IDENTITAS PASIEN:
Nama
: Bpk. I
Tgl Lahir/Umur
: 23-10-1969 / 45 Tahun
Pekerjaan
: PNS
Alamat
: Makassar
Status Perkawinan
: Kawin
No. RM
: 72 67 48
Hari/tgl masuk
: Senin / 21-09-2015
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA: Luka pada kaki kiri
ANAMNESIS TERPIMPIN:
Pasien laki-laki usia 45 tahun masuk rumah sakit dengan luka pada kaki
kiri sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Awalnya pasien hanya
mengalami luka lecet namun membengkak dan menyebar dari daerah kelingking
ke permukaan atas kaki. Nyeri ada, panas ada, bengkak ada, kemerahan ada,
nanah ada. Demam ada, riwayat demam ada kadang dikeluhkan sejak pasien
terluka. Demam tidak terlalu tinggi, perlangsungan hilang timbul, turun
dengan pemberian paracetamol, menggigil tidak ada, nyeri kepala tidak ada.
Pusing tidak ada, Riwayat sering pusing ada sejak 4 bulan terakhir. Batuk tidak
ada, sesak tidak ada. Mual muntah tidak ada. Nyeri dada tidak ada, riwayat sesak
dan nyeri dada sebelumnya tidak ada. Nyeri ulu hati tidak ada, riwayat nyeri ulu
hati tidak ada. Nafsu makan biasa, pasien sering merasa lapar meski baru makan
beberapa jam yang lalu, pasien sering merasa lemah dan merasa cepat haus.
PEMERIKSAAN FISIK:
Keadaan Umum: Sakit Sedang/ Gizi Cukup/ Compos Mentis
Tekanan Darah: 140/80 mmHg
Nadi
Pernapasan
Suhu : 36,9 C
: 20 kali/ menit
: 89 kali/ menit
: 28,13 kg/m2
IMT
Berat Badan
: 72 kg
Kepala:
Deformitas
: Tidak ada
Ukuran
: Normocephal
Bentuk
: Mesocephal
Mata:
Eksoftalmus
: Tidak ada
Konjungtiva
: Anemis (-)
Kornea
Enoptalmus
: Tidak ada
Sklera
: Ikterus (-)
Pupil
Gerakan
: Tidak ada
Hidung:
Epistaksis
: Tidak ada
Rhinorrhea
: Tidak ada
Mulut:
Bibir : Kering (-)
Leher:
KGB : Tidak ada pembesaran
DVS
: R+1 cmH2O
Kaku kuduk
: Tidak Ada
Dada:
Bentuk
Payudara
Sela iga
Pulmo:
Inspeksi
Palpasi
Perkusis
Auskultasi
: Bunyi Pernapasan
Bunyi Tambahan
: Vesikuler
: Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Aukultasi
Abdomen:
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: Timpani (+)
Alat Kelamin :
Tidak ada kelainan
Punggung :
Inspeksi
Palpasi
Nyeri ketok
: tidak ada
Auskultasi
: sonor
Gerakan
Ekstremitas:
Status lokalis regio pedis sinistra:
Tampak ulkus dengan diameter 2 cm, pus ada, hematom ada, nyeri ada, suhu
lebih hangat dari daerah sekitar, sensibilitas hipostesi, arteri dorsalis pedis dan
tibialis posterior teraba, CRT< 2 detik. Edema pretibial dextra ada, tofus tidak ada.
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
Laboratorium:
WBC
HGB
: 12,3 gr/dl
PLT
NEUTROFIL
: 74,8 %
GDP
: 177 mg/dL
GDS
: 374 mg/dL
Ureum
: 51 mg/dL
Kreatinin
: 0,89 mg/dL
SGOT
: 22
SGPT
: 23
Albumin
: 3,1
Na/K/Cl
: 124/3,9/119
HbSag
: non reaktif
Anti-HCV
: non reaktif
FOLLOW UP:
Tanggal
S (Subjective) O (Objective) A
Instruksi Dokter
(Assessment) P (Planning)
22/09/2015
Diabetik
Wagner
Sinistra
Subjektif:
Objektif:
Planning:
Subjektif:
Planning :
teratur
Profil Lipid
Objektif:
GDS: 216 gr/dl
Assesment:
DM tipe 2 Obese
R/ Infus NaCl 0,9 % 20 tetes
3. Hiponatremia
per menit
Subjektif :
Lemas
Objektif :
Na : 124
Assesment:
Hiponatremia
23/09/2015
diabetic
Wagner
Sinistra
Subjektif:
Objektif:
Subjektif:
Nafsu makan baik
Objektif:
GDS:
Profil Lipid
P 227 gr/dl
S 314 gr/dl
M 312 gr/dl
Assesment:
Diabetes Mellitus Tipe 2 Obese
3. Hiponatremia
Subjektif :
per menit
Lemas
Objektif :
makanan
Na : 124
Assesment:
Hiponatremia
24/09/2015
Subjektif:
jam/IV
Nyeri di kaki kiri hilang timbul, tidak Metronidazole 0,5 gr/8 jam/IV
demam
Objektif:
DM tipe 2 Obese
R/ Diet DM 1700 kkal
Subjektif:
Nafsu makan baik
GDP : 177
GS2PP : 233
Assesment:
Diabetes Mellitus Tipe 2 Obese
Hiponatremia
Subjektif :
per menit
Lemas
Perbaiki
Objektif :
makanan
lewat
asupan
Na : 124
Assesment:
Hiponatremia
RESUME:.
Pasien laki-laki usia 45 tahun masuk rumah sakit dengan luka pada kaki
kiri sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Awalnya pasien hanya
mengalami luka lecet namun membengkak dan menyebar dari daerah kelingking
ke permukaan atas kaki. Nyeri ada, panas ada, bengkak ada, kemerahan ada,
nanah ada. Demam ada, riwayat demam ada kadang dikeluhkan sejak pasien
terluka. Demam tidak terlalu tinggi, perlangsungan hilang timbul, turun
dengan pemberian paracetamol, menggigil tidak ada, nyeri kepala tidak ada.
Pusing tidak ada, Riwayat sering pusing ada sejak 4 bulan terakhir. Batuk tidak
ada, sesak tidak ada. Mual muntah tidak ada. Nyeri dada tidak ada, riwayat sesak
dan nyeri dada sebelumnya tidak ada. Nyeri ulu hati tidak ada, riwayat nyeri ulu
hati tidak ada. Nafsu makan biasa, pasien sering merasa lapar meski baru makan
beberapa jam yang lalu, pasien sering merasa lemah dan merasa cepat haus.
Penurunan BB 10 kg dalam 1 bulan terakhir. Pasien mengeluh sering kram,
gatal, kebas, dan merasa panas pada kedua kaki dan ujung-ujung jari tangan,
Pasien juga mengaku sering mengalami luka-luka kecil di kaki tanpa disadari
10
(tidak terasa). Riwayat DM ada sejak tahun 1999 namun tidak pernah beobat
secara teratur. Riwayat Hipertensi disangkal.Buang Air Besar: frekuensi normal,
konsistensi biasa, warna kuning
Buang Air Kecil: kesan lancar, warna kuning
Riwayat Penyakit Keluarga:
- Diabetes Mellitus Tipe 2
- Hipertensi
Pada pemeriksaan laboratorium GDS 374 gr/dl dan GDP 177 gr/dl, yang
menunjukkan hiperglikemia. Ada juga peningkatan nilai leukosit yaitu 23,500 ul
yang menandakan adanya infeksi. Pada pemeriksaan ekstremitas pedis sinistra
tampak luka, pus ada, kemerahan ada, perdarahan tidak ada.
Hasil Foto pedis sinistra AP/Oblique :
- Gas gangrene pada dorsum pedis sinistra
- Osteomyelitis kronik plantar pedis sinistra
- Tendinitis dan fasciitis plantar pedis sinistra
ASSESSMENT:
1
Hiponatremia
PLANNING:
Pengobatan:
1.
11
4.
5.
6.
7.
2.
3.
4.
Periksa GDP, GD2PP, HbA1c, Profil Lipid, GDS pre meal pagi
siang malam.
3.
Hiponatremia
1.
Rehidrasi NaCl 0,9%
2.
Perbaiki lewat asupan makanan
PROGNOSIS:
Quo ad Functionam
: Dubia ad Malam
Quo ad Sanationam
: Dubia ad Malam
Quo ad Vitam
: Dubia ad Bonam
DISKUSI
12
Pasien didiagnosis dengan Diabetes Melitus (DM) Tipe 2 Obese, Kaki Diabetik
Wagner III Sinistra dan Hiponatremia.
Pada anamnesis ditemukan riwayat DM sejak 19 tahun yang lalu, berobat
tidak teratur dengan terapi Obat Hiperglikemia Oral (OHO). Selain itu pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan kadar GDP dan GDS.
Diabetes Melitus tipe 2 didefinisikan sebagai suatu gangguan metabolisme
kronis dengan multietiologi yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah
disertai gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein yang terjadi karena
resistensi insulin dimana sel-sel tubuh tidak memberikan respon terhadap insulin
atau karena kurangnya produksi insulin oleh pankreas akibat disfungsi sel
pankreas1
Etiologi DM tipe 2 merupakan multi faktor yang belum sepenuhnya
diketahui dengan jelas. Faktor genetik dan pengaruh lingkunganyang berperan
menyebabkan terjadinya DM tipe 2, antara lain obesitas, diet tinggi lemak dan
rendah serat, serta kurang aktivitas fisik.
Komplikasi Diabetes Melitus Tipe 2 terbagi menjadi dua, yaitu komplikasi
akut dan kronik. Komplikasi akut meliputi Ketoasidosis Diabetik, Hiperosmolar
non Ketotik, Hipoglikemia. Adapun komplikasi kronik terbagi menjadi dua yaitu
makroangiopati ( Penyakit Jantung Koroner, Penyakit PembuluhDarah Perifer,
dan Penyakit Serebrovaskuler) dan mikroangiopati (Retinopati Diabetik dan
Nefropati Diabetik).
Secara global, dari sisi ekonomi, DM menelan biaya sebesar 11,6% dari
anggaran kesehatan di seluruh dunia, atau mencapai 376 USD pada tahun 2010.
Sebagian besar biaya tersebut diakibatkan oleh pengobatan jangka panjang dari
komplikasi DM. dari data PT ASKES tahun 2011, untuk satu pasien DM tanpa
komplikasi, biaya yang diperlukan sebear 40 USD per tahun. Akan tetapi, satu
pasien DM dengan komplikasi akan menghabiskan 900 USD per tahun.2
Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan pasien DM tipe 2 yang mengalami
komplikasi memiliki risiko 11 kali lebih besar memiliki kualitas hidup yang lebih
rendah (tidak puas) daripada yang tidak mengalami komplikasi.3
Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan penyakit kronis dengan angka
morbiditas dan mortalitas yang meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2014, 9%
13
usia 18 tahun ke atas di dunia menderita Diabetes Melitus tipe 2. Pada tahun 2012,
Diabetes Melitus merupakan penyebab dari 1,5 juta kematian di seluruh dunia.
Lebih dari 80% kematian akibat Diabetes Melitus terjadi di negara berpendapatan
menengah ke bawah.13 Indonesia menduduki rangking keempat jumlah
penyandang diabetes terbanyak setelah Amerika Serikat, China dan India.
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 terjadi peningkatan angka prevalensi
Diabetes Melitus dari 1,1 persen tahun 2007 menjadi 2,1 persen tahun 2013.8
Adapun data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah penyandang
diabetes pada tahun 2003 sebanyak 13,7 juta orang dan berdasarkan pola
pertambahan penduduk diperkirakan pada 2030 akan ada 20,1 juta penyandang
diabetes dengan tingkat prevalensi 14,7 persen untuk daerah urban dan 7,2 persen
di rural.9
KLASIFIKASI DIABETES MELITUS PERKENI 1998
DM TIPE LAIN :
1:
DM TIPE 2 :
DM GESTASIONAL
1. Defek genetik fungsi sel beta :
insulinDefisiensi
absolut akibat
insulin
destuksi
relatif : sel beta, karena:
diabetes of the young
un
1. defek sekresi insulin lebih dominan daripada Maturity
resistensionset
insulin.
Mutasi
mitokondria
k
2. resistensi insulin lebih dominan daripada defek
sekresi
insulin.DNA 3243 dan lain-lain
2. Penyakit eksokrin pankreas :Pankreatitis
Pankreatektomy
3.Endokrinopati : akromegali, cushing, hipertiroidisme
4.akibat obat : glukokortikoid, hipertiroidisme
5.Akibat virus: CMV, Rubella
6.Imunologi: antibodi anti insulin
7. Sindrom genetik lain: sdr. Down, Klinefelter
14
ataulangsung
kombinasi,
sesuai
indikasi.
Dalam
keadaan
15
pada mereka yang menggunakan obatpenurun glukosa darah atau insulin. Nutrisi
yang baik jelas membantu kesembuhan luka.
Komposisi makanan yang dianjurkan pada penderita Diabetes Melitus terdiri dari:
Karbohidrat
Lemak tidak jenuh ganda < 10 %, selebihnya dari lemak tidakjenuh tunggal.
Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyakmengandung lemak jenuh
dan lemak trans antara lain : dagingberlemak dan susu penuh (whole milk).
Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang, cumi,dll), daging tanpa
lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendahlemak, kacang-kacangan, tahu, tempe.
Pada pasien dengan nefropati perlu penurunan asupanprotein menjadi 0,8 g/kg BB
perhari atau 10% dari kebutuhanenergi dan 65% hendaknya bernilai biologik tinggi.
16
Natrium
Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda,dan bahan pengawet
seperti natrium benzoat dan natriumnitrit.
Serat
Gula alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol,sorbitol dan xylitol.
beberapa
dibutuhkanpenyandang
cara
untuk
diabetes.
menentukan
Di
jumlah
antaranya
kalori
adalah
yang
dengan
17
umur, aktivitas, berat badan, dll.Perhitungan berat badan Ideal (BBI) dengan rumus
Brocca yangdimodifikasi adalah sbb:
Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg.
Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanitadi bawah 150 cm, rumus
dimodifikasi menjadi :
Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm - 100) x 1 kg.
BB Normal : BB ideal 10 %
Kurus :< BBI - 10 %
Gemuk :> BBI + 10 %
Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh.
Indeks massa tubuh dapat dihitung dengan rumus: IMT = BB(kg)/TB(m2)
Klasifikasi IMT*
BB Kurang <18,5BB Normal 18,5-22,BB Lebih >23,0
Dengan risiko 23,0-24,9Obes I 25,0-29,9Obes II >30
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain :
Jenis Kelamin
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria. Kebutuhan kalori wanita
sebesar 25 kal/kg BB dan untuk pria sebesar 30 kal/kg BB.
Umur
Untuk pasien usia di atas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5% untuk dekade
antara 40 dan59 tahun, dikurangi 10% untuk usia 60s/d 69 tahun dan dikurangi
20%, di atas 70 tahun.
Berat Badan
Bila kegemukan dikurangi sekitar 20-30% ber-gantung kepadatingkat kegemukan.
Bila kurus ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan kebutuhanuntuk meningkatkan
18
BB.Untuk tujuan penurunan berat badan jumlah kalori yang diberikanpaling sedikit
1000 - 1200 kkal perhari untuk wanita dan 1200 -1600 kkal perhari untuk pria.
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut di atas
dibagidalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%), siang (30%) dan sore
(25%)serta
2-3
porsi
makanan
ringan
(10-15%)
di
antaranya.
Untuk
2.
3.
1.
19
(rosiglitazon
dan
pioglitazon)
berikatan
pada
dengan
meningkatkan
jumlah
protein
pengangkutglukosa,
C. Penghambat glukoneogenesis
Metformin
20
sepsis,renjatan,
gagal
jantung).
Metformin
dapat
memberikan
Ketoasidosis diabetik
21
22
52%
Diabetes
Melitus
mengalami
progresifitas
menjadi
23
24
menyebabkan
deformitas
pada
kaki.
Deformitas
tersebut
mengakibatkan perubahan pada tulang dan titik tumpu kaki yang meningkatkan
risiko terjadinya luka. Gangguan persarafan otonom berdampak pada gangguan
fungsi kelenjar minyak dan keringat, sehingga menyebabkan kulit kering dan
mudah terkena infeksi. Gangguan persarafan sensorik menyebabkan hilangnya
sensasi perabaan dan nyeri pada kaki sehingga meningkatkan risiko terpapar
trauma dan berakibat munculnya luka yang tidak diperhatikan.
Trauma
MOTORIK
SENSORIK
OTONOM
Kelemahan/
Hilang
atrofi
dari sensasi untuk perlindungan
Anhidrosis kulit kering
MAKROVASKULAR
Penebalan struktur kapiler
Deformitas
Stress berlebihan
Iskemia
Deformitas struktur
25
di
Neuropati
Vaskular
Kulit hangat, kering, warna Kulit dingin, sianotik, h
tungkai
pedis,
kulit normal
(arteri Teraba normal
(gangren)
Tidak teraba atau te
tibialis
lemah
posterior)
Refleks ankle
Sensitivitas local
Deformitas kaki
Normal
Norma l
Biasanya tidak ada
Calus
Sisi plantar kaki
Jari kaki
Luka punched out di area yang Nyeri, dengan area nekro
mengalami hiperkeratotik
Normal (>1)
(TcPO2)
I.
26
perifer,trauma
melakukanpemeriksaan
atau
deformitas),
neuromuskular
untuk
klasifikasi
menentukan
ulkus
dan
ada/tidaknya
deformitas.12
Deskripsi ulkus DM paling tidak harus meliputi; ukuran,kedalaman, bau,
bentuk dan lokasi. Penilaian ini digunakan untuk menilai kemajuan terapi. Pada
ulkus yang dilatarbelakngi neuropati ulkus biasanya bersifat kering,fisura, kulit
hangat, kalus, warna kulit normal dan lokasibiasanya di plantar, lesi sering berupa
punch out. Sedangkan lesi akibat iskemia bersifat sianotik, gangren, kulit dingin
dan lokasi tersering adalah di jari. Bentuk ulkus perlu digambarkan seperti; tepi,
dasar, ada/tidak pus, eksudat,edema, kalus, kedalaman ulkus perlu dinilai dengan
bantuan probe steril. Probe dapat membantu untuk menentukan adanya sinus,
mengetahui ulkus melibatkan tendon, tulang atau sendi.2 Berdasarkan penelitian
Reiber,lokasi ulkus tersering adalah di permukaan jari dorsal dan plantar (52%),
daerah plantar (metatarsal dan tumit: 37%) dan daerah dorsum (11%).
Tabel 2. Penilaian ulkus diabetik
Variabel
Pemeriksaan dermatologi
Penjelasan
Keadaan kulit
Keadaan
ulkus,
gangrene,
infeksi
27
ukuran,
Etiologi ulkus
Neuropatik
Iskemik
Pemeriksaan neuromuscular
Neuroiskemik
Deformitas structural
Hammertoe, bunion
Deformitas charcot
Hallux valgus/rigiditas
Riwayat amputasi sebelumnya
Keterbatasan gerak sendi
Gangguan berjalan
Keadaan otot
Atrofi
Foot drop
Ada
tidaknya
Osteomielitis
Kontraktur
infeksi Eritema, edema, bau, pus
Kultur dan sensitivitas pus
Curigai bila ulkus besar dan dalam
Ui probe to bone
Foto radiologi tulang
Kultur dan sensitivitas tulang
Derajat Infeksi
CT scan/MRI
Infeksi ringan : dijumpai lebih dari 2 tanda inflamasi
(pus, eritema, nyeri, nyeri tekan, hangat pada
perabaan dan indurasi), luas selulitis/eritema <2 cm
sekitar ulkus, dan infeksi terbatas di kulit/jaringan
subkutan superficial, tidak dijumpai komplikasi
local/sistemik.
Infeksi sedang : criteria infeksi ringan + keadaan
sistemik dan metabolic stabil, ditambah dengan
adanya >1 keadaan (selulitis >2 cm sekitar ulkus,
abses di jaringan dalam, kebocoran sistem limfatika,
gangrene, dengan melibatkan jaringan otot, tulang,
28
dan tendon)
Infeksi berat : pasien mengalami infeksi dengan
gangguan sistemik atau metabolic yang tidak stabil
(demam, takikardi, hipotensi, bingung, muntah,
Pemeriksaan vascular
Pemeriksaan neurologi
Angiografi
Persepsi vibrasi (garpu tala 128 cps)
Tes monofilament Semmes-Weinstein
Pemeriksaan reflex tendon patella/Achilles
Klasifikasi wagner (dijelaskan berikutnya)
Klasifikasi ulkus
Adanya tanda inflamasi berupa edema, merah pada kulit luka, serta ulkus yang
berbau sehingga dicurigai mengalami infeksi. Infeksi pada kaki diabetik harus
dievaluasi.
II.
Karakteristik Kaki
29
alis
3
4
kelainan tulang.
Ulkus dalam disertai kelainan kulit dan abses luas yang dalam
Gangrene terbatas, yaitu hanya pada ibu jari kaki, tumit. Penyebab
utama adalah iskemik. Oleh karena itu ulkus iskemi yang terbatas
III.
DIAGNOSIS
A. Anamnesis
Anamnesis dilakukan dengan menggali gejala neuropati perifer dan
vaskulopati perifer.Gejala neuropati perifer yaitu, hipestesia, hyperestesia,
parestesia, dysesthesia, nyeri radikular, dan anhidrosis. Gejala vaskulopati
periferyaitu nyeri saat istirahat, riwayat nyeri saat berjalan dan berkurang saat
istirahat (klaudikasio intermiten), riwayat luka di kaki yang sulit sembuh.13
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penderita dengan ulkus diabetes dibagi menjadi 3
bagian yaitu:14
30
Pemeriksaan Ekstremitas
Ulkus diabetes mempunyai kecenderungan terjadi pada beberapa daerah
yang menjadi tumpuan beban terbesar, seperti tumit, area kaput metatarsal di
telapak, ujung jari yang menonjol (pada jari pertama dan kedua). Ulkus dapat
timbul pada malleolus karena pada daerah ini sering mendapatkan trauma.
Kelainan-kelainan lain yang ditemukan pada pemeriksaa fisik:
oCallus hipertropik
o Kuku yang rapuh/pecah
oHammer toes
oFissure
31
32
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium
(mikrobiologi)
dapat
dilakukan
seperti
pemeriksaan kultur pus luka dan jaringan untuk mencari etiologi kuman penyebab
infeksi dan pemilihan antibiotik yang sesuai.
33
Multidetector
Computed
Tomographic
Angiography
(MDCT)
Hasil foto pedis PL/obliq pasien ini menunjukkan Gas gangrene pada dorsum
pedis sinistra, Osteomyelitis kronik plantar pedis sinistra, Tendinitis dan fasciitis
plantar pedis sinistra.
34
IV.
KOMPLIKASI
Infeksi merupakan komplikasi dan ancaman utama amputasi pada
penderitakaki diabetik. Infeksi superfisial di kulit apabila tidak segeradi atas dapat
berkembang menembus jaringan di bawah kulit,seperti otot, tendon, sendi dan
tulang, atau bahkan menjadiinfeksi sistemik. Tidak semua ulkus mengalami
infeksi. Adanyainfeksi perlu dicurigai apabila dijumpai peradangan lokal, cairan
purulen, sinus atau krepitasi. Menegakkan adanya infeksi padapenderita DM
tidaklah mudah. Respons inflamasi pada penderitaDM menurun karena adanya
penurunan fungsi lekosit, gangguanneuropati dan vaskular. Demam, menggigil
dan lekositosis tidak dijumpai pada 2/3 pasien dengan infeksi yang mengancam
tungkai.12
Menentukan ada/tidak infeksi dan derajat infeksimerupakan hal penting
dalam manajemen ulkus DM. Elemen kunci dalam klasifikasi klinis infeksi ulkus
DM
disingkatmenjami
PEDIS
(perfusion,
extent/size,
depth/tissue
loss,
nekrotik.Kuman
pada
infeksi
kaki
diabetik
bersifat
35
lebih
memastikan
osteomielitis
pemeriksaan
MRI
sangat
Staphylococcus aureus. Antibiotic seperti cephalexin, dicloxacillin, amoxicillinclavunate, atau klindamisin merupakan pilihan efektif. Apabila dicurigai terjadi
infeksi
yang resisten
terhadap
metisilin
36
37
cephalosporin
(Ceftriaxone) untuk
bakteri
Metronidazole untuk bakteri anaerob. Setelah hasil kultur ada, pasien selanjutnya
diberikan antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur yaitu meropenem.
Edukasi perawatan kaki harus diberikan kepada semua orang dengan ulkus
maupun neuropati perifer atau peripheral arterial disease.12
1. Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasar dan di air
2. Periksa kaki setiap hari, dan laporkan pada dokter apabila ada kulit terkelupas atau
daerah kemerahan atau luka
3. Periksa alas kaki dari benda asing sebelum memakainya
38
4. Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, dan mengoleskan krim pelembab ke
kulit yang kering.
Pada penderita diabetes, 1 diantara 20 penderita akan menderita ulkus pada
kaki dan 1 diantara 100 penderita akan membutuhkan amputasi setiap tahun. Oleh
karena itu, diabetes merupakan faktor penyebab utama amputasi non trauma
ekstremitas bawah di Amerika Serikat. Amputasi kontralateral akan dilakukan
pada 50 % penderita ini selama rentang 5 tahun ke depan.
Neuropati perifer yang terjadi pada 60% penderita diabetes merupakan
resiko terbesar terjadinya ulkus pada kaki, diikuti dengan penyakit mikrovaskuler
dan regulasi glukosa darah yang buruk. Pada penderita diabetes dengan neuropati,
meskipun hasil penyembuhan ulkus tersebut baik, angka kekambuhanrrya 66%
dan angka amputasi meningkat menjadi 12%.5
Pada pemeriksaan laboratorium menunjukkan penurunan kadar Natrium
pasien yaitu 124 mEq/L lalu didiagnosa sebagai Hiponatremia. Penanganan yang
dapat diberikan adalah dengan pemberian cairan infus intravena Natrium Klorida
(NaCl) 0,9% 20 tetes per menit. Perbaikan melalui asupan makanan yang
mengandung tinggi natrium yaitu makanan yang mengandung garam yang tinggi
juga disarankan kepada penderita.
DAFTAR PUSTAKA
39
3. Wahyu ND. Analisis Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe II2013 15
march 2015.
4. Singh Nalini AD, Lipsky Benjamin. Preventing Foot Ulcers in Patients With
Diabetes. Journal of American Medical Association. 2005;293(2):217-8.
5. Harrison's Principles of Internal Medicine. USA: McGRaw Hill Company.
6.Grace Pierce A BNR. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta: PT Gelora Aksara
Pratama; 2007.
7. WHO. Diabetes2015 march 15, 2015.
8. RI BPdPKKK. Riset Kesehatan Dasar2013.
9. Indonesia PRSS. RI Rangking Keempat Jumlah Penderita Diabetes Terbanyak
Dunia2011 15 March 2015.
10.
Zhaolan
Liu
CF,
Weibing
Wang,
Biao
Xu.
Prevalence
of
ChronicComplications of Type 2 Diabetes Mellitus in Outpatients - A CrossSectional Hospital Based Survey in Urban China Health and Quality of Life
Outcomes.2010;8(62):1-9.
11. Clayton Warren ETA. A Review of The Pathophysiology, Classification, and
Treatment of Foot Ulcers in Diabetic Patients. Clinical Diabetes.2009;27(2):52-8.
12. Suharjo CJ. Manajemen Ulkus Kaki Diabetik. Jurnal Kedokteran dan Farmas
Dexa Medica 2007;20(3):103-8.
13. Lopez RV. Diabetic Ulcers2010 15 March 2015.
14.
Hariani
Lynda
PD.
Perawatan
UIkus
Diabetes.
Surabaya:
UniversitasAirlangga; 2009.
15. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
di Indonesia Jakarta: PERKENI; 2006.
16. Lipsky Benjamin A BA, Pilo James. Clinical Practice Guideline for the
Diagnosis and Treatment of Diabetic Foot Infections. Clinical Infectious Disease.
2012;54(12):132-73.
40