENGERTIAN KEPUTUSAN

Drucker, 1990, Pilihan antara yang hampir benar dan yang mungkin salah

Mc Kenzie; keputusan adalah pilihan nyata,

McGrew dan Wilson (1985); keadaan akhir dari suatu proses yang lebih dinamis, yang
diberi label pengambilan keputusan.

Morgan dan Cerullo (1984); sebuah kesimpulan yang dicapai sesudah dilakukan
pertimbangan, yang terjadi setelah satu kemungkinan dipilih, sementara yang lain
dikesampingkan.
Menurut para ahli, Pentingnya pengambilan keputusan dapat dilihat dari :

Segi kekuasaan untuk membuat keputusan , yaitu apakah mengikuti pola sentralisasi
atau desentralisasi (mintzberg, 1979).

Tanpa adanya teori pengambilan keputusan administratif, kita tidak dapat mengerti,
apalagi meramalkan tindakan-tindakan manajemen sehingga kita tidak dapat
menyempurnakan efektivitas manajemen (Weber, 1969).

Herbert Simon (1982), kewajiban memutuskan menyusupi keseluruhan organisasi


administratif sama jauhnya seperi yang dilakukan oleh kewajiban bertindak. Kewajiban
memutuskan itu terikat secara integral dengan kewajiban bertindak.
B . UNSUR PROSEDUR
Dibalik suatu keputusan ada unsur prosedur, yaitu pertama-tam pembuat keputusan
mengidentifikasi masalah, mengklarifikasi tujuan-tujuan khusus yang diinginkan, memeriksa
berbagai kemungkinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan mengakhiri proses itu
dengan menetapkan pilihan bertindak. Jadi suatu keputusan sebenarnya didasarkan atas fakta dan
nilai.
C. ALTERNATIF DAN KONSEKUENSI.
Setiap keputusan bertolak dari beberap kemungkinan atau alternatif untuk dipilih. Setiap
alternatif membawa konsekuensi-konsekuensi. Apabila kita perhatikan konsekuensi-konsekuensi
darisuatu keputusan, hampir dapat dikatakan bahwa tidak akan ada satu pun keputusan yang akan
menyenangkan setiap orang.
D. HAKIKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan adalah aspek yang paling penting dari kegiatan manajemen. Ia
merupakan:
Kegiatan sentral dari manajemen (Perrone, 1968)
Kunci kepemimpinan (Gore, 1959),
Inti kepemimpinan (Siagian, 1988)
Suatu karakteristik yang fundamental (Moore, 1966),

Suatu saat kritis bagi tindakan administratif (Robbins, 1978),

Sebagai jantung kegiatan administratif (Mitchell, 1978)

Kegiatan yang paling penting dari semua kegiatan (Higgins, 1979),

Pertanggungjawaban utama dari semua administrator melalui suatu proses tempat


keputusan2 dibuat dan dilaksanakan, (Hoy dan Miskel, 1978),
E. BAGAIMAN TIBA PADA SUATU KEPUTUSAN.
Ada dua pandangan dalam proses mencapai suatu keputusan organisasi (Brinckloe, et al, 1977)
a. Optimal
b. Satisficing

F. TINGKAT-TINGKAT KEPUTUSAN
Ada 4 tingkat keputusan menurut Brinckloe (1977), yaitu :
a)
Keputusan Otomatis (Automatic decisions)
b)
Keputusan berdasar informasi yang diharapkan (Expected informations decisions)
c)
Keputusan Berdasar Berbagai Pertimbangan (weighting decision )
d)
Keputusan Berdasar Ketidakpastian Ganda
KLASIFIKASI KEPUTUSAN
a)
Struktur, ditinjau dari struktur, ruang lingkup dan tingkat pembuat keputusan
diklasifikasi dalam 2 jenis besar yaitu:
1. Keputusan umum (generic decisions)
2. Keputusan unik (unique decisions)
b)
Pembuat keputusan; keputusan terprogram dibuat oleh mereka yg menduduki
manajemen yang lebih rendah, sebaliknya keputusan besar, yaitu yang tak terprogram dan yang
mempunyai implikasi luas umumnya dibuat oleh manajemen tingkat tinggi, (Hitt et al, 1979).
Waktu dan Keterampilan
a)
Keputusan terprogram lebih mudah dan lebih cepat, contoh umum;
standar, prosedur, metode dan berbagai peraturan.
b)
Keputusan tak terprogram memerlukan kecakapan, latihan, pengalaman,
kemampuan untuk membuatnya. Membuat keputusan ini memerlukan kreatifitas serta
pertimbangan yang jauh lebih banyak. Keputusan ini merupakan respons terhadap keadaan yang
tidak pasti, meliputi bidang strategi, program dan anggaran, (Robbins, 1978).
Kategori Keputusan
c)
Keputusan Representasi
d)
Keputusan Empiris
e)
Keputusan Informasi
f)
Keputusan Eksplorasi
Teknik Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan meliputi antara lain hal-hal yang berhubungan dengan pengumpulan fakta.
Dua jenis teknik pengambilan keputusan, yaitu teknik tradisional dan modern.
1. Keputusan terprogram
Tradisional
Kebiasaan,
Pekerjaan rutin sehari-hari; prosedur operasional
yang baku,
Struktur organisasi; ada harapan bersama; melalui
perumusan sub-sub tujuan; dengan menggunakan
saluran informasi yang terumus dengan jelas.

2. Keputusan Tidak terprogram


Tradisional
Heuristic, yaitu mendorong seseorang
untuk mencari dan menemukan sendiri
intuisi, kreatifitas,
Rule of thumbs, yaitu suatu prosedur
praktis yang tidak menjamin penyelesian
optimal,
Dengan seleksi dan latihan bagi para

Modern
Riset operasional, analisis matematik; modelmodel; simulasi komputer;
Proses data elektronik.

Modern
Menyelenggarakan pelatihan
pengambil keputusan,
Dengan
menciptakan
komputer.

bagi

para

program-program

eksekutif,
G. PENDEKATAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Secara umum ada 2 model pengambilan Keputusan :
a)
Model Brinckloe, seorang eksekutif dapat membuat keputusan dengan menggunakan satu atau
beberapa pendekatan sbb:
1) Fakta,
2) Pengalaman,
3) Intuisi,
4) Logika,
5) Analisis Sistem
b)
Model McGrew, mengemukakan tiga pendekatan dalam pengambilan keputusan;
1) Proses pengambilan keputusan rasional
2) Model Proses Organisasional
3) Model tawar menawar politik
H. METODE PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Ada empat metode pengambilan yaitu:
1) Metode rasional
2) Metode tawar menawar inkremental
3) Metode Agregatif
4) Metode Keranjang Sampah
I.

TEORI-TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN


1) Aliran Birokratik (Bureaucratic school)
2) Aliran Manajemen Saintifik (scientific Management School)
3) Aliran Hubungan kemanusiaan (Human Relation School)
4) Aliran Rasionalitas Ekonomi (Economic Rationality School) daripada biayanya.
5) Aliran Satisficing
6) Aliran Analisis Sistem

Analisis sistem adalah suatu siklus dan sederetan aktivitas sebagai berikut :
1) Merumuskan sasaran-sasaran (masalah dan peluang)
2) Merekayasa sistem-sistem alternatif untuk mencapai sasaran tersebut.
3) Mengevaluasi alternatif-alternatif dengan mempertimbangkan efektifitas dan biaya.
4) Mempertanyakan semua sasaran dengan asumsinya.
5) Membuka alternatif-alternatif baru.
6) Menetapkan sasaran-sasaran baru.
7) Mengulangi langkah-langkah diatas sampai penyelesaian yg memuaskan tercapai.
J.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BIROKRATIK


Keputusan rutin ialah keputusan terprogram, keputusan repetitif, keputusan yang berulangulang dibuat
Elemen konseptual yang memegang peranan kunci dalam keputusan birokrasi ialah prosedur
operasional yang baku, apakah itu tertulis, normatif atau berupa kebiasaan

K. PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS


Dalam pengambilan keputusan ini menggunakan prinisp2 etis yaitu :
1. Pada alasan yang digunakan dalam menghasilkan suatu keputusan. Mengapa keputusan harus
demikian?
2. Pada fakta bahwa pengambilan keputusan menerima prinsip yang dipersoalkan itu sebagai
bagian dari pandangan moralnya. Masalah itu berkaitan dengan persoalan baik buruk yang
diketahui umum.

KONSEP STRATEGI
A. DEFENISI STRATEGI
Strategi merupakan suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi
untuk mencapai sasarannya melalui hubungannya yg efektif dengan lingkungan dalam kondisi
yang menguntungkan.
B. AKAR DARI STRATEGI
Sejak kehidupan mulai diciptakan, persaingan antara manusia dan manusia, margasatwa dan
margasatwa, atau manusia dengan margasatwa tidak pernah berhenti.
Kompetisi terjadi untuk memperebutkan daerah subur, daerah pertahanan, daerah perlindungan,
untuk mempertahankan kehidupan agar memperoleh keuntungan, kesenangan dan
kebahagiaan.
Kompetisi ini kadang2 harus berlangsung melalui perkelahian, atau pembunuhan sehingga
hanya yang kuatyang tinggal bertahan.
Manusia khususnya, mampu berkompetisi lebih cepat dibanding dengan makhluk lainnya,
karena manusia pada dasarnya mampu mengkombinasikan berbagai elemen kehidupan seperti
inteligensia, imajinasi, mengakumulasi sumber daya serta mengkoordinasikan perilaku untuk
dapat melaksanakan peperangan (Henderson, 1991).
Naluri kompetitif dari manusia akhirnya dibawa masuk kedalam organisasi tempat mereka
berada. Disinilah akar dari strategi mulai kelihatan.
Istilah strategy berasal dari kata Yunani strategos, atau strategus dengan kata jamak strategi.
Strategos berarti jenderal, dalam yunani kuno sering berarti perwira negara (state officer).
Dalam arti sempit, menurut Matloff (1967), strategy berarti the art of the general (seni
jenderal). Dalam zaman yunani kuno jenderal dianggap bertanggungjawab dalam suatu
peperangan, kalah atau menang.
Istilah strategi ini lebih memperoleh tempat dikalangan militer pada akhir abad ke 18 ketika
peperangan masih relatif sederhana dan terbatas.
C. STRATEGI MODERN
Dalam pertumbuhan negara yang semakin cepat, hubungan antara berbagai faktor tersebut
ditambah faktor2 baru, semakin kompleks sehingga mulai sulit untuk menarik garis demarkasi
antara perang dan damai, akhirnya pengertian strategi perlahan-lahan mulai memudar.
Konsep strategy kemudian dibawa kebidang yang bertalian dengan perilaku ekonomis yang
kompetitif.
D. Elemen-Elemen Strategi
a) Seni situasional
b) Tujuan dan Sasaran
c) Produk, Keunggulan Kompetitif
d) Pola Keputusan
e) Kebijaksanaan dan program
f) Kebijaksanaan dan program
g) Destinasi
h) Sumber daya dan lingkungan
i) Program bertindak
j) Formulasi strategi, Arus Keputusan
k) Dejective Device
l) Pemimpin
E. TINGKAT-TINGKAT STRATEGI
a) Enterprise Strategy
b) Corporate Strategy
c) Business Strategy

d) Functional Strategy, merupakan strategi pendukung dan untuk menunjang suksesnya strategi
lain. Ada 3 jenis strategi fungsional:
a) Strategi fungsional ekonomi
b) Startegi fungsional manajemen
c) Strategi isu stratejik
F.

TIPE-TIPE STRATEGI
a) Corporate strategy
b) Program Strategy
c) Resource Support Strategy
d) Institutional strategy

G. KREDIBILITAS STRATEGI
a) Ciptakan Reputasi,
b) Tulislah Kontrak,
c) Bakarlah Jembatan di belakang anda, dalam dunia militer tidak ada kata mundur walaupun
kesempatan untuk itu ada. Artinya bahwa jalan satu-satunya adalah berperang terus tanpa
mundur.
d) Bergeraklah dalam langkah kecil,
e) Kerjasama Tim,
f) Berikan mandat kepada wakil perunding
H. PRINSIP-PRINSIP MENYUKSESKAN STRATEGI
a) Strategi haruslah konsiten dengan lingkungan,
b) Setiap organisasi tidak hanya membuat satu strategi,
c) Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan menyatukan semua sumber daya dan tidak
menceraiberaikan satu dengan yang lain,
d) Sumber daya adalah sesuatu yang kritis,
e) Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yg tidak terlalu besar,
f) Strategi hendaknya disusun diatas landasan keberhasilan yg telah dicapai,
g) Tanda2 dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya dukungan dari pihak2 yg terkait,
dan terutama dari para eksekutif, dari semua pimpinan unit kerja dalam organisasi.
I.

INFORMASI YANG DIPEROLEH DARI SUATU STRATEGI


a) Apa yg dilakukan,
b) Mengapa demikian,
c) Siapa yg akan bertanggungjawab untuk atau mengoperasionalkan strategi,
d) Berapa banyak biaya yg harus dikeluarkan untuk menyukseskan strategi,
e) Berapa lama waktu diperlukan untuk operasionalisasi strategi tersebut,
f) Hasil apa yg diperoleh dari strategi tersebut.

J.

STRATEGI DAN TANGGUNGJAWAB SOSIAL.


Strategi hendaknya tidak bertentangan dengan nilai2 yg hidup dalam masyarakat,
strategi selayaknya merupakan respons terhadap harapan-harapan masyarakat dan apa yg
menjadi prioritas dalam kelompok masyarakat yg dilayani

KEPEMIMPINAN

A.

DEFENISI KEPEMIMPIAN
Robert Schuller (1988), kepemimpinan adalah suatu kekuatan yg menggerakkan perjuangan
atau kegiatan anda menuju sukses.
Geneen (1984), bahwa kepemimpinan semata-mata murni subjektif dan sulit diukur secara
objektif, tidak ada rumusnya dan tidak dapat diajarkan.
Richard Nixon (1982), kepemimpinan sebagai suatu bentuk seni yg unik, yang membutuhkan
kekuatan dan visi pada tingkat yg luar biasa. Visi itu memberi inspirasi bagi pemimpin agar ia
mampu meneruskan inspirasi itu kepada orang lain.
Bennis dan Nanus (1985), kepmimpinan sering dikatakan sebagai mitos, karena merupakan
keterampilan yang langka. Ia addalah suatu proses insani, penuh dengan uji coba, menang
atau kalah, banyak menyita waktu, sesuatu yg kebetulan, pendeknya kepemimpinan adalah
kharismatik.
Cattell (1974), pemimpin adalah orang yang menciptakan perubahan yang paling efektif dalam
kinerja kelompoknya.

B. PENDEKATAN KEPEMIMPINAN
Umumnya ada empat macam pendekatan:
a) Pendekatan Sifat Kepemimpinan.
b) Pendekatan Gaya Kepemimpinan
Ada 3 kategori gaya kepemimpinan yaitu:
1) Gaya Direktif
2) Gaya Konsultatif
3) Gaya partisipatif
4) Gaya free-rein/gaya delegasi
c) Pendekatan Situasional kepemimpinan.
Teori kontingensi (Fiedler) efektifitas suatu organisasi tergantung pada dua variabel yg saling
berinteraksi yaitu:
(1). Sistem motivasi dari pemimpin,
(2). Tingkat atau keadaan yg menyenangkan dari situasi.
Berdasarkan teori kontingensi, situasi kepemimpinan digolongkan pada tiga dimensi:
1)
Hubungan pemimpin-anggota
2)
Struktur tugas
3)
Posisi kekuasaan
4)
Path-Goal Theory (House&Mitchell, 1979)
d) Pendekatan Fungsional,
Bahwa sesuatu perilaku yg dapat memberi sumbangan pada pencapaian tujuan kelompok
dapat dianggap sebagai kepemimpinan, tidak peduli siapa yg menampilkan perilaku tersebut,
(Raymond Cattel).
C. TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN
a) Teori-Teori Orang Besar (Great-Man Theories)
b) Teori-Teori Sifat (Trait Theories).
c) Teori-Teori Lingkungan
d) Teori-teori Situasional Pribadi
e) Teori2 Psikhoanalitik
f) Teori-teori Antisipasi-Interaksi :
1. Leader Role Theory
2. A Two-Stage Model

g) Teori-teori manusiawi (humanistic Theories)


h) Teori-teori pertukaran (exhange Theories)
D.

NILAI-NILAI KEPEMIMPINAN
Dalam membuat keputusan, seorang pemimpin tidak dapat melepaskan diri dari nilai-nilai yg
dimilikinya yaitu persepsinya tentang apa dan mana diperlukan. Hal ini dipengaruhi oleh
keinginannya, emosinya, etiknya, perasaannya, sikapnya terhadap orang dan kelompok, atau hal
lainnya. Guth dan R. Tagiuri, mengidentifikasi 6 tipe penting dari kecenderungan nilai-nilai
dimaksud :
1. Teoretik
2. Ekonomis
3. Estetik
4. Sosial
5. Politis
6. Religius

E. ELEMEN KEPEMIMPINAN
Jika ada pemimpin harus ada yang dipimpin, ada kelompok, pengikut, yang semuanya
mempunyai kepentingan dan aspirasi yg beraneka ragam. Gibb (1972) menyimpulkan 4 elemen
utama dalam kepemimpinan yang saling berkaitan:
a) Pemimpin yang menampilkan kepribadian pemimpin.
b) Kelompok.
c) Pengikut yang muncul dengan berbagai kebutuhannya, sikap serta masalah2nya.
d) Situasi, yang meliputi keadaan fisik dan tugas kelompok.
Kemudian Blake dan Mouton (1986) menawarkan Enam elemen utama agar suatu kepemimpinan
dapat efektif yaitu :
a) Inisiatif,
b) Inquiry-menyelidiki,
c) Advocacy-dukungan dan dorongan,
d) Conflict Solving-Memecahkan masalah,
e) Decision making-Pengambilan keputusan,
f) Critique kritik, artinya mengevaluasi,menilai kemudian dijalankan.
F. ATRIBUT KEPEMIMPINAN
Dalam hal ini atribut ialah karakteristik umum yg dimiliki oleh pemimpin, yaitu:
1. Vitalitas fisik dan stamina,
2. Inteligensia (Kepandaian),
3. Kemauan menerima tanggungjawab,
4. Kompetensi penugasan (mampu melaksanakan apa yg ditugaskan kepadanya),
5. Memahami kebutuhan orang lain,
6. Terampil berurusan dengan orang,
7. Ingin berhasil,
8. Kemampuan memotivasi,
9. Keberanian, keteguhan dan ketahanan pribadi,
10. Kemampuan memenangkan kepercayaan,
11. Kemampuan untuk memanajemeni, memutuskan, dan menetapkan prioritas.
12. Adaptasi dan Fleksibilitas, jika gagal dalam suatu usaha ia harus beralih ke pendekatan lain.

G. HUKUM KEPEMIMPINAN
Beberapa hukum kepemimpinan (laws of leadership) menurut Gato (1992) yaitu:
1. Berkomunikasi.
2. Mengkoordinasikan.
3. Memotivasi.
4. Mengorganisasikan.
5. Memanfaatkan sumber daya.
6. Mengklarifikasi harapan-harapan dari organisasi dan menjelaskan metode apa yg digunakan
untuk mencapai harapan-harapan itu.
H.

MODEL KEPEMIMPINAN COMBAT


Model kepemimpinan Combat, diangkat dari strategi pertempuran yg sering kali digunakan para
jenderal dalam peperangan. Beberapa karakteristiknya adalah :
1. Seorang pemimpin harus bersedia menanggung resiko seperti halnya seekor kura-kura yang
berani maju dengan memunculkan lehernya keluar.
2. Berusaha menjadi inovator dan untuk itu perlu secara terus menerus belajar.
3. Segera bertindak.
4. Milikilah harapan yang tinggi, karena dengan mengharap organisasi beroleh hasil banyak,
seorang pemimpin akan berhasil, paling tidak setengahnya.
5. Pertahankan sikap positif, selalu berpikir yang baik, angkatlah derajat setiap orang yg bekerja
di sekitar organisasi karena masing-masing mempunyai peranan yg berarti bagi organisasi.
6. Selalu berada di depan dan tidak menyuruh orang lain untuk maju lebih dulu.

I.

KEPEMIMPINAN EFEKTIF DAN ENTREPRENEUR


Kepemimpinan efektif sering disamakan dengan entrepreneur, tetapi kadang2 juga tidak.
Persamaan keduanya adalah mengandung keberanian mengambil resiko. Yang membedakannya
(Kotler, 1988) : seorang entrepreneur yang sukses hampir selalu independen, parokial dan sangat
kompetitif. Kepemimpinan entrepreneur lebih individualis, seringkali melangkahi pejabat2 kunci
& langsung ke manajemen bawah sedang kepemimpinan efektif lebih integratif.

J.

KEPEMIMPINAN, KUASA & WEWENANG


Kekuasaan (power) adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk melaksanakan
keinginan atau kebijaksanaannya dan mengendalikan, memanipulasi atau mempengaruhi
perilaku orang lain, apakah mereka ingin bekerja sama atau tidak.
Wewenang (authority) adalah kuasa yang disahkan atau dilembagakan di dalam suatu
masyarakat atau sistem sosial yang lain. Bentuk kuasa ini dikaitkan dengan status sosial dan
diterima oleh anggota2 dan sistem sosial itu sebagai yg benar dan sah.

K. KARAKTERISTIK PEMIMPIN YANG EFEKTIF


a. Entrepreneur
Karakteristik : sangat kompeten, individualistis, dominan, percaya pada diri sendiri, inovatif,
punya kemauan keras, memiliki dorongan untuk mencapai sesuatu yang luar biasa, Ia juga
seorang yang suka menyendiri.
Perilaku Khas: Kurang mampu bekerja sebagai bawahan untuk jangka waktu lama, lebih
suka sebagai orang pertama,bertindak sebagai penggerak utama, menawarkan berbagai
tantangan, peluang untuk sukses dan sering memperoleh hasil besar dari risiko yg sudah
diperhitungkan.
b. Corporateur
Karakteristik : Tindakannya selalu dianggap sebagai tindakan tim, sangat dominan, tetapi
tidak suka mendominasi. Sangat direktif, namun masih memberikan kebebasan kepada
karyawannya, konsultatif tetapi kurang partisipatif.
Perilaku khas : selalu prihati akan hal2 yang membawa kebaikan bagi organisasi. Ia sungguh
seorang manajer yg profesional dan mampu membuat orang merasa dibutuhkan. Ia banyak

mendelegasikan pengambilan keputusan, ingin berkonsultasi, tetapi tetap melakukan kontrol


yang efektif.
c. Developer
Karakteristik : Seorang pembangun, yg menganggap orang lain sebagai sumber kekuatan
utama. Sangat percaya bawahan. Memiliki ketrampilan dalam membina hubungan
kemanusiaan yang hebat.
Perilaku Khas : Orientasi pada orang dan bawahan sangat tinggi. Bawahan merasa sangat
diperlukan. Suka mendelegasikan pengambilan keputusan serta berkonsultasi, tetapi tetap
melakukan kontrol yang ketat. Selalu membantu bawahan dan biasa terlibat secara emosional.
d. Craftsman.
Karakteristik : seorang tukang yang terampil menginginkan suatu pekerjaan diselesaikan
dengan sempurna. Sangat bersahabat, konservatif dan sangat hati-hati. Ia memegang teguh
prinsip, banyak mengetahui dan memiliki ketrampilan yang prima. Percaya pada diri sendiri,
lebih beorientasi pada penugasan, bijaksana, langsung pada sasaran, perfeksionis, independen,
selalu berpikir dan bertindak analitis.
Perilaku khas : Suka berinovasi dan ingin menghasilkan produk yang berkualitas. Tidak
terlalu peka terhadap status dan politik. Ia selalu didorong oleh keinginan untuk mencapai
keunggulan.
e. Integrator.
Karakteristik : seorang yang selalu ingin membangun konsensus dan komitmen. Memiliki
ketrampilan dalam melakukan hubungan antar pribadi. Lebih menyukai pengambilan
keputusan kelompok.
Perilaku khas : Tidak memonopoli kepemimpinan dan selalu berbagi dengan bawahannya.
Selalu berpikir menganggap orang lain sebagai rekan ketimbang sebagai bawahan. Seorang
pemimpin yang sinergistik.
f. Gamesman
Karakteristik : Seorang pemain yang ulung selalu berprinsip, kita bermain bersama-sama,
tetapi saya harus lebih banyak memenangkan daripada anda. Suka bergerak cepat, luwes,
sangat mobil, terampil dan banyak mengetahui. Dapat bekerja otonom, berani ambil resiko.
Selalu ingin memenangkan sesuatu tetapi tidak mempunyai rasa kebencian.
Perilaku Khas : selalu ingin dihargai sebagai ahli strategi yg mampu membangun tim yang
memenangkan pertandingan. Senang dengan kompetisi dan manuver, penglihatannya tajam,
terampil, tidak bias, dan berusahan mengurangi kelemahan-kelemahan dan kegagalan.

PERAN SERTA DALAM PENGAMBILAN


KEPUTUSAN
A.

KONSEP PERAN SERTA


Peran serta dalam pengambilan keputusan adalah bagian dari kehidupan manusia dan
sesungguhnya lahir dari desakan kebutuhan psikologis yang mendasar pada setiap individu.
Keinginan untuk berperan serta kata Arcbold (1976) didorong oleh kebutuhan akan kekuasaan,
ingin memperoleh pengakuan, dan hasrat untuk bergantung pada orang lain, tetapi juga
sebaliknya sebagai tempat orang bergantung.
Konsep peran serta dalam pengambilan keputusan mula-mula diperkenalkan oleh French et al.
(1960), dengan mengatakan bahwa peran serta menunjukkan suatu proses antara dua atau
lebih pihak yang mempengaruhi satu terhadap yang lainnya dalam membuat rencana ,
kebijaksanaan dan keputusan. Keputusan itu adalah sesuatu yang akan berpengaruh di
kemudian hari bagi pihak pembuat keputusan, pihak2 yang mereka wakili dan sering kali bagi
lingkungannya.
Tuntutan berperan serta tidak hanya timbul dari perorangan, tetapi organisasi pun mensyaratkan
bahwa keputusan-keputusan itu harus memperhitungkan pengetahuan dan pendapat dari
orang-orang yang mengambil bagian di dalamnya.
Peran serta adalah mempertemukan kepentingan yang berbeda dalam suatu proses pengambilan
keputusan tanpa mempertahankan sifat dan pentingnya keputusan itu.
Peran serta tidaklah mutlak menghadirkan seseorang pada proses keputusan, tetapi lebih tertuju
pada proses komunikasi tak terputus antara top eksekutif dan para pelaksana keputusan
melalui arus informasi yang akurat.
Peran serta dalam pengambilan keputusan ada dua jenis yaitu :
(a) Turut serta hadir dalam suatu pertemuan dan
(b) Turut mengambil bagian di luar pertemuan.
Turut serta hadir, melibatkan dua kelompok pemeran serta yaitu kelompok eselon atas,
manajemen eksekutif puncak dan kelompok eselon bawah yang terpilih. Berbagai aktivitas
yang dilakukan; duduk mendengar, mengajukan pertanyaan, menyatakan pendapat, memberi
informasi, memimpin pertemuan, sebagai fasilitator, berdebat atau berargumentasi,
membawakan makalah, editor hasil rapat.
Turut mengambil bagian di luar pertemuan, melibatkan hampir setiap orang, mulai dari awal
proses sampai implementasi. Mis. Mengantar surat undangan, mengumpulkan data, mencari
informasi, membuat laporan. Keperluan rapat, mengetik surat undangan dan laporan-laporan,
mengatur ruang persidangan, mengurus konsumsi, menyiapkan alat tulis, dll.

B.

KEUNTUNGAN PERAN SERTA

Bagi Organisasi itu sendiri; keputusan akan lebih baik, lebih bermutu, lebih kuat
kedudukannya, dan mampu bertahan lama karena mendapat dukungan dari banyak pihak.

Bagi pihak yang berperan serta; semakin banyak peran serta, berarti semakin banyak
informasi yang masuk sehingga kualitas keputusan itu akan lebih baik. Mempercepat
diterimanya suatu keputusan, membangkitkan iklim kerjasama yang baik, meningkatkan
saling pengertian dan toleransi antara para karyawan.
Dampak lain dari peran serta (Abrahamsson, 1977) ialah mengurangi kekuasaan secara relatif
dari pejabat eksekutif dan sekaligus menciptakan suatu jalan ke demokratisasi dalam
organisasi dan dengan sendirinya juga dalam masyarakat.

C. KELEMAHAN PERAN SERTA


Apabila tingkat peran serta bawahan terlalu banyak, dapat menggeser sasaranyg sedang
dipikirkan oleh manajemen puncak, termasuk juga kalau latar belakang pengalaman dan tingkat
pengetahuan dari bawahan tersebut masih kurang, tidak mustahil informasi yang mereka berikan
jauh dari yang diharapkan.

D. TEKNIK PERAN SERTA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN


a. Sumbang saran (Brainstorming)
b. Teknik Kelompok Nominal (TKN)
c. Teknik delphi
d. Kelompok Mutu
E. BENTUK PERAN SERTA, PRODUKTIVITAS DAN KEPUASAN KERJA
(1). Peran serta mengambil keputusan dalam bidang tugas
(2). Peran serta Konsultatif
(3). Peran serta jangka pendek
(4). Peran serta informal
(5). Hak milik karyawan
(6). Peran serta perwakilan

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ADALAH


TANTANGAN
Pengambilan keputusan itu tidak semata didasarkan pada rasional murni, tetapi juga harus
memperhatikan nilai-nilai dan norma-norma, dan si pengambil keputusan dituntut untuk memiliki
keberanian moral (berani mengambil resiko dan bertanggung jawab) serta berjiwa inovatif.
Dalam pengambilan keputusan, tidak dikenal adanya hal yang pasti benar. Karena besar
resiko kemungkinan kesalahan dan juga menyangkut kepentingan banyak orang. Pengambilan
Keputusan (PK) selalu diikuti dengan ketidakpastian. Seorang pengambil keputusan harus melakukan
pemilihan diantara alternatif yang ada dan juga segera memikirkan apa implikasi dan dampaknya jika
terjadi kesalahan dalam mengambil keputusan, termasuk alternatif pemecahannya. Mengambil
keputusan tidak serta merta tanpa ada pertimbangan. Namun didasarkan pada informasi yang
dikumpulkan mengenai permasalahannya, nasihat dari orang yang lebih expert, dan juga sangat
diperlukan analisa dan penilaian subyektif dari pengambil keputusan itu sendiri.
Ada yang menarik disini, bahwa seorang yang memiliki pengetahuan spesialisasi yang tinggi bahkan
seringkali tidak mampu mengambil keputusan. Seperti yang di kemukakan Chester I. Barnard dalam
The Function of Executive. Para intelektuil sangat sulit mengambil keputusan karena melihat begitu
banyak aspek dan begitu banyak konsekwensi dari kegiatan tertentu, kecuali itu mereka tidak
persuasif, karena tidak atau kurang perhatian terhadap orang
Dari paparan Barnard tersebut, memang ada benarnya juga, karena umumnya para intelektual tersebut
dalam mengambil keputusan terlalu banyak pertimbangan, terlalu banyak hal yang dipikirkan,
takut popularitasnya akan menurun bila keputusannya itu nantinya tidak populer dan lain sebagainya,
sehingga terkadang masalah yang dihadapi (suatu negara/perusahaan) berlarut-larut tanpa
penyelesaian.
Oleh karenanya, telah dikembangkan berbagai metode manajemen tertentu yang dapat digunakan
untuk mendukung dalam pengambilan keputusan, operation research, metode matematis, kuantifikasi
dan sebagainya. Tapi itu saja tidak cukup. Pengambilan keputusan sebagai fungsi administrator pada
dasarnya mengandung dua unsur pokok, yaitu ;
1. Mendasarkan diri atas fakta-fakta dan;
2. Atas nilai-nilai yang dianut (value judgement) si pengambil keputusan.
Karena dalam hal ini, ada dua yang dilibatkan; penentu kebijakan dan pelaksana. Pengambilan
keputusan itu tidak akan berarti jika keputusan itu tidak mungkin dilaksanakan atau tidak mendukung
dalam suatu kegiatan yang efektif, artinya keputusan yang dikeluarkan harus dapat dilaksanakan oleh
pelaksana.

Anda mungkin juga menyukai