Anda di halaman 1dari 12

KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA

JUDUL KARYA TULIS


UPAYA MENGURANGI KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALUR
PANTURA ALAS ROBAN

DISUSUN OLEH
Naufal Rozadi

K2313050

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


SURAKARTA
2015

UPAYA MENGURANGI KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALUR


PANTURA ALAS ROBAN

Naufal Rozadi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret

Abstrak

Jalur pantura alas roban merupakan jalur pantura yang sudah tak asing bagi
pengendara kendaraan yang biasa melewati jalur pantura. Mereka mengenal alas
roban sebagai jalur yang berbahaya karena sering terjadi kecelakaan. Penyebab
kecelakaan tersebut ada berbagai faktor, mulai dari faktor manusia, kendaraan,
maupun infrastruktur jalan yang tidak memadai. Tujuan penulisan artikel ini
adalah untuk mengetahui devinisi jalur Alas Roban, mengetahui pembagian jalur
Alas Roban, mengetahui kecelakaan yang sering terjadi di jalan Alas Roban dan
memberi solusi untuk meminimalisir kejadian laka lantas. Berdasarkan penelitian
didapat bahwa jalur pantura alas roban yang berada di kabupaten Batang
merupakan jalur yang rawan terjadi kecelakaan yang sering terjadi sekitar pukul
00.00-06.00. Sehingga ada solusi agar kecelakaan bisa dikurangi.
Keyword : jalur pantura alas roban, kecelakaan, solusi.

DAFTAR ISI

Halaman Judul...........................................................................................................i
Abstrak.....................................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A.
B.
C.
D.

Latar Belakang.............................................................................................1
Rumusan Masalah........................................................................................2
Tujuan Masalah............................................................................................2
Manfaat Penulisan........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Kondisi Wilayah...........................................................................................3
B. Wilayah Rawan Kecelakaan.........................................................................4
C. Identifikasi
Kecelakaan
di
Jalur
Alas
Roban................................................5
D. Solusi Mengurangi Kecelakaan di Alas Roban............................................5
BAB III PENUTUP..................................................................................................8
A. Kesimpulan..................................................................................................8
B. Saran.............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jalan Pantura merupakan jalur utama yang terbentang sepanjang daerah
utara pantai jawa, yang menghubungkan mulai dari jawa bagian barat sampai
jawa bagian timur. Jalan ini sering dilewati berbagai macam kendaraan, baik
kendaraan berat seperti truk dan bus, maupun kendaraan ringan seperti mobil
pribadi dan motor. Karena banyaknya pengguna jalan yang melewati jalur
pantura maka setiap pengguna jalan pantura harus berhati-hati dan terus waspada
dalam mengendarai kendaraan agar tidak terjadi kecelakaan.
Salah satu jalur yang terkenal di jalan pantura adalah jalur di alas roban di
daerah batang. Seperti jalur pantura lain, alas roban juga dilalui banyak
kendaraan, mulai dari kendaraan ringan sampai berat. Menurut data dari Road
Transport ad Traffic Management Center (RTTMC) pada arus mudik tahun 2012
jumlah kendaraan yang melewati jalur pantura alas roban mencapai 590.636 unit
kendaraan, sedangkan penumpang berjumlah 3.397.920 orang (http://www.rttmchubdat.com/m/page/read_content/221/3-juta-pemudik-lintasi-alas-roban,

2012).

Dengan banyaknya kendaraan dan penumpang yang melewati jalur pantura alas
roban ini maka muncul beberapa permasalahan di jalur ini.
Jalur ini menjadi terkenal dikalangan pengguna jalan pantura dikarenakan
di jalur ini sering terjadi kecelakaan, baik yang memakan korban jiwa ataupun
tidak. Bahkan beberapa masyarakat menghubungkan kisah-kisah mistis yang ada
di alas roban dengan tingginya tingkat kecelakaan di jalur alas roban. Padahal
biasanya di Indonesia hampir 92% terjadinya kecelakaan disebabkan oleh faktor
manusia, 5% oleh faktor kendaraan dan 3% oleh faktor infrastruktur jalan dan
lingkungannya. Dari faktor manusia ini bisa disebabkan karena pengendara
kurang fit saat mengemudi, seperti mengantuk, yang menyebabkan pengendara
tidak bisa mengendalikan kendaraannya. Selain faktor manusia juga bisa
disebabkan oleh faktor kendaraan yang di kendarai, seperti kendaraan yang

melebihi batas angkutan yang boleh dibawa, atau kendaraan yang sudah tidak
layak pakai namun tetap dipaksa dipakai sehingga muncul permasalahan mesin.
Penyebab kecelakaan yang lain adalah keadaan infrastruktur jalan yang kurang
mendukung, seperti jalan yang bergelombang, yang membahayakan pengendara
sepeda motor.
Dari permasalahan diatas, muncul ide untuk menganalisis dan memberikan
solusi agar tingkat kecelakaan di jalur alas roban berkurang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana devinisi jalur Alas Roban?
2. Bagaimana dengan pembagian jalur di Alas Roban?
3. Jenis kecelakaan apa yang sering terjadi dalam jalur Alas Roban?
4. Bagaimana solusi dalam menghadapi masaialahdi Alas Roban?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui devinisi jalur Alas Roban.
2. Mengetahui pembagian jalur Alas Roban.
3. Mengetahui kecelakaan yang sering terjadi di jalan Alas Roban.
4. Memberi solusi untuk meminimalisir kejadian laka lantas.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi masyarakat, untuk memberikan informasi tentang jalur Alas Roban
2. Bagi penulis lain, sebagai sumber referensi jika ingin mengkaji lebih
dalam tentang permasalahan ini

BAB II PEMBAHASAN
A. Kondisi Wilayah
Wilayah kabupaten Batang yang terletak pada 6 51 46 sampai 7 11
47 Lintang Selatan dan antara 109 40 19 sampai 110 03 06 Bujur Timur
dipantai utara Jawa Tengah dan berada pada jalur utama yang menghubungkan
Jakarta-Surabaya. Luas daerah 78.864,16 Ha. Batas-batas wilayahnya sebelah
utara Laut Jawa, sebelah timur Kabupaten Kendal, sebelah selatan Kabupaten
Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara, sebelah barat Kota dan Kabupaten
Pekalongan. Posisi tersebut menempatkan wilayah Kabupaten Batang berada pada
jalur ekonomi pulau Jawa sebelah utara. Arus transportasi dan mobilitas yang
tinggi di jalur pantura memberikan kemungkinan Kabupaten Batang berkembang
dengan cukup prospektif disektor jasa transit dan transportasi. Salah jalur pantura
batang yang terkenal para pemakai jalur pantura adalah jalur alas roban yang
berada di kecamatan Gringsing kabupaten Batang.
Jalur pantura alas roban dibagi 3, yaitu :
a. Lintasan tengah berkelok-kelok yakni jalan Raya Sentul atau dikenal juga
Poncowati dan lebih dikenal lagi jalan Deandels melalui alas roban.
Lintasan ini merupakan lintasan lama yang masih tersisa dari jalan asli
Anyer-Panarukan. Lintasan ini melalui hutan jati yang relatif tidak
terdapat pemukiman penduduk, hanya terdapat beberapa rumah tersebar.
Kondisi geometrik sebenarnya tidak terlalu layak untuk kendaraan berat
karena terdapattikungan dengan radius kecil. Walaupun demikian lintas ini
dapat dijadikan lintas pariwisata mengingat sejarah dibelakangnya yang
cukup panjang.
b. Lintasan Plelen, lintasanini dibangun mengingat pada lintasan Deandels
yang berkelok-kelok, pada lintasan ini pemukiman tidak terlalu padat.
Terdapat dua jalur penyelamat (escape ramps), tetapi tidak berfungsi
karena geometrik berbeloknya terlalu tajam, terdapat gangguan akses
seperti tiang listrik serta material permukaan yang sudah mengeras karena

tidak terawat. Untuk menghindari kendaraan berat melewati jalan ini,


maka dibuat portal sehingga kendaraan berat tidak bisa melewati jalan ini
dan harus melewati jalan Deandels. Lintasan ini merupakan lintasan
angkutan umum termasuk juga bus besar AKAP mengingat kawasan
pemukiman di desa Plelen dan Kutosari yang relatif padat sehingga
terdapat permintaan terhadap angkatan umum.
c. Lintasan jalan Beton Lingkar Selatan, lintasan ini adalah lintasan terbaru
dibangaun oleh pemerintah karena pada lintasan Plelen gradien jalannya
cukup curam. Walaupun relatif lebih landai dengan maksimum gradien
tetapi karena kelandaian terlalu panjang, maka disisi timurnya tingkat
kecelakaan yang tinggi, khususnya bundaran Gringsing.
B. Wilayah Rawan Kecelakaan
Dari jalur alas roban diatas ada beberapa wilayah yang menjadi daerah
rawan kecelakaan, yaitu Jl. Beton Lingkar Selatan, kedua dilintasan desa Plelen
yaitu Jl. Baru Plelen, dan ketiga dilintasan desaKutosari dengan perkerasan aspal
yaitu Jl. Raya Gringsing.
Lokasi
Lintasan

Identifikasi
Kutosari Panjang landai lintasan jalan terlalu panjang
perkerasan beton (Jl. Beton Minimnya rambu-rambu jalan
Minimnya lampu penerangan jalan
Lingkar Selatan)
Bundaran
Gringsing Superelevasi tikungan yang salah sehingga
desa

(terletak diujung pertemuan

kejadian kecelakaan banyak yang terlempar

jalan Beton Lingkar Selatan

keluar
Radius putar dibundaran terlalu kecil
Minimnya informasi rambu disekitar bundaran
Banyak perumahan disekitar bundaran
Kelandaian / gradien jalan terlalu curam
Minimnya lampu penerangan jalan
Minimnya rambu-rambu jalan
Tikungan tajam dan sempit serta berkelok-kelok
Minim lampu penerangan
Pagar pengaman yang kurang, mengingat kanan

dengan jalan lintsan Plelen

menuju arah Semarang)

Lintasan desa Plelen (Jl.

Baru Plelen)

Lintasan desa Sentul (Jl.


Poncowati atau Jl. Raya

Deandels)

kiri jalan adalah jurang

C. Identifikasi Kecelakaan di Jalur Alas Roban


Dengan deskripsi keadaan jalan di Alas Roban diatas, kecelakaan lalu
lintas tak dapat dihindarkan, berikut identifikasi kecelakaan yang terjadi di Alas
Roban

Laka lantas yang terjadi pada daerah Jl. Beton Lingkar Selatan perlu
diantisipasi karena kecenderungan korban meningga mencapai 32%.

Jenis kecelakaan yang sering terjadi di Jl. Beton Lingkar Selatan adalah
kecelakaan tunggal.

Waktu kejadian laka lantas terbesar terjadi pada waktu tengah malam hingga
menjelang pagi hari pada pukul 00.00 06.00.

Jenis kendaraan yang sering terlibat kecelakaan adalah truk tronton (36%),
truk besar rigid (17%), dan truk trailer (17%).

Jenis laka lantas terbesar yakni laka lantas tunggal terbesar disebabkan oleh
faktor kendaraan, yaitu masalah rem blong.

Faktor lain penyebab laka lantas adalah kondisi jalan yang menanjak,
menurun tajam, kemudian menikung.

D. Solusi Mengurangi Kecelakaan di Alas Roban


Untuk mengurangi berbagai kecelakaan yag terjadi pada jalur Alas Roban,
maka bisa dilakukan beberapa cara, diantaranya sebagai berikut :
4.1.

Membuat Lajur Pendakian (Climbing Lane)


Lajur jalan perlu dibuat lajur tambahan yang berfungsi sebagai lajur

pendakian untuk kendaraan berat yang tidak kuat menanjak dan kecepatannya
sangat rendah sehingga tidak mengganggu kelancaran arus lalu lintas dilintasan
tersebut. Karena jika pada jalur tersebut ada kendaraan berat yang menanjak
dengan kecepadan rendah, maka kendaraan dibelakangnya akan berusaha
melewati kendaraan berat tersebut dengan menggunakan lajur kanan, dan itu
meningkatkan resiko kecelakaan.

Desain lajur pendakian menurut standar Bina Marga 1997, untuk lebar
lajur pendakian sama dengan lebar lajur rencana, lajur pendakian dimulai 30
meter dari perubahan kelandaian 2% dengan serongan sepanjang 45 meter dan
berakhir 50 meter sesudah puncak kelandaian dengan serongan sepanjang 45
meter. Jarak minimum antara dua lajur pendakian adalah 1,5 km.
4.2. Membuat Ram Penyelamat Darurat (Escape Ramp)
Kondisi Jl. Beton Lingkar Selatan mempunyai lintasan menurun cukup
panjang maka perlu dilengkapi dengan lajur penyelamat darurat (escape ramp),
lajur keselamatan ini digunakan sebagai tempat untuk kendaraan menghindar
keluar dari jalur lalu lintas ketika bergerak pada lintasan menurun dan mengalami
masalah dengan pengereman. Pada umumnya, pengemudi tidak dapat
mengendalikan kendaraannya karena kendaraan kehilangan daya pengereman
yang disebabkan oleh overheating rem karena kerusakan mekanis, atau terlambat
memindahkan gigi.
Ram ini harus didesain sedemikian rupa agar kendaraan yang bergerak
dengan kecepatan maksimum dan mengalami masalah dalam hal pengereman
dapat berhenti pada ram penyelamat darurat dalam keadaan selamat tanpa
melakukan pengereman.
Kelandaian ram juga harus didesain agar kendaraan yang telah masuk ke
jalur ini tidak bergerak mundur. Kemiringan yang dianggap cukup memadai
adalah 8 sampai dengan 10% dan panjang minimum yang dapat menjamin
kendaraan berat berhenti secara aman dan tidak melampaui panjang jalur ram
penyelamat adalah 25meter.

4.3. Rambu-Rambu Jalan


Berdasarkan survey yang telah dilakukan, rambu-rambu lalulintas
dilintasan ini sangat kurang sekali, dan peneranganpun sangat minim, hal ini
diperkuat bahwa dari hasil analisa kecelakaan yang telah dilakukan sebelumnya

didapatkan bahwa waktu kejadian kecelakaan terbesar adalah tengah malam


hingga menjelang pagi (00.00-06.00), untuk mengatasi masalah ini maka perlu
dilakukan penambahan penerangan dan juga rambu-rambu pada jalan ini.
4.4. Lampu Penerangan Jalan
Dari data kepolisian setempat diketahui bahwa sebagian besar lakalantas
terjadi pada pukul 00.00-06.00. Untuk menangani hal tersebut dapat dilakukan
dengan menambah penerangan jalan pada lintasan ini. Penempatan lampu
penerangan jalan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat
memberikan penerangan yang merata, keamanan dan kenyamanan bagi
pengendara arah dan petunjuk yang jelas. Pemilihan jenis dan kualitas lampu
penerangan jalan didasarkan efektifitas dan nilai ekonomi lampu yaitu nilai
efektifitas lampu yang tinggi umur rencana yang panjang.
Untuk jenis lampu sebaiknya digunakan jenis lampu dengan efisiensi
tinggi, umur sangat panjang, ukuran lampu kecil sehingga lebih mudah untuk
pengontrolan cahaya, yakni lampu gas sodium tekanan rendah dengan efisiensi
100lumen/watt, rata-rata umur rencana 21.000-27.000 jam, kekuatan lampu dapat
bervariasi yakni 150 watt, 250 watt atau 400 watt dimana warna yang dihasilkan
adalah baik. Jenis ini sangat baik dan sangat dianjurkan.

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan

1. Jalur alas roban merupakan jalur pantura yang berada di kabupaten


Batang, dibagi menjadi 3, yaitu lintasan tengah, lintasan Plelen, dan
lintasan Jl. Beton Lingkar Selatan.
2. Wilayah Alas Roban yang rawan terjadi kecelakaan adalah Lintasan desa
Kutosari perkerasan beton (Jl. Beton Lingkar Selatan), Bundaran
Gringsing, Lintasan desa Plelen (Jl. Baru Plelen), dan Lintasan desa Sentul
(Jl. Poncowati atau Jl. Raya Deandels).
3. Laka lantas yang sering terjadi adalah kecelakaan tunggal pada pukul
00.00-06.00 berupa kendaraan besar.
4. Solusi dalam mengatasi kecelakaan di Alas Roban :

Membuat Lajur Pendakian (Climbing Lane)

Membuat Ram Penyelamat Darurat (Escape Ramp)

Rambu-Rambu Jalan

Lampu Penerangan Jalan

B. Saran
1. Perlu peningkatan kewaspadaan masyarakat dalam berkendara.
2. Pemerintah harus lebih memperhatikan jalan besar agar para pengendara
merasa aman dan nyaman.

DAFTAR PUSTAKA

Alawiyah, Tuti. 2009. Skripsi. Upaya Peningkatan Keselamatan Jalan di


Kawasan Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Alas Roban, Jawa
Tengah, Tinjauan dari Segi Geometrik dan Perlengkapan Jalan. 5 Januari
2009. Depok.
Ardiansyah, Adi. 2013. Jurnal Ilmiah. Penyelesaian Kasus Kecelakaan Lalu
Lintas Di Kota Mataram Di Tinjau Dari Uu Ri No. 22 Tahun 2009 Tentang
Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan. Mataram.
Bolla, Margareth Evelyn. 2009. Kajian Karakteristik Kecelakaan Sepeda Motor
Di Kota Surabaya. April 2009.
Listiyanto, Apri. 2013. Jurnal Rechts Vindin. ISSN 2089-9009 Volume 2 Nomor
2, Agustus 2013. Ambiguitas Penerapan Restorative Justice Terhadap
Kasus Kecelakaan Lalu Lintas yang Menimbulkan Korban Jiwa. Jakarta.
Mulyono, Agus Taufik, dkk. Jurnal Teknik Sipil. ISSN 0853-2982 Volume 16
Nomor 3 Desember 2009. Audit Keselamatan Infrastruktur Jalan (Studi
Kasus Jalan Nasional KM 78-KM 79 Jalur Pantura Jawa, Kabupaten
Batang). Yogyakarta.
Muslim, Viandany Zulfian dkk. 2013. Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2. Studi
Peningkatan Keselamatan Transportasi Jalan Raya (Studi Kasus Ruas
Jalan Arteri Kota Bitung). Januari 2013.

Anda mungkin juga menyukai