Anda di halaman 1dari 24

1

I.

1.1.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dalam suatu perairan terdapat berbagai jenis organismee, salah satu diantaranya

plankton. Plankton merupakan organisme yang hidupnya melayang-layang diperairan.


Plankton terdiri atas organisme-organisme yang berukuran kecil (mikroskopik) yang
jumlahnya sangat banyak dan plankton tidak cukup kuat untuk menahan gerakan air
yang begitu besar.
Plankton merupakan makanan alami organisme perairan, sebagai produsen
utama di perairan adalah fitoplankton sedangkan organisme konsumen adalah
zooplankton, larva, ikan, udang, kepiting, dan sebagainya. Oleh karena itu plankton
merupakan organismee yang keberadaannya sangat diperlukan atau harus ada didalam
perairan karena plankton adalah bahan utama rantai makanan di perairan.
Pengukuran kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara, yang pertama adalah
pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan kimia (suhu, O2 terlarut, CO2
bebas, pH, Konduktivitas, Kecerahan, Alkalinitas ), sedangkan yang kedua adalah
pengukuran kualitas air dengan parameter biologi (Plankton dan Benthos) (Sihotang,
2006).
Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi atau
komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu
parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia
(pH, oksigen terlarut, BOD, kadar logam dan sebagainya), dan parameter biologi
(keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya) (Effendi, 2003).
1.2.

Tujuan dan manfaat

Adapun tujuan praktikum ini adalah :


1.

Untuk mengetahui cara pengambilan sampel plankton

2.

Untuk mengetahui jenis-jenis plankton

3.

Untuk mengetahui cara menghitung plankton

4.

Untuk mengetahui cara mengidentifikasi plankton


Manfaat dari praktikum ini adalah agar setiap praktikan dapat mengetahui

kualitas air serta dapat mengidentifikasi jenis plankto yang ada di suatu perairan atau
ekosistem .

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Perairan umum adalah bagian dari permukaan bumi yang secara permanen atau
berkala digenangi air, baik air tawar, air payau, maupun air laut. Perairan tawar
menyebar mulai dari air laut surut terendah ke arah daratan dan badan air tersebut
terbentuk secara alami atau buatan (waduk/kolam) ( Kasri, 2003).
Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona
pelagic (bagian atas) samudra, laut, dan badan air tawar. Secara luas plankton dianggap
sebagai salah satu organisme terpenting di dunia, karena menjadi bekal makanan untuk
kehidupan akuatik. Bagi kebanyakan mahluk hidup dilaut, palankton adalah makanan
utama mereka. Plankton terdiri atas sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut, ukurannya
sangat kecil. Walaupn termasuk jenis mahluk hidup, plankton tidak mempunyai
kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya (Anonim,
2008).
Menurut Wirahara (2003), adapun plankton berdasarkan asalnya dibedakan
menjadi dua, yaitu :

Auto plankton : plankton yang berasal dari habitat tersebut (palnkton asli dari
suatu habitat).

Allo plankton : plankton yang datang dari perairan lain (hanyut terbawa oleh
sungai atau arus).

Pengelompokan plankton berdasarkan siklus hidup dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

Holoplankton : plankton yang sepanjang hidupnya dilalui sebagai plankton

Megaplankton : kehidupan plankton ini hanya terjadi pada awal yaitu pada
stadium telurdan larva.
Keberadaan plankton merupakan parameter penduga kualitas perairan. Semakin

banyak dan beraneka ragam jenis plankton maka makin banyak jenis dan jumlah ikan.

Selain itu keberadaan plankton juga mempengaruhi daya penetrasi sinar matahari.
Apabila perairan berwarna dipermukaannya, tapi setelah diambil dari permukaan dan
menjadi tidak berwarna maka air tersebut mengandung banyak plankton dan warna
akibat plankton ini disebut warna tampak (Uliawati, 2008).
Ada beberapa cara untuk mengangkap plankton anatara lain centrifuge method,
filtration method, dan penangkapan menggunakan planktonet, cara yang paling mudah
adalah dengan menggunakan planktonet yaitu dengan menyaring sejumlah air dengan
sejumlah air tersebut dan plankton jatuh pada kantong saring. Setelah disiram sampel
diawetkan dan selanjutnya diamati dibawah mikroskop (Yulianti, 2006).
Berdasarkan jenisnya, plankton dibedakan menjadi dua yaitu zooplankton yang
tidak dapat membuat makanannya sendiri, namun terkadang dapat merombak senyawa
komplek menjadi senyawa yang lebih sederhana. Dan yang kedua yaitu fitoplankton
yang merupakan biota perairan yang memiliki klorofil untuk melakukan proses
fotosintesis dan menghasilkan oksigen yang dimanfaatkan untuk prosesreSp.irasi biota
akuatik lainnya (Yasmawardani, 2006).
Fitoplankton sebagai tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil mampu
melaksanakan reaksi fotosintesis di mana air dan karbon diokasida dengan adanya sinar
surya dan garam-garam hara dapat menghasilkan senyawa organik seperti karbohidrat.
Karena kemampuan membentuk zat organik dari zat anorganik maka fitoplankton
disebut sebagai produsen primer (primary producer). Dalam rantai makanan (food
chain), fitoplankton akan dimakan oleh hewan herbivor yang merupakan produsen
sekunder (secondary producer) (Nontji, 2002).
Cahaya merupakan sumber energi utama dalam ekosistem perairan. Di perairan,
cahaya memiliki dua fungsi utama (Jeffries dan Mills, 1996 dalam Effendi, 2003) antara
lain adalah: 1. Memanasi air sehingga terjadi perubahan suhu dan berat jenis (densitas)
dan selanjutnya menyebabkan terjadinya percampuran massa dan kimia air. Perubahan

suhu juga mempengaruhi tingkat kesesuaian perairan sebagai habitat suatu organisme
akuatik, karena setiap organisme akuatik memiliki kisaran suhu minimum dan
maksimum bagi kehidupannya. 2. Merupakan sumber energi bagi proses fotosintesis
algae dan tumbuhan air. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang
ditemukan secara visual dengan menggunakan secchi disk. Nilai kecerahan dinyatakan
dalam satuan meter, nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran,
kekeruhan dan padatan tersuspensi serta ketelitian seseorang yang melakukan
pengukuran. Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah
(Effendi, 2003).
Kecerahan suatu perairan menentuan sejauh mana cahaya matahari dapat
menembus suatu perairan dan sampai kedalaman berapa proses fotosintesis dapat
berlangsung sempurna. Kecerahan yang mendukung adalah apabila pinggan seichi disk
mencapai 20-40 cm dari permukaan. (Chakroff dalam Syukur, 2002)
Salah satu sifat fisika yang dapat mempengaruhi Perkembanmgan

dan

pertumbuhan organisme di suatu perairanadalah suhu. Suhu air yang optimal untuk ikan
di daerah tropis biasanya berkisar 250 C-300 C. Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh
musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam satu hari, siklus udara,
penutupan awan, dan aliran serta kedalaman dari badan air(Effendi, 2006).
Untuk mendapatkan sampel plankton digunakan jaring plankton (planktonet).
Plankton yang telah dikumpulkan, dihitung dari tabung penampungan kebotol bermulut
gede, pengawet bahan yang biasa digunakan label adalah formalin 4% yang telah
dinetralkan dengan boraks hearts ketas (juwana, 2001).
Susanto (2004) mengemukakan bahwa suhu adalah salah satu sifat fisik yang
dapat mempengaruhi nafsu makan dan pertumbuhan badan ikan. Suhu air yang optimal
untuk ikan daerah tropis biasanya berkisar antara 25-30 oC. Suhu air juga
mempengaruhi terhadap pertukaran zat-zat atau metabolisme dari makhluk hidup.

Hehanussa dan Haryanti (2001) menyatakan bahwa pH adalah nilai absolut


dalam logaritma desimal dari konsentrasi ion hidrogen, sebagai indikator keasaman untk
nilai pH yang kurang dari tujuh dan alkalinitas untuk nilai pH yang lebih dari tujuh.
Keasaman air atau yang populer dengan istilah pH air sangat berperan dalam kehidupan
organisme perairan. Pada umumnya pH yang sangat cocok untuk semua jenis ikan dan
organisme lainnya berkisar antara 6,7-6,8 (Susanto, 2004)
Syafriadiman et al, (2005) menyatakan bahwa derajat keasaman (pH) punya
peranan penting baik dalam kehidupan organisme air maupun dalam pengaturan
ketersediaan unsur hara dalam perairan itu sendiri. pH (Power Hidrogen) merupakan
ukuran aktivitas ion hydrogen dan didefenisikan sebagai minus (negatif) logaritma
konsentrasi ion H. Derajat keasaman (pH) yang terlalu rendah ataupun yang terlalu
tinggi dapat mematikan ikan dan organisme lainnya.
Derajat keasaman (pH) adalah suatu ukuran keasaman dan kadar alkali dari
sebuah contoh cairan. Kadar pH dinilai dengan ukuran antara 0-14. Sebagian besar
persediaan air memiliki pH antara 7,0-8,2 namun beberapa air memiliki pH di bawah
6,5 atau diatas 9,5. Air dengan kadar pH yang tinggi pada umumnya mempunyai
konsentrasi alkali karbonat yang lebih tinggi. Alkali karbonat menimbulkan noda alkali
dan meningkatkan farmasi pengapuran pada permukaan yang keras (Arfiati, 2001).
Kandungan oksigen terlarut untuk menunjang usaha budidaya adalah 5 8 mg/l
(Mayunar et al., 1995; Akbar, 2001). Oksigen dapat merupakan faktor pembatas dalam
penentuan kehadiran makhluk hidup di dalam air. Penentuan oksigen terlarut harus
dilakukan berkali-kali di berbagai lokasi dengan tingkat kedalaman yang berbeda pada
waktu yang tidak sama (Sastrawijaya, 2000).
Oksigen terlarut adalah jumlah gas oksigen yang terlarut dalam air yang berasal
dari hasil fotosintesa oleh fitoplankton atau tanaman air lainnya atau difusi dari udara
(Penuntun Pratikum Ekologi Perairan, 2011).

III.

3.1.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat


Praktikum planktonologi dilaksanakan pada hari Kamis, 4 April 2015, pada jam

15.20 WIB bertempat di anak sungai Universitas Riau, dan diidentifikasi pada hari
kamis, 9 April 2015 pada jam 10.00 WIB di Laboratorium Biologi Perairan Fakultas
Perikanan dan ilmu kelautan, Universitas Riau.
3.2.

Bahan dan Alat


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum adalah : Planktonet, Kertas label,

Pipet tetes, ember, Secchi disc, Thermometer, Botol DO, alat water sampel, tali
tambang, kertas pH, mikroskop, objek glass, cover glass.
Sedangkan untuk bahan yang digunakan adalah : Air sampel, Lugol, Aquades,
Sampel plankton, H2SO4, Na2S3O2, MnSO4.
3.3.

Metode Pratikum
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah pengamatan secara

langsung yang kemudian untuk mengidentifikasi jenis plankton dilakkan dilaboraturium


dengan menggunakn mikroskop dengan metode sapuan.
3.4.

Prosedur Pratikum

Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada saat praktikum adalah:


3.4.1. Pengukuran Suhu
Thermometer dimasukkan kedalam perairan dengan kedalaman tertentu. Tunggu
beberapa menit lalu amati perubahan suhu yang terjadi dithermometer. Dalam
melakukan pengamatan, tubuh thermometer jangan sampai tersentuh tangan agar hasil
yang didapat maksimal.

3.4.2. Pengukuran Kecerahan


Diturunkan secchi disck sampai dasar perairan sampai tidak tampak, lalu diberi
tanda berapa kedalammnya, kemudian diangkat secara perlahan seccidisc tersebut
sampai tampak, selanjutnya ukur panjang tali yang masuk keperairan menggunakan
meteran dan dicatat hasilnya.
3.4.3. Pengukuran PH
Masukkan kertas pH kedalam perairan, lalu keringkan bebrapa menit kemudian
hasilnya di cocokkan dengan kertas indicator pH kemudian catat hasilnya.
3.4.4. Pengambian plankton
Untuk mengambil plakanton dibagi dalam dua bagian yakni bagian dasar dan
permukaan, pada bagian permukaan air ambil menggunakn ember sebanyak 5 liter dan
disaring menggunakan plaktonet kemudian hasil saringan tersebut disimpan didalam
botol gelap agar tidak terjadi fotosintesisi dan dimasukkan laritan lugol sebagai
pengawet, selanjutnya untuk di dasar perairan air sampel di ambil menggunakan water
sampel yang terbuat dari pipa paralon, ambil air dasar sebanyak 5 liter lalu di sarin
dengan planktonet kemudian air yang terkumpul di masukkan kedalam botol lalu di beri
larutan lugol agar awet.
3.4.5. Identifikasi Plankton
Air hasil penyaringan dengan mengguanakan planktonet dibawa kelaboraturium
kemudian air tadi diamati dengan menggunakan mikroskop dengan metode sapuan,
hasil dari pengamatan kemudian dicatat dan planktonnya difoto.
3.4.6. Pengukuran DO
Ambil air menggunakan botol khusus DO (jangan sampai ada gelembung
udara), tutup kembali dengan cara menutupnya di dalam periaran tersebut, lalu
tambahkan 1 ml MnSO4 dengan pinset tetes, Ditutup dan dihomogenkan (biarkan
mengendap), dibiarkan gumpalan mengendap 5-10 menit, Ditambah 1 ml H2SO4 pekat,

tutup dan dihomogenkan hingga endapan larut sempurna, Dimasukkan 50 ml air sampel
kedalam tabung erlen meyer 150 ml, di titrasi dengan Na2S2O3 dengan indicator anulab
sampai berwarna biru tepat hilang dan diamat, Dihitung kandungan DO nya

10

IV.

4.1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Setelah dilakukan pengamata secara langsung di perairan anak sungai universitas riau
maka di peroleh hasil sebagai berikut:

Lapisan
Kolam
Permukaan

Warna Air

Suhu
(0C)

Kecerahan
(cm)

pH

DO(mg/
L)

CO2
(mg/L)

32

54

32,79

7,994

Kuning
Kecoklatan

32

Kedalaman

Tabel 1. Pengukuran Kualitas Air di Anak Sungai Universitas Riau


Pengamatan Permukaan Anak Sungai UR
Tetes Satu
NO
1
2
3

Jenis Plankton
Ceratium candelahrum
Anabaenopsis raciborskii
Trichodesmium hildebrantii

1
0
1
0

2
1
0
0

3
0
1
1

Sapuan
4 5 6
0 0 0
0 0 0
0 0 0

7
0
0
1

8
0
0
0

9
0
0
0

Sapuan
4 5 6
0 0 0
0 0 1
0 0 1
0 0 0

7
0
0
0
0

8
0
0
0
0

9
0
1
0
0

Sapuan
4 5 6
0 1 1
0 1 0
0 0 0
0 0 0

7
0
0
0
0

8
0
0
0
0

9
0
0
0
0

Total
1
2
2

Tetes Dua
NO
1
2
3
4

Jenis Plankton
Nitschia lorenziana
Coelastrum cubium
Trichodesmium hildebrantii
Nitschia lorenziana

1
1
0
0
1

2
0
0
0
0

3
0
0
0
1

Total
1
2
1
2

Tetes Tiga
NO
1
2
3
4

Jenis Plankton
Anabaenopsis raciborskii
Gonatozygon monotaenium
Nitzschia pungens
Nitschia lorenziana

1
0
0
0
0

2
0
0
0
0

3
0
0
1
1

Total
2
1
1
1

11

Tetes Empat
NO
1
2

Jenis Plankton

1
0
0

Platydorina sp
Gomphosphaeria aponina

2
0
0

3
0
0

Sapuan
4 5 6
0 1 0
0 0 0

7
0
1

8
0
0

9
0
1

Sapuan
4 5 6
0 0 0
0 0 0
0 1 0

7
0
0
0

8
0
0
0

9
1
0
0

Sapuan
4 5 6
0 0 0

7
1

8
0

9
0

Sapuan
4 5 6
0 0 0
0 0 1

7
0
0

8
0
0

9
0
0

Total
1
2

Tetes Lima
NO
1
2
3

Jenis Plankton

1
0
0
0

Gomphosphaeria aponina
Nitzschia lorenziana
Platydorina sp

2
0
0
0

3
0
1
0

Total
1
1
1

Tetes Enam
NO
1

Jenis Plankton

1
0

Nitzschia pungens

2
0

3
0

Total
1

Tetes Tujuh
NO
1
2

NO
1
2
3
4

NO
1
2
3

NO
1

Jenis Plankton

1
1
0

Nitschia lorenziana
Trichodesmium hildebrantii

Jenis Plankton
Nitschia lorenziana
Ceratium candelahrum
Nitzschia pungens
Nitschia lorenziana

Jenis Plankton
Anabaenopsis raciborskii
Trichodesmium
hildebrantii
Nitzschia pungens

Jenis Plankton
Gomphosphaeria aponina

2
0
0

3
0
0

Total
1
1

Tetes Delapan
Sapuan
2
3
4 5
6
0
0
0 0
0
1
0
0 0
0
0
1
0 0
0
0
1
0 0
0

7
0
0
0
0

8
0
0
0
0

9
0
0
0
0

Tetes Sembilan
Sapuan
1
2
3
4 5
6
1
0
0
0 0
0

7
0

8
0

9
1

Tetes Sepuluh
Sapuan
2
3
4 5
6
0
0
0 0
0

7
0

8
0

9
1

1
1
0
0
0

1
0

Total
1
1
1
1

Total
2

Total
1

12

Pengamatan Dasar Anak Sungai Ur


Tetes Satu
NO
1
2
3
4

Jenis Plankton
Closterium kuetzinggi
Spirulina sp
Hyalotheca undulata
Nitschia lorenziana

1
0
1
0
0

2
0
0
0
2

3
1
0
0
0

Sapuan
4 5 6
1 0 0
2 0 0
0 1 0
0 0 0

7
0
1
0
0

8
0
0
0
1

9
0
0
0
0

Sapuan
4 5 6
1 0 0
0 1 0
0 0 0
2 0 0

7
0
0
0
0

8
0
0
0
0

9
3
0
0
0

Sapuan
4 5 6
1 0 0
0 1 0
0 0 0
2 0 0
0 0 0

7
0
0
0
0
0

8
0
0
0
1
0

9
3
1
0
0
0

Sapuan
4 5 6
0 0 0
2 0 0
0 1 0

7
0
0
0

8
0
0
0

9
0
1
0

Sapuan
4 5 6
0 0 0
1 0 1
0 0 0
0 0 0
0 2 0

7
0
0
0
0
0

8
0
0
0
1
0

9
0
0
0
0
0

Total
2
4
1
3

Tetes Dua
NO
1
2
3
4

Jenis Plankton
Richteriella sp
Synedra acus
Nitzschia clostrium
Spirulina sp

1
0
0
0
1

2
0
2
0
0

3
0
0
2
0

Total
4
3
2
3

Tetes Tiga
NO
1
2
3
4
5

Jenis Plankton
Anabaenopsis raciborskii
Schroederia setigara
Nitzschia curvula
Spirulina sp
Ceratium candelahrum

1
0
0
0
1
1

2
0
2
0
0
1

3
0
0
2
0
0

Total
4
4
2
4
2

Tetes Empat
NO
1
2
3

Jenis Plankton
Closterium kuetzinggi
Richteriella sp
Rhizosolenia calcaravis

1
0
0
0

2
0
0
2

3
1
0
0

Total
1
3
3

Tetes Lima
NO
1
2
3
4
5

Jenis Plankton
Coelastrum cubium
Anabaenopsis raciborskii
Ceratium fusus
Schroederia setigara
Hyalotheca undulata

1
1
0
0
0
0

2
0
0
2
0
0

3
2
0
0
0
0

Total
3
2
2
1
2

13

Tetes Enam
NO
Jenis Plankton
1
2
3
4

Spirulina sp
Coelastrum cubium
Trichodesmium hildebrantii
Nitzschia clostrium

1
1
0
2
1

2
0
0
0
0

3
0
0
0
2

Sapuan
4 5
6
0 0
0
0 2
1
0 0
0
0
0
0

7
0
2
0
0

8
0
0
1
1

9
0
0
0
0

Sapuan
4 5
6
0 1
0
0 0
0

7
0
0

8
0
0

9
0
0

1
0
0
0

Tetes Delapan
Sapuan
2
3
4 5
6
1
0
0 1
0
0
0
0 0
0
1
0
0 0
0

7
0
0
1

8
0
1
0

9
0
0
0

1
0
1
2
1
0

Tetes Sembilan
Sapuan
2
3
4 5
6
1
0
0 2
0
0
0
0 0
0
0
0
0 0
0
0
0
0 0
0
1
0
1 0
0

7
0
0
0
2
0

8
0
0
0
0
1

9
0
0
2
0
0

1
0
0
0
0

Tetes Sepuluh
Sapuan
2
3
4 5
6
0
0
1 0
0
0
0
0 1
0
0
0
1 0
0
1
0
0 0
0

7
0
0
0
1

8
0
0
0
0

9
0
0
0
0

Total
1
5
3
4

Tetes Tujuh
NO
1
2

NO
1
2
3

NO
1
2
3
4
5

NO
1
2
3
4

Jenis Plankton
Nitschia lorenziana
Nitzschia clostrium

Jenis Plankton
Nitschia lorenziana
Schroederia setigara
Nitzschia curvula

Jenis Plankton
Synedra acus
Anabaenopsis raciborskii
Trichodesmium hildebrantii
Coelastrum cubium
Rhizosolenia calcaravis

Jenis Plankton
Richteriella sp
Schroederia setigara
Anabaenopsis raciborskii
Nitzschia curvula

1
0
1

2
1
2

3
0
0

Total
2
3

Total
2
1
2

Total
3
1
4
3
3

Total
1
1
1
2

14

NO

BP

JENIS

2,6

JLH

KLASIFIKASI
Phylum : Pyrrophycophyta
Class

: Dinophyceae

Ordo

: Gonyaulacales

Family : Ceratiaceae
Genus

: Ceratium

Spesies : Ceratium candelahrum

Ceratium candelahrum

Phylum : Cyanobacteria
Class

: Cyanophyceae

Subclass : Nostocophycideae
2

1,3,
6,8,9

Ordo

: Nostocales

Family : Aphanizomenonaceae
Genus

:Anabaenopsis

Spesies : Anabaenopsis raborskii

Anabaenopsis raciborskii

Kingdom : Bacteria
Phylum : Cyanobacteria
3

3,6,7

Ordo

: Oscillatoriales

Genus

: Trichodesmium

Spesies

: Trichodesmium
hildebrantii

Trichodesmium hildebrantii

Kingdom :Plantae
Devisio :Thallophyta

6,9

Classis

:Chlorophyceae

Ordo

:Ulvales

Familia : Uvaceae
Genus

: Coelastrum

Spesies : Coelastrum cubium

Coelastrum cubium

Phylum : Bacillariophyta
Class

: Bacillariophyceae

Subclass : Pennales
5

1,3

Nitzschia lorenziana

Ordo

: Nitzschiaceae

Genus

: Nitzschia

Spesies

: Nitzschia lorenziana

Phylum : Chlorophyta
6

Class

: Chlorophyceae

15

Subclass : Zygnematales
Ordo

: Mesotaeniaceae

Familia : Gonatozygon
Spesies : Gonatozygon
Gonatozygon monotaenium

monotaenium
Phylum : Bacillariophyta
Class

: Bacillariophyceae

Subclass : Pennales
7

3,4

Ordo

: Nitzschiaceae

Familia : Nitzschia
Spesies : Nitzschia pungens

Nitzschia pungens

Phylum

: Cyanobacteria

Class

: Cyanophyceae

Subclass

Oscillatoriophycideae
8

7,9

Ordo

: Chroococcales

Family

: Gomphosphaeriaceae

Spesies

: Gomphosphaeria
Aponina

Gomphosphaeria aponina

Phylum

: Chlorophyta

Class

: Chlorophyceae

Ordo

: Volvocales

Family

: Volvocaceae

Spesies

: Platydorina sp

Platydorina sp
Tabel 3. Jumlah plankton dan klaifikasi permukaan perairan
NO

BP

JENIS

3,4

JLH

Closterium kuetzinggi

KLASIFIKASI
Phylum
: Chlorophyta
Class

: Chlorophyceae

Subclass

: Zygnematales

Ordo

: Desmidiaceae

16

1,2,4
5,7,8
9

15

Spirulina sp

5,7

Family

: Closterium

Spesies

: Closterium pronum

Kingdom

: Protista

Divisi

: Cyanophyta

Kelas

: Cyanophyceae

Ordo

: Nostocales

Famili

: Oscilatoriaceae

Genus

: Spirulina

Spesies

: Spirulina sp.

Phylum

: Chlorophyta

Class

: Chlorophyceae

Subclas

: Zygnematales

Ordo

: Desmidiaceae

Family

: Hyalotheca

Spesies

: Hyalotheca undulata

Hyalotheca undulata

2,5,8

Phylum

: Bacillariophyta

Class

: Bacillariophyceae

Subclas

: Pennales

Ordo

: Nitzschiaceae

Family

: Nitzschia

Spesies

: Nitzschia
lorenziana

Nitschia lorenziana
Kingdom : Plantae

4,5,6
9

9
Richteriella sp

Divisio

: Chlorophyta

Class

: Trebouxiophyceae

Ordo

: Chlorellales

Family

: Oocystaceae

Genus

: Richteriella

Spesies

: Richteriella sp

17

2,6

Ceratium fusus

2,5,6,
8,9

Synedra acus

1,3

Nitzschia clostrium

2,4,5
8,9

Phylum

: Pyrrophycophyta

Class

: Dinophyceae

Subclas

: Gonyaulacales

Ordo

: Ceratiaceae

Spesies

: Ceratium

Family

: Ceratium fusus

Phylum

: Bacillariophyta

Class

: Bacillariophyceae

Subclas

: Pennales

Family

: Synedra

Spesies

: Synedra acus

Phylum

: Bacillariophyta

Class

: Bacillariophyceae

Subclas

: Pennales

Ordo

: Nitzschiaceae

Family

: Nitzschia

Spesies

: Nitzschia closterium

Phylum

: Ochrophyta

Class

: Coscinodiscophyceae

Order

: Rhizosoleniales

Family

: Rhizosoleniaceae

Genus

: Rhizosolenia

Spesies

Rhizosolenia calcaravis

: Rhizosolenia calcaravis

Kingdom : Plantae

10

8,9

Schroederia setigara

11

1,2

Ceratium candelahrum

Division

: Chlorophyta

Class

: Chlorophyceae

Order

: Chlorococcales

Family

: Chlorococcaceae

Genus

: Schroederia

Phylum

: Pyrrophycophyta

Class

: Dinophyceae

Order

: Gonyaulacales

Family

: Ceratiaceae

Genus

: Ceratium

Spesies

: Ceratium candelahrum

18

12

1,4,6

Anabaenopsis raciborskii

13

2,7,9

Nitzschia curvula

Phylum

: Cyanobacteria

Class

: Cyanophyceae

Subclass

: Nostocophycideae

Order

: Nostocales

Family

: Aphanizomenonaceae

Spesies

:Anabaenopsis raborskii

Phylum

: Bacillariophyta

Class

: Bacillariophyceae

Subclass

: Pennales

Order

: Nitzschiaceae

Genus

: Nitzschia

Spesies

: Nitzschia curvula

Kingdom : Bacteria

14

1,5,8
9

Phylum

: Cyanobacteria

Order

: Oscillatoriales

Genus

: Trichodesmium
hildebrantii

Trichodesmium hildebrantii
Kingdom : Plantae

15

1,2,3
5,7,9

10

Devisio

: Thallophyta

Classis

: Chlorophyceae

Ordo

: Ulvales

Familia

: Uvaceae

Genus

: Coelastrum

Spesies
: Coelastrum cubium
Coelastrum cubium
Tabel 3. Jumlah plankton dan klaifikasi dasar perairan

NO

JENIS
Closterium
kuetzinggi

ni

84 0.04

15

84 0.18

84 0.04

Spirulina sp
Hyalotheca
undulata
Nitschia
lorenziana

84 0.06

Richteriella sp

84 0.11

1
2
3

pi

In pi
3.332
1.723
3.332
2.821
2.234

pi
0.0013
0.0319
0.0013
0.0035
0.0115

pi In
pi
S In s H'/H'maks
0.119 15 2.71 0.937145
0.308
0.119
0.168
0.239

19

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

NO

Ceratium fusus
2 84 0.02 3.738 0.0006 0.089
Synedra acus
7 84 0.08 2.485 0.0069 0.207
Nitzschia
clostrium
3 84 0.04 3.332 0.0013 0.119
Rhizosolenia
calcaravis
6 84 0.07 2.639 0.0051 0.189
Schroederia
setigara
3 84 0.04 3.332 0.0013 0.119
Ceratium
candelahrum
2 84 0.02 3.738 0.0006 0.089
Anabaenopsis
raciborskii
5 84 0.06 2.821 0.0035 0.168
Nitzschia curvula
4 84 0.05 3.045 0.0023 0.145
Trichodesmium
hildebrantii
7 84 0.08 2.485 0.0069 0.207
Coelastrum
cubium
10 84 0.12 2.128 0.0142 0.253
TOTAL
84
1
43.18 0.0921 2.538
Tabel 4. Perhitungan Plankton Dasar Anak Sungai Universitas Riau
Indeks keanekaragaman H : 2.537
Indeks dominansi C'
: 0.092
Indeks keseragaman
: 0.937

ni

29 0.07

-2.67 0.005

29 0.17

-1.76

29 0.21

-1.58 0.043

29 0.07

-2.67 0.005

29 0.14

-1.98 0.019

29 0.03

-3.37 0.001

29

0.1

-2.27 0.011

JENIS
Ceratium
candelahrum
Anabaenopsis
raciborskii
Trichodesmium
hildebrantii
Coelastrum
cubium
Nitschia
lorenziana
Gonatozygon
monotaenium
Nitzschia
pungens
Gomphosphaeria
aponina

29 0.14

-1.98 0.019

Platydorina sp

29 0.07

-2.67 0.005
20.95 0.137

1
2
3
4
5
6
7

TOTAL

29

pi

In pi

pi

0.03

pi In
pi
0.184
0.303
0.326
0.184
0.273
0.116
0.235
0.273
0.184
-2.08

In s

H'/H'maks

2.197

0.9464724

20

Tabel 5. Perhitungan Plankton Permukaan Anak Sungai Universitas Riau


Indeks keanekaragaman H' = 2.0796
Indeks dominansi C'
= 0.13674
Indeks keseragaman E'
= 0.9464724
4.2.

Pembahasan
Aspek yang digunakan pada plankton air tawar adalah suhu, kecerahan, PH, dan

DO karena keempat aspek tersebut sangat berpengaruh untuk kelangsungan hidup


plankton. Suhu merupakan salah satu parameter fisika yang dipengaruhi oleh kecerahan
dan kedalaman suatu perairan. Air yang dangkal dan daya tembus cahaya matahari yang
tinggi dapat meningkatkan suhu suatu perairan. Pada saat pengukuran dapatkan suhu
sebesar 320C. Dari kedua hasil pengukuran tersebut diketahui bahwa planktonplankton dapat tumbuh dengan baik dan dapat bereproduksi dengan cepat karena suhu
yang biasa tempat hidup plankton adalah berkisar antara 20 0C 30 0C (anonym
2008). Unuk derajat keasamannya didapat pH 6 dan pada umumnya pH yang sangat
cocok untuk semua jenis ikan dan organisme lainnya berkisar antara 6,7-6,8 (Susanto,
2004).
Sedangkan hasil plankton yang diperoleh sebanyak 15 jenis didasar yaitu
Closterium kuetzinggi, Spirulina sp, Hyalotheca undulate, Nitschia lorenziana,
Richteriella sp, Ceratium fusus, Synedra acus, Nitzschia clostrium, Rhizosolenia
calcaravis, Schroederia setigara, Ceratium candelahrum, Anabaenopsis raciborskii,
Nitzschia curvula, Trichodesmium hildebrantii, Coelastrum cubium dan 9 jenis di
permukaan yaitu Ceratium candelahrum, Anabaenopsis raciborskii, Trichodesmium
hildebrantii, Coelastrum cubium, Nitschia lorenziana, Gonatozygon monotaenium,
Nitzschia pungens, Gomphosphaeria aponina, Platydorina sp

21

V.

5.1.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Perairan anak sungai Universitas Riau banyak didapatkan jenis plankton hal ini

membuktikan bahwa perairan tersebut memiliki tingkat kesuburan yang baik, di lihat
dari derajat keasamannya pH di anak sungai Universitas Riau jua cukup baik yakni pada
kisaran 6 yang artinya periran tersebut dapat dihuni oleh berbagai organisme misalnya
seperti nekton dan plankton. Jumlah oksigen yang didapat juga menunjukan bahwa
kadar oksigen cukup baik hal ini mungkin dikarenakan lingkungan yang masih bersih
dan belum adanya aktivitas manusia yang membuat aliran sungai tersebut tercemar.
5.2.

Saran
Perlunya jumlah asisten pembimbing dalam pengamatan sangat diperlukan, hal

ini untuk menunjang serta mempermudah pratikan bertanya dan dapat mempersingkat
waktu pengamatan. sehingga untuk kedepannya perlu diperhatikan.

22

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Identifikasi Tentang Plankton.Jakarta


Bagyo. 2005. Planktonologi. IPB : Bogor
Lukman. 2008. Pengetahuan Plankton di Indonesia. Djambatan : Jakarta
Yulianti. 2006. Morfologi Plankton. Erlangga : Jakarta
Yusmawardani. 2006. Jenis-Jenis Plankton. Erlangga : Surabaya.
Effendi, 2003. Kualitas Air Sumber Daya Perairan . Kanusius. Yogyakarta.

Sachlan, M. 1982. Planktonologi. UNDIP: Semarang.

23

LAMPIRAN

24

Anda mungkin juga menyukai