Anda di halaman 1dari 14

BAB I

I.

HUBUNGAN ANTARA PANCASILA DAN IDEOLOGI

Pengertian Filsafat
Filsafat atau bisa dikatakan Mother Of Science merupakan jenjang keII setelah ilmu pengetahuan untuk menemukan jawaban yang hakiki
(kebenaran yang tidak diragukan). Filsafat didefinisikan sebagai: seni
memikir serba obyek secara menembus (the art of thingking things through)
menurut

(G.T.

White

Patrick,

1925).

dalam

berfilsafat

kita

harus

memperhatikan secara hati-hati mendefinisikan isilah atau konsep yang


telah banyak digunakan, maupun istilah yang kita sendiri sedang ungkapan,
dan member penjelasan apa artinya berserta impilkasinya. Pada dasarnya
teknikalnya filsafat adalah analisis kritikal mengenai konsep dan usaha
menemukan relasi antarkonsep (G.T. White Patrick, 1925:5). Jadi filsafat
berusaha mengintegrasi pengetahuan (knowledge) kita, menyatukan dan
meng-interpretasinya, karena logika adalah bagian yang paling esensial dari
perlengkapan seorang filsuf.
Pengertian Ideology
Definisi pengertian ideology bersifat abstrak yang perlu di konkretkan
didalam konstitusi. Pengertian Ideologi merupakan setiap struktur kejiwaan
yang bersifat hakiki mengenai seperangkat nilai tentang hakikat manusia
alam semesta (tempat tinggal manusia), pola pengorganisasian (untuk

menata diri), serta dambaan yang harus diwujudkan. Menurut (Patrick


Corbett, 1970:14).

Ideology Pancasila
Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai
dasarnegara. Sejak dibentuknya Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang berlangsung pada tanggal 29 Mei s.d
1 Juni 1945 apa yang kita ketahui dengan Pancasila, pada dasarnya
perwujudan dari intense kolektif dari pendiri Negara Republik Indonesia
ekuivalen dengan pengertian ideology dalam rumusan pancasila dimana sila
dari pancasila perlu direfleksikan secara filsafat untuk menemukan konsep
ontologik yang terkandung.
Visi dasar Negara oleh pendiri Negara Republik Indonesia merupakan
seperangkat nilai instrinsik yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat
Indonesia, dijadikan dasar menata pengorganisasian dirinya dalam Negara
Indonesia Merdeka.

Pengertian dasarnegara merupakan seperangkat nilai

interistik yang diyakini kebenarannya oleh suatu masyarakat, dijadikan dasar


menata dirinya dalam bernegara maka dasarnegara itu bersifat universal.
Hubungan Hirarkhi antara Filsafat dan Ideologi
Pada awalnya ketika kita berfilsafat selalu bermuali dengan suatu
pertanyaan yang mendasar, pertanyaan mendasar tersebut pertanyaan yang

menghendaki jawaban yang bersifat hakiki.

Yang dimaksud dengan

Jawaban Hakiki adalah jawaban yang tak dapat dipertanyakan lagi yang
bersifat universal maka pada saat proses mencari kebenarannya dengan
melalui kebenaran yang paling hakiki (kebenaran yang tidak diragukan).
Dengan demikian, bahwa ideology adalah jabaran langsung satu
tingkat lebih konkrit dari filsafat dan inilah hubungan hirarkhi antara filsafat
dan ideology. Ideology Liberalisme bersumber pada filsafat Individualisme,
Ideology Komunisme bersumber pada filsafat Materialisme.
TRANSFORMASI IDEOLOGIK
Para pendiri Negara Republik Indonesia menyatakan didalam UUD
1945 bahwa pembukaan UUD 1945 mengandung 4 (empat) Pokok Pikiran
atau 4PP. Kita ketahui bahwa 4PP tak lain adalah Pancasila. 4PP adalah
Pancasila yang didirikan oleh pendiri Negara ditransformasi menjadi 4 buah
asas

yang

khusus

diproyeksikan

pada

penyelenggaraan

kehidupan

bernegara.
Nilai Intrinstik yang terkandung didalam Ideology Pancasila
Pancasila digali dari bumi budaya Indonesia oleh Ir. Soekarno sampai
saf dalamnya, yaitu satu paham yang ia ungkapkan dengan bahasa
susastera BHINEKA TUNGGAL IKA yang dijadikan sasanti resmi Negara
Indonesia.
Bhineka Tunggal Ika

Bhineka Tunggal Ika

adalah moto atau semboyan Indonesia. Frasa

ini bersal berasal dari bahasa jawa kuna dan seringkali diterjemahkan
dengan kalimat Berbeda-beda tetapi tetap bersatu. Suatu ungkapan yang
sangat terpelajar dari Empu Tantular lima abad yang lalu. Bahwa Tantular
bahwa telah menempuh proses bernalar yang dalam di dunia modern
dikategorikan matematika modern, dalam menemukan faham bhineka
tunggal ika adalah fungsi yang dari padanya fungsii lain tertentu adalah
derivate atau differensialnya. Fungsi differensial adalah fungsi tiap bhin
particular yang didalamnya bhinneka.
BAB II
Makna yang Terkandung Dalam Pembukaan UUD 1945
Pengertian Konstitusi
1. Pengertian Sempit
Setiap bangsa memiliki perbedaan di dalam konstitusi nya masingmasing. Perbedaan itu berdasarkan apa yang selayaknya dimuat
dalam konstitusi berbeda di setiap negara.
Faham Mengenai konstitusi:
a. K.C Wheare
Konstitusi adalah semata-mata merupakan dokumen hukum.
Konstitusi dimaksudkan untuk menyatakan ketentuan-ketentuan
hukum tertinggi. Ia pertegas ajarannya dengan menyatakan,
konstitusi itu tidak hanya menanamkan penghormatan
warganegara kepada hukum , melainkan juga penghormatan
kepada hukum tertitnggi dalam negara, karena nya pasti
bijaksana tidak memuatinya dengan serba hal yang tidak
dimaksudkan sebagai ketentuan.
b. Edward S Corwin
Preambul konstitusi tidak merupakan bagian dari konstitusi ia
sekedar berjalan mendahului konstitusi. Preambul tidak dapat
dijadikan dasar negara, tetapi preambul mempunyai dua fungsi

penting. Satu, menunjukan sumber dari mana konstitusi itu


menjadi ada dan sumber tersebut merupakan sumber wewenang
dari konstitusi untuk menuntut ketaatan segenap subyek
kehidupan bernegara yang bersumber dari rakyat. Dua,
mengumumkan tujuan besar yang diterapkan oleh konstitusi
pemerintah dan negara yang diharapkan.
Aliran yang memahamkan konstitusi sebagai dokumen hukum melahirkan
definisi konstitusi dalam arti sempit. himpunan aturan-aturan terpilih yang
mengatur kehidupan pemerintahan suatu negara berdasarkan suatu
dokumen.
2. Pengertian Luas
Berbagai bangsa berpendapat bahwa konstitusi merupakan manifesto
atau piagam pernyataan suatu bangsa yang membuat berbagai
pengakuan kekayaan dan cita-cita. Dalam arti luas rumusan menurut
Bolingbroke, keseluruhan hukum, institusi, dan kebiasaan yang
dialirkan dan prinsip-prinsip alasan yang pasti dan tertentu, yang
seluruh sistim yang disepakati masyarakat untuk mengatur dirinya.
Prinsip-prinsip alasan yang pasti dan tertentu itu dapat berwujud:
pandangan hidup, cita-cita, moralitas, keyakinan, filsafati, keyakinaan
religius maupun keyakinan politik suatau bangsa. Berbaga bangsa di
dunia dalam menyusun konstitusi nya menempatkan pada preambul
konstitusi.
Prinsip-prinsip nonhukum yang dituangkan dalam preambul ini,
dinamai sebagai apriori hukum yang mendahului dan sekaligus
menjadi hukum positif.
Yang dimaksud dengan apriori hukum adalah, padatan makna yang
bersifat umum, mendahului semua hukum dalam arti apa yang tidk
dapat dipersatukan dengan dirinya
Adalah bukan hukum. Prinsip-prinsip
termaksud ditransformasi
menjadi ketentuan hukum.
Kedudukan dan Fungsi Preambul
1. Kedudukan Preambul
Preambul konstitusi bukan merupakan bagian dari konstitusi, dan
dengan demikian juga bukan bagian dari hukum. Hanya merupakan
tepat semata-mata untuk menuliskan proses faktual mengenai
terjadinya konstitusi dan untuk menyatakan mengenai siapa

pembuat konstitusi agar konstitusi itu memiliki wibawa hukum


tertinggi.
Baik Whear dan Corwin adalah penganut konstitusi dalam arti
sempit. Mereka berfaham fungsi prembul berada diluar konstitusi
sebaliknya, yang berpendapat konstitusi dalam arti luas
berpendapat preambul adalah merupakan bagian dari isi konstitusi.
2. Fungsi Preambul
Dalam faham yang memahami konstitusi dalam arti sempit fungsi
preambul adalah hanya tempat yang menyatakan siapa pembuat
konstitusi dan ada kalanya menyatakan tujuan besar yang hendak
diwujudkan. Sedangkan yang memahami kinstitusi dalam arti luas
berpendapat bahwa fungsi preambul adalah sebagai apriori ukum
pemberi makna hukum yang sekaligus dengan watak normatif pada
ketentuan hukum yang dituangkan dalam batang tubuh konstitusi
dalam bentuk sebagai pasal.
Pembukaan UUD 1945
Para pendiri republik Indonesia memahami konstitusi dalam arti
luas, Konstitusi sebagai piagam pernyataan bangsa. Pembukaan
UUD 1945 Mengandung:
a. Keyakinan
Filsafati
beserta
konsekuensi-konsekuensi
politiknya seperti yang tercantum dalam aliniea pertama
b. Pernyataan Historik mengenai perjuangan panjang merebut
kemerdekaan dari tangan penjajah sekaligus pernyataan
teleologik mengenai tujuan yang hendak diwujudkan oleh
negara seperti yang tercantum dalam alinea kedua.
c. Keyakinan
religius
bahwa
tercapainya
kemerdekaan
Indonesia adalah berkat dilimpahkanNya rahmat Allah kepada
rakyat Indonesia seperti yang ada dalam alinea ketiga.
d. Embanan yang dilimpahkan oleh rakyat kepda negara yang
tercantum dalam alinea keempat
e. Keyakinan filsafati yang tercantum dalam keempat tersusun
oleh 5 nilai interistik yang merupakan seluruh itegral yaitu
Pancasila.
Makna Yang Terkandung
1. Alinea Pertama Pembukaan UUD 1945
Makna filsafati nya adalah bangsa Indonesia berkeyakinan semua
bangsa di dunia sederajat dengan konsekwensi politik tiap bangsa

berhak berpemerintahan sendiri. Makna Politik lain nya bahwa


indonesia menyelenggaraakan politik luar negeri mengemban
kewajiban moral dan kewajiban politik.
2. Alinea Kedua Pembukaan UUD 1945
Menyatakan sebelum kemerdekaan Bangsa Indonesia sangat
sengsara dengan adanya penjajahan.
Selain itu juga
mengungkapkan makna sesaat ada waktu setelah merdeka bangsa
Indonesia bersyukur akan hal itu. Makna historik nya adalah bahwa
emabanan dari perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia
telah mengantarkan Indonesia pada pintu kemerdekaan. Adapun
dengan itu terkandung juga makna teologik, yaitu bahwa
perwujudan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat
yang adil dan makmur adalah tugas rakyat seterusnya dibawah
bimbingan Pancasila dan berdarkan UUD 1945
3. Alinea Ketiga Pembukaan UUD 1945
Mengungkapkan makna religius dan makna moral.
Makna Religius yang terungkap adalah pengakuan bangsa Indonesia
mengenai kebenaran dan kemahakuasaan Tuhan sebagai pemberi
kuasa. Yaitu kemerdekaan bangsa Indonesia adalah merupakan
salah satu berkat rahmatnya.
Makna Moral
nya adalah perwujudan negara Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur yang diamanatkan
oleh para pendiri negara.
Dengan ini menegaskan bangsa Indonesia menyatakan bahwa
kemerdekaan bangsa indonesia bukan merupakan hanya berkat
usaha manusia indonesia saja tetapi karena ridho tuhan.

4. Alinea Keempat Pembukaan UUD 1945


Alinea keempat mengandung 3 makna ketatatnegaraan, yaitu:
a.
Tujuan pertama Negara yang tercantumkan dalam alinea ketiga,
yakni terselenggaranya Negara Indonesia yang merdekan, berdaulat,
bersatu, adil dan makmur.
Oleh para pendiri Negara ditetapkan melalui penyelenggaraan 4
macam fungsi Negara yang terdapat pada aline keempat:

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah


Indonesia
memajukan kesejahteraan umum
mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social.
b.
Penyelenggaraan keempat fungsi Negara tersebut harus merujuk
pancasila sebagai dasar nya.
c.
Fungsi yang pertama itu tidak mungkin diselenggarakan oleh
Negara yang menganut citanegara liberal, yang faham dasarnya
adalah kedaulatan individu dan karenanya niscaya berpihak pada
mayoritas rakyat.
Makna historic yang terkandung di dalam rumusan fungsi pertama,
adalah: bahwa selama penjajahan hindia belanda dalam rangka
menjaga kolonialismenya, melakukan politik devide et impera.
Fungsi Negara dengan rumusan melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah itu, selain secara konseptual dimaksudkan oleh
para pendiri Negara untuk mengintegrasi serba majemukan obyektif
yang melekat pada masyarakat Indonesia, secara ad hoc dimaksudkan
untuk menhapus mental perpecahan yang dibangun oleh pemerintah
kolonial belanda.
BAB 4

PENGERTIAN DAN FUNGSI CITANEGARA

1. Pengertian
Berikut ini paparan mengenai teori citanegara yang dikemukakan oleh
Bierens de Haan (Bodlaender, 1947: introduksi)
Tipe Pertama, Penyelenggara negara maupun rakyat beranggapan bahwa
kekuasaanya didasarkan pada dunia transenden. Penyelenggara negara
mewakili Tuhan dan karenanya tujuan dari penggunaan kekuasaan dalam

penyelenggaraan negara dan rakyat merupakan hamba pengabdi kepada


Raja atau Ratu selaku Penyelenggara negara.
Tipe Kedua, yaitu yang didasarkan pada idea empiri, menganggap bahwa
yang menjadi dasar kekuasaan penyelenggaraan negara dan tujuan
penggunaan kekuasaan adalah masyarakat dalam keadaan yang aktual dan
empirik.
Tipe Ketiga, adalah yang didasarkan pada idea immanensi yaitu
bersemayamnya nalaran Tuhan di dalam sejarah, dasar kekuasaan
penyelenggara negara dalam faham ini adalah nalaran tersebut. Dan
bertujuan memberi bentuk (hukum) pada aspirasi masyarakat sebagai
seluruhan (volksgemeenschap)
Khusus mengenai tipe ketiga ini merujuk pada refleksi filsafati pada sila 1
yang dimaksud dengan immanensi adalah berlakunya logika Tuhan (Gods
Logic) dalam MEAS.
Dalam tipe pertama memiliki watak theokratik; Tuhan melimpahkan
kekuasaan kepada penyelenggara negara di dunia.
Oleh citanegara tipe kedua, yang difahamkan sebagai masyarakat adalah
dalam pengertian postivitik dan empirik (yang didasarkan pada jumlah).
Tujuan yang hendak diwujudkan ialah: Kebahagiaan terbesar bagi jumlah
terbanyak (the greatest hapinnes for the greatest number).
Menurut Rousseau, minoritas suara akan menyadari bahwa pendapatnya
atau pendiriannya adalah tersesat; karenanya bersedia menggabungkan diri
pada mayoritas, dan dengan demikian volente de tous menjadi volente
generale.
Menurut Bierens de Haa, volente generale niscaya di artikan sebagai idea
dari masyarakat -sebagai-seluruhan, Sumpah Pemuda, merdeka
sekarang juga! oleh BPUPKI, baru disusul lahhirnya idea kembali ke UUD
1945
Dapat kita simpulkan bahwa:
Citanegara adalah tipe-negara yang tertentukan oleh apa yang
menjadi dasar dari kekuasaan Negara, dan apa yang menjadi tujuan
dari penggunaan kekuasaan.
Tiga tipe citanegara yang dikemukakan oleh Bierens de Haan di muka,
tipe pertama adalah Citanegara Monarkhi, tipe kedua Citanegara Liberal, dan

tipe ketiga Citanegara Integral, yang dalam UUD 1945 diistilahkan dengan
citanegara Negara Persatuan.

2. Konsep Kekuasaan
Kekuasaan Mutlak
Konsep kekuasaan dari Citanegara Monarkhi adalah kekuasaan
mutlak yang tak dapat dibagi, karena kekuasaan itu diasumsikan
sebagai limpahan dari Tuhan.
Kekuasaan Kontraktual-Perdata
Konsep kekuasaan dari Citanegara Liberal adalah kekuasaan yang
lahir dari suatu kontrak-perdata antara para individu pemilik
kedaulatan dan partai politik yang menang dalam pemilihan umum.
Kemudian menempati posisi sebagai yang memerintah (the governor),
dan para individu warga negara dalam keadaannya sebagai jumlahan
(agregasi) menempati posisi selaku yang diperintah (the governed)
Kekuasaan Alami
Konsep kekuasaan dari Citanegara Negara Persatuan adaalah
padanan dari wibawa atau energi yang diungkapkan oleh MEAS, yaitu :
relasi kendali a-simetrik yang secara alami diemban oleh novum
(jenjang-atas) yang ia perlakukan terhadap fenomen yang
melahirkannya dan berada pada jenjang-bawahnya.
Relasi kendali a-simetrik adalah kekuasaan, atau wibawa, atau
energi yang pas presis diperlukan untuk eksistensi dari semua hal yang
ada didunia.
Singkat kata, konsep kekuasaan dari citanegara Negara Persatuan
adalah relasi kendali a-simetrik, suatu enetgi yang pas presis untuk
eksistensi dari semua hal, termasuk eksistensi negara.
3. Konsep Kebebasan Manusia
Kebebasan Bersituasi

Dalam kehidupan sosial, sejumlah hal yang bertautan dengan


manusia sebagai subyek adalah s i t u a s i . Jadi, itu sendiri yang
membuat manusia terbuka terhadap dan sekaligus terkait dengan
situasi. Demikian pula kebebasan manusia dengan sendirinys berwujud
kebebasan yang besituasi, disingkat kebebasan bersituasi.
Artinya, kebebasan manusia itu sebagai sesuatu yang eksis, beada
dalam kondisi saling tergantung dengan situasi.
Kebebasan dan Orang Lain
Kata kebebasan niscaya menunjuk pada adanya orang lain atau hal
lain yang berada di luar orang yang berstatus sebagai subyek.
Dalam budaya kekeluargaan, alam semesta dipandang sebagai
alam semesta bersama. Dalam kerangka pandangan ini, berfikir
bersikap- dan bertingkahlakunya orang lain, secara tak terelakkan
berpengaruh pada individu manusia yang bertautan. Realitas
kehidupan konkrit ini menunjukkan bahwa hakekat dari kebebasan
adalah relasi, bukan hal yang secara apriori ada sebelum adanya orang
lain.
Orang Lain dalam Budaya Kekeluargaan
Dalam budaya kekeluargaan, sosok orang lain itu mempunyai
peranan penting bagi kehidupan individu orang. Beberapa wujudnya
adalah: institusi-sosial gotong-royong, tolong-menolong, gugur-gunung,
arisan, yang telh mengakar dalam kehidupan masyarakat indonesia.
Pewujudan Kebebasan
Terbawa oleh hakekat dari kebebasan itu sendiri yaitu relasimaka hanya terdapat satu cara untuk mewujudkan kebebasan, yaitu
melalui interaksi saling-memberi antarmanusia yang saling bertautan.

4. Fungsi
Fungsi citanegara adalah sebagai dasar konstitutif pembentukan suatu
negera.
Subfungsi
Fungsi konstitutif termaksud mengandung dua subfungsi sebagai
komponennya, yaitu:

a. Dari sudut pandang apa yang menjadi dasar dari kekuasaan


negara, cita negara menentukan bentuk-pemerintahan dari
negara yaitu: monarkhi, aristokrasi, demokrasi dan
menentukan relasi antara negara dan warganegara, yaitu:
relasi hirarkhik, atau relasi kontraktual-perdata, atau relasi
integratif.
Perlu diperhatikan bahwa citanegara tidak bersifat imperatif
dalam hubungannya dengan bentuk-negara.
b. Dari sudut pandang apa yang menjadi tujuan dari
penggunaan kekuasaan negara, citanegara menentukan
struktur dari negara beserta hubungan kekuasaan
antarstruktur, dan menentukan proses yang niscaya
diberlakukan dalam mengartikulasikan aspirasi rakyat sampai
menjadi kebijaksanaan negara.
Sifat Negara
Sifat-sifat negara sebagai totalitas makna dari fungsi konstitutif
citanegara, merupakan denominator dari aktualisasi citanegara dalam
kehidupan negara.
Sifat-sifat dari Negara Republik Indonesia sebagai Negara
Persatuan;
1. Struktur negara
2. Hubungan kekuasaan antar struktur
3. Proses yang diberlakukan dalam mentransformasi aspirasi
rakyat menjadi kebijaksanaan negara
4. Berbagai faham mengenai kehidupan bernegara.

BAB 5
Relasi antara Hukum dan kekuasaan
Terdapa relasi genetik simetrik diantara keduanya. Sesuatu yang menjadi
hukum mendapatkan wibawa dari kekuasaan nya dan sebaliknya. Norma
hukum berusaha kearah realitas kekuasan sedang kekuasaan berarh ke arah
idealisme hukum.
Pengertian dan Fungsi Citahukum

1.Pengertian
Citahukum adalah suatu apriori yang bersifat normatif sekaligus konstitutif,
yang merupakan syarat transdental yang mendasari tiap hukum positif yang
bermatabat.
2. Fungsi
Fungsi Konstitutif; memberi makna pada hukum, dalam arti ia adalah
padatan makna yang bersifat umum membatasi dalam arti apa yang tidak
bisa dipersatukan dengan dirinya adalah bukan hukum. 4 rumusan dalam
Pembukaan UUD 1945 merupakan citahukum.
Cita Hukum dan Relasi nya dengan Cita Negara
Penjelasan UUD 1945 ANGKA II adalah merupakan suatu dasar negara yang
tidak boleh dilupakan sedangkan dalam angka III menyatakan cita-cita
hukum nya.
Apabila penjelasan tersebut kita eksplisitkan relasinya kita dapat mengetahui
bahwa pokok pikiran 1 merupakan Citanegara sedangkan keempat pokok
pikiran sebagai suatu keseluruhan merupakan Citahukum.
Saat kita mempelajari bab III KITA kita dapat mengetahui bahwa cita negara
beresensi adanya kekuasaan . Sedangkan hukum adalah seluruh aaturan ti
gkah laku sosial yang secara formal dituangkan dalam bentuk tertulis
maupun yang tidak tertulis yang memiliki sanksi.
Pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 maka kualitasnya
merupakan padatan makna yang bersifat umum dan mendahului semua
hukum. Khusus mengenai padatan kedua telah diidentifikasi makna ontologik
nya yang rumusan nya kosnep keadilan dai masyarakat Indonesia adalah
keadilan integral. Denga adanya nada yang sama namun lebih rinci
Radburch mendefinisikan fungsi citahukum yaiut, sebagai dasar konstitutif
pembentukan hukum dalam arti tanpa citahukum, segenap kedah hukum
kehilangan makna nya sebagai hukum dan sekaligus tolak ukur regulatif
untuk menilai adil atau tidak suatu hukum positif.
3. Relasi cita hukum indonesia dan citranegara Negara Persatuan
a. Relasi struktural

adalah struktural dalam arti internal 4 PP, yaitu: keempat butir PP


berkualifikasi sebagai Citahukum Indonesia, sedangkan salah satu darinya,
yaitu PP ke-1 berkualifikasi sebagai citra negara Negara Persatuan.
Citra Negara Persatuan mempengaruhi Citahukum Indonesia; bukan
sebaliknya seperti yang tampak segera dari beradanya citranegara di dalam
citahukum. Relasi struktural ini akan diperjelas oleh relasi fungsional.

b. Relasi Fungsional
adalah relasi antara fungsi citra negara dan funsi cita hukum. Fungsi
dari citra negara adalah menentukan: bentuk pemerintahan, struktur negara,
hubungan kekuasaan antar struktur, proses pembuatan kebijaksanaan
negara: yang secara integratif berarti menentukan sifat dari negara.
Secara pokok, fungsi dari citahukum Indonesia adalah, membimbing secara
idiil namun normatif pada proses pembuatan hukum positif agar segenap
produk nya benar-benar berpanggahan denga citahukum indonesia. Hukum
positif itu terdiri dari dua kategori: 1. Yang bersifat mengatur, yang bila perlu
disertai sanksinya, dan 2. Yangbersifat pemberian kekuatan hukum atau
legitimasi hukum pada kebijaksanaan kenegaraan.
Relasi fungsional antara citanegara Negara Persatuan dan Citahukum
Indonesia tersebut, mengungkapkan penegetahuan pada kita: betapa
mendasarnya fungsi citranegara pada umumnya dan citanegara Negara
Persatuan khususunya pada pembentukan negara Indonesia, dan berkanjut
pada kehidupan kenegaraan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai