1.1
Pengajar
Semester
: III ( Tiga )
SKS
:3
Hari Pertemuan
: Rabu
Tempat Pertemuan
: Ruang N I.1
Pertemuan Ke
Deskripsi Singkat
Mata kuliah ini membahas Pengertian, sejarah dan
mengikuti
mata
kuliah
ini,
diharapkan
2.
Mendeskripsikan
Bab I
akhir
perkuliahan
mahasiswa
diharapkan
tahun
1838
ketika
Schwann
dan
Schleiden
mengemukakan teori totipotensi yang menyatakan bahwa selsel bersifat otonom, dan pada prinsipnya mampu beregenerasi
menjadi tanaman lengkap. Teori yang dikemukakan ini
merupakan dasar dari spekulasi Haberlandt pada awal abad ke20 yang menyatakan bahwa jaringan tanaman dapat diisolasi
dan dikultur dan berkembang menjadi tanaman normal dengan
melakukan manipulasi terhadap kondisi lingkungan dan
nutrisinya. Walaupun usaha Haberlandt menerapakan teknik
kultur jaringan tanaman pada tahun 1902 mengalami
kegagalan, namun antara tahun 1907-1909 Harrison, Burrows,
dan Carrel berhasil mengkulturkan jaringan hewan dan
manusia secara in vitro.
Keberhasilan aplikasi teknik kultur jaringan sebagai
sarana perbanyakan tanaman secara vegetatif pertama kali
dilaporkan oleh White pada tahun 1934, yakni melalui kultur
Bahan Ajar Kultur Jaringan
akar tomat.
Selanjutnya
dan
sitokinin
berpengaruh
menentukan
tipe
Ditemukan
fenomena
sintesis
senyawa-senyawa
tanaman Cruciferae
1909
1922
1922
1925
1929
Kultur
embrio
Linum
untuk
menghindari
inkompatibilitas persilangan
1934
1934
1936
1939
Keberhasilan
menumbuhkan
kultur
kalus
secara
kontinu
1940
1941
1941
1944
1945
10
1946
1948
Pembentukan
akar
dan
tunas
adventif
tanaman
1952
Aplikasi
sambung
mikro
(micrografiting)
untuk
pertama kalinya
1953
1954
1955
1956
11
1957
1958
1958
1959
1960
1960
Degradasi
dinding
sel
secara
enzimatik
untuk
1960
1962
12
1964
1964
1965
1965
1967
1967
1969
1969
1970
13
1970
1970
Keberhasilan
peleburan protoplas
untuk pertama
kalinya
1971
1972
1973
1974
1974
1974
1974
14
1974
1975
1976
dari
penyimpanan
pada
suhu
rendah
(kreopreservasi).
1976
1976
1977
Keberhasilan
integrasi
DNA
Ti-plasmid
dari
1979
Pengembangan
prosedur
co-cultivation
untuk
teransformasi
protoplas
tanaman
dengan
Agrobacterium
15
1980
1981
1981
1982
memungkinkan
untuk
dilakukannya
1984
1985
16
oleh
institusi-institusi
riset
pada
berbagai
juga
engineering)
di
untuk
bidang
rekayasa
perbaikan
mutu
genetika
(genetic
genetika
tanaman
panjang
untuk
sampai
pada
sasaran
yang
diharapkan.
B. Terminologi
Kultur jaringan (tissue culture) sampai saat ini
digunakan
sebagai
suatu
istilah
umum
yang
meliputi
17
terhadap
istilah-istilah
yang
sering
18
beregenerasi
melalui
proses
yang
disebut
19
20
16. Sel-sel dalam kalus atau sel-sel dari jaringan daun siisolasi
dengan
perlakukan
memperoleh
enzim
protoplasma.
meupakan
bahan
untuk
Protoplasma-protoplasma
enzim-enzim
cellulase,
hemicellulase
dan
dengan
inti-intinya
dikenal
dengan
istilah
heterokarion.
18. Bila hanya sitoplasma yang bergabung maka disebut
cybrid.
C. Prinsip Dasar
Kultur jaringan sesuai dengan definisinya sebagai
teknik budidaya sel, jaringan, dan organ tanaman dalam suatu
lingkungan yang terkendali dan dalam keadaan aseptik atau
bebas mikroorganisme, mengandung dua prinsip dasar yang
Bahan Ajar Kultur Jaringan
21
22
dalam
media
cair
kemudian
23
ii)
medium),
proses
pencucian
dengan
Jaringan
tanaman
meristem,
yang
pertumbuhan.
Ciri
adalah
terdapat
jaringan
merupakan
pada
ini
jaringan
daerah-daerah
tersusun
oleh
24
iv)
tidak
terkendali
dan
belum
25
yang
maju
pengadaan
generator
untuk
26
bahan
sterilan,
konsentrasi
dan
lamanya
27
28
ii)
iii)
berupa
jaringan
parenkim
sebagai
eksplannya.
iv)
v)
yang
telah
dilepas
bagian
dindingnya
dinding
selnya
kembali.
Kultur
29
reproduktif
sari/anther
(kultur
tanaman
yakni:
anther/kultur
kepala
mikrospora),
Tujuan
-
Mengatasi inkompatibilitas
30
Kultur meristem
simbiosis
Eliminasi patogen
cendawan, dan bakteri)
Pengangkutan fotosintat
Menggantikan
(mikoriza)
(virus,
Perbanyakan anggrek
Percabangan aksilar sebagai
sarana perbanyakan klon tanaman
Kreopreservasi untuk membuat bank gen
31
Kultur
eksplan -
tanpa buku
Isolasi mutan
Mendapatkan poliploidi
Regenerasi
varian-varian
genetika
-
Sebagai
untukkreopreservasi
bahan
Biotransformasi
awal
dan
32
pada
tingkat
Mengatasi inkompatibilitas
Kultur protoplas
Regenerasi
varian-varian
genetika
Kultur sel, jaringan Sebagai sarana pada penelitian penyakit
tanaman:
dan organ
-
33
Interaksi inang-parasit
Kultur
potongan akar)
nematoda
(kultur
Pengujian fitotoksin
Metabolisme tanaman
Penelitian nutrisi
Penelitian
perkembangan
morfogenetik
dan
2.2 Tugas
Setiap mahasiswa diberi tugas melacak pada berbagai sumber
mangenai
sejarah
dan
prospek
kultur
jaringan.
34
2.
3. Penutup
3.1 Rangkuman
Ruang lingkup kajian kultur jaringan dapat dibagi menjadi dua
yaitu; yang pertama dasar-dasar kultur jaringan yang
mempelajari aspek dasar kultur jaringan meliputi pengertian,
sejarah, perkembangan, konsep dasar, laboratorium, media,
nutrisi, karakterisasi bahan tanam, prosedur umum, problem
umum,
respon
fisiologi
seperti
organogenesis
dan
35
36
37
38
39
40
BAB II
LABORATORIUM DAN ALAT TEKNIK KULTUR
JARINGAN
2.1 Pendahuluan
A. Deskripsi Singkat
Bab ini membahas tata ruang laboratorium kultur
jaringan serta penjelasan mengenai peruntukan masing-masing
ruangan, pengenalan alat-alat yang umum digunakan dalam
pekerjaan kultur jaringan.
41
B. Relevansi
Pengetahuan dan pemahaman tentang laboratorium dan
alat yang lazim digunakan dala bab ini akan menunjang
pelaksanaan
seluruh
kegiatan
dalam
laboratoriumkultur
harus
dilakukan
dalam
laboratorium.
42
ruangan
dalam
laboratorium,
dikaitkan
2.
3.
Ruang Kultur
4.
Ruang Kantor
5.
43
yang
dikerjakan
disini
antara
lain
44
media
meliputi
penimbangan
bahan,
dengan
ruang
tamu,
karena
biasanya
45
46
* Ruang Preparasi.
47
medium
tanam
yang
dibutuhkannya.dengan
48
yang
dasarnya
berlobang-lobang
untuk
suatu
eksplan
atau
kalus
dengan
49
diperbolehkan
memasuki
ruangan
tersebut.
50
dapat dijamin.
Kelengkapan Laboratorium Kultur Jaringan
A. Laminar Air Flow Cabinet (LAFC)
Alat ini letaknya diruang penabur, yaitu ruang
yang selalu harus dalam keadaan steril. alat ini
digunakan sebagai tahap perlakuan penanaman.
B. Entkas
Merupakan bentuk lama dari alat penabur
(LAFC), maka fungsinya pun sama seperti (LAFC)
C. Shaker (penggojok)
Merupakan alat penggojok yang putarannya dapat
diatur menurut kemauan kita. Penggojok ini dapat
digunakan untuk keperluan menumbuhkan kalus pada
eksplan
anggrek
atau
untuk
membentuk
51
sebagai
kompor
disamping
sebagai
penggojok.
G. Erlenmeyer
Alat ini digunakan dalama kultur jaringan
tanaman sebagai sarana mmenuangkan air suling
maupun untuk tempat media dan penanaman eeksplan.
H. Gelas Ukur
Gelas ukur digunakan untuk menakar air suling
dan bahan kimia yang akan digunakan.
I. Gelas Piala
Alat ini digunakan untuk menuangkan atau
mempersiapkan bahan kimia dan air suling dalam
pembuatan medium.
J. Petridish
Alat ini merupakan semacam jenis gelas piala
yang mutlak dibutuhkan dalam kultur jaringan.
K. Pinset dan Scalpel
Pinset digunakan untuk memegang
atau
52
M. Tabung Reaksi
Alat ini digunakan pada saat mengerjakan isolasi
protoplas dan isiolasi khloroplas.
Peralatan lain yang juga diletakkan dalam ruangan ini
terdiri dari :
1. Timbangan analitik timbangan makro.
2. Refrigerator , Freezer dan desikator.
3. Hot plate yang dilengkapi stirrer atau kompor gas
4. Stirrer dengan magnetic stirrer.
5. Autoklaf vertical atau horizontal.
6. Microwave oven.
7. pH meter.
8. agar dispenser.
9. Oven.
10. Destiltor
11. Water bath yang dilengkapi pengatur temperatur
12. Centrifuge dan Vortex
13. Alat-alat gelas standard, antara lain: labu takar
berbagai ukuran, pipet biasa dan mikro pipet,
erlenmeyer berbagai ukuran (100 ml, 250 ml, 500
ml, 1000 ml), gelas piala berukuran (100 ml, 250
ml, 500 ml, 1000 ml), pengaduk gelas, wadah
kultur : botol, tabung reaksi, cawan petri, gelas
ukur dalam berbagai ukuran.
14. Alat untuk mencuci.
15. Rak-rak pengering.
53
(cart)
untuk
memudahkan
54
55
Tugas
Latihan
Penutup
3.1 Rangkuman
Bahan Ajar Kultur Jaringan
56
Ruang Kultur
Ruang Kantor
Ruang
mikroskop
atau
ruang
analisa.
Ukuran tiap ruangan sangat tergantung dari: a) alat-alat
yang dipergunakan, (b) jumlah personalia yang terlibat, (c)
tujuan pekerjaan, (d) kapasitas produksi, (e) biaya yang
tersedia.
3.2 Tes Formatif
1. Untuk suatu lab kultur jaringan sederhana, menurut anda
berapa ruang minimal yang
57
Kunci jawaban
Untuk menjawab test formatif di atas, gunakan petunjuk
berikut
1. Baca kembali uraian tentang kebutuhan ruang minimal
dari suatu laboratorium kultur jaringan
2. Jawaban pertanyaan ini anda dapat membaca kembali
uraian
tentang
penggabungan
dan
alasan
penggabungannya
3. Lihat uraian tentang persyaratan laboratorium kultur
jaringan
Tindak Lanjut
58
2.
3.
Suryowinoto, 1993,
BAB III
Media Kultur Jaringan
Bahan Ajar Kultur Jaringan
59
3.1 Pendahuluan
A. Deskripsi Singkat
Bab ini berisi uraian tentang media dan komposisi
media kultur jaringan. Beberapa hal penting yang berkaitan
dengan penyiapan media juga diuraikan disini misalnya
pesyaratan pH, Zat pengatur tumbuh dan aspek lainnya.
B Relevansi
Pengetahuan
dan
pemahaman
tentang
media,
60
61
dapat
merangsang,
menghambat,
atau
mengubah
pola
kultur
tanaman.
Zat
ini
mempengaruhi
62
pada
pendekatan
masing-masing
peneliti
(Gunawan, 1992).
Unsur hara makro adalah hara yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah yang banyak. Hara makro tersebut
meliputi, Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca),
Sulfur (S), Magnesium (Mg), dan Besi (Fe). Kegunaan unsur
hara makro tersebut dalam kultur jaringan adalah sebagai
berikut:
63
senyawa
(pertumbuhan
organik
lain,
morfogenesis
dan
pengaturan
metabolisme
tanaman,
pengaturan
tanaman,
memperlancar
metabolisme
dan
untuk
penggandaan
atau
merangsang
perbanyakan
bulu-bulu
akar,
sel
akar,
dan
64
lebih
kuat,
tahan
terhadap
serangan
patogen,
(Mg),
MgSO4.7H2O.
diberikan
Berfungsi
dalam
untuk
bentuk
meningkatkan
(Fe),
diberikan
dalam
bentuk
pH
media
selama
digunakan
untuk
sel
tanaman
yang
penting
dalam
proses
65
(Mo),
diberikan
dalam
bentuk
NaMoO4.2H2O.
6. Seng (Zn), diberikan dalam bentuk ZnSO4.4H2O.
7. Boron (B), diberikan dalam bentuk H3BO3.
Vitamin yang paling sering digunakan dalam media
kultur jaringan tanaman adalah thiamine (vitamin B1),
nicotinic acid (niacin), pyridoxine (vitamin B6). Thiamine
merupakan vitamin yang esensial dalam kultur jaringan
tanaman karena thiamine mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan sel. Vitamin C, seperti asam sitrat dan asam
askorbat, kadang-kadang digunakan sebagai antioksidan untuk
mencegah atau mengurangi pencoklatan atau penghitaman
eksplan.
Mio-Inositol
atau
meso-insitol
sering
digunakan
66
67
68
69
sitoplasma.
kepentingan
Pengaturan
beberapa
pH
selain
fisiologi
sel,
memperhatikan
juga
harus
mempertimbangkan faktor-faktor:
1. Kelarutan dari garam-garam penyusun media.
2. Pengambilan (uptake) dari zat pengatur tumbuh dan garam
garam lain.
3. Efisiensi pembekuan agar-agar.
Sel-sel tanaman membutuhkan pH yang sedikit asam
berkisar antara 5,55,8. Pengaturan pH, biasa dilakukan dengan
dengan menggunakan NaOH (atau kadang-kadang KOH) bila
pH media terlalu asam atau HCL bila pH media terlalu basa
pada waktu semua komponen sudah dicampurkan
Bahan Ajar Kultur Jaringan
70
Hara anorganik
Ada 12 hara mineral yang penting untuk pertumbuhan
ditambahkan,
termasuk
ekstrak
ragi,
casein
71
dalam
kultur
jaringan
tumbuh
secara
72
tidak
mengandung
bahan
lain
yang
mungkin
sintetis
diketahui
dapat
menyebabkan
Produk
ini
dapat
dibuat
di
lab
dengan
73
a. Pemilihan Media
Jika tidak ada informasi awal, biasanya mulai dengan
media MS (Murashige dan Skoog 1962). Media ini
mengandung konsentrasi garam dan nitrat yang lebih tinggi
dibandingkan media lain, dan telah sukses digunakan pada
berbagai tanaman dikotil. Untuk inisiasi kalus, 2.4-D
ditambahkan ke media dengan konsentrasi 1 5 mgL-1. Untuk
multiplikasi tunas, sitokinin seperti BAP ditambahkan dan juga
diberi auksin, seperti NAA pada konsentrasi yang rendah.
Untuk inisiasi akar, IBA pada konsentrasi 1 2 mgL-1
ditambahkan. Faktor yang paling sulit ditentukan dalam kultur
Bahan Ajar Kultur Jaringan
74
12.1
Pendekatan
eksperimental
untuk
memilih
0.5
2.5
5.0
0.5
2.5
10
11
12
(mg/L)
5.0
13
14
15
16
Pendekatan kedua adalah dengan menggunakan metode yang
lebih luas menurut deFossard (1976) diaman 4 kategori,
mineral, auksin, organik dan sitokinin diuji masing masing
pada 3 konsentrasi. Percobaan yang besar ini memerlukan 81
perlakuan yang berbeda dan sangat menghabiskan waktu tapi
mungkin diperlukan untuk beberapa tanaman yang sangat sulit
Bahan Ajar Kultur Jaringan
75
dikulturkan.
b. Persiapan Media
Media yang paling banyak digunakan adalah Murashige
dan Skoog (1962). Cara yang paling mudah untuk menyiapkan
media MS adalah dengan membeli prepacked media yang
banyak dijual secara komersial.
Berikut adalah hal hal penting yang mendasar dalam
pembuatan media :
1. Sebelum memulai, siapkan lembar media dan tentukan
media apa dan berapa banyak yang akan anda buat.
Tulis informasi ini pada lembar kerja dan periksa setiap
langkah sambil anda bekerja. Tanda tangani dan tulis
tanggal pada lembar kerja dan letakkan pada notebook.
Anda dapat menuliskan komentar tentang apa saja yang
tidak biasa atau penting yang terjadi pada saat anda
membuat media.
2. Cuci alat gelas dengan air destilata sebelum mulai
menyiapkan media.
3. Ukur kira kira 90% dari volume akhir air destilata,
misalnya 900 ml untuk volume akhir 1 liter, lalu
masukkan ke dalam beaker.
4. Jika anda akan memanaskan larutan, pastikan anda
Bahan Ajar Kultur Jaringan
76
77
yang lambat.
14. Biarkan media mendingin hingga 55 C sebelum
menambahkan bahan bahan yang tidak tahan panas
(acetosyringone, claforan, kanamycin).
15. Media dituangkan ke petri dish biasanya dengan
volume 25 ml per petri. Ini akan menghasilkan sekitar
40 petri per liter media.
16. Dinginkan media di dalam laminar. Jangan pindahkan
petri yang telah diisi media sampai petri tersebut
dingin.
17. Simpan media yang sudah dingin di refrigerator.
B. Formulasi Media Kultur Jaringan
Formulasi media kultur jaringan pertama kali dibuat
berdasarkan
komposisi
larutan
yang
digunakan
untuk
78
tinggi
dibandingkan
pada
media White,
namun
79
pada
umumnya
seperti
pada
media
yang
Media knop
Dapat juga digunakan untuk menumbuhkan kalus
Media white
Media ini dikembangkan oleh Hildebrant untuk
80
Hildebrant ini lebih tinggi dari media white, tetapi masih lebih
rendah dari pada media-media lain yang umum digunakan
sekarang.
3.
perbaikan
komposisi
media
Skoog,
81
b.
c.
82
belum
diketahui.
Untuk
mengatasi
dengan
konsentrasi
nitrat
dan
amonium
lebih
rendah
83
Media
diperuntukkan
khusus
tanaman
berkayu,
dan
84
85
2.
3. Penutup
3.1. Rangkuman
Pada umumnya komposisi utama media tanam kultur
jaringan, terdiri dari hormon (zat pengatur tumbuh) dan
sejumlah unsur yang biasanya terdapat di dalam tanah yang
dikelompokkan ke dalam unsur makro, unsur mikro. Hasil
yang lebih baik akan dapat kita peroleh bila, kedalam media
tersebut, ditambahkan vitamin, asam amino, dan hormon,
bahan pemadat media (agar), glukosa dalam bentuk gula
Bahan Ajar Kultur Jaringan
86
komposisi
larutan
yang
digunakan
untuk
digunakan
adalah
agar-agar.
Agar-agar
adalah
87
bereaksi
dengan
persenyawaan-
88
2.
3.
Tindak lanjut.
1. Apabila mahasiswa dapat menyelesaikan 80 % dari test
formatif di atas, ia dapat melanjutkan mempelajari lanjutan
perkuliahan ini karena pengetahuan tentang bab ini
merupakan dasar untuk memahami uraian pada bab-bab
selanjutnya.
2. Apabila mereka belum mencapai penguasaan 80 % mereka
danjurkan:
a. Mempelajari kembali dari awal bahasan di
atas;
b. Konsultasi dengan asisten dan dosen.
Bahan Ajar Kultur Jaringan
89
Kepustakaan
1.
2.
3.
Suryowinoto, 1993,
Senarai
-
menghambat,
atau
mengubah
pola
merangsang pertumbuhan
kalus, akar, suspensi sel dan organ
90
Gelrite adalah
yang dihasilkan
hetero-polisakarida
bakteri
91
BAB IV
TIPE-TIPE DASAR MIKRO PROPAGASI
2.1 Pendahuluan
A. Deskripsi Singkat
Bab ini menguraikan sub-sub topik mulai dari kultur
meristem, proliferasi tunas aksilar, induksi pucuk adventif,
organogenesis dan embriogenesis somatik Masing-masing subsub topik dari tipe-tipe dasar mikropropagasi tersebut akan
diuraikan karakteristiknya
B. Relevansi
Memahami tipe-tipe dasar mikro propagsi akan
memudahkan dalam aplikasi serta penyesuaian dengan
ketersediaan bahan tanam. Masing-masing tipe tersebut tentu
saja menghendaki prosedur penanganan yang berbeda,
karenanya penting untuk mempelajarinya secara mendetail agar
pelaksanaannya akan mencapai tujuan yang diinginkan..
C. Tujuan Khusus
Pada akhir perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan tipe-tipe dasar mikro propagasi
2.2 Penyajian Materi
92
A. KULTUR MERISTEM
Istilah
meristem
seringkali
digunakan
untuk
93
meristematik.
Jaringan
meristem
yang
perbanyakan
tanaman,
terutama
pada
tanaman
94
95
massa
protocorm
tersebut
dipisah-pisahkan
dan
dalam
bidang
peng-anggrekan,
tetapi
juga
96
97
98
99
memotong-motong
buku/
eksplan,
100
101
102
sistem tajuk.
Tajuk terdiri
dari
103
berkembang
menjadi
cabang-cabang
yang
104
juga
kemampuannya
untuk
beregenerasi
dan
105
dihasilkan
umumnya
dirangsang
dengan
cara
posisi
horisontal.
Tunas-tunas
aksilar
yang
106
107
Seperti halnya teknik kultur pucuk, pertumbuhan tunastunas aksilar juga berdasarkan pada prinsip pematahan
dominasi apikal. Oleh karena itu, pertumbuhan tunas-tunas
aksilar ini terjadi jika eksplan (mata tunas) ditanam pada
media yang mengandung sitokinin dalam konsentrasi cukup
tinggi sehingga sitokinin ini dapat menghentikan dominasi
pucuk apikal dan menyebabkan berkembangnya tunastunas aksilar. Tunas aksilar yang terbentuk selanjutnya
dipisah-pisahkan dan dapat langsung ditanam pada media
pengakaran sehingga diperoleh tanaman baru yang
sempurna atau digunakan kembali sebagai bahan tanam
untuk perbanyakan selanjutnya. Tunas-tunas tersebut
selanjutnya diakarkan, diaklimatisasi dan selanjutnya
ditanam di lapangan. Teknik ini telah lama dan banyak
dipergunakan untuk perbanyakan tanaman hortikultura
seperti kentang, asparagus, melon, semangka, anggrek, dan
banyak lagi lainnya.
Kedua teknik kultur ini berdasarkan pada prinsip
perangsangan
terbentuknya
atau
munculnya
tunas-tunas
108
bagian
yang
bukan
merupakan
tempat
asal
terbentuknya (bukan dari mata tunas atau buku). Tunastunas adventif ini dapat terbentuk langsung dari eksplan
tanpa melalui proses terbentuknya kalus terlebih dahulu.
Teknik ini merupakan salah satu teknik mikropropagasi
yang juga banyak dilakukan dan dapat menghasilkan
plantlet dalam jumlah jauh lebih banyak dari teknik
terdahulu
(pembentukan
tunas
aksilar).
Proses
109
Terjadinya organogenesis dipacu oleh adanya komponenkomponen seperti medium, komponen endogen selama
eksplan mulai dikulturkan, dan senyawa-senyawa yang
terbawa selama inisiasi eskplan. Selain itu organogenesis
dipacu juga oleh keberadaan zat pengatur tumbuh eksogen
di dalam medium. Tunas dan akar terbentuk pada beberapa
lapis sel tipis pada eksplan beberapa spesies oleh adanya
perbedaan konsentrasi antara auksin dan sitokinin. Inisiasi
akar dapat dipacu dengan penambahan NAA dan zeatin dan
pembentukan tunas dipacu dengan penambahan sitokinin
seperti zeatin atau benzylaminopurine tanpa penambahan
auksin. Pada beberapa spesies organogenesis terbentuk
pada lapisan epidermal selama kultur invitro, misalnya
pada tanaman Begonia rex (Dodds dan Robert, 1983).
Menurut Torrey (1966 dalam Dodds dan Roberts, 1983)
membuat hipotesis bahwa organogenesis dari kalus
diinisiasi dengan pembentukan kluster sel-sel meristem
(meristemoid) mampu merespon pada faktor-faktor dalam
jaringan
untuk
memproduksi
primordium.
Inisiasi
auksin,
karbohidrat,
pencahayaan,
dan
110
111
hias.
Contoh
tanaman
hias
yang
112
yang
seperti
ovule,
jaringan
nukleus
(nucellar
selanjutnya
melalui
beberapa
proses
113
Pembentukan
organ
penyimpan
cadangan
makanan mikro
Beberapa jenis tanaman dapat dikembangbiakan secara
vegetatif dengan menggunakan organ penyimpanan seperti
tuber, rhizome, bulbus, dll. Organ-organ penyimpanan ini
juga bisa dihasilkan pada tanaman-tanaman yang memang
secara alamiah memproduksi organ penyimpanan tersebut.
Teknik untuk mendapatkan organ penyimpanan ini sangat
bervariasi tergantung pada jenis jaringan yang dikulturkan.
Organ penyimpanan mikro ini dapat digunakan sebagai
bibit untuk penanaman langsung di lapangan atau ditanam
untuk produksi umbi-umbi bibit. Beberapa jenis organ
penyimpanan mikro yang telah dikembangkan adalah
pembentukan umbi lapis mikro (bulbil) pada amarylis dan
lili paris, pembentukan corm mikro (cormlet) pada gladiol,
pembentukan protocorm pada anggrek dan pembentukan
tuber mikro (tuberlet) pada kentang.
1. Umbi lapis mikro (bulbil) dan corm mikro (cormlet)
Umbi lapis mikro (bulbil/bulblet) dan kormus mikro
(cormlet) dapat dirangsang untuk terbentuk secara invitro pada
Bahan Ajar Kultur Jaringan
114
yang
terbentuk
dari
eksplan
daun,
ovary,
tunas-tunas
apikal
seringkali
menghambat
115
116
Kemungkinan
lain
adalah
terjadi
gangguan
117
keseragaman,
bebas
penyakit,
dan
biaya
maupun
embriogenesis
somatik
sangat
umumnya,
proliferasi
tanaman
tunas
dan
berkayu
sangat
regenerasi,
sulit
sehingga
118
ini
adalah
untuk
mendapatkan
metode
diri
secara
mitosis,
memperlihatkan
laju
Amin
dan
Razzaque
1993
119
umbi
Spinaceae
oleraceae,
tanaman
yang
yang
yang
umum
(1983).
diperbanyak
Contoh,
melalui
Asparagus
kultur
kalus
(normal).
Sementara
Mohamed
et
al.
(1993)
vulgaris
terkadang
disertai
oleh
timbulnya
120
dkk
(1992),
dalam
Zulkarnain
(2009),
121
122
2.2 Tugas
Agar penguasaan anda tentang tipe-tipe dasar mikropropagasi
lebih baik, maka kerjakanlah tugas berikut ;
1. Buatlah garis besar masing-masing sub topik tipetipe dasar mikropropagasi mulai dari kultur
meristem sampai dengan embriogenesis somatik,
dengan cara yang menurut anda paling mudah
dipahami misalnya dalam bentuk peta konsep, atau
bentuk lainnya
2. Komunikasikan hasil tersebut dengan teman anda
yang juga membuat hal yang sama tetapi dengan
cara yang berbeda
3. Simpulan diskusi beri tanda khusus misalnya
dengan menggaris bawahi atau membuat catatan
pelengkap pada lembaran berikutnya
2.3 Latihan
123
Sebutkan
dan
jelaskan
lime
tipe
dasar
mikropropagasi
2. Produksi tanaman dengan merangsang terbentuknya
tunas-tunas aksilar
merupakan teknik mikropropagasi yang paling
umum dilakukan. Ada 2 (dua)
metode produksi
meristematik.
Jaringan
meristem
yang
124
125
digunakan
untuk
perbanyakan
tanaman
dengan
melanjutkan mempelajari
126
Kepustakaan
1. Santoso U dan Fatimah Nursandi, 2004. Kultur
Jaringan Tanaman, UMM Press. Malang
2.
3. Suryowinoto, 1993,
Senarai
-
127
Embriogenesis Somatik;
128
BAB V
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBERHASILAN
TEKNIK KULTUR JARINGAN
5.1 Pendahuluan
A. Deskripsi Singkat
Bab ini berisi uraian tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan teknik kultur jaringan yang
mencakup; seleksi bahan tanam, pengaruh bahan tanam
terhadap pertumbuhan, sterilisasi bahan tanam dan zat pengatur
tumbuh. Dalam bab ini mahasiswa akan beroleh pengetahuan
tentang berbagai faktor yang harus diperhatikan agar kegiatan
kultur akan menghasilkan sesuatu sesuai dengan apa yang
menjadi tujuan
B. Relevansi
Pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan kutur jaringan, akan menjadi panduan mulai dari
bagaimana menyeleksi bahan tanam, bahan tanam mana yang
punya potensi tumbuh, bagaimana mensterilisasi dan jenis serta
zat pengatur tumbuh apa yang dibutuhkan, seberapa besar yang
Bahan Ajar Kultur Jaringan
129
kultur
130
melalui
tekhnik
perbanyakan
vegetatif
in
vitro
menggunakan
eksplan
potongan
dan
131
132
kemungkinan
untuk
terjadinya
kontaminasi
133
134
tanaman
normal
memiliki
set
jumlah
(poliploidi)
atau
dewasa
dihasilkan
setelah
beberapa
siklus
135
dibandingkan
dengan
monokotiledon.
Sedangkan
selonaceae,
Begineaceae,
dan
Crasiferae
136
embrionik
pada
umumnya
mempunyai
pada
tanaman
Lunaria
annua,
Anthurium
andreanum.
Bila mengisolasi meristem dan tunas pucuk (inisial
pucuk) perlu diingat bahwa dalam kondisi in vitro tunas pucuk
yang juvenil, sedangkan tunas pucuk dewasa akan tetap
Bahan Ajar Kultur Jaringan
137
138
139
140
berpengaruh
terhadap
pembelahan
sel-sel
secara
artifisial,
kondisi
sumber
bahan
tanam
dapat
tanaman
induk
dengan
regulator
(misalnya sitokinin)
2. Menyuntik bahan awal dengan regulator
3. Meletakkan sumber eksplan dalam penunjang yang
berisi gula, BA,GA, dll
141
C.
berbagai
kontaminan
hidup
pada
permukaannya.
beberapa
jenis
tanaman,
ditemukan
juga
142
bahan
tanaman
mempunyai
tingkat
kontaminan
143
144
peneliti
dan
laboratorium
dapat
145
gejala
kontaminasi
yang
berlebih-lebihan,
Media
di
autoklaf
tersendisi
dan
antibiotic
146
kontaminasi kultur.
1 Metode fisik
Metode fisik untuk ditujukan untuk mengatasi kontaminasi
mikroba dimaksudkan untuk mengurangi ukuran populasi
mikroba. Cara ini meliputi:
1. Mengekspos tanaman induk dengan kondisi kekeringan
selama 3 4 minggu sebelum mulai kultur jaringan.
Tanaman diberi air yang cukup, dipupuk, dan diberi
pestisida atau fungisida jika perlu. Kelebihan pengairan
mesti dihindari. .
2. Pada saat memulai kultur jaringan, tanaman dicuci
bersih, dan bagian yang tidak akan dikulturkan segera
dibuang.
Pembersihan
meliputi
pencucian,
tanah
Termasuk
juga
147
Untuk
meningkatkan
kesuksesan
menggunakan
148
antibiotik
untuk
membunuh
kontaminan
149
150
151
tanaman
menggunakan
ditanam
dalam
alat-alat
media
yang
dengan
sudah
disterilkan.
Contoh Sterilisasi Eksplan
Disini dicontohkan sterilisasi beberapa jenis tanaman sebagai
berikut:
Sterilisasi eksplan untuk Sanseviera :
1.
152
2.
3.
4.
5.
6.
7.
153
2.
3.
4.
5.
6.
2.
154
4.
5.
Rendam
ekpslan
alokasia
155
Auksin
Auksin adalah sekelompok senyawa yang fungsinya
menyerupai
meningkatkan
IAA.
pemanjangan
Pada
sel,
umumnya
pembelahan
auksin
sel
dan
dalam
medium
kultur
dibutuhkan
untuk
auksin
yang
rendah
akan
meningkatkan
indole-3-butyric
acid
(IBA),
dan
p156
yang
disebut
terlebih
dahulu.
2,4,5-T
dapat
157
2.
Sitokinin
Sitokinin adalah senyawa yang dapat meningkatkan
158
karena
aktivitasnya
dapat
menghambat
159
160
Phytolacca
dodecandra
kultur
biji
tanaman
embrioid
dari
kalus.
Pertanan
ABA
161
kisaran
konsentrasi
rendah,
senyawa
ini
dapat
162
hari
pertama
inisiasi
kultur
dapat
meningkatkan
163
2.
2.3 Latihan.
Untuk memantapkan pemahaman anda tentang faktorfaktor yang mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan,
kerjakanlah soal-soal latihan berikut
1.
Jelaskan
penting
dengan
yang
singkat
mempengaruhi
faktor-faktor
keberhasilan
Faktor-faktor
apa
saja
yang
perlu
164
menularkan
penyakit
endogenus
atau
tanaman
yang
mudah
diperbanyak
secara
menggunakan
bahan
yang kontak
165
(misalnya sitokinin)
2. Menyuntik bahan awal dengan regulator
3.
166
4.
beberapa
sumber
kontaminasi
yang
167
Tindak Lanjut
1. Apabila mahasiswa dapat menyelesaikan 80 % dari test
formatif di atas, ia dapat
melanjutkan mempelajari
168
BAB VI
169
1. Pendahuluan
1.1. Deskripsi Singkat
Bab ini berisi uraian tentang faktor-faktor lingkungan
yang berpengaruh terhadap perkembangan kultur jaringan yang
mencakup; suhu ruangan kultur, cahaya, karbon dioksida dan
oksigen, kelembaban dan etilen.
1.2. Relevansi
Pemahaman tentang faktor-faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap perkembangan kutur, akan menentukan
tingkat keberhasilannya terutama kesiapan faktor lingkungan.
Meskipun faktor dari dalam misalnya kondisi eksplan,
penyiapan media sudah dikondisikan sedemikian rupa dan
faktor lingkungan terabaikan, maka hal ini akan menentukan
tingkat perkembangan kultur jaringan.
1.3. Tujuan Khusus
170
berpengaruh
lingkungan
yang
berpengaruh
terhadap
perkembanagan kultur.
1. Cahaya
Seperti halnya pertumbuhan tanaman dalam kondisi
invivo, kuantitas dan kualitas cahaya, yaitu intensitas, lama
penyinaran dan panjang gelombang cahaya mempengaruhi
pertumbuhan eksplan dalam kultur invitro. Pertumbuhan organ
atau jaringan tanaman dalam kultur invitro umumnya tidak
dihambat oleh cahaya, namun pertumbuhan kalus umumnya
dihambat oleh cahaya.
Pada perbanyakan tanaman secara invitro, kultur
umumnya diinkubasikan pada ruang penyimpanan dengan
penyinaran.
Tunas-tunas
umumnya
dirangsang
171
intensitas
cahaya,
lama
penyinaran
atau
diatur
secara
otomatis
menggunakan
timer
yang
cahaya
terhadap
pertumbuhan
eksplan
172
bagaimana
cahaya
mempengaruhi
173
174
3. pH Media
Pada umumnya digunakan pH sekitar 4.8-5.2 untuk
media cair. Kecepatan putar alat pengocok (shaker) bervariasi
yaitu 90-100 rpm.
Keasaman pH adalah nilai derazat keasaman atau
kebasaan dari larutan dalam air. Keasaman (pH) suatu larutan
menyatakan kadar dari ion H dalam larutan. Nilai di dalam pH
berkisar antara 0 (sangat asam) sampai 14 (sangat basa),
sedangkan titik netral adalah pH pada 7.
Sel-sel tanaman yang dikembangkan dengan teknik
kultur jaringan mempunyai toleransi pH yang relatif sempit
dengan titik optimal antara pH 5,0-6,0. Bila eksplan mulai
tumbuh, pH dalam lingkungan kultur jaringan tanaman
umumnya akan naik apabila nutrein habis terpakai.
Pengukuran pH dapat dilakukan dengan menggunakan
pH meter, atau bila menginginkan yang lebih praktis dan murah
dapat digunakan kertas pH. Bila ternyata pH medium masih
kurang normal, maka dapat ditambah KOH 1-2 tetes.
Sedangkan apabila pH melampaui batas normal dinetralkan
dengan penambahan HCL.
4. Oksigen
175
enzim-enzim
peroksidase
dan
oksidase
dapat
176
177
selama
3-5
hari
pertama
pengkulturan
dapat
dengan
menggunakan
penutup
wadah
yang
KmnO4
untuk
mengikat
etilen,
atau
Pemanfaatan
penghambat
biosintesis
etilen,
178
sejumlah
peneliti
sebagai
suatu
tindakan
yang
179
penguapan
air
pun
juga
tinggi.
Cadangan
air
180
181
1.
2.
Diskusikan
dengan
teman-teman
hasil
mengapa
cahaya
harus
diperhatikan
dalam
182
cahaya
terhadap
pertumbuhan
eksplan
enzim-enzim
peroksidase
dan
oksidase
dapat
183
2.
3.
Tindak Lanjut
Bahan Ajar Kultur Jaringan
184
melanjutkan mempelajari
185
BAB VII
ISOLASI, INOKULASI DAN SUB KULTUR
1 Pendahuluan
A. Deskripsi Singkat
Dalam Bab ini akan disajikan uraian tentang teknik
isolasi, inokulasi dan sub kultur. Isolasi dimaksudkan untuk
mendapatkan bahan tanam sesuai tujuan pengkulturan.
Sedangkan inokulasi menyajikan bagimana eksplan diletakkan
Bahan Ajar Kultur Jaringan
186
B. Relevansi
Penguasaan tentang teknik isolasi, inokulasi dan sub
kultur, akan berkontribusi pada pelaksanaan kultur yang
berkesinambungan. Mulai dari pemilihan eksplan yang sampai
bagaimana hasil kultur sampai pada fase sub kultur perlu
dikuasai secara komprehensif.
C. Tujuan Khusus
Pada akhir perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan isolasi, inokulasi dan sub kultur.
7.2 Penyajian Materi
A. Isolasi
Setelah sterilisasi dan pencucian, eksplan diletakkan
pada kertas saring atau papan kaca steril menggunakan penjepit
steril. Jika bidang pemotongan kontak dengan pemutih, bagian
itu harus dihilangkan dulu menggunakan skalpel steril. Biji
steril jika tidak diperlukan isolasi embrio dapat ditanam
langsung tanpa perlakuan lebih lanjut.
187
188
189
190
pertumbuhannya
berbeda
dan
pola
191
2.
3.
192
2.
3.
193
memutar
yang
disebut
tadi
biasanya
yang
dipakai,
pemutaran
yang
terlalu
cepat
194
Kultur berkesinambungan
Sel yang tumbuh dalam suatu sistem tumbuhan dalam
sejumlah nutrien dalam medium yang dipasok secara
konstan, jumlah medium yang baru masuk menjadi benarbenar sama dengan jumlah yang keluar.
195
Dalam
kultur
berkesinambungan
pasokan
medium
Kemostat
Alat
yang
digunakan
dalam
melaksanakan
kultur
Tunbidostat
Alat
yang
digunakan
untuk
melaksanakan
kultur
196
dengan
teman-teman
hasil
rangkuman
tentang masukan temanteman yang belum atau tidak tercantum dalam rangkuman
anda
2.3 Latihan
Untuk mantapnya penguasaan anda tentang materi ini, maka
kerjakanlah latihan berikut;
1. Jelaskan bagaimana isolasi dapat dilakukan
2. Uraikan apa yang dimaksud dengan inokulasi, dan jelaskan
pula bagaimana inokulasi dapat dilakukan
3. Penutup
3.1 Rangkuman
Isolasi, inokulasi dan sub kultur harus dilaksanakan
dalam kondisi steril. Di dalam laboratorium yang sudah
197
yang
ditaruh
di
atas
piring
petri.
Keuntungan
pertumbuhannya
berbeda
dan
pola
198
melanjutkan mempelajari
199
bahan
eksplan
ke dalam
media,
dilakukan dengan
200
BAB VIII
ASPEK-ASPEK KULTUR JARINGAN
1 Pendahuluan
A. Deskripsi Singkat
Bab ini membahas tentang aspek-aspek kultur jaringan
yang terdiri atas sub-sub topik; perbanyakan tanaman,
pemuliaan tanaman, proteksi tanaman, produksi metabolit
sekunder, dan pelestarian plasma nutfah
B. Relevansi
Bahan Ajar Kultur Jaringan
201
tanaman berdasarkan
202
Berbeda
sekali
dengan
perbanyakan
seksual,
dibandingkan
dengan
perbanyakan
secara
Budidayanya
dimulai dengan sedikit bahan tanaman (eksplant) dan
kemudian dimultiplikasi menjadi sejumlah tunas. Ini
203
Karena
perbanyakan ini menggunakan pendekatan lingkungan
yang aseptik, bebas dari patogen. Hal tersebut merupakan
awal seleksi bahan tanam yang bebas juga dari penyakit
dan pada akhirnya planlet hasil perbanyakan inipun akan
bebas dari penyakit (bakteri atau jamur).
iii.
Teknik
perbanyakan ini juga dapat digunakan untuk mendapatkan
tanaman yang bebas dari virus. Caranya yaitu dengan
menggunakan bagian tanaman yang terbebas dari virus
(meristem dome) sebagai bahan awal yang diinisiasikan.
Dari sini dapat dijamin dihasilkannya tanaman-tanaman
bebas virus dalam jumlah banyak.
iv.
204
v.
memungkinkan
meningkatkan
efektifitas
Produktifitas
perbanyakan
klonal
dengan
kultur
jaringan
dapat
Materi
yang
Hanya
memerlukan areal yang tidak begitu luas (hanya green
house) untuk keperluan propagasi dan pengelolaan stok
tanaman.
ix.
Sedikit diperlukan
pengelolaan, terutama hanya pada saat sub kultur dan pada
tahapan ini tidak banyak diperlukan tenaga dan sarana
untuk penyiraman, pengendalian gulma,penyemprotan dan
lain-lain.
B. Pemuliaan tanaman
Pemuliaan
tanaman
merupakan
kegiatan
untuk
205
penangkaran,
pengetahuan
mengenai
persilangan,
perilaku
dan
biologi
seleksi.
tanaman
Dasar
dan
206
perbaikan
ukuran,
warna,
kandungan
bahan
tertentu,
207
Introduksi
Persilangan
Manipulasi genom
Transfer gen.
Tiga cara yang pertama dikenal sebagai "pemuliaan
Introduksi
Mendatangkan
(introduksi)
meningkatkan
bahan
merupakan
keragaman
cara
tanam
dari
paling
genetik.
tempat
sederhana
Seleksi
lain
untuk
penyaringan
berbeda-beda.
Pengetahuan
tentang
pusat
208
Penyaringan
gandum
untuk
ketahanan
terhadap
dasarnya,
persilangan
adalah
manipulasi
209
yang
bersangkutan.
Berbagai
macam
skema
Manipulasi genom
Yang termasuk dalam cara ini adalah semua manipulasi
ploidi, baik penggandaan genom (set kromosom) maupun
perubahan jumlah kromosom. Gandum roti dikembangkan dari
penggabungan
tiga
genom
spesies
yang
berbeda-beda.
210
Transfer gen
Cara ini dikenal pula sebagai transformasi DNA. Gen
dari organisme lain disisipkan ke dalam DNA tanaman untuk
tujuan tertentu. Strategi pemuliaan ini banyak mendapat
penentangan dari kelompok-kelompok lingkungan karena
kultivar yang dihasilkan dianggap membahayakan lingkungan
jika dibudidayakan.
Transformasi
tanaman
yang
dimediasi
dengan
211
212
213
keragaman
genetik
tanaman
sehingga
214
215
216
217
duplikasi
(duplications),
dan
defisiensi
( deficiencies ).
Translokasi terjadi apabila dua benang kromosom patah
setelah terkena energi radiasi, kemudian patahan benang
kromosom bergabung kembali dengan cara baru. Patahan
kromosom yang satu berpindah atau bertukar pada kromosom
yang lain sehingga terbentuk kromosom baru yang berbeda
dengan kromosom aslinya. Translokasi dapat terjadi baik di
dalam satu kromosom (intrachromosome) maupun antar
kromosom (interchromosome). Translokasi sering mengarah
pada ketidakseimbangan gamet sehingga dapat menyebabkan
kemandulan (sterility) karena terbentuknya chromatids dengan
duplikasi
dan
penghapusan.
Alhasil,
pemasangan
dan
218
translokasi.
219
220
221
Alhasil,
dampak
mutasi
gen
kloroplas
sering
222
223
sebesar
75.000
Curie.
224
molekuler
seperti
dengan
teknik
RAPD
atau
225
tanaman.
Ada
penelitian
yang
mencoba
selanjutnya
media
tersebut
digunakan
untuk
226
sebelumnya.
menyangkut
tujuan
Namun
proteksi
demikian
tanaman
kajian-kajian
masih
perlu
sekunder
merupakan
salah
satu
cara
227
secara
spesifik
dan
mikotoksin
yang
228
229
bersifat
esensial
untuk
pertumbuhan
atau
metabolisme normal.
o Spesifik untuk genus, spesies bahkan strain tertentu.
Beberapa kemungkinan peran metabolit sekunder:
o Dibutuhkan pada konsentrasi rendah selama pertumbuhan.
Bahan Ajar Kultur Jaringan
230
231
dengan
mengganti
dengan
232
dengan
induksi
Agrobacterium
rhizogenes.
233
234
235
pemikiran
kearah
tanaman
transgenik
yang
mampu
dari
kegiatan
elusidasi
kimia
236
teknologi
berkesinambungan.
Dalam
bergerak
dalam
tiga
sebelumnya
secara
perkembangannya,
teknologi
tahap
yang
berbeda;
penelitian,
237
dipecahkan.
Bioteknologi
dan
rekayasa
genetik
yang
dalam
pemecahan
masalah
kesehatan,
238
multiplikasi,
dengan
kemajuan
yang
pesat
dalam
bidang
239
Rekayasa Genetika
Kemajuan
yang
telah
dicapai
dalam
bidang
transformasi
genetik
telah
dilakukan
untuk
menggunakan
perantara
bakteri Agrobacterium
240
gall
dan
hairy
root
pada
tanaman.
Bakteri
241
tanaman
transgenik
Azadirachta
indica
yang
rhizogenes
telah
berhasil
meningkatkan
yang
berasal
dari
tanaman
Aconitum
242
243
b. Antifungal agents
Produksi antibiotik sendiri saat ini menggunakan
berbagai teknik produksi, teknik umum yang sering digunakan
terutama adalah memproduksi antibiotik adalah fermentasi dan
modifikasi senyawa kimia dari hasil fermentasi.
Antibiotik merupakan molekul kecil yang disintesis
oleh enzim. Aktifitas enzim sangat diperlukan dalam setiap
jalur kompleks, selain itu juga penting untuk diketahui bahwa
ada pengaruh fisiologis untuk mampu meningkatkan produksi
fermentatif bagi organisme penghasil antibiotik. Produksi dari
metabolit sekunder sendiri dihasilkan setelah fase pertumbuhan
terhenti. Karena banyak antibiotik yang dihasilkan oleh
organisme spore-forming (Streptomyces yang merupakan
prokariot dan filamentous fungi yang merupakan eukariot) dan
karena produk antibiotik dan sporulaton baru mulai dihasilkan
pada awal fase stasioner, salah satu dugaan, proses ini terjadi
dengan
menggunakan
mekanisme
overlapping,
yang
244
operon
protein
repressor
yang
memproduksi
245
catabolite
repression,
sumber
karbon
harus
ditunjukkan
untuk menghambat
transkripsi
dari
246
247
248
keanekaragaman
hayati
yang
sangat
strategis
tersebut,
dan
perlindungan
peraturan
dan
menyangkut
pelestariannya.
pemanfaatan,
Pemanfaatan
yang
diinginkan
dan
dapat
diekspresikan.
249
berarti
sama
sekali
tanpa
dimanfaatkan
untuk
secara
langsung
sebenarnya
sudah
dilakukan sejak dahulu kala oleh para petani dengan cara hanya
memilih tanaman-tanaman yang mereka anggap baik untuk
ditanam pada musim berikutnya; dalam hal ini sudah terkait
unsur seleksi. Pemanfaatan yang lebih sederhana adalah
menggunakan secara langsung misalnya menebang pohon kayu
atau
bambu
untuk
keperluan
pembuatan
rumah
dan
250
251
Heterosis
didefinisikan
sebagai
meningkatnya
252
eksplorasi.
Tidak cukup dengan kegiatan rejuvenasi dan eksplorasi
saja, namun plasma nutfah yang sudah terkoleksi harus
diberdayakan
dengan
cara
dikarakterisasi
(sifat-sifat
mengenai
pemanfaatan
plasma
nutfah,
253
254
255
dengan
teman-teman
hasil
rangkuman
256
2.
3. Penutup
3.1 Rangkuman
Pemuliaan
tanaman
merupakan
kegiatan
untuk
sekunder
merupakan
salah
satu
cara
257
bersifat
esensial
untuk
pertumbuhan
atau
metabolisme normal.
o Spesifik untuk genus, spesies bahkan strain tertentu.
Beberapa kemungkinan peran metabolit sekunder:
o Dibutuhkan pada konsentrasi rendah selama pertumbuhan.
o Penimbunan (bisa dibongkar dengan mudah)
258
259
melanjutkan mempelajari
260
261
BAB IX
AKLIMATISASI
1 Pendahuluan
A. Deskripsi Singkat
Bab ini mednyajikan bahasan tentang aklimatisasi yang
terdiri atas sub-sub topik; Perbedaan aklimasi dan aklimatisasi,
262
tentang
akan
aklimatisasi
berpengaruh
terhadap
(prosedur
prosentase
263
istilah
adanya
aklimatisasi
campur
tangan
(acclimatitation)
manusia
dalam
264
lapisan
lilin
(kutikula)
yang
kurang
dituntut
untuk
menjadi
autotrof,
kebutuhan
265
mengatasi
masalah
perkembangan
sistem
266
bersih
untuk
membuang
sumber
kontaminasi.
menempatkannya
di
bawah
naungan,
tenda
267
268
hasil
mikropropagasi
terbiasa
hidup
di
269
menurunkan
intensitas
cahaya
dan
suhu
dengan
Untuk
menghindari
serangan
hama
dan
patogen.
Lakukan
Untuk
menghindari
e.
Terkadang
diperlukan
270
Tanaman
yang
Lakukan aklimatisasi in
vitro,
yaitu
dengan
menghadapkan
planlet
pada
Lakukan aklimatisasi di
lingkungan yang diperkaya dengan CO2. Hal itu berguna
untuk membantu meningkatkan laju fotosintesis.
2.2. Tugas
Agar pemahaman anda tentang aklimatisasi baik, maka
kerjakanlah tugas berikut
1.
2.
271
2.3. Latihan
Kerjakanlah soal-soal latihan berikut untuk memantapkan
penguasaan anda tentang konsep aklimatisasi
1.
Jelaskan
perbedaan
aklimasi
dengan aklimatisasi
2.
3. Penutup
3.1 Rangkuman
Istilah aklimasi (acclimation) ditujukan pada proses
suatu tanaman atau organisme hidup lain agar dapat
menyesuaikan diri dengan kondisi atau situasi lingkungan dan
iklim yang baru sebagai hasil dari suatu proses alamiah.
Sedangkan
menunjukkan
istilah
adanya
aklimatisasi
campur
tangan
(acclimatitation)
manusia
dalam
272
273
Lihat
kembali
uraian
tentang
upaya
mengatasi
melanjutkan mempelajari
274
275
BAB X
MASALAH-MASALAH DALAM KULTUR JARINGAN
1. Pendahuluan
A. Deskripsi Singkat
Bab ini membahas masalah-masalah dalam kultur
jaringan yang mencakup; kontaminasi, pencoklatan, vitrifikasi,
variabilitas genetik, pertumbuhan dan perkembangan, pra
perlakuan, lingkungan mikro, peralatan listrik, air dan manusia,
harapan ekonomi.
B. Relevansi
Pemahaman tentang masalah-masalah dalam kultur
jaringan akan sangat membantu dalam penanganan atau
pemeliharaan kultur. Gejala yang nampak yang merupakan
masalah seperti pencoklatan, vitrifikasi, dan sebagainya perlu
segera mendapat penanganan agar tidak menjadi penyebab
kegagalan.
C. Tujuan Khusus
Pada akhir perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan masalah-masalah dalam kultur jaringan
Bahan Ajar Kultur Jaringan
276
2 Penyajian Materi
2.1 Uraian dan Contoh
A. Kontaminasi
Kontaminasi dapat berasal dari beberapa penyebab
sebagai berikut: sterilisasi media yang kurang sempurna,
lingkungan kerja dan pelaksanaan/cara kerja saat penanaman,
eksplan, molekul-molekul atau benda-benda asing berukuran
kecil yang jatuh atau masuk ke dalam botol kultur setelah
penanaman dan ketika diletakkan di ruang kultur.
Sebelum sterilisasi media dilakukan, hal-hal yang harus
diperhatikan adalah proses pembuatan media. Biasakan
membersihkan berbagai sarana dalam kegiatan kultur (pipet,
botol-botol kultur, dll) dengan melakukan sterilisasi berulang
atau dibersihkan dengan desinfektan. Saat sterilisasi media,
penggunaan autoklaf (cuci autoklaf 1minggu sekali) sebaiknya
tetap dijaga kestabilan jarum penunjuk suhu dan tekanan.
Usahakan jarum tetap pada posisi 121oC dan 1,5 atm selama
25-30 menit dengan cara mengatur nyala api. Setelah media
dikeluarkan dari autoklaf sebaiknya karet pada penutup
ditambah lagi, kemudian masukkan botol media ke dalam
kantong plastik bening yang sebelumnya di semprot alkohol
70%.
277
Sterilisasi
ruangan
dilakukan
dengan
alat-alat
ke
dalam
ruang
penabur
sebelum
pelaksanaan
penanaman
dan
saat
harus
disterilisasikan
terlabih
dahulu
dengan
278
279
dalam
jaringan
antibiotik
untuk
tanaman.
Beberapa
membunuh
lab
kontaminan
280
281
282
Keterbatasan
utama
adalah
untuk
memberikan
283
284
setelah
tanaman
di
transfer
ke
lapang.
285
286
287
Hampir semua kultur dilakukan pada media semi-solid (semipadat) dengan menggunakan agar atau Gelrite. Gel ini menjadi
pendukung fisik untuk eksplan dan meningkatkan aerasi pada
media.
Gelrite
adalah
produk
sintetik
yang
memiliki
rods.
288
karena
sukrosa
masih
diberikan
pada
media.
289
290
saja
tidak
usah
diselamatkan.
Lebih
baik
media
bersentuhan
dan
disekitar/disisi
langsung
dengan
bagian
media.
eksplan
Bakteri
yang
jenisnya
291
Berbeda
dengan
kontaminasi
jamur.
Karena
292
293
294
penyelamatan
tergantung
seberapa
jauh
catatan
tambahan,
penyelamatan
perlu
295
296
yang
efektif
untuk
membunuh
semua
mikroorganisme
mengembangkan
system
kultur
jaringan
yang
297
dapat
dan
perkembangan
eksplan.
Peristiwa
298
Browning atau pencoklatan sering terjadi pada buahbuahan seperti peach, pear, salak, pisang dan apel. Kitika kita
memakan buah tersebut maka pada potongan sisanya akan
berubah warna menjadi ke coklatan. Dalam ilmu pangan, gejala
itu dinamai reaksi enzimatis atau browning atau pencoklatan.
Yaitu, terbentuknya warna coklat pada bahan pangan secara
alami atau karena proses tertentu.
Sebaliknya,
pada
kelompok
buah-buahan
proses
299
pemanasan
atau
penambahan
bahan
kimia.
300
adalah
asam
301
sitrat/vitamin
C.
Maksudnya,
untuk
302
(1991a)
mencacat
bahwa
vitrifikasi
dapat
303
(agar)
dapat
memperbaiki
keadaan
dengan
mengerangi
vitrifikasi
pada
planet
Gypsophila
Munculnya
pertumbuhan
dan
pertumbuhan
yang
tidaknormal.
Bahan Ajar Kultur Jaringan
304
305
306
307
308
309
310
dalam
bidang
pemuliaan
tanaman
dengan
Persyaratan Tumbuh
Jati Kultur Jaringan tumbuh sangat baik di iklim tropis
Bahan Ajar Kultur Jaringan
311
Tahun
Pertumbuhan
Konvensional
Kultur Jaringan
10
Pohon Jati
Tinggi (m)
4.0
16.0
Diameter (cm)
3.5
27.5
Tinggi (m)
6.0
17.0
Diameter (cm)
8.0
34.0
312
15
Tinggi (m)
12.0
20.0
Diameter (cm)
17.0
40.0
313
314
diupayakan.
Mengurangi
kemungkinan
adanya
315
adalah
budidaya
dan
jaringan
adalah
316
Lingkungan Tumbuh
a)Suhu.
Tanaman umumnya tumbuh pada lingkungan dengan
suhu yang tidak sama setiap saat, misalnya pada siang dan
malam hari tanaman mengalami kondisi dengan perbedaan
suhu yang cukup besar. Keadaan demikian bisa dilakukan
dalam kultur invitro dengan mengatur suhu siang dan malam di
ruang kultur, namun laboratorium kultur jaringan selama ini
mengatur suhu ruang kultur yang konstant baik pada siang
maupun malam hari. Umumnya temperatur yang digunakan
dalam kultur in vitro lebih tinggi dari kondisi suhu invivo.
Tujuannya adalah untuk mempercepat pertumbuhan dan
morfogenesis eksplan.
Pada sebagian besar laboratorium, suhu yang digunakan
adalah konstan, yaitu 25C (kisaran suhu 17-32C). Tanaman
tropis umumnya dikulturkan pada suhu yang sedikit lebih
tinggi dari tanaman empat musim, yaitu 27C (kisaran suhu 2432C). Bila suhu siang dan malam diatur berbeda, maka
perbedaan umumnya adalah 4-8C, variasi yang biasa
dilakukan adalah 25C siang dan 20C malam, atau 28C siang
dan 24C malam. Meskipun hampir semua tanaman dapat
tumbuh pada kisaran suhu tersebut, namun kebutuhan suhu
Bahan Ajar Kultur Jaringan
317
eksplan.
b)Kelembaban relatif.
Kelembaban relatif dalam botol kultur dengan mulut
botol yang ditutup umumnya cukup tinggi, yaitu berkisar
antara 80-99%. Jika mulut botol ditutup agak longgar maka
kelembaban relatif dalam botol kultur dapat lebih rendah dari
80%. Sedangkan kelembaban relatif di ruang kultur umumnya
adalah sekitar 70%. Jika kelembaban relatif ruang kultur
berada dibawah 70% maka akan mengakibatkan media dalam
botol kultur (yang tidak tertutup rapat) akan cepat menguap
dan kering sehingga eksplan dan plantlet yang dikulturkan akan
cepat kehabisan media. Namun kelembaban udara dalam botol
kultur yang terlalu tinggi menyebabkan tanaman tumbuh
abnormal yaitu daun lemah, mudah patah, tanaman kecil-kecil
namun terlampau sukulen. Kondisi tanaman demikian disebut
vitrifikasi atau hiperhidrocity. Sub-kultur ke media lain atau
Bahan Ajar Kultur Jaringan
318
Tunas-tunas
umumnya
dirangsang
319
intensitas
cahaya,
lama
penyinaran
atau
diatur
secara
otomatis
menggunakan
timer
yang
320
321
322
3. Penutup
3.1 Rangkuman
Kontaminasi dapat berasal dari beberapa penyebab
sebagai berikut: sterilisasi media yang kurang sempurna,
lingkungan kerja dan pelaksanaan/cara kerja saat penanaman,
eksplan, molekul-molekul atau benda-benda asing berukuran
kecil yang jatuh atau masuk ke dalam botol kultur setelah
penanaman dan ketika diletakkan di ruang kultur.
Kultur yang telah terkontaminasi dapat diselamatkan
dengan metode berikut:
1.
323
yang berlebihan
4. Transfer ke media kultur yang baru
Penyelamatan dilakukan dengan beberapa pertimbangan.
Pertama, ketersediaan eksplan. Jika sumber eksplan cukup
banyak/ melimpah terkadang lebih baik eksplan terkontaminasi
dibuang
saja
tidak
usah
diselamatkan.
Lebih
baik
dapat
324
Munculnya
pertumbuhan
dan
pertumbuhan
yang
tidaknormal.
* Tanaman yang dihasikan pendek-pendek atau kerdil.
* Pertrumbuhan batang cenderung ke arah penambahan
diameter
* Tanaman utuhnya menjadi sangat turgescent.
* Pada daunnya tidak memiliki jaringan pallisade
3.2 Tes Formatif
1. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang kontaminasi, dapat
kontaminasi itu diatasi?
2.
Uraikan
apa
yang
anda
ketahui
tentang
pencoklatan/browning
325
melanjutkan mempelajari
326
Browning/pencoklatan;
suatu
karakter
dengan
antara
lain
munculnya
327
328
329
330