Anda di halaman 1dari 54

Sejarah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Artikel ini berisi tentang bidang akademis. Untuk sejarah umum manusia, lihat
Sejarah dunia. Untuk penggunaan lainnya, lihat Sejarah (disambiguasi).

Historia
oleh Nikolaos Gysis (1892)
Those who cannot remember the past are condemned to repeat it. [1]
George Santayana

Sejarah (bahasa Yunani: , historia, yang berarti "penyelidikan, pengetahuan yang


diperoleh melalui penelitian")[2][3] adalah studi tentang masa lalu, khususnya bagaimana
kaitannya dengan manusia.[4][5] Dalam bahasa Indonesia sejarah babad, hikayat, riwayat,
atau tambo dapat diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada
masa lampau atau asal usul (keturunan) silsilah, terutama bagi raja-raja yang memerintah.[6]
Ini adalah istilah umum yang berhubungan dengan peristiwa masa lalu serta penemuan,
koleksi, organisasi, dan penyajian informasi mengenai peristiwa ini. Istilah ini mencakup
kosmik, geologi, dan sejarah makhluk hidup, tetapi seringkali secara umum diartikan sebagai
sejarah manusia. Para sarjana yang menulis tentang sejarah disebut ahli sejarah atau
sejarawan. Peristiwa yang terjadi sebelum catatan tertulis disebut Prasejarah.
Sejarah juga dapat mengacu pada bidang akademis yang menggunakan narasi untuk
memeriksa dan menganalisis urutan peristiwa masa lalu, dan secara objektif menentukan pola
sebab dan akibat yang menentukan mereka.[7][8] Ahli sejarah terkadang memperdebatkan sifat
sejarah dan kegunaannya dengan membahas studi tentang ilmu sejarah sebagai tujuan itu
sendiri dan sebagai cara untuk memberikan "pandangan" pada permasalahan masa kini.[7][9][10]
[11]

Cerita umum untuk suatu budaya tertentu, tetapi tidak didukung oleh pihak luar (seperti cerita
seputar Raja Arthur) biasanya diklasifikasikan sebagai warisan budaya atau legenda, karena

mereka tidak mendukung "penyelidikan tertarik" yang diperlukan dari disiplin sejarah.[12][13]
Herodotus, abad ke-5 SM ahli sejarah Yunani dalam masyarakat Barat dianggap sebagai
"bapak sejarah", dan, bersama dengan kontemporer Thucydides, membantu membentuk dasar
bagi studi modern sejarah manusia. Kiprah mereka terus dibaca hari ini dan kesenjangan
antara budaya Herodotus dan Thucydides militer yang berfokus tetap menjadi titik pertikaian
atau pendekatan dalam penulisan sejarah moderen. Dalam tradisi Timur, sebuah riwayat
negara Chun Qiu dikenal untuk dikompilasi mulai sejak 722 SM meski teks-teks abad ke-2
SM selamat.
Pengaruh kuno telah membantu penafsiran varian bibit sifat sejarah yang telah berkembang
selama berabad-abad dan terus berubah hari ini. Studi modern sejarah mulai meluas, dan
termasuk studi tentang daerah tertentu dan studi topikal tertentu atau unsur tematik dalam
penyelidikan sejarah. Seringkali sejarah diajarkan sebagai bagian dari pendidikan dasar dan
menengah, dan studi akademis sejarah adalah ilmu utama dalam penelitian di Universitas.

Pengertian sejarah menurut para ahli

J.V. Bryce

Sejarah adalah catatan dari apa yang telah dipikirkan, dikatakan, dan diperbuat oleh manusia.

W.H. Walsh

Sejarah itu menitikberatkan pada pencatatan yang berarti dan penting saja bagi manusia.
Catatan itu meliputi tindakan-tindakan dan pengalaman-pengalaman manusia pada masa
lampau pada hal-hal yang penting sehingga merupakan cerita yang berarti.

Patrick Gardiner

Sejarah adalah ilmu yang mempelajari apa yang telah diperbuat oleh manusia.

Roeslan Abdulgani

Ilmu sejarah adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang meneliti dan menyelidiki
secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan pada masa
lampau beserta kejadian-kejadian dengan maksud untuk kemudian menilai secara kritis
seluruh hasil penelitiannya tersebut, untuk selanjutnya dijadikan perbendaharaan pedoman
bagi penilaian dan penentuan keadaan sekarang serta arah proses masa depan.

Moh. Yamin

Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa
peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan.

Ibnu Khaldun (1332-1406)

Sejarah didefinisikan sebagai catatan tentang masyarakat umum manusia atau peradaban
manusia yang terjadi pada watak/sifat masyarakat itu.

R. Moh. Ali

Moh. Ali dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia, mempertegas pengertian sejarah
sebagai berikut:
1. Jumlah perubahan-perubahan, kejadian atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.
2. Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian, atau peristiwa dalam kenyataan di
sekitar kita.
3. Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian, dan atau peristiwa
dalam kenyataan di sekitar kita.[16]
Dari beberapa uraian di atas dibuat kesimpulan sederhana bahwa sejarah adalah suatu ilmu
pengetahuan yang mempelajari segala peristiwa atau kejadian yang telah terjadi pada masa
lampau dalam kehidupan umat manusia. Dalam kehidupan manusia, peristiwa sejarah
merupakan suatu peristiwa yang abadi, unik, dan penting.

Peristiwa yang abadi

Peristiwa sejarah tidak berubah-ubah dan tetap dikenang sepanjang masa.

Peristiwa yang unik

Peristiwa sejarah hanya terjadi satu kali dan tidak pernah terulang persis sama untuk kedua
kalinya.

Peristiwa yang penting

Peristiwa sejarah mempunyai arti dalam menentukan kehidupan orang banyak.


Secara umum, Pengertian Sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang
membahas tentang segala peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau dalam
kehidupan manusia. Dalam arti luas, Pengertian Sejarah merupakan ilmu yang
mempelajari kejadian atau peristiwa pada masa lampau dalam kehidupan
manusia melalui bukti tertulis misalnya kitab/dokumen kuno dan lisan misalnya
tradisi turun temurun dan mitos, bukti berupa benda-benda misalnya artefak dan
prasasti serta monumen sejarah. Selain itu, Pengertian Sejarah juga membahas
tentang dan peristiwa dan waktu. Dengan demikian, masalah waktu berperan
penting dalam memahami suatu peristiwa, maka para sejarawan biasanya
mengatasi masalah waktu dengan membuat sebuah periodesasi.

Hayam Wuruk
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Hayam Wuruk
Penguasa monarki Kerajaan Majapahit

Mahkota Ulun Umbul yang diduga merupakan


mahkota Hayam Wuruk yang ditemukan di
Kampung Leuwidulang, Desa Sukamaju,
Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung,
Tatar Pasundan. Selain itu terdapat juga
sebuah tongkat bermotif burung Galudra
(Garuda). Artefak tersebut kini tersimpan di
lemari kaca ruang Kepala Sekolah SMA
Pasundan Majalaya.
Masa
kekuasaan

Majapahit: 13501389

Dinobatkan

1350

Nama lengkap Maharaja Sri Rajasanagara


Gelar

Rajasanagara

Tempat lahir

Majapahit

Tempat wafat

Majapahit

Pendahulu

Tribhuwana
Wijayatunggadewi

Pengganti

Wikramawardhana

Ratu

Sri Sudewi (Paduka Sori)

Pasangan

Selir ? (Ibunda Wirabhumi)

Dinasti

Wangsa Rajasa

Ayah

Cakradhara

Ibu

Tribhuwana
Wijayatunggadewi

Diagram silsilah Wangsa Rajasa, keluarga kerajaan Singhasari dan Majapahit.

Hayam Wuruk adalah raja keempat Kerajaan Majapahit yang memerintah tahun 1350-1389,
bergelar Maharaja Sri Rajasanagara. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Majapahit
mencapai puncak kejayaannya.
Silsilah Hayam Wuruk

Nama Hayam Wuruk artinya "ayam yang terpelajar". Ia adalah putra pasangan Tribhuwana
Tunggadewi dan Sri Kertawardhana alias Cakradhara. Ibunya adalah putri Raden Wijaya
pendiri Majapahit, sedangkan ayahnya adalah raja bawahan di Singhasari bergelar Bhre
Tumapel.
Hayam Wuruk dilahirkan tahun 1334. Peristiwa kelahirannya diawali dengan gempa bumi di
Pabanyu Pindah dan meletusnya Gunung Kelud. Pada tahun itu pula Gajah Mada
mengucapkan Sumpah Palapa.

Hayam Wuruk memiliki adik perempuan bernama Dyah Nertaja alias Bhree Pajang, dan
adik angkat bernama Indudewi alias Bhree Lasem, yaitu putri Rajadewi, adik ibunya.
Permaisuri Hayam Wuruk bernama Sri Sudewi bergelar Paduka Sori putri Wijayarajasa Bhre
Wengker. Dari perkawinan itu lahir Kusumawardhani yang menikah dengan
Wikramawardhana putra Bhre Pajang. Hayam Wuruk juga memiliki putra dari selir yang
menjabat sebagai Bhre Wirabhumi, yang menikah dengan Nagarawardhani putri Bhre
Lasem.
Masa pemerintahan Hayam Wuruk

Di bawah kekuasaan Hayam Wuruk, Majapahit menaklukkan Kerajaan Pasai dan Aru
(kemudian bernama Deli, dekat Medan sekarang). Majapahit juga menghancurkan
Palembang, sisa-sisa pertahanan Kerajaan Sriwijaya (1377).
Dengan bantuan Mahapatih Gajah Mada, ia menaklukkan Logajah, Gurun Sukun, Taliwung,
Sapi, Gunungapi, Seram, Hutankadali, Sasak, Bantayan, Luwuk, Mengkasar, Buton,
Banggawi, Kunir, Galiyan, Salayar, Sumba, Muar (Saparua), Solor, Bima, Wandan (Banda),
Ambon, Wanin, Seran, Timor, dan Dompo. Hanya sayang, akibat kesalahan langkahnya
terutama dalam "Peristiwa Bubat", Gajah Mada dinonaktifkan sebagai patih pada tahun 1357.
Namun diangkat lagi jadi patih tahun 1359.
Peristiwa Bubat
Versi Pertama

Tahun 1351, Hayam Wuruk hendak menikahi puteri Raja Galuh/Pajajaran (di Jawa Barat),
Dyah Pitaloka Citraresmi. Pajajaran setuju asal bukan maksud Majapahit untuk mencaplok
kerajaan Galuh. Ketika dalam perjalanan menuju upacara pernikahan, Gajah Mada mendesak
kerajaan Galuh untuk menyerahkan puteri sebagai upeti dan tunduk kepada Majapahit.
Kerajaan Galuh menolak, akhirnya pecah pertempuran, Perang Bubat. Dalam peristiwa
menyedihkan ini seluruh rombongan kerajaan Galuh tewas, dan dalam beberapa tahun Galuh
menjadi wilayah Majapahit.
"Kecelakaan sejarah" ini hingga sekarang masih dikenang terus oleh masyarakat Jawa Barat
dalam bentuk penolakan nama Hayam Wuruk dan Gajah Mada bagi pemberian nama jalan di
wilayah ini.
Versi Kedua

Dyah Pitaloka itu sebenarnya masih saudara sedarah dengan Hayam


Wuruk, karena Raden Wijaya (penerus tahta kerajaan Sunda ke-26) adalah
putra Rakyan Jayadarma yang menikah dengan Dyah Lembu Tal yang
merupakan keturunan Ken Arok

Rakyan Jayadarma adalah putra mahkota kerajaan Pakuan dari Prabu Guru
Dharmasiksa

Rakeyan Jayadarma mati diracun oleh saudara kandungnya sendiri untuk


merebut tampuk kekuasaan.

Kemudian Dyah Lembu Tal membawa Raden Wijaya ke Jawa Timur

Gajah Mada mengingatkan kepada Hayam Wuruk bahwa Dyah Pitaloka


masih satu darah dengan dia sehingga tidak boleh menikah. Namun,
Hayam Wuruk bersikeras untuk menikahi Dyah Pitaloka

Gajah Mada yang menyampaikan kepada rombongan kerajaan Sunda


bahwa tidak akan ada perkawinan antara Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka

Karena merasa dipermalukan maka rombongan kerajaan Sunda


menyerang Majapahit demi kehormatan.

Secara ginekologi bagaimanapun juga Hayam Wuruk dan Dyah Pitaloka


benar benar saudara sedarah dan masih sangat dekat. Jadi wajarlah kalau
Gajah Mada melarang mereka menikah. Bisa jadi Gajah Mada sudah
mengetahui bahwa pernikahan sedarah akibatnya tidak baik.

Pergantian Patih

Pada tahun 1364, Mahapatih Gajah Mada meninggal tanpa keterangan jelas mengenai
penyebabnya.
Tahun 1367 Hayam Wuruk mengangkat Gajah Enggon sebagai patih.
Kematian

Tahun 1372, ibundanya meninggal. Ini adalah pukulan berat baginya.


Tahun 1377 kembali menundukkan Swarnabhumi karena pelanggaran yang dilakukan
penguasanya. Setelah ini, Majapahit memasuki era damai dengan menjalin hubungan baik
dengan negara tetangganya.
Tahun 1389 Hayam Wuruk mangkat dan dimakamkan di Tajung. Diganti oleh menantunya
Wikramawardhana.
Sastra

Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, kitab Kakawin Sutasoma (yang memuat semboyan
Bhinneka Tunggal Ika tan Hana Dharma Mangrwa) digubah oleh Mpu Tantular, dan kitab
Nagarakretagama digubah oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365.
Suksesor

Tahun 1389, Hayam Wuruk meninggal dengan dua anak: Kusumawardhani (yang bersuami
Wikramawardhana), serta Wirabhumi yang merupakan anak dari selirnya. Namun yang
menjadi pengganti Hayam Wuruk adalah menantunya, Wikramawardhana.

Perang Diponegoro
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Perang Diponegoro

Lukisan Peristiwa Penangkapan Pangeran


Diponegoro oleh Nicolaas Pieneman

Tanggal
Lokasi

1825-1830
Jawa

Hasil

Pangeran Diponegoro dibuang


ke Magelang;[1]
pemberontakan berakhir

Casus b
elli

Jalan yang dibangun Belanda


melintasi makam leluhur
Pangeran Diponegoro
Pihak yang terlibat

Milisi Pro-Pangeran
Belanda
Golongan Jawa yang Diponegoro
Tentara Tionghoa
pro-Belanda
Komandan
Pangeran
Diponegoro

Jendral De Kock

Kekuatan
50.000

100.000
Korban

Serdadu Eropa:
~8.000
Serdadu Jawa:

20,000 tewas dalam


perang[3]

7.000[2]
Milisi dan sipil:
200.000 korban jiwa [2][4][5][6]

Perang Diponegoro yang juga dikenal dengan sebutan Perang Jawa (Inggris:The Java War,
Belanda: De Java Oorlog adalah perang besar dan berlangsung selama lima tahun (18251830) di Pulau Jawa, Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Perang ini merupakan salah satu
pertempuran terbesar yang pernah dialami oleh Belanda selama masa pendudukannya di
Nusantara, melibatkan pasukan Belanda di bawah pimpinan Jendral De Kock[7] yang berusaha
meredam perlawanan penduduk Jawa di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro. Akibat
perang ini, penduduk Jawa yang tewas mencapai 200.000 jiwa, sementara korban tewas di
pihak Belanda berjumlah 8.000 tentara Belanda dan 7000 serdadu pribumi. Akhir perang
menegaskan penguasaan Belanda atas Pulau Jawa.[8]
Berkebalikan dari perang yang dipimpin oleh Raden Ronggo sekitar 15 tahun sebelumnya,
pasukan Jawa juga menempatkan masyarakat Tionghoa di tanah Jawa sebagai target
penyerangan. Namun, meskipun Pangeran Diponegoro secara tegas melarang pasukannya
untuk bersekutu dengan masyarakat Tionghoa, sebagian pasukan Jawa yang berada di pesisir
utara (sekitar Rembang dan Lasem) menerima bantuan dari penduduk Tionghoa setempat
yang rata-rata beragama Islam.[8]
Latar belakang
Pemerintahan Daendels dan Raffles

Perseteruan pihak keraton Jawa dengan Belanda dimulai semenjak kedatangan Marsekal
Herman Willem Daendels di Batavia pada tanggal 5 Januari 1808. Meskipun ia hanya
ditugaskan untuk mempersiapkan Jawa sebagai basis pertahanan Perancis melawan Inggris
(saat itu Belanda dikuasai oleh Perancis), tetapi Daendels juga mengubah etiket dan tata
upacara lain yang menyebabkan terjadinya kebencian dari pihak keraton Jawa. Ia memaksa
pihak Keraton Yogyakarta untuk memberinya akses terhadap berbagai sumber daya alam dan
manusia dengan mengerahkan kekuatan militernya, membangun jalur antara Anyer dan
Panarukan, hingga akhirnya terjadi insiden perdagangan kayu jati di daerah mancanegara
(wilayah Jawa di timur Yogyakarta) yang menyebabkan terjadinya pemberontakan Raden
Ronggo. Setelah kegagalan pemberontakan Raden Ronggo (1810), Daendels memaksa Sultan
Hamengkubuwana II membayar kerugian perang serta melakukan berbagai penghinaan lain
yang menyebabkan terjadinya perseteruan antar keluarga keraton (1811). Namun, pada tahun
yang sama, pasukan Inggris mendarat di Jawa dan mengalahkan pasukan Belanda.[8]
Meskipun pada mulanya Inggris yang dipimpin Thomas Stamford Bingley Raffles
memberikan dukungan kepada Sultan Hamengkubuwana II, pasukan Inggris akhirnya
menyerbu Keraton Yogyakarta (19-20 Juni 1812) yang menyebabkan Sultan
Hamengkubuwana II diturunkan secara tidak hormat dan digantikan putra sulungnya, yaitu
Sultan Hamengkubuwana III. Perisitwa ini dikenal dengan nama Geger Sepehi. Inggris
memerintah hingga tahun 1815 dan mengembalikan Jawa kepada Belanda sesuai isi

Perjanjian Wina (1814) dibawah Gubernur Jenderal Belanda van der Capellen. Pada masa
pemerintahan Inggris, Hamengkubuwana III wafat dan digantikan putranya, adik tiri
Pangeran Diponegoro, yaitu Hamengkubuwana IV yang berusia 10 tahun (1814), sementara
Paku Alam I (Patih Danuredjo) bertindak sebagai wali.[8]
Pengangkatan Hamengkubuwana V dan pemerintahan Smissaert

Pada tanggal 6 Desember 1822, Hamengkubuwana IV meninggal pada usia 19 tahun. Ratu
Ageng (permaisuri Hamengkubuwana II) dan Gusti Kangjeng Ratu Kencono (permaisuri
Hamengkubuwana IV) memohon dengan sangat kepada pemerintah Belanda untuk
mengukuhkan putra Hamengkubuwana IV yang masih berusia 2 tahun untuk menjadi
Hamengkubuwana V serta tidak lagi menjadikan Paku Alam sebagai wali. Pangeran
Diponegoro selanjutnya diangkat menjadi wali bagi keponakannya bersama dengan
Mangkubumi. Sebagai putra tertua Hamengkubuwana II meskipun bukan dari istri resmi
(permaisuri), ia merasa sangat sakit hati dan sempat berpikir untuk bunuh diri karena kecewa.
Pada tahun 1823, tahta keraton yang seharusnya diduduki wali sultan yang masih balita
ternyata ditempati oleh Residen Belanda saat itu, yaitu Smissaert, sehingga sangat melukai
hati masyarakat Yogya dan Pangeran Diponegoro, meskipun ada kecurigaan bahwa tindakan
Smissaert disebabkan kedua ratu tidak ingin melihat Diponegoro duduk di atas tahta.[8]
Menindaklanjuti pengamatan Van der Graaf pada tahun 1821 yang melihat para petani lokal
menderita akibat penyalahgunaan penyewaan tanah oleh warga Belanda, Inggris, Perancis,
dan Jerman, van der Capellen mengeluarkan dekrit pada tanggal 6 Mei 1823 bahwa semua
tanah yang disewa orang Eropa dan Tionghoa wajib dikembalikan kepada pemiliknya per 31
Januari 1824. Namun, pemilik lahan diwajibkan memberikan kompensasi kepada penyewa
lahan Eropa. Keraton Yogyakarta terancam bangkrut karena tanah yang disewa adalah milik
keraton sehingga Pangeran Diponegoro terpaksa meminjam uang kepada Kapitan Tionghoa
di Yogyakarta pada masa itu. Smissaert berhasil menipu kedua wali sultan untuk meluluskan
kompensasi yang diminta oleh Nahuys atas perkebunan di Bedoyo sehingga membuat
Diponegoro memutuskan hubungannya dengan keraton. Putusnya hubungan tersebut
terutama disebabkan tindakan Ratu Ageng (ibu tiri pangeran) dan Patih Danurejo yang pro
kepada Belanda. Pada 29 Oktober 1824, Pangeran Diponegoro mengadakan pertemuan di
rumahnya, di Tegalrejo, untuk membahas mengenai kemungkinan pemberontakan pada
pertengahan Agustus. Pangeran Diponegoro membulatkan tekat untuk melakukan perlawanan
dengan membatalkan pajak Puwasa agar para petani di Tegalrejo dapat membeli senjata dan
makanan.[8]
Mulainya perang

Pada pertengahan bulan Mei 1825, Smissaert memutuskan untuk memperbaiki jalan-jalan
kecil di sekitar Yogyakarta. Namun, pembangunan jalan yang awalnya dari Yogyakarta ke
Magelang melewati Muntilan dibelokkan melewati pagar sebelah timur Tegalrejo. Pada salah
satu sektor, patok-patok jalan yang dipasang orang-orang kepatihan melintasi makam leluhur
Pangeran Diponegoro. Patih Danurejo tidak memberitahu keputusan Smissaert sehingga
Diponegoro baru mengetahui setelah patok-patok dipasang. Perseteruan terjadi antara para
petani penggarap lahan dengan anak buah Patih Danurejo sehingga memuncak di bulan Juli.

Patok-patok yang telah dicabut kembali dipasang sehingga Pangeran Diponegoro menyuruh
mengganti patok-patok dengan tombak sebagai pernyataan perang.[8]
Pada hari Rabu, 20 Juli 1825, pihak istana mengutus dua bupati keraton senior yang
memimpin pasukan Jawa-Belanda untuk menangkap Pangeran Diponegoro dan Mangkubumi
di Tegalrejo sebelum perang pecah. Meskipun kediaman Diponegoro jatuh dan dibakar,
pangeran dan sebagian besar pengikutnya berhasil lolos karena lebih mengenal medan di
Tegalrejo.[8] Pangeran Diponegoro beserta keluarga dan pasukannya bergerak ke barat hingga
Desa Dekso di Kabupaten Kulonprogo, dan meneruskan ke arah selatan hingga keesokan
harinya tiba di Goa Selarong yang terletak lima kilometer arah barat dari Kota Bantul.
Pangeran Diponegoro kemudian menjadikan Goa Selarong, sebuah goa yang terletak di
Dusun Kentolan Lor, Guwosari Pajangan Bantul, sebagai basisnya. Pangeran menempati goa
sebelah Barat yang disebut Goa Kakung, yang juga menjadi tempat pertapaan dia. Sedangkan
Raden Ayu Retnaningsih (selir yang paling setia menemani Pangeran setelah dua istrinya
wafat) dan pengiringnya menempati Goa Putri di sebelah Timur.
Penyerangan di Tegalrejo memulai perang Diponegoro yang berlangsung selama lima tahun.
Diponegoro memimpin masyarakat Jawa, dari kalangan petani hingga golongan priyayi yang
menyumbangkan uang dan barang-barang berharga lainnya sebagai dana perang, dengan
semangat "Sadumuk bathuk, sanyari bumi ditohi tekan pati"; "sejari kepala sejengkal tanah
dibela sampai mati". Sebanyak 15 dari 19 pangeran bergabung dengan Diponegoro. Bahkan
Diponegoro juga berhasil memobilisasi para bandit profesional yang sebelumnya ditakuti
oleh penduduk pedesaan, meskipun hal ini menjadi kontroversi tersendiri.[8] Perjuangan
Diponegoro dibantu Kyai Maja yang juga menjadi pemimpin spiritual pemberontakan. Dalam
perang jawa ini Pangeran Diponegoro juga berkoordinasi dengan I.S.K.S. Pakubowono VI
serta Raden Tumenggung Prawirodigdoyo Bupati Gagatan.
Perang sabil

Bagi Diponegoro dan para pengikutinya, perang ini merupakan perang jihad melawan
Belanda dan orang Jawa murtad. Sebagai seorang muslim yang saleh, Diponegoro merasa
tidak senang terhadap religiusitas yang kendur di istana Yogyakarta akibat pengaruh
masuknya Belanda, disamping kebijakan-kebijakan pro-Belanda yang dikeluarkan istana.[9]
Infiltrasi pihak Belanda di istana telah membuat Keraton Yogyakarta seperti rumah bordil. Di
lain pihak, Smissaert menulis bahwa Pangeran Diponegoro semakin lama semakin hanyut
dalam fanatisme dan banyak anggota kerajaan yang menganggapnya kolot dalam beragama.[8]
Dalam laporannya, Letnan Jean Nicolaas de Thierry menggambarkan Pangeran Diponegoro
mengenakan busana bergaya Arab dan sorban yang seluruhnya berwarna putih. Busana
tersebut juga dikenakan oleh pasukan Diponegoro dan dianggap lebih penting dibandingkan
busana adat Jawa meskipun perang telah berakhir. Laporan Paulus Daniel Portier, seorang
indo, menyebutkan bahwa para tawanan perang Belanda memperoleh ancaman nyawa jika
tidak bersedia masuk Islam.[8]
Jalan peperangan

Peta Mataram Baru setelah Perang Diponegoro pada tahun 1830

Alibasah Sentot

Pertempuran terbuka dengan pengerahan pasukan-pasukan infantri, kavaleri dan artileri (yang
sejak perang Napoleon menjadi senjata andalan dalam pertempuran frontal) di kedua belah
pihak berlangsung dengan sengit. Front pertempuran terjadi di puluhan kota dan desa di
seluruh Jawa. Pertempuran berlangsung sedemikian sengitnya sehingga bila suatu wilayah
dapat dikuasai pasukan Belanda pada siang hari, maka malam harinya wilayah itu sudah
direbut kembali oleh pasukan pribumi; begitu pula sebaliknya. Jalur-jalur logistik dibangun
dari satu wilayah ke wilayah lain untuk menyokong keperluan perang. Berpuluh-puluh kilang
mesiu dibangun di hutan-hutan dan di dasar jurang. Produksi mesiu dan peluru berlangsung
terus sementara peperangan sedang berkecamuk. Para telik sandi dan kurir bekerja keras
mencari dan menyampaikan informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi perang.
Informasi mengenai kekuatan musuh, jarak tempuh dan waktu, kondisi medan, curah hujan
menjadi berita utama; karena taktik dan strategi yang jitu hanya dapat dibangun melalui
penguasaan informasi.
Serangan-serangan besar rakyat pribumi selalu dilaksanakan pada bulan-bulan penghujan;
para senopati menyadari sekali untuk bekerjasama dengan alam sebagai "senjata" tak
terkalahkan. Bila musim penghujan tiba, gubernur Belanda akan melakukan usaha-usaha

untuk gencatan senjata dan berunding, karena hujan tropis yang deras membuat gerakan
pasukan mereka terhambat. Penyakit malaria, disentri, dan sebagainya merupakan "musuh
yang tak tampak", melemahkan moral dan kondisi fisik bahkan merenggut nyawa pasukan
mereka. Ketika gencatan senjata terjadi, Belanda akan mengonsolidasikan pasukan dan
menyebarkan mata-mata dan provokator mereka bergerak di desa dan kota; menghasut,
memecah belah dan bahkan menekan anggota keluarga para pengeran dan pemimpin
perjuangan rakyat yang berjuang dibawah komando Pangeran Diponegoro. Namun pejuang
pribumi tersebut tidak gentar dan tetap berjuang melawan Belanda.
Pada puncak peperangan, Belanda mengerahkan lebih dari 23.000 orang serdadu; suatu hal
yang belum pernah terjadi ketika itu di mana suatu wilayah yang tidak terlalu luas seperti
Jawa Tengah dan sebagian Jawa timur dijaga oleh puluhan ribu serdadu. Dari sudut
kemiliteran, ini adalah perang pertama yang melibatkan semua metode yang dikenal dalam
sebuah perang modern. Baik metode perang terbuka (open warfare), maupun metode perang
gerilya (guerrilla warfare) yang dilaksanakan melalui taktik hit and run dan penghadangan
(Surpressing). Perang ini bukan merupakan sebuah tribal war atau perang suku. Tapi suatu
perang modern yang memanfaatkan berbagai siasat yang saat itu belum pernah dipraktekkan.
Perang ini juga dilengkapi dengan taktik perang urat syaraf (psy-war) melalui insinuasi dan
tekanan-tekanan serta provokasi oleh pihak Belanda terhadap mereka yang terlibat langsung
dalam pertempuran; dan kegiatan telik sandi (spionase) di mana kedua belah pihak saling
memata-matai dan mencari informasi mengenai kekuatan dan kelemahan lawannya.
Pada tahun 1827, Belanda melakukan penyerangan terhadap Diponegoro dengan
menggunakan sistem benteng sehingga Pasukan Diponegoro terjepit. Pada tahun 1829, Kyai
Modjo, pemimpin spiritual pemberontakan, ditangkap. Menyusul kemudian Pangeran
Mangkubumi dan panglima utamanya Alibasah Sentot Prawirodirjo menyerah kepada
Belanda. Akhirnya pada tanggal 28 Maret 1830, Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan
Diponegoro di Magelang. Di sana, Pangeran Diponegoro menyatakan bersedia menyerahkan
diri dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan. Maka, Pangeran Diponegoro ditangkap
dan diasingkan ke Manado, kemudian dipindahkan ke Makassar hingga wafatnya di Benteng
Rotterdam tanggal 8 Januari 1855.
Berakhirnya Perang Jawa merupakan akhir perlawanan bangsawan Jawa. Perang Jawa ini
banyak memakan korban dipihak pemerintah Hindia sebanyak 8.000 serdadu berkebangsaan
Eropa, 7.000 pribumi, dan 200.000 orang Jawa.[10] Setelah perang berakhir, jumlah penduduk
Yogyakarta menyusut separuhnya.
Karena bagi sebagian orang Kraton Yogyakarta Diponegoro dianggap pemberontak, konon
keturunan Diponegoro tidak diperbolehkan lagi masuk ke Kraton hingga Sri Sultan
Hamengkubuwono IX memberi amnesti bagi keturunan Diponegoro dengan
mempertimbangkan semangat kebangsaan yang dipunyai Diponegoro kala itu. Kini anak
cucu Diponegoro dapat bebas masuk Kraton, terutama untuk mengurus silsilah bagi mereka,
tanpa rasa takut akan diusir.

Akhir Perang

Di sisi lain, sebenarnya Belanda sedang menghadapi Perang Padri di Sumatera Barat.
Penyebab Perang Paderi adalah perselisihan antara Kaum Padri (alim ulama) dengan Kaum
Adat (orang adat) yang mempermasalahkan soal agama Islam, ajaran-ajaran agama, mabukmabukan, judi, maternalisme dan paternalisme. Saat inilah Belanda masuk dan mencoba
mengambil kesempatan. Namun pada akhirnya Belanda harus melawan baik kaum adat dan
kaum paderi, yang belakangan bersatu. Perang Paderi berlangsung dalam dua babak: babak I
antara 1821-1825, dan babak II.
Untuk menghadapi Perang Diponegoro, Belanda terpaksa menarik pasukan yang dipakai
perang di Sumatera Barat untuk menghadapi Pangeran Diponegoro yang bergerilya dengan
gigih. Sebuah gencatan senjata disepakati pada tahun 1825, dan sebagian besar pasukan dari
Sumatera Barat dialihkan ke Jawa. Namun, setelah Perang Diponegoro berakhir (1830),
kertas perjanjian gencatan senjata itu disobek, dan terjadilah Perang Padri babak kedua. Pada
tahun 1837 pemimpin Perang Paderi, Tuanku Imam Bonjol akhirnya menyerah. Berakhirlah
Perang Padri.
Sinofobia

Masyarakat Tionghoa yang dipandang sebagai sekutu oleh Raden Ronggo dalam
pemberontakannya berubah menjadi musuh dalam peperangan Diponegoro. Hal tersebut
disebabkan mencuatnya sikap anti-tionghoa oleh masyarakat Jawa yang disebabkan oleh
beberapa hal berikut:
1. Kebijakan ekonomi yang memberatkan rakyat oleh Keraton Yogyakarta
akibat intervensi pemerintah Belanda dijalankan melalui perantaraan etnis
Tionghoa[11]
2. Monopoli perdagangan kayu jati yang dipaksakan oleh Daendels (1809)
menyebabkan bupati-bupati lokal kehilangan pemasukannya yang jatuh ke
tangan pengusaha-pengusaha Tionghoa. [8]
3. Bantuan yang diberikan Kapitan Tionghoa di Yogyakarta, Tan Jin Sing, saat
penyerbuan tentara Inggris, sepoy, dan pasukan Notokusumo ke Keraton
Yogyakarta (Juni 1812).[8]
4. Kebijakan pajak Raffles (1812-1813) agar petani membayar pajak tanah
dalam bentuk uang tunai dan menghilangkan kerja rodi tidak tepat
sasaran karena para petani Jawa pada saat itu terbiasa dengan barter.
Akibatnya, mereka terjerumus hutang kepada para renternir Tionghoa
setempat yang diberi wewenang dalam mengurus pajak. [8]
5. Kebijakan monopoli gerbang cukai (bandar) oleh Belanda (1816)
menyebabkan biaya fiskal yang harus dikeluarkan pengusaha Tionghoa
meningkat tajam dan berdampak pada para petani Jawa yang mereka
pekerjakan.[8]
6. Larangan Pangeran Diponegoro untuk menjalin relasi politik dengan etnis
Tionghoa sesuai peringatan leluhurnya yaitu Sultan Mangkubumi. [8]

7. Anggapan Pangeran Diponegoro yang ditulis dalam Babadnya bahwa


dirinya tergoda oleh tukang pijat beretnis Tionghoa pada malam sebelum
perang Gawok (Oktober 1986) sehingga menyebabkan dirinya kehilangan
kekebalan tubuhnya (mendapat luka saat perang) dan mengalami
kekalahan.[8]
8. Kekalahan Tumenggung Sosrodilogo, bupati Bojonegoro sekaligus saudara
ipar pangeran, di bulan Januari 1828 dianggap Diponegoro disebabkan
Sosrodilogo telah menjamahi seorang peranakan Tionghoa di Lasem.[8]

Penyerangan terhadap etnis Tionghoa di Jawa Tengah dan Jawa Timur terjadi semenjak awal
peperangan. Catatan Payen, seorang arsitek di Yogyakarta, menyebutkan bahwa komunitas
Tionghoa di Yogyakarta dibantai tanpa mempedulikan wanita maupun anak-anak. Komunitas
Tionghoa di Bagelen sempat bertahan hingga tahun 1827 sebelum akhirnya diungsikan ke
Wonosobo. Meskipun demikian, masyarakat Tionghoa di pesisir pantai utara (sekitar Tuban
dan Lasem) ikut memasok pasukan Diponegoro dengan senjata, uang, dan opium (pada masa
tersebut penduduk Jawa banyak yang kecanduan opium, termasuk pasukan Diponegoro).
Setelah perang berakhir, kerukunan antara komunitas Tionghoa dan masyarakat lain di Jawa
tidak dapat kembali seperti semula karena timbulnya rasa saling curiga akibat trauma selama
perang, misalnya peristiwa di Bagelen saat penduduk Jawa lokal meminta komunitas
Tionghoa yang mengungsi agar kembali.[8]

Sejarah Nusantara (1942-1945)


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pendudukan Jepang di
Indonesia
Pendudukan oleh Tentara
Kekaisaran Jepang

19421945

[[Bendera |
Bendera]]

[[Lambang |
Bendera Tentara
Kekaisaran

Jepang]]
Lagu kebangsaan
Kimigayo

Peta pendudukan Jepang tahun 1942.

Ibu kota

Djakarta

Bahasa

Jepang, Belanda,
Indonesia

Pemerintahan

Pendudukan militer

Era sejarah

Perang Dunia II

Pertempuran di
Laut Jawa
9 Maret 1942

Perang Asia
Timur Raya

Pertempuran di
Laut Jawa I
27 Februari 1942

Pertempuran di
Laut Jawa II
1 Maret 1942

Pembela Tanah
Air
14 Februari 1945

Jepang
menyerah

Proklamasi
- Kemerdekaan
Indonesia
Mata uang

19411945

2 September 1945

17 Agustus 1945
Roepiah Hindia

Belanda
Sekarang bagian
dari

Indonesia

Warning: Value not


specified for
Warning: Value not
"common_name"|specified for
style="font-size:
"continent"
85%;"

Masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada tanggal
17 Agustus 1945 seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan M.
Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Pada Mei 1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Jerman Nazi. Hindia Belanda
mengumumkan keadaan siaga dan pada Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke Amerika
Serikat dan Inggris. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan
bahan bakar pesawat gagal pada Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia Tenggara
di bulan Desember tahun itu. Pada bulan yang sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan
Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan Belanda. Pasukan Belanda yang
terakhir dikalahkan Jepang pada Maret 1942. Pengalaman dari penguasaan Jepang di
Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status sosial orang
tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam peperangan, mereka
mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan sembarang dan hukuman mati, dan
kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan campuran Indonesia-Belanda merupakan target
sasaran dalam penguasaan Jepang.
Selama masa pendudukan, Jepang juga membentuk persiapan kemerdekaan yaitu BPUPKI
(Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau
(Dokuritsu junbi chsa-kai?) dalam bahasa Jepang. Badan ini bertugas membentuk persiapanpersiapan pra-kemerdekaan dan membuat dasar negara dan digantikan oleh PPKI yang
bertugas menyiapkan kemerdekaan.
Daftar isi

1 Latar Belakang

2 Organisasi yang diprakarsai oleh Jepang

3 Pembela Tanah Air (PETA)

4 Sosial Budaya
o

4.1 Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Jepang

4.2 Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Industri Modern

5 Perlawanan rakyat terhadap Jepang

6 Garis waktu
o

6.1 1941

6.2 1942

6.2.1 Januari

6.2.2 Februari

6.2.3 Maret

6.2.4 April

6.2.5 Mei

6.2.6 Juni

6.2.7 Juli

6.2.8 Agustus, September, Oktober

6.2.9 November, Desember

6.3 1943

6.4 1944

6.5 1945

6.5.1 Januari-April

6.5.2 Mei

6.5.3 Juni

6.5.4 Juli

7 Periode menjelang Kemerdekaan RI

8 Pasca-Kemerdekaan

9 Sekutu

10 Dampak Pendudukan Jepang Dalam Berbagai Aspek Kehidupan Bangsa


Indonesia
o

10.1 Aspek Politik

10.2 Aspek Ekonomi dan Sosial

10.3 Aspek Kehidupan Militer

11 Dampak Positif dan Negatif Pendudukan Jepang di Indonesia


o

11.1 Dampak Positif Pendudukan Jepang

11.2 Dampak Negatif Pendudukan Jepang

12 Referensi

13 Pranala luar

Latar Belakang

Bulan Oktober 1941, Jenderal Hideki Tojo menggantikan Konoe Fumimaro sebagai Perdana
Menteri Jepang. Sebenarnya, sampai akhir tahun 1940, pimpinan militer Tambelang tidak
menghendaki melawan beberapa kecamatan sekaligus, namun sejak pertengahan tahun 1941
mereka melihat, bahwa Amerika Serikat, Inggris dan Belanda harus dihadapi sekaligus,
apabila mereka ingin menguasai sumber daya alam di Asia Tenggara. Apalagi setelah
Amerika melancarkan embargo minyak bumi, yang sangat mereka butuhkan, baik untuk
industri di Jepang, maupun untuk keperluan perang.
Admiral Isoroku Yamamoto, Panglima Angkatan Laut Jepang, mengembangkan strategi
perang yang sangat berani, yaitu mengerahkan seluruh kekuatan armadanya untuk dua
operasi besar. Seluruh potensi Angkatan Laut Jepang mencakup 6 kapal induk (pengangkut
pesawat tempur), 10 kapal perang, 18 kapal penjelajah berat, 20 kapal penjelajah ringan, 4
kapal pengangkut perlengkapan, 112 kapal perusak, 65 kapal selam serta 2.274 pesawat
tempur. Kekuatan pertama, yaitu 6 kapal induk, 2 kapal perang, 11 kapal perusak serta lebih
dari 1.400 pesawat tempur, tanggal 7 Desember 1941, akan menyerang secara mendadak
basis Armada Pasifik Amerika Serikat di Pearl Harbor di kepulauan Hawaii. Sedangkan
kekuatan kedua, sisa kekuatan Angkatan Laut yang mereka miliki, mendukung Angkatan
Darat dalam Operasi Selatan, yaitu penyerangan atas Filipina dan Malaya/Singapura, yang
akan dilanjutkan ke Jawa. Kekuatan yang dikerahkan ke Asia Tenggara adalah 11 Divisi
Infantri yang didukung oleh 7 resimen tank serta 795 pesawat tempur. Seluruh operasi
direncanakan selesai dalam 150 hari. Admiral Chuichi Nagumo memimpin armada yang
ditugaskan menyerang Pearl Harbor.
Hari minggu pagi tanggal 7 Desember 1941, 360 pesawat terbang yang terdiri dari pembom
pembawa torpedo serta sejumlah pesawat tempur diberangkatkan dalam dua gelombang.
Pengeboman Pearl Harbor ini berhasil menenggelamkan dua kapal perang besar serta
merusak 6 kapal perang lain. Selain itu pemboman Jepang tesebut juga menghancurkan 180
pesawat tempur Amerika. Lebih dari 2.330 serdadu Amerika tewas dan lebih dari 1.140
lainnya luka-luka. Namun tiga kapal induk Amerika selamat, karena pada saat itu tidak

berada di Pearl Harbor. Tanggal 8 Desember 1941, Kongres Amerika Serikat menyatakan
perang terhadap Jepang.
Perang Pasifik ini berpengaruh besar terhadap gerakan kemerdekaan negara-negara di Asia
Timur, termasuk Indonesia. Tujuan Jepang menyerang dan menduduki Hindia Belanda adalah
untuk menguasai sumber-sumber alam, terutama minyak bumi, guna mendukung potensi
perang Jepang serta mendukung industrinya. Jawa dirancang sebagai pusat penyediaan bagi
seluruh operasi militer di Asia Tenggara, dan Sumatera sebagai sumber minyak utama.
Organisasi yang diprakarsai oleh Jepang
Pembela Tanah Air (PETA)

Gakukotai' (laskar pelajar)

Heiho (barisan cadangan prajurit)

Seinendan (barisan pemuda)

Fujinkai (barisan wanita)

Putera (Pusat Tenaga Rakyat)

Jawa Hokokai

Keibodan (barisan pembantu polisi)

Jibakutai (pasukan berani mati)

Kempetai (barisan polisi rahasia)

Sosial Budaya
Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Jepang

Sistem stratifikasi sosial pada zaman Jepang menempatkan golongan bumiputera di atas
golongan Eropa maupun golongan Timur Asing, kecuali Jepang. Hal ini disebabkan oleh
Jepang ingin yang mengambil hati rakyat Indonesia untuk membantu mereka dalam perang
Asia Timur Raya.
Sistem Stratifikasi Sosial pada Zaman Industri Modern

saat ini, industrialisasi modern tentu membawa dampak yang jauh lebih luas daripada
industrialisasi pada masa Kolonial Belanda. Di perkotaan, terdapat pergeseran struktur
pekerjaan dan angkatan kerja. Misalnya, sekarang muncul jenis-jenis pekerjaan baru yang
dahulu tidak ada, yaitu jasa konsultan, advokasi, dan lembaga bantuan hukum. Angkatan
kerja juga mengalami pergeseran, terutama dalam hal gender. Dahulu, tenaga kerja sangat
dimonopoli kaum laki-laki. Namun saat ini, kaum perempuan telah berperan di segala bidang
pekerjaan.

Berdasarkan hal tersebut, penentuan kelas sosial tidak lagi hanya ditentukan oleh aspek
ekonomi semata, tetapi juga ditentukan oleh aspek lain, seperti faktor kelangkaan dan
profesionalitas seseorang. Hal ini disebabkan oleh masyarakat industri yang memang sangat
mengahrgai kreativitas yang mampu memberi nilai tambah dalam pekerjaan. Akibatnya,
orang yang berpendidikan tinggi sangat dihargai oleh masyarakat industri. Sebaliknya, orang
yang berpendidikan rendah ditempatkan pada strata bawah.
Perlawanan rakyat terhadap Jepang
Artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya
sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Bantu perbaiki artikel ini
dengan menambahkan referensi yang layak. Tulisan tanpa sumber dapat
dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu oleh Pengurus.
(Februari 2010)

Peristiwa Cot Plieng, Aceh 10 November 1942

Pemberontakan dipimpin seorang ulama muda Tengku Abdul Jalil, guru mengaji di Cot
Plieng, Lhokseumawe. Usaha Jepang untuk membujuk sang ulama tidak berhasil, sehingga
Jepang melakukan serangan mendadak di pagi buta sewaktu rakyat sedang melaksanakan
salat Subuh. Dengan persenjataan sederhana/seadanya rakyat berusaha menahan serangan dan
berhasil memukul mundur pasukan Jepang untuk kembali ke Lhokseumawe. Begitu juga
dengan serangan kedua, berhasil digagalkan oleh rakyat. Baru pada serangan terakhir (ketiga)
Jepang berhasil membakar masjid sementara pemimpin pemberontakan (Teuku Abdul Jalil)
berhasil meloloskan diri dari kepungan musuh, namun akhirnya tertembak saat sedang salat.
Peristiwa Singaparna

Perlawanan fisik ini terjadi di pesantren Sukamanah Singaparna Tasikmalaya, Jawa Barat di
bawah pimpinan KH. Zainal Mustafa, tahun 1943. Dia menolak dengan tegas ajaran yang
berbau Jepang, khususnya kewajiban untuk melakukan Seikerei setiap pagi, yaitu memberi
penghormatan kepada Kaisar Jepang dengan cara membungkukkan badan ke arah matahari
terbit. Kewajiban Seikerei ini jelas menyinggung perasaan umat Islam Indonesia karena
termasuk perbuatan syirik/menyekutukan Tuhan. Selain itu diapun tidak tahan melihat
penderitaan rakyat akibat tanam paksa.
Saat utusan Jepang akan menangkap, KH. Zainal Mustafa telah
mempersiapkan para santrinya yang telah dibekali ilmu beladiri untuk
mengepung dan mengeroyok tentara Jepang, yang akhirnya mundur ke
Tasikmalaya.
Jepang memutuskan untuk menggunakan kekerasan sebagai upaya untuk
mengakhiri pembangkangan ulama tersebut. Pada tanggal 25 Februari
1944, terjadilah pertempuran sengit antara rakyat dengan pasukan Jepang
setelah salat Jumat. Meskipun berbagai upaya perlawanan telah dilakukan,
namun KH. Zainal Mustafa berhasil juga ditangkap dan dibawa ke

Tasikmalaya kemudian dibawa ke Jakarta untuk menerima hukuman mati


dan dimakamkan di Ancol.
Peristiwa Indramayu, April 1944

Peristiwa Indramayu terjadi bulan April 1944 disebabkan adanya pemaksaan kewajiban
menyetorkan sebagian hasil padi dan pelaksanaan kerja rodi/kerja paksa/Romusha yang telah
mengakibatkan penderitaan rakyat yang berkepanjangan.
Pemberontakan ini dipimpin oleh Haji Madriyan dan kawan-kawan di desa
Karang Ampel, Sindang, Kabupaten Indramayu.
Pasukan Jepang sengaja bertindak kejam terhadap rakyat di kedua wilayah
(Lohbener dan Sindang) agar daerah lain tidak ikut memberontak setelah
mengetahi kekejaman yang dilakukan pada setiap pemberontakan.
Pemberontakan Teuku Hamid

Teuku Hamid adalah seorang perwira Giyugun, bersama dengan satu pleton pasukannya
melarikan diri ke hutan untuk melakukan perlawanan. Ini terjadi pada bulan November 1944.
Menghadapi kondisi tersebut, pemerintah Jepang melakukan ancaman
akan membunuh para keluarga pemberontak jika tidak mau menyerah.
Kondisi tersebut memaksa sebagian pasukan pemberontak menyerah,
sehingga akhirnya dapat ditumpas.
Di daerah Aceh lainnya timbul pula upaya perlawanan rakyat seperti di
Kabupaten Berenaih yang dipimpin oleh kepala kampung dan dibantu oleh
satu regu Giyugun (perwira tentara sukarela), namun semua berakhir
dengan kondisi yang sama yakni berhasil ditumpas oleh kekuatan militer
Jepang dengan sangat kejam.
Pemberontakan Peta

Perlawanan PETA di Blitar (29 Februari 1945)

Perlawanan ini dipimpin oleh Syodanco Supriyadi, Syodanco Muradi, dan Dr. Ismail.
Perlawanan ini disebabkan karena persoalan pengumpulan padi, Romusha maupun Heiho
yang dilakukan secara paksa dan di luar batas perikemanusiaan. Sebagai putera rakyat para
pejuang tidak tega melihat penderitaan rakyat. Di samping itu sikap para pelatih militer
Jepang yang angkuh dan merendahkan prajurit-prajurit Indonesia. Perlawanan PETA di Blitar
merupakan perlawanan yang terbesar di Jawa. Tetapi dengan tipu muslihat Jepang melalui
Kolonel Katagiri (Komandan pasukan Jepang), pasukan PETA berhasil ditipu dengan purapura diajak berunding. Empat perwira PETA dihukum mati dan tiga lainnya disiksa sampai
mati. Sedangkan Syodanco Supriyadi berhasil meloloskan diri.

Perlawanan PETA di Meureudu-Pidie, Aceh (November 1944)

Perlawanan ini dipimpin oleh Perwira Gyugun Teuku Hamid. Latar belakang perlawanan ini
karena sikap Jepang yang angkuh dan kejam terhadap rakyat pada umumnya dan prajurit
Indonesia pada khususnya.

Perlawanan PETA di Gumilir, Cilacap (April 1945)

Perlawanan ini dipimpin oleh pemimpin regu (Bundanco), Kusaeri bersama rekan-rekannya.
Perlawanan yang direncanakan dimulai tanggal 21 April 1945 diketahui Jepang sehingga
Kusaeri ditangkap pada tanggal 25 April 1945. Kusaeri divonis hukuman mati tetapi tidak
terlaksana karena Jepang terdesak oleh Sekutu.
Perlawanan Pang Suma

Perlawanan rakyat yang dipimpin oleh Pang Suma berkobar di Kalimantan Barat. Pang Suma
adalah pemimpin suku Dayak yang besar pengaruhnya di kalangan suku-suku di daerah
Tayan dan Meliau. Perlawanan ini bersifat gerilya untuk mengganggu aktivitas Jepang di
Kalimantan.
Momentum perlawanan Pang Suma diawali dengan pemukulan seorang
tenaga kerja Dayak oleh pengawas Jepang, satu di antara sekitar 130
pekerja pada sebuah perusahaan kayu Jepang. Kejadian ini kemudian
memulai sebuah rangkaian perlawanan yang mencapai puncak dalam
sebuah serangan balasan Dayak yang dikenal dengan Perang Majang
Desa, dari April hingga Agustus 1944 di daerah Tayan-Meliau-Batang
Tarang (Kab. Sanggau). Sekitar 600 pejuang kemerdekaan dibunuh oleh
Jepang, termasuk Pang Suma.
Perlawanan Koreri di Biakdi Irian Barat tahun 1943

Perlawanan ini dipimpin oleh L. Rumkorem, pimpinan Gerakan Koreri yang berpusat di
Biak. Perlawanan ini dilatarbelakangi oleh penderitaan rakyat yang diperlakukan sebagai
budak belian, dipukuli, dan dianiaya. Dalam perlawanan tersebut rakyat banyak jatuh korban,
tetapi rakyat melawan dengan gigih. Akhirnya Jepang meninggalkan Pulau Biak.
Perlawanan di Pulau Yapen Selatan

Perlawanan ini dipimpin oleh Nimrod. Ketika Sekutu sudah mendekat maka memberi
bantuan senjata kepada pejuang sehingga perlawanan semakin seru. Nimrod dihukum
pancung oleh Jepang untuk menakut-nakuti rakyat. Tetapi rakyat tidak takut dan muncullah
seorang pemimpin gerilya yakni S. Papare.
Perlawanan di Tanah Besar Papua

Perlawanan ini dipimpin oleh Simson. Dalam perlawanan rakyat di Papua, terjadi hubungan
kerja sama antara gerilyawan dengan pasukan penyusup Sekutu sehingga rakyat mendapatkan
modal senjata dari Sekutu.

Gerakan bawah tanah

Sebenarnya bentuk perlawanan terhadap pemerintah Jepang yang dilakukan rakyat Indonesia
tidak hanya terbatas pada bentuk perlawanan fisik saja tetapi Anda dapat pula melihat betnuk
perlawanan lain/gerakan bawah tanah seperti yang dilakukan oleh:

Kelompok Sutan Syahrir di daerah Jakarta dan Jawa Barat dengan cara
menyamar sebagai pedagang nanas di Sindanglaya.

Kelompok Sukarni, Adam Malik dan Pandu Wiguna. Mereka berhasil


menyusup sebagai pegawai kantor pusat propaganda Jepang Sendenbu
(sekarang kantor berita Antara).

Kelompok Syarif Thayeb, Eri Sudewo dan Chairul Saleh. Mereka adalah
kelompok mahasiswa dan pelajar.

Kelompok Mr. Achmad Subardjo, Sudiro dan Wikana. Mereka adalah


kelompok gerakan Kaigun (AL) Jepang.
Mereka yang tergabung dalam kelompok di bawah tanah, berusaha untuk
mencari informasi dan peluang untuk bisa melihat kelemahan pasukan
militer Jepang dan usaha mereka akan dapat Anda lihat hasilnya pada saat
Jepang telah kalah dari Sekutu, kelompok pemudalah yang lebih cepat
dapat informasi tersebut serta merekalah yang akhirnya mendesak
golongan tua untuk secepatnya melakukn proklamasi.
Demikianlah gambaran tentang aktifitas pergerakan Nasional yang
dilakukan oleh kelompok organisasi maupun gerakan sosial pada masa
pemerintah pendudukan Jepang, tentu Anda dapat memahami sebabsebab kegagalan dan mengapa para tokoh pergerakan lebih memilih sikap
kooperatif menghadapi pemerintahan militer Jepang yang sangat
ganas/kejam.

Garis waktu
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Garis waktu sejarah Indonesia
1941

6 Januari, Belanda menangkap Thamrin, Douwes Dekker dan beberapa


tokoh nasionalis lain. Thamrin meninggal di tahanan lima hari kemudian.
Douwes Dekker diasingkan ke Suriname.

11 Januari - Tim perundingan Jepang yang baru dan lebih agresif di bawah
Yoshizawa tiba di Batavia.

Februari - Tekanan Jepang yang kian meningkat terhadap pemerintah


Hindia Belanda untuk "bergabung dengan Wilayah Kemakmuran Bersama
Asia Timur Raya" ditolak Van Mook.

14 Mei - Jepang mengirimkan sebuah ultimatum kepada pemerintah Hindia


Belanda, menuntut agar pengaruh dan kehadiran Jepang dibiarkan di
wilayah ini.

6 Juni - Perundingan antara Belanda dan Jepang gagal. Pemerintah Hindia


Belanda menjawab bahwa tidak akan ada konsesi yang akan diberikan
kepada Jepang, dan bahwa semua produk strategis (termasuk minyak dan
karet) telah dikontrakkan untuk dikapalkan ke Inggris dan Amerika Serikat.

11 Juli - Volksraad membentuk sebuah milisi Indonesia.

25 Juli - Jepang mengumumkan pembentukan sebuah "protektorat" atas


Indochina.

26 Juli - Semua asset Jepang di Hindia Belanda dibekukan.

30 Juli - Pemerintah Belanda di pembuangan menjanjikan untuk


mengadakan konferensi tentang Indonesia setelah perang.

30 November - Angkatan Laut Belanda di Hindia mulai dimobilisasi.

5 Desember - Pemerintah Hindia Belanda mengirim permintaan kepada


Australia untuk mengirimkan pasukannya ke Ambon dan Timor. Pesawatpesawat Angkatan Udara Australia dan personilnya tiba pada 7 Desember.

8 Desember - Jepang menyerang Malaya, mendarat di ujung selatan


Thailand dan utara Malaya. Jepang mulai menyerang Filipina. Belanda, di
antara bangsa-bangsa lainnya, perang terhadap Jepang.

10 Desember - Kapal-kapal perang Inggris, Prince of Wales dan Repulse


ditenggelamkan dalam perbedaan beberapa jam saja satu sama lain di
lepas pantai Malaya.

16 Desember - Orang-orang Aceh yang anti Belanda mengadakan


hubungan dengan pasukan-pasukan Jepang di Malaya.

17 Desember Pasukan yang dipimpin oleh Australia mendarat di Timor


Portugis. Diktator Portugal Salazar memprotes.

17 Desember - Jepang melakukan serangan udara atas Ternate.

Jepang mendarat di Sarawak.

22 Desember Pasukan invasi utama Jepang mendarat di Filipina.

Hatta menulis sebuah artikel surat kabar yang menyerukan agar bangsa
Indonesia melawan Jepang.

24 Desember - Jepang menyerang pasukan-pasukan Inggris di Kuching,


Sarawak.

1942
Januari

2 Januari - Jepang merebut kota Manila.

3 Januari - Jepang merebut Sabah.

6 Januari - Jepang merebut Brunei.

6 Januari Serangan udara Jepang pertama atas Ambon.

10 Januari - Jepang mulai menginvasi Indonesia di Kalimantan (Tarakan)


dan Sulawesi (Manado).

11 Januari - Jepang merebut Tarakan.

12 Januari - Van Mook melakukan perjalanan darurat ke Amerika Serikat,


meminta tambahan pasukan, dan agar Hindia Belanda tidak dilupakan
dalam pertahanan Sekutu.

13 Januari - Jepang merebut Manado.

15 Januari - Jen. Wavell dari Inggris mengambil alih komando atas


ABDACOM, komando gabungan Sekutu pertama (Australia, Inggris,
Belanda, Amerika) di dalam perang.

16 Januari Agen-agen Aceh kembali dari Malaya dengan janji-janji


dukungan Jepang dalam melawan Belanda.

23 Januari - Jepang merebut Balikpapan meskipun terdapat serangan


balasan dari Belanda dan A.S.

25 Januari - Jepang merebut Kendari di Sulawesi.

30 Januari - Jepang menyerang Ambon. Pasukan-pasukan KNIL dan


Australia menghancurkan pasokan agar tidak jatuh ke tangan Jepang. Kota
Ambon direbut dalam tempo 24 jam. Pertempuran berlanjut hingga 2
Februari. Sejumlah 90 persen pasukan pertahanan Australia menjadi
korban, banyak di antaranya yang dibantai pada Februari setelah ditawan.
o

Pasukan Inggris mengevakuasi Malaya dan lari ke Singapura.

Februari

1 Februari - Jepang merebut Pontianak.

3 Februari - Jepang mengebom Surabaya, memulai serangan udara


terhadap sasaran-sasaran di Jawa.

4 Februari Pertempuran Selat Makassar (pertempuran laut antara


Kalimantan dan Sulawesi): Angkatan Udara dan Laut Jepang memaksa
Sekutu untuk mundur hingga ke Cilacap. Jepang maju hingga ke Sulawesi.

6 Februari - Jepang mulai mengebom Palembang.

8 Februari - Jepang mulai melakukan serangan utama atas Singapura.

9 Februari - Jepang mengebom Batavia, Surabaya dan Malang.

10 Februari - Jepang merebut Makassar.

13 Februari - Jepang mendaratkan pasukan parasut di Palembang,


merebut kota dan industri minyaknya yang berharga.

15 Februari - Singapura jatuh; 130.000 pasukan di bawah komando Inggris


ditawan sebagai tawanan perang.

18 Februari - Van Mook, di Australia, memohon agar pasukan Sekutu


melakukan serangan. Bali diduduki Jepang.

19 Februari Pertempuran Selat Badung (pertempuran laut antara Bali


dan Lombok): sebuah satuan kecil pasukan Jepang memukul mundur
pasukan Belanda dan Australia. Jepang mendarat di Bali. Serangan udara
pertama Jepang atas Darwin, Australia.

20 Februari - Jepang mendarat di Timor dan tanggal 24 Februari tentara


Jepang telah menguasai Timor.

23 Februari Revolusi melawan Belanda dimulai di Aceh dan Sumatera


Utara, dengan dukungan Jepang.

Belanda memindahkan Soekarno ke Padang; Soekarno lolos dalam


kekacauan sementara Belanda melakukan evakuasi.

Belanda mengevakuasi Sjahrir dan Hatta dari Banda lewat udara


beberapa menit sebelum Jepang mulai mengebom pulau itu.

Jepang mengklaim Timor; pasukan-pasukan Australia terus


melakukan perang gerilya.

27 Februari

Pertempuran Laut Jawa: Dalam pertempuran di Laut Jawa dekat Surabaya yang berlangsung
selama tujuh jam, Angkatan Laut Sekutu dihancurkan, kapal-kapal perusak Amerika lolos ke
Australia. Sekutu kehilangan lima kapal perangnya, sedangkan Jepang hanya menderita
kerusakan pada satu kapal perusaknya (Destroyer). Rear Admiral Karel Willem Frederik
Marie Doorman, Komandan Angkatan Laut Hindia Belanda, yang baru dua hari sebelumnya,
tanggal 25 Februari 1942 ditunjuk menjadi Tactical Commander armada tentara Sekutu
ABDACOM, tenggelam bersama kapal perang utamanya (flagship) De Ruyter.

28 Februari

Tanggal 28 Februari 1942, Tentara Angkatan Darat ke-16 di bawah pimpinan Letnan Jenderal
Hitoshi Imamura mendarat di tiga tempat di Jawa. Pertama adalah pasukan Divisi ke-2
mendarat di Merak,Banten, kedua adalah Resimen ke-230 di Eretan Wetan, dekat Indramayu
dan yang ketiga adalah Divisi ke-48 beserta Resimen ke-56 di Kragan. Ketiganya segera
menggempur pertahanan tentara Belanda. Setelah merebut Pangkalan Udara Kalijati
(sekarang Lanud Suryadarma), Letnan Jenderal Imamura membuat markasnya di sana.
Imamura memberikan ultimatum kepada Belanda, bahwa apabila tidak menyerah, maka
tentara Jepang akan menghancurkan tentara Belanda.
Maret

Pada Maret 1942, pasukan-pasukan Sekutu di Jawa diberitahukan oleh mata-mata bahwa
suatu kekuatan Jepang sejumlah 250.000 sedang mendekati Bandung, sementara
kenyataannya kekuatannya hanya sepersepuluh jumlah itu. Informasi yang keliru itu mungkin
merupakan bagian dari alasan mengapa Sekutu menyerah di Jawa.
Belanda sesungguhnya memindahkan kaum Komunis yang ditahan di kamp-kamp penjara di
Hindia Belanda, sebagian dari mereka sejak 1926, ke penjara-penjara di Australia ketika
Jepang tiba.

1 Maret - Pertempuran Selat Sunda: Pasukan invasi Jepang mendarat di


Banten.
o

Pasukan invasi Jepang mendarat di sebelah barat Surabaya.

Serangan udara Jepang atas Medan.

5 Maret - Serangan udara Jepang di Cilacap. Jepang masuk ke Batavia.

7 Maret - Jepang merebut Cilacap.

7 Maret - Rangoon jatuh ke tangan Jepang.

8 Maret - Jepang merebut Surabaya.

9 Maret - Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang

Pada 9 Maret 1942, Gubernur Jenderal Jonkheer Tjarda van Starkenborgh Stachouwer
bersama Letnan Jenderal Hein ter Poorten, Panglima Tertinggi Tentara India-Belanda datang
ke Kalijati dan dimulai perundingan antara Pemerintah Hindia Belanda dengan pihak Tentara
Jepang yang dipimpin langsung oleh Letnan Jenderal Imamura. Imamura menyatakan, bahwa
Belanda harus menandatangani pernyataan menyerah tanpa syarat. Letnan Jenderal ter
Poorten, mewakili Gubernur Jenderal menanda-tangani pernyataan menyerah tanpa syarat.
Dengan demikian secara de facto dan de jure, seluruh wilayah bekas Hindia Belanda sejak itu
berada di bawah kekuasaan dan administrasi Jepang. Hari itu juga, tanggal 9 Maret Jenderal

Hein ter Poorten memerintahkan kepada seluruh tentara Hindia Belanda untuk juga
menyerahkan diri kepada balatentara Kekaisaran Jepang.
Para penguasa yang lain, segera melarikan diri. Dr. Hubertus Johannes van Mook, Letnan
Gubernur Jenderal untuk Hindia Belanda bagian timur, Dr. Charles Olke van der Plas,
Gubernur Jawa Timur, melarikan diri ke Australia. Jenderal Ludolf Hendrik van Oyen,
perwira Angkatan Udara Kerajaan Belanda melarikan diri dan meninggalkan isterinya di
Bandung. Tentara KNIL yang berjumlah sekitar 20.000 di Jawa yang tidak sempat melarikan
diri ke Australia ditangkap dan dipenjarakan oleh tentara Jepang. Sedangkan orang-orang
Eropa lain dan juga warganegara Amerika Serikat, diinternir. Banyak juga warga sipil
tersebut yang dipulangkan kembali ke Eropa.
Secara resmi Jepang telah menguasai Indonesia sejak tanggal 8 Maret 1942, ketika Panglima
Tertinggi Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijati, Subang. Jepang
tanpa banyak menemui perlawanan yang berarti berhasil menduduki Indonesia. Bahkan,
bangsa Indonesia menyambut kedatangan balatentara Jepang dengan perasaan senang,
perasaan gembira dan disambut baik karena akan membebaskan bangsa Indonesia dari
belenggu penjajahan bangsa Belanda.

11 Maret - Perlawanan Aceh terlibat dalam pertempuran dengan Belanda


yang sedang mengundurkan diri.

12 Maret - Jepang mendarat di Sabang. Operasi-operasi di Aceh selesai


sekitar 15 Maret.

12 Maret - Jepang tiba di Medan.

18 Maret - Jepang merebut Padang.

28 Maret - Pasukan Belanda terakhir di Sumatra menyerah di Kutatjane, di


selatan Aceh.
o

Jepang melarang semua kegiatan politik dan semua organisasi yang


ada. Volksraad dihapuskan. Bendera merah-putih dilarang.

Angkatan Darat ke-16 Jepang menguasai Jawa; Angkatan Darat ke25 di Sumatra (markas besar di Bukittinggi); Angkatan Laut
menguasai Indonesia timur (markas besar di Makassar).

April

Pada April 1942, sekitar 200 tentara Sekutu yang telah melarikan diri ke bukit-bukit di Jawa
Timur dan terus berperang, ditangkap oleh Jepang di bawah perintah Imamura. Mereka
dikumpulkan dan dimasukkan ke kandang-kandang ternak dari bambu, dibawa dengan
kereta-kereta api terbuka ke Surabaya, lalu dibawa ke laut dan dilemparkan ke ikan-ikan hiu,
sementara masih berada di dalam kandang-kandang bambu itu. Imamura dinyatakan bersalah
atas kekejaman ini oleh sebuah peradilan militer Australia setelah perang.

7 April Tiga orang pegawai Radio Hindia Belanda dihukum mati karena
memainkan lagu kebangsaan Belanda pada 18 Maret, setelah
menyerahnya Belanda.

7 April - Jepang merebut Ternate.


o

Jepang mencoba untuk membentuk gerakan Tiga A; memulai


kampanye propaganda.

ABDACOM dibubarkan. Inggris dan Amerika membagi tanggung


jawab perang: Inggris akan mencoba untuk merebut kembali Malaya
dan Sumatra serta Burma. Sisanya di Pasifik dan Indonesia menjadi
tanggung jawab AS (yang bekerja sama dengan Australia).

19 April - Jepang merebut Hollandia (kini Jayapura).

Mei

9 Mei - Jepang menduduki Lombok.

13 Mei - Jepang menduduki Sumbawa.

16 Mei - Jepang menduduki Sumba.

Juni

17 Juni Pemerintah Belanda di pengungsian di London membentuk


dewan konsultatif untuk urusan-urusan Hindia Belanda.

Juli

Pilihan satu-satunya yang dimiliki Soekarno dan Hatta adalah pura-pura bekerja sama dengan
Jepang. Tujuan akhirnya, sudah tentu, bukanlah untuk mendukung Jepang, melainkan untuk
mendapatkan kemerdekaan untuk Indonesia. Belakangan, Belanda yang kembali akan
mencoba untuk menuduh Soekarno sebagai kolaborator Jepang guna mendapatkan dukungan
Inggris dalam menghadapi republik Indonesia yang baru terbentuk.
Sjahrir memimpin gerakan di bawah tanah dari rumah kakak perempuannya di Cipanas, dekat
Bogor. Informasi seringkali dan dengan diam-diam dibagikan Soekarno, yang
mendapatkannya dari lingkaran dalam Jepang, dan Sjahrir.

Satuan sisa-sisa tentara KNIL dikirim ke Kai, Aru dan Kepualuan Tanimbar.

Jepang mengumpulkan Soekarno, Hatta, dan Sjahrir di Jakarta.

Soekarno, Hatta, Sjahrir bertemu secara rahasia: Soekarno untuk


mengumpulkan massa untuk kemerdekaan, Hatta untuk menangani

hubungan-hubungan diplomatik, Sjahrir untuk mengkoordinasi kegiatankegiatan bawah tanah.

Soekarno menerima tawaran Jepang untuk menjadi pemimpin pemerintah


Indonesia, tetapi bertanggung jawab kepada militer Jepang.

30 Juli - Jepang menduduki Kep. Kai dan Aru, setelah sejumlah perlawanan
di Kai.

31 Juli - Jepang merebut Kep. Tanimbar sejumlah perlawanan oleh KNIL


dan detasemen-detasemen Australia di Saumlaki.

Agustus, September, Oktober

29 Agustus - Jepang mulai memindahkan sejumlah pasukan dari Sumatra


dan Jawa ke Kep. Solomon.

September, orang-orang Muslim Indonesia menolak untuk memberi


hormat kepada Kaisar Jepang di Tokyo. Peristiwa di Sukamanah,
Singaparna Tasikmalaya-Jawa Barat bukti nyata penolakan tersebut. Haji
Zaenal Mustafa mengangkat senjata kepada Jepang walaupun kemudian
berhasil ditumpas dan dia dihukum mati di Ancol. Sebagai penghormatan,
nama Haji Zaenal Mustafa menjadi nama jalan terpenting di Tasikmalaya.

Oktober, Kemajuan militer Jepang di Pasifik terhenti; para komandan


Jepang disuruh mengembangkan sentimen-sentimen pro-Jepang di
wilayah-wilayah pendudukan.

16 Oktober Tentara ke-16 Jepang mengirimkan pasukan-pasukan


pengawal ke Lombok, Sumba dan Timor.

Pada mulanya, propaganda Jepang kedengaran seperti perbaikan dibandingkan dengan


pemerintahan Belanda. Setelah itu, pasukan-pasukan Jepang mulai mencuri makanan dan
menangkapi orang untuk dijadikan pekerja paksa, sehngga pandangan bangsa Indonesia
terhadap mereka mulai berbalik.
Militer Jepang membuat tiga kesalahan besar terhadap bangsa Indonesia:
1. kerja paksa: banyak laki-laki Indonesia diambil dari tengah keluarga
mereka dan dikirim hingga ke Burma untuk melakukan pekerjaan
pembangunan dan banyak pekerjaan berat lainnya dalam kondisi-kondisi
yang sangat buruk. Ribuan orang mati atau hilang.
2. pengambilan paksa: tentara-tentara Jepang dengan paksa mengambil
makanan, pakaian dan berbagai pasokan lainnya dari keluarga-keluarga
Indonesia, tanpa memberikan ganti rugi. Hal ini menyebabkan kelaparan
dan penderitaan semasa perang.
3. perbudakan paksa terhadap perempuan: banyak perempuan Indonesia
yang dijadikan "wanita penghibur" bagi tentara-tentara Jepang.

Selain itu, Jepang menahan banyak warga sipil Belanda di kamp-kamp tahanan dalam
kondisi-kondisi yang sangat buruk, dan memperlakukan tahanan perang militer di Indonesia
dalam keadaan yang buruk pula.
Namun, kejahatan-kejahatan perang di tempat yang sangat serius pada kenyataannya tidak
seburuk dengan apa yang dilakukan di Tiongkok atau Korea pada masa yang sama. Sejumlah
komandan, seperti misalnya Jen. Imamura di Jawa, secara terbuka dikritik di koran-koran
Jepang karena terlalu lunak. Bahkan ada sejumlah perwira Jepang yang bersimpati dengan
gagasan kemerdekaan Indonesia, dan yang bahkan memberikan dukungan mereka kepada
tokoh-tokoh dan organisasi politik Indonesia, hingga kepada Soekarno sendiri.
November, Desember

November, Pemberontakan di Aceh diredam oleh Jepang.

Jenderal Imamura digantikan oleh Jenderal Harada.

7 Desember - Ratu Wilhelmina dari kerajaan Belanda, di pengasingan


berpidato menjanjikan perbaikan hubungan kembali dengan jajahan
setelah perang selesai.

27 Desember - Jepang membuka kamp interniran pertama untuk


perempuan Belanda di Ambarawa.

1943

Januari, Jepang menangkap Amir Sjarifuddin untuk mematahkan gerakan


perlawanannya. Sjarifuddin dijatuhi hukuman mati, tetapi Soekarno
mengintervensi dan membelanya atas nama pribadi.

9 Februari - Jepang mengirim tambahan pasukan ke Tanimbar, Kepulauan


Kai dan Irian Barat.

10 Februari - Gerilyawan Australia ditarik dari Timor Portugis setelah


setahun berperang di dalam hutan.

9 Maret - Jepang membentuk Putera (Pusat Tenaga Rakyat), sebuah sayap


organisasi politik. Soekarno menjadi ketuanya, Hatta dan Ki Hadjar
Dewantara salah satu anggotanya.

Jepang membentuk sayap militer lokal, disebut Heiho untuk menjadi unit
reguler Jepang. Tentara Heiho dari Indonesia adalah kombinasi antara
sukarelawan dan milisi. Tentara Jepang membedakan perlakuan terhadap
Heiho dan tentara Jepang.

Juli, Jepang menangkap sekitar 1000 pejuang di Kalimantan Selatan

7 Juli - Perdana Menteri Jepang Tojo menjanjikan pemerintahan otonomi


terbatas bagi Indonesia dalam pidatonya di Gambir.

13 Agustus - Amerika melancarkan serangan bom dari Australi terhadap


Balikpapan.

Jepang mulai mengambil alih perkebunan gula untuk menguasai produksi


gula. Para manajer Eropa dikirim kamp interniran. Di sekitar waktu ini,
banyak Gereja Kristen Protestan didirikan oleh orang Indonesia setelah
pendeta dan misionaris Belanda dikirim ke kamp interniran Jepang.

September, pemberontakan melawan Jepang berhasil ditumpas di


Kalimantan Selatan dan Barat.

8 September - Perintah dari Markas Besar Militer Jepang di Saigon untuk


membentuk "Giyugun" (angkatan bersenjata lokal) di sepanjang Asia
Tenggara. Pada akhir peperangan, sekitar dua juta orang Indonesia telah
direkrut untuk menjadi Giyugun atau menjadi Heiho. Jepang merasa perlu
merekrut orang lokal untuk pertahanan, karena tentara Jepang terus
ditarik untuk perang dengan Sekutu di Pasifik.

3 Oktober - Jepang membentuk Giyugun di Sumatra dan Jawa. Pasukan di


Jawa disebut PETA (Pembela Tanah Air). Banyak tokoh yang tergabung
dalam PETA, termasuk Soedirman dan Soeharto. Aktivis kemerdekaan
menganggap pelatihan militer tidak begitu mendukung kekuatan Jepang
dibanding persiapan untuk kemungkinan kemerdekaan. Pada pertengahan
1945, ada 120.000 pejuang tergabung dalam PETA. Kelompok ini yang
kemudian akan membentuk inti Angkatan Bersenjata Indonesia.

24 Oktober, payung organisasi MIAI berganti nama menjadi Masyumi


(Majelis Syurah Muslimin Indonesia).

Jepang mulai melancarkan kerja paksa terhadap penduduk desa


(romusha), ribuan orang mati dan hilang. Jepang mulai menjarah beras.

Brigade Angkatan Laut Belanda di pengasingan mulai pelatihan pada


Camp Lejeune, North Carolina, dengan tujuan akhir merebut kembali
Hindia Belanda.

3 November - Hatta berpidato menghimbau orang Indonesia untuk


bergabung dengan PETA.

10 November - Soekarno, Hatta, dan Kyai Bagus Hadikusumo berangkat ke


Tokyo untuk bertemu dengan Kaisar Jepang. Ini adalah pertama kali
Soekarno bepergian ke luar negeri.

Desember, Barisan Hizbullah dibentuk oleh Jepang, sebuah angkatan


perang pemuda Muslim yang berhubungan dengan Masyumi.

1944

Januari, Putera digantikan oleh Jawa Hokokai. Soekarno menjadi


pemimpinnya.

19 April - Sekutu menjatuhkan bom di Sabang, Aceh.

22 April - Sekutu menguasai Hollandia (sekarang Jayapura).

9 Mei - Komandan Jepang memutuskan meninggalkan Irian Barat.

17 Mei - Serangan udara Sekutu di Surabaya.

21 Mei - Tentara Amerika mendarat di Biak.

4 Juni - Jepang melancarkan serangan balik ke Biak.

Agustus, Barisan Pelopor yang dibentuk oleh sayap pemuda Jawa Hokokai
(setelah kemerdekaan berganti nama menjadi Barisan Benteng).

11 Agustus - Serangan udara Sekutu di Palembang.

28 Agustus - Ambon luluh lantak akibat serangan udara Sekutu.

8 September - Jenderal Koiso menjanjikan Indonesia akan merdeka dalam


waktu yang tidak lama lagi.

8 September - tentara Amerika berhasil mengusir Jepang dari Biak.

15 September - Sekutu mendarat di Morotai. Otoritas Jepang mulai


mengorganisir dewan regional (dengan kekuasaan sebagai penasehat
saja).

Oktober, tentara Australia mulai melancarkan serangan bom ke


Balikpapan. Jepang mengorganisir sebuah Dewan Penasehat Pusat, serupa
dengan Volksraad, namun tanpa kekuasaan legislatif.

November, Gubernur Militer Kumashaki Harada digantikan oleh Shigeichi


Yamamoto. Pakubuwono XII menjadi Susuhunan Surakarta.

1945

Makam Kalibanteng, tempat dimakamkannya banyak warga sipil Belanda yang


meninggal di kamp interniran Jepang.
Januari-April

14 Februari - tentara Peta di Blitar menyerang gudang senjata Jepang.

1 Maret - Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia


(BPUPKI), sebuah komite untuk mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia,

diumumkan pembentukannya oleh Jepang. Anggota-anggotanya antara


lain Soekarno, Hatta, Wahid Hasyim, dan lain-lain. Pemimpinnya adalah Dr.
Radjiman Wedyodiningrat.

April, Laksamana Maeda, pimpinan intelijen Angkatan Laut di Indonesia,


mendukung perjalanan pidato keliling Soekarno dan Hatta ke Makassar.

30 April - Tentara Australia dan Belanda mendarat di Tarakan.

Mei

3 Mei - Gerilyawan Aceh menyerang pos Jepang di Pandrah, berhasil


membunuh seluruh tentara Jepang.

29 Mei - Diselenggarakan sidang pertama BPUPKI yang berlangsung


sampai 1 Juni. Soepomo berpidato tentang integrasi nasional dan melawan
individualisme perorangan. Muhammad Yamin mengusulkan bahwa negara
baru tersebut juga sekaligus mengklaim Sarawak, Sabah, Malaya, Timor
Portugis, dan seluruh wilayah Hindia Belanda sebelum perang. Yamin juga
menyarankan bahwa Indonesia baru harus mengabaikan hukum
internasional dan mendeklarasikan semua area samudra antara pulaupulau sebagai perairan teritorial. Kontroversi terus berlanjut di antara
peserta sidang BPUPKI mengenai aturan Islam dalam Indonesia yang baru.

Juni

Maeda mendukung perjalanan Soekarno dan Hatta ke Bali dan


Banjarmasin untuk berpidato.

1 Juni - Soekarno menjelaskan tentang doktrin "Pancasila" di depan


BPUPKI.

10 Juni - Tentara Australia mendarat di Brunei, tentara Belanda mendarat


di Sumatera Utara.

22 Juni - Sebuah komisi khusus dipimpin Soekarno dibentuk untuk


memecahkan perselisihan atas peran Islam dalam Republik yang baru,
dan setuju dengan menghadiahkan bahasa kompromi, yang kemudian
dikenal sebagai Piagam Jakarta. Bahasa kompromi ini menyebutkan bahwa
hanya yang beragama Islam yang diwajibkan untuk mengikuti Hukum
Islam.

24 Juni - Tentara Sekutu mendarat di Halmahera.

Militer Jepang mengadakan pertemuan di Singapura. Merencanakan


pengalihan kekuasaan Indonesia kepada pimpinan pejuang kemerdekaan
Indonesia.

1 Juli - Tentara Australia menguasai Balikpapan, pesawat Amerika


menjatuhkan bom di Watampone.

Juli

8 Juli - Sekolah Tinggi Islam didirikan di Jakarta (sekarang menjadi


Universitas Islam Indonesia (UII)) yang berpusat di Yogyakarta seiring
perpindahan ibukota Indonesia ke Yogyakarta saat Agresi Militer Belanda
ke-II)

10 Juli-17 Juli - Diselenggarakan sidang kedua BPUPKI untuk


membicarakan rancangan undang-undang dasar untuk Indonesia. Hatta
melakukan kritik terhadap pernyataan Yamin, dan menyarankan Irian
Barat sebaiknya tidak dimasukkan ke dalam Indonesia. Soekarno
mendukung Yamin. Haji Agus Salim menyarankan agar rakyat yang berada
di bawah bekas kekuasaan Inggris dan Portugis dapat memilih apakan
akan bergabung dengan Indonesia atau tidak. Mayoritas anggota memilih
bahwa Indonesia harus memasukkan Malaya, Sarawak, Sabah dan Timor
Portugis, seluruh wilayah Hindia Belanda sebelum perang.

11 Juli - Amerika melancarkan serangan udara di Sabang.

Periode menjelang Kemerdekaan RI


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Pada 6 Agustus 1945, 2 bom atom dijatuhkan ke dua kota di Jepang,


Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika Serikat. Ini menyebabkan Jepang
menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun
dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.

7 Agustus - BPUPKI berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan


Kemerdekaan Indonesia).

Pada 9 Agustus 1945 Soekarno, Hatta dan Radjiman Wedyodiningrat


diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka
dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang menuju kehancuran tetapi
Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus.

Sementara itu, di Indonesia, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat


radio pada tanggal 10 Agustus 1945, bahwa Jepang telah menyerah
kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap
memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan
yang diberikan sebagai hadiah Jepang. Saat Soekarno, Hatta dan Radjiman
kembali ke tanah air pada tanggal 14 Agustus 1945, Syahrir mendesak
agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan. Namun Soekarno
belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi
kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang
besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum
siap.

15 Agustus - Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut


Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan
mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Belanda.

Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, yang tergabung dalam


gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16

Agustus 1945 mereka menculik Soekarno dan Hatta, dan membawanya ke


Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa
Rengasdengklok. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa
Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan
Jepang, apa pun risikonya.

Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta, bertemu dengan Jenderal Moichiro
Yamamoto dan bermalam di kediaman Laksamana Muda Maeda Tadashi. Dari komunikasi
antara Hatta dan tangan kanan komandan Jepang di Jawa ini, Soekarno dan Hatta menjadi
yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu, dan tidak memiliki wewenang lagi untuk
memberikan kemerdekaan.

Mengetahui bahwa proklamasi tanpa pertumbahan darah telah tidak


mungkin lagi, Soekarno, Hatta dan anggota PPKI lainnya malam itu juga
rapat dan menyiapkan teks Proklamasi yang kemudian dibacakan pada
pagi hari tanggal 17 Agustus 1945.

Tentara Pembela Tanah Air, kelompok muda radikal, dan rakyat Jakarta mengorganisasi
pertahanan di kediaman Soekarno. Selebaran kemudian dibagi-bagikan berisi tentang
pengumuman proklamasi kemerdekaan. Adam Malik juga mengirim pesan singkat
pengumuman Proklamasi ke luar negeri.
Pasca-Kemerdekaan

Rapat kedua KNIP yang diketuai oleh Sutan Syahrir pada tanggal 25-26
November 1945

18 Agustus - PPKI membentuk sebuah pemerintahan sementara dengan Soekarno sebagai


Presiden dan Hatta sebagai Wakil Presiden. Piagam Jakarta yang memasukkan kata "Islam"
di dalam sila Pancasila, dihilangkan dari mukadimah konstitusi yang baru.
Republik Indonesia yang baru lahir ini terdiri 8 provinsi: Sumatra, Kalimantan, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, Maluku, dan Sunda Kecil.
Pada 22 Agustus Jepang mengumumkan mereka menyerah di depan umum di Jakarta. Jepang
melucuti senjata mereka dan membubarkan PETA Dan Heiho. Banyak anggota kelompok ini
yang belum mendengar tentang kemerdekaan.

23 Agustus - Soekarno mengirimkan pesan radio pertama ke seluruh negeri Indonesia. Badan
Keamanan Rakyat, angkatan bersenjata Indonesia yang pertama mulai dibentuk dari bekas
anggota PETA dan Heiho. Beberapa hari sebelumnya, beberapa batalion PETA telah
diberitahu untuk membubarkan diri.
29 Agustus - Rancangan konstitusi bentukan PPKI yang telah diumumkan pada 18 Agustus,
ditetapkan sebagai UUD 45. Soekarno dan Hatta secara resmi diangkat menjadi Presiden dan
Wakil Presiden. PPKI kemudian berubah nama menjadi KNIP (Komite Nasional Indonesia
Pusat). KNIP ini adalah lembaga sementara yang bertugas sampai pemilu dilaksanakan.
Pemerintahan Republik Indonesia yang baru, Kabinet Presidensial, mulai bertugas pada 31
Agustus.
Sekutu

Sesuai dengan perjanjian Wina pada tahun 1942, bahwa negara-negara sekutu bersepakat
untuk mengembalikan wilayah-wilayah yang kini diduduki Jepang pada pemilik koloninya
masing-masing bila Jepang berhasil diusir dari daerah pendudukannya.
Menurut Sekutu sebagai pihak yang memenangkan Perang Dunia II, Lord Mountbatten
sebagai Komandan Tertinggi Sekutu di Asia Tenggara adalah orang yang diserahi tanggung
jawab kekuasaan atas Sumatra dan Jawa. Tentara Australia diberi tanggung jawab terhadap
Kalimantan dan Indonesia bagian Timur.
Pada 23 Agustus 1945 tentara Belanda mendarat di Sabang, Aceh.
15 September 1945, tentara sekutu tiba di Jakarta, ia didampingi Dr Charles van der Plas,
wakil Belanda pada Sekutu. Kehadiran tentara sekutu ini, diboncengi NICA (Netherland
Indies Civil Administration - pemerintahan sipil Hindia Belanda) yang dipimpin oleh Dr
Hubertus J van Mook.
Dampak Pendudukan Jepang Dalam Berbagai Aspek Kehidupan Bangsa Indonesia
Aspek Politik

Kebijakan pertama yang dilakukan Dai Nippon (?)(pemerintah militer Jepang) adalah
melarang semua rapat dan kegiatan politik. Pada tanggal 20 Maret 1942, dikeluarkan
peraturan yang membubarkan semua organisasi politik dan semua bentuk perkumpulan. Pada
tanggal 8 September 1942 dikeluarkan UU no. 2 Jepang mengendalikan seluruh organisasi
nasional.
Selain itu, Jepangpun melakukan propaganda untuk menarik simpati bangsa Indonesia
dengan cara:

Menganggap Jepang sebagai saudara tua bangsa Asia (Hakko Ichiu)

Melancarkan semboyan 3A (Jepang pemimpin, Jepang cahaya dan Jepang


pelindung Asia)

Melancarkan simpati lewat pendidikan berbentuk beasiswa pelajar.

Menarik simpati umat Islam untuk pergi Haji

Menarik simpati organisasi Islam MIAI.

Melancarkan politik dumping

Mengajak untuk bergabung tokoh-tokoh perjuangan Nasional seperti: Ir.


Soekarno, Drs. M. Hatta serta Sutan Syahrir, dengan cara membebaskan
tokoh tersebut dari penahanan Belanda.

Selain propaganda, Jepang juga melakukan berbagai tindakan nyata berupa pembentukan
badan-badan kerjasama seperti berikut:

Putera (Pusat Tenaga Rakyat) dengan tujuan membujuk kaum Nasionalis


sekuler dan intelektual agar menyerahkan tenaga dan pikirannya untuk
mengabdi kepada Jepang.

Jawa Hokokai (Himpunan kebaktian Jawa) merupakan organisasi sentral


dan terdiri dari berbagai macam profesi (dokter, pendidik, kebaktian
wanita pusat dan perusahaan).

Penerapan sistem Autarki (daerah yang harus memenuhi kebutuhan sendiri dan kebutuhan
perang). Sistem ini diterapkan di setiap wilayah ekonomi. Contoh Jawa menjadi 17 daerah,
Sumatera 3 daerah, dan Meinsefu (daerah yang diperintah Angkatan Laut) 3 daerah. Setelah
penyerahan kekuasaan dari Belanda kepada Jepang di Kalijati maka seluruh daerah Hindia
Belanda menjadi 3 daerah pemerintahan militer:

Daerah bagian tengan meliputi Jawa dan Madura dikuasai oleh tentara
keenambelas denagn kantor pusat di Batavia (Jakarta).

Daerah bagian Barat meliputi Sumatera dengan kantor pusat di Bukittinggi


dikuasai oleh tentara keduapuluhlima.

Daerah bagian Timur meliputi Kalimantan, Sulawesi, Nusantara, Maluku


dan Irian Jaya dibawah kekuasaan armada selatan kedua dengan pusatnya
di Makassar.

Selain kebijakan politik di atas, pemerintah Militer Jepang juga melakukan perubahan dalam
birokrasi pemerintahan, diantaranya adalah pembentukan organisasi pemerintahan di tingkat
pusat dengan membentuk Departemen dan pembentukan Cou Sang In/dewan penasehat.
Untuk mempermudah pengawasan dibentuk tiga pemerintahan militer yakni:

Pembentukan Angkatan Darat/Gunseibu, membawahi Jawa dan Madura


dengan Batavia sebagai pusat dan dikenal dengan tentara ke enam belas
dipimpin oleh Hitoshi Imamura.

Pembentukan Angkatan Darat/Rikuyun, yang membawahi Sumatera


dengan pusat Bukit Tinggi (Sumatera Barat) yang dikenal dengan tentara
ke dua puluh lima dipimpin oleh Jendral Tanabe.

Pembentukan Angkatan Laut/Kaigun, yang membawahi Kalimantan,


Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Irian dengan pusatnya Ujung
Pandang (Makasar) yang dikenal dengan Armada Selatan ke dua dengan
nama Minseifu dipimpin Laksamana Maeda.

Untuk kedudukan pemerintahan militer sementara khusus Asia Tenggara berpusat di


Dalat/Vietnam.
Aspek Ekonomi dan Sosial

Pada kedua aspek ini, Anda akan menemukan bagaimana praktek eksploitasi ekonomi dan
sosial yang dilakukan Jepang terhadap bangsa Indonesia dan Anda bisa membandingkan
dampak ekonomi dan sosial dengan dampak politis dan birokrasi. Hal-hal yang diberlakukan
dalam sistem pengaturan ekonomi pemerintah Jepang adalah sebagai berikut:

Kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang maka seluruh


potensi sumber daya alam dan bahan mentah digunakan untuk industri
yang mendukung mesin perang. Jepang menyita seluruh hasil perkebunan,
pabrik, Bank dan perusahaan penting. Banyak lahan pertanian yang
terbengkelai akibat titik berat kebijakan difokuskan pada ekonomi dan
industri perang. Kondisi tersebut menyebabkan produksi pangan menurun
dan kelaparan serta kemiskinan meningkat drastis.

Jepang menerapkan sistem pengawasan ekonomi secara ketat dengan


sanksi pelanggaran yang sangat berat. Pengawasan tersebut diterapkan
pada penggunaan dan peredaran sisa-sisa persediaan barang.
Pengendalian harga untuk mencegah meningkatnya harga barang.
Pengawasan perkebunan teh, kopi, karet, tebu dan sekaligus memonopoli
penjualannya. Pembatasan teh, kopi dan tembakau, karena tidak langsung
berkaitan dengan kebutuhan perang. Monopoli tebu dan gula, pemaksaan
menanam pohon jarak dan kapas pada lahan pertanian dan perkebunan
merusak tanah.

Menerapkan sistem ekonomi perang dan sistem autarki (memenuhi


kebutuhan daerah sendiri dan menunjang kegiatan perang).
Konsekuensinya tugas rakyat beserta semua kekayaan dikorbankan untuk
kepentingan perang. Hal ini jelas amat menyengsarakan rakyat baik fisik
maupun material.

Pada tahun 1944, kondisi politis dan militer Jepang mulai terdesak, sehingga tuntutan akan
kebutuhan bahan-bahan perang makin meningkat. Untuk mengatasinya pemerintah Jepang
mengadakan kampanye penyerahan bahan pangan dan barang secara besar-besaran melalui
Jawa Hokokai dan Nagyo Kumiai (koperasi pertanian), serta instansi resmi pemerintah.
Dampak dari kondisi tersebut, rakyat dibebankan menyerahkan bahan makanan 30% untuk
pemerintah, 30% untuk lumbung desa dan 40% menjadi hak pemiliknya. Sistem ini
menyebabkan kehidupan rakyat semakin sulit, gairah kerja menurun, kekurangan pangan,
gizi rendah, penyakit mewabah melanda hampir di setiap desa di pulau Jawa salah satunya:

Wonosobo (Jateng) angka kematian 53,7% dan untuk Purworejo (Jateng) angka kematian
mencapai 224,7%. Bisa Anda bayangkan bagaimana beratnya penderitaan yang dirasakan
bangsa Indonesia pada masa Jepang (bahkan rakyat dipaksa makan makanan hewan seperti
keladi gatal, bekicot, umbi-umbian).
Aspek Kehidupan Militer

Pada aspek militer ini, Anda akan memahami bahwa badan-badan militer yang dibuat Jepang
semata-mata karena kondisi militer Jepang yang semakin terdesak dalam perang Pasifik.
Memasuki tahun kedua pendudukannya (1943), Jepang semakin intensif mendidik dan
melatih pemuda-pemuda Indonesia di bidang militer. Hal ini disebabkan karena situasi di
medan pertempuran (Asia Pasifik) semakin menyulitkan Jepang. Mulai dari pukulan Sekutu
pada pertempuran laut di Midway (Juni 1942) dan sekitar Laut Karang (Agustus 42
Februari 1943). Kondisi tersebut diperparah dengan jatuhnya Guadalacanal yang merupakan
basis kekuatan Jepang di Pasifik (Agustus 1943).
Situasi di atas membuat Jepang melakukan konsolidasi kekuatan dengan menghimpun
kekuatan dari kalangan pemuda dan pelajar Indonesia sebagai tenaga potensial yang akan
diikutsertakn dalam pertempuran menghadapi Sekutu.
Dampak Positif dan Negatif Pendudukan Jepang di Indonesia

Masa Pendudukan Jepang di Indonesia adalah masa yang sangat berpengaruh bagi
perkembangan Indonesia, selain itu hampir tidak adanya tantangan yang berarti kepada
Belanda sebelumnya. Dalam masanya yang singkat itu, Jepang membawa dampak yang
positif dan juga membawa dampak yang negatif bagi bangsa Indonesia pada umumnya. Pada
umumnya kebanyakan beranggapan masa pendudukan Jepang adalah masa-masa yang kelam
dan penuh penderitaan. Akan tetapi tidak semuanya itu benar, ada beberapa kebijakan
pemerintah pendudukan Jepang yang memberikan dampak positif, terutama dalam
pembentukan nasionalisme Indonesia dan pelatihan militer bagi pemuda Indonesia.
Dampak Positif Pendudukan Jepang

Tidak banyak yang mengetahui tentang dampak positifnya Jepang menduduki Indonesia. Ada
pun dampak positif yang dapat dihadirkan antara lain :

Diperbolehkannya bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa komunikasi


nasional dan menyebabkan bahasa Indonesia mengukuhkan diri sebagai
bahasa nasional.

Jepang mendukung semangat anti-Belanda, sehingga mau tak mau ikut


mendukung semangat nasionalisme Indonesia. Antara lain menolak
pengaruh-pengaruh Belanda, misalnya perubahan nama Batavia menjadi
Jakarta.

Untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia, Jepang mendekati


pemimpin nasional Indonesia seperti Soekarno dengan harapan agar
Soekarno mau membantu Jepang memobilisasi rakyat Indonesia.

Pengakuan Jepang ini mengukuhkan posisi para pemimpin nasional


Indonesia dan memberikan mereka kesempatan memimpin rakyatnya.

Dalam bidang ekonomi didirikannya kumyai yaitu koperasi yang bertujuan


untuk kepentingan bersama.

Mendirikan sekolah-sekolah seperti SD 6 tahun, SMP 9 tahun, dan SLTA

Pembentukan strata masyarakat hingga tingkat paling bawah yaitu rukun


tetangga (RT) atau Tonarigumi

Diperkenalkan suatu sistem baru bagi pertanian yaitu line system (sistem
pengaturan bercocok tanam secara efisien) yang bertujuan untuk
meningkatkan produksi pangan.

Dibentuknya BPUPKI dan PPKI untuk mempersiapkan kemerdekaan


Indonesia. Dari sini muncullah ide Pancasila.

Jepang dengan terprogram melatih dan mempersenjatai pemuda-pemuda


Indonesia demi kepentingan Jepang pada awalnya. Namun oleh pemuda
hal ini dijadikan modal untuk berperang yang dikemudian hari digunakan
untuk menghadapi kembalinya pemerintah kolonial Belanda.

Dalam pendidikan dikenalkannya sistem Nipon-sentris dan


diperkenalkannya kegiatan upacara dalam sekolah.

Dampak Negatif Pendudukan Jepang

Selain dampak positifnya tadi diatas, Jepang juga membawa dampak negatif yang luar biasa
antara lain :

Penghapusan semua organisasi politik dan pranata sosial warisan Hindia


Belanda yang sebenarnya banyak diantaranya yang bermanfaat bagi
kemajuan ilmu pengetahuan, sosial, ekonomi, dan kesejahteraan warga.

Romusha, mobilisasi rakyat Indonesia (terutama warga Jawa) untuk kerja


paksa dalam kondisi yang tidak manusiawi.

Penghimpunan segala sumber daya seperti sandang, pangan, logam, dan


minyak demi kepentingan perang. Akibatnya beras dan berbagai bahan
pangan petani dirampas Jepang sehingga banyak rakyat yang menderita
kelaparan.

Krisis ekonomi yang sangat parah. Hal ini karena dicetaknnya uang
pendudukan secara besar-besaran sehingga menyebabkan terjadinya
inflasi.

Kebijakan self sufficiency (kawasan mandiri) yang menyebabkan


terputusnya hubungan ekonomi antar daerah.

Kebijakan fasis pemerintah militer Jepang yang menyebar polisi khusus


dan intelijen di kalangan rakyat sehingga menimbulkan ketakutan.
Pemerintah Jepang bebas melanggar hak asasi manusia dengan

menginterogasi, menangkap, bahkan menghukum mati siapa saja yang


dicurigai atau dituduh sebagai mata-mata atau anti-Jepang tanpa proses
pegadilan.

Pembatasan pers sehingga tidak ada pers yang independen, semuanya


dibawah pengawasan Jepang.

Terjadinya kekacauan situasi dan kondisi keamanan yang parah seperti


maraknya perampokan, pemerkosaan dan lain-lain.

Pelarangan terhadap buku-buku berbahasa Belanda dan Inggris yang


menyebabkan pendidikan yang lebih tinggi terasa mustahil.

Banyak guru-guru yang dipekerjakan sebagai pejabat-pejabat pada masa


itu yang menyebabkan kemunduran standar pendidikan secara tajam.

Home
Sejarah
Asal usul Bumi dan Makhluk hidup

Asal usul Bumi dan Makhluk hidup

Mempelajari sejarah berarti mempelajari pengalaman dan peristiwa manusia pada


masa lampau dalam tempat tertentu, dan manusia menjadi pusat kajian sejarah. Akan
tetapi, bagaimanakah sejarah munculnya manusia menurut tinjauan sejarah?
Pertanyaan ini membawa kita pada pembicaraan tentang sejarah perkembangan bumi
dan
alam
semesta.
Menurut M.Dj. Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto sejarah alam semesta jauh
lebih panjang dibandingkan dengan sejarah umat manusia. Manusia baru muncul
pertama kali kira-kira tiga juta tahun yang lalu, yaitu pada zaman ysng disebut kala
pleistosen yaitu sekitar 3.000.000 sampai 10.000 tahun yang lalu. Karena itu untuk
mengetahui bagaimana munculnya manusia dan mahlik hidup, terlebih dahulu kita
perlu mengetahui bagaimana alam semesta, dan bumi tempat hidup dan
berkembangnya manusia.

Asal usul bumi dan makhluk hidup

Bagaimanakah proses terbentuknya alam semesta pertama kali? Para ilmuwan


meyakini bahwa awal mula terbentuknya alam semesta diawali sebuah ledakan besar
yang terjadi sekitar 13,7 miliar juta tahun yang lalu, yang disebut big bang ledakan
tunggal ini melontarkan partikel-partikel padat dalam jumlah yang sangat besar ke
segala penjuru alam semesta, partikel-partikel ini mengisi alam semesta dalam bentuk
bintang, planet, debu kosmis, asteroid/meteor, energi, dan lain-lain. Ringkasnya
membentuk
sistem
tata
surya
Sebagai hasil dari lontaran dahsyat itu, bumi awalnya berbentuk gumpalan gas yang
panas dan terus menerus berputar. Semakin lama semakin mendingin dan akhirnya
berbentuk seperti bola padat. Proses ini berjalan kurang lebih 2,5 miliar tahun, hingga
mencapai bentuk seperti sekarang. Ada banyak teori tentang munculnya kehidupan di

bumi, salah satunya adalah teori Harold Urey menurut teori ini kehidupan terjadi
pertama kali di udara (atmosfer). Pada saat tertentu dalam sejarah perkembangan
terbentuk atmosfer yang kaya akan molekul-molekul CH4, NH3, H2, H2O. karena
adanya loncatan listrik akibat halilintar dan sinar kosmik maka terjadilah asam amino
yang
memungkinkan
adanya
kehidupan.
Dalam maha karyanya yang berjudul on The Origin Of Species (asal usul spesias)
yang terbit pada tahun 1850, Charles Darwin secara khusus memusatkan paerhatian
pada evolusi mahluk hidup, termasuk manusia. Menurutnya, aneka organisme yang
ada dibumi bukanlahhasil penciptaan yang terjadi seketika, melainkan terbentuk
melalui proses yang panjang ribuan atau jutaan tahun. Melalui seleksi alam yang di
sebut proses evolusi. Manusia sekarang adalah bentuk sempurna dari kehidupan
purbakala dari jenis hominid, bangsa kera. Dari rumpun itu lahir simpanse, gorila,
orang utan, dan manusia. Dengan kata lain, menusia berasal dari kera. Perkembangan
mahluk hidup salah satunya dibuktikan dengan penemuan berbagai fosil manusia
purba, binatang dan tumbuhan purba yang berada dimuka bumi.
SEJARAH PERKEMBANGAN MAKHLUK HIDUP
03.36 KNOWLEDGE No comments
Berdasarkan Sejarah melalui penelitian Geologi (Penelitian tentang lapisan kulit
bumi) ,berjuta juta tahun yang lalu dijelaskan perkembangan makhluk hidup dan
lingkungannya ,dari awal terbentuknya permukaan bumi , munculnya makhluk makhluk kecil
(microorganism)seperti protozoa yang kemudian berkembang menjadi makhluk yang lebih
komplek, dan kemudian munculah makhluk makhluk raksasa, dan muncul makhluk lainnya
seperti serangga, reptile, ikan, mamalia dan sebagainya.
Perkembangan makhluk hidup diBumi dapat dijelaskan dengan Pembagian Jaman
Berdasarkan Geologi :
(1) Zaman Arkaekum / Azoikum (ZAMAN TERTUA)
Zaman Arkaekum 2500 juta tahun, bumi masih berbentuk bola pijar berputar pada
porosnya, suhu udara panas, iklim dan cuaca tidak stabil, dan belum ada tanda tanda
kehidupan.

(2) Zaman Paleozoikum (ZAMAN KEHIDUPAN TUA)


Zaman paleozoikum 340 juta tahun, iklim dan cuaca masih berubah rubah, curah hujan
sangat tinggi, keadaan lingkungan di bumi belum stabil. Hujan yang terus menerus

membanjiri permukaan bumi yang panas, mendinginkan, dan membentuk genangan air.
Pada Zaman ini mulai muncul tanda tanda kehidupan dengan munculnya makhluk pertama
di bumi makhluk bersel satu (microorganisme) seperti protozoa, dan berkembang hewan
yang tidak bertulang punggung seperti jenis ikan dan jenis ganggang atau rumput rumputan
Sebagai bukti ditemukannya fosil hewan dan tumbuhan yang berusia berjuta juta tahun,
Zamanini merupakan ZAMAN PERTAMA

(3) Zaman Mesozoikum (ZAMAN KEHIDUPAN PERTENGAHAN)


Zaman Mesozoikum 140 juta tahun , keadaan iklim dan cuaca berangsur angsur membaik,
makhluk hidup yang muncul pada zaman ini adalah binatang binatang reptile yang
mempunyai ukuran badan sangat besar. Zaman mesozoikum disebut juga zaman reptile
atau ZAMAN KEDUA

(4) Zaman Neozoikum / Kaenozoikum


Zaman Neozoikum 60 juta tahun, kedaan bumi semakin membaik , cuaca dan iklim
semakin stabil dan kehidupan semakin berkembang dengan pesat. Zaman Neozoikum
dibedakan menjadi dua,yaitu
4.1 Zaman Tersier merupakan ZAMAN KETIGA
Pada Zaman ini binatang purba yang raksasa mulai berkurang jumlahnya, sedikit demi
sedikit ,lama kelamaan punah karena tidak dapat lagi beradaptasi dengan lingkungan yang
ganas dan digantikan dengan munculnya binatang yang manis dan lucu antara lain binatang
menyusui, kera ,monyet, orang hutan dan Gigantropus (Manusia Kera Raksasa).

Giganthropus ditemukan di Bukit Siwalik di kaki pegunungan Himalaya dan didekat Simia
(India Utara).
4.2 Zaman Kuarter merupakan ZAMAN KEEMPAT
Pada zaman ini munculah tanda tanda kehidupan manusia purba , zaman ini dibedakan
menjadi:
4.2.1 Kala Pleistosen (DILUVIUM)
Zaman ini dinamakan juga zaman Es atau zaman Glasial. Keadaan permukaan bumi
semakin membaik ,daerah yang jauh dari Kutup terjadi hujan lebat yang terus menerus
sepanjang tahun . Es dari kutup Utara mencair hingga menutupi sebagian Eropa Utara,Asia
Utara, dan Amerika
4.2.2 Kala Holosen (ALLUVIUM)
Sebagian Es di kutub Utara sudah mencair mengakibatkan permukaan air laut naik. Muncul
pulau pulau di Nusantara dan dataran rendah di paparan Sunda dan paparan Sahul
tergenang air dan menjadi laut Transgresi. Pada Zaman ini mulai hidup jenis manusia Homo
Sapiens yaitu jenis manusia seperti sekarang.

Jelaskan proses terbentuknya kepulauan Indonesia?


Pembentukan kepulauan Indonesia terkait dengan teori tektonik lempeng,
sebuah teori yang menjelaskan pergerakan di kulit bumi sehingga memunculkan
bentuk permukaan bumi seperti yang sekarang kita diami.

Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Lombok hingga Nusa Tenggara terbentuk karena
adanya aktivitas vulkanisme di bawah permukaan bumi, akibatnya di permukaan
mengalir lava. Lama kelaaman lava tersebut memadat dan membesar
membetuk busur pulau. Proses ini dikenal sebagai Island Arc.
Sulawesi terbentuk akibat pertemuan Lempeng Indo-Australa, Eurasia dan
lempeng mikro lain di daerah tersebut.
Kalimantan dan Papua terbentuk dari pecahan lempeng benua besar yang
disebut Pangea.
Sedangkan pulau-pulau kecil terbentuk dari endapan karang, koral, dan
organisme laut lainya yang setelah jutaan tahun membentuk pulau baru.

Manusia purba Indonesia


Manusia purba Indonesia adalah manusia purba yang berada di Indonesia.
Ada enam jenis manusia purba di Indonesia, yaitu:

Meganthropus Paleojavanicus

Pithecanthropus Erectus

Pithecanthropus Soloensis

Pithecanthropus Mojokertensis

Homo Soloensis

Homo Wajakensis

CiriCiri
1. Meganthropus Paleojavanicus
o

Memiliki tulang pipi yang tebal

Memiliki otot kunyah yang kuat

Memiliki tonjolan kening yang mencolok

Memiliki tonjolan belakang yang tajam

Tidak memiliki dagu

Memiliki perawakan yang tegap

Memakan jenis tumbuhan

2. Pithecanthropus
Pithecantropus Erectus
Artinya: manusia kera yang berjalan tegak. Ditemukan oleh Eugene
Dubois di Trinil pada tahun 1891. Fosil yang ditemukan berupa tulang
rahang bagian atas tengkorak, geraham dan tulang kaki. Fosil ini
ditemukan pada masa kala Pleistosen tengah.
o

Tinggi badan sekitar 165 180 cm

Volume otak berkisar antara 750 1350 cc

Bentuk tubuh & anggota badan tegap, tetapi tidak setegap


meganthropus

Alat pengunyah dan alat tengkuk sangat kuat

Bentuk graham besar dengan rahang yang sangat kuat

Bentuk tonjolan kening tebal melintang di dahi dari sisi ke sisi

Bentuk hidung tebal

Bagian belakang kepala tampak menonjol menyerupai wanita


berkonde

Muka menonjol ke depan, dahi miring ke belakang

3. Homo Soloensis
o

Volume otaknya antara 1000 1200 cc

Tinggi badan antara 130 210 cm

Otot tengkuk mengalami penyusutan

Muka tidak menonjol ke depan

Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna

Homo Soloensis
Fosil Homo soloensis ditemukan di Ngandong, Blora, di Sangiran dan Sambung Macan,
Sragen, oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald pada tahun 19311933 dari
lapisan Pleistosen Atas. Homo Soloensis diperkirakan hidup sekitar 900.000 sampai 300.000
tahun yang lalu. Volume otaknya mencapai 1300 cc.

Menurut Von Koenigswald makhluk ini lebih tinggi tingkatannya dibandingkan dengan
Pithecanthropus Erectus. Diperkirakan makhluk ini merupakan evolusi dan Pithecanthropus
Mojokertensis. Oleh sebagian ahli, Homo Soloensis digolongkan dengan Homo
Neanderthalensis yang merupakan manusia purba jenis Homo Sapiens dari Asia, Eropa, dan
Afrika berasal dari lapisan Pleistosen Atas.

Hasil Budaya

Pithecanthropus Erectus

1. Kapak perimbas
2. Kapak penetak
3. Kapak gengam
4. Pahat gengam
5. Alat serpih
6. Alat-alat tulang

Homo Soloensis

1. Kapak gengam / Kapak perimbas


2. Alat serpih
3. Alat-alat tulang
4. Alat-alat zaman dahulu

Menhir
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

Menhir Kerloas, Bretagne, Prancis.

Menhir adalah batu tunggal, biasanya berukuran besar, yang ditatah seperlunya sehingga
berbentuk tugu dan biasanya diletakkan berdiri tegak di atas tanah[1]. Istilah menhir diambil
dari bahasa Keltik, dari kata men (batu) dan hir (panjang)[1].
Menhir biasanya didirikan secara tunggal atau berkelompok sejajar di atas tanah[1], namun
pada beberapa tradisi juga ada yang diletakkan terlentang di tanah. Menhir, bersama-sama
dengan dolmen dan sarkofagus, adalah megalit. Sebagai salah satu penciri utama budaya
megalitik, pembuatan menhir telah dikenal sejak periode Neolitikum (mulai 6000 Sebelum
Masehi). Beberapa menhir memiliki pahatan pada permukaannya sehingga membentuk figur
tertentu atau menampilkan pola-pola hiasan. Menhir semacam ini dikenal sebagai menhir
arca (statue menhir). Pada kebanyakan kebudayaan, tradisi pembuatan menhir telah berlalu,
diganti dengan pembuatan bangunan; namun demikian di beberapa tempat, terutama di
Nusantara, tradisi ini masih dilakukan hingga abad ke-20.
Lokasi penemuan menhir tercatat di Eropa, Timur Tengah, Afrika Barat, India, Korea, serta
Nusantara. Para arkeolog melihat bahwa menhir digunakan untuk tujuan religius dan
memiliki makna simbolis sebagai sarana penyembahan arwah nenek moyang[1].

Menhir arca, diletakkan berbaring. Playen, Gunungkidul.

Menhir dan batu dakon. Ciaruteun, Bogor.

Dolmen
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

Dolmen di kecamatan Batu Brak, Lampung Barat (foto diambil pada tahun 1931)

Dolmen Poulnabrone di the Burren, County Clare, Irlandia

Dolmen adalah meja batu tempat meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada roh nenek
moyang. Di bawah dolmen biasanya sering ditemukan kubur batu.

Dolmen ditemukan di Eropa, Asia, dan Afrika, terutama di sepanjang pesisir pantai. Mereka
berasal dari periode Neolithikum awal, sekitar 10.000 tahun sebelum Masehi.

Dolmen adalah sebuah meja yang terbuat dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan
saji-sajian untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan mayat,
agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak
sampai mayat tertutup rapat oleh batu. Hal ini menunjukan kalau masyarakat pada masa itu
meyakini akan adanya sebuah hubungan antara yang sudah meninggal dengan yang masih
hidup, mereka percaya bahwa apabila terjadi hubungan yang baik akan menghasilkan
keharmonisan dan keselarasan bagi kedua belah pihak.
Dolmen di Indonesia

Dolmen yang merupakan tempat pemujaan misalnya ditemukan di Telagamukmin,


Sumberjaya, Lampung Barat. Dolmen yang mempunyai panjang 325 cm, lebar 145 cm, tinggi
115 cm ini disangga oleh beberapa batu besar dan kecil. Hasil penggalian tidak menunjukkan
adanya sisa-sisa penguburan. Benda-benda yang ditemukan di antaranya adalah manik-manik
dan gerabah.
pada umumnya dolmen banyak ditemukan di Jawa Timur dan Sumatera Selatan Dolmen
merupakan hasil kebudayaan megalitikum, dimana pada zaman megalit bangunannya selalu
berdasarkan kepercayaan akan adanya hubungan antara yang hidup dan yang mati terhadap
kesejahtraan masyarakat dan kesuburan tanaman. Domen ini merupakan sebuah media atau
peralatan yang dipergunakan untuk mengadakan upacara pemujaan terhadap roh nenek
moyang.
Menurut pengamatan Hoop, dolmen dolmen yang paling baik terdapat di Batucawang. Papan
batunya yang berukuran 3 x 3 meter dengan tebal 7 cm, terletak di atas empat buah batu
penunjang. Salah satu dolmen yang digali di Tegurwangi diduga berisi tulang-tulang manusia.
Tetapi benda-benda lain yang dianggap sebagai bekal kubur tidak ditemukan. Selain dolmen,
di daerah ini banyak ditemukan patung-patung batu, yang diduga merupakan patung nenek
moyang. Di antara dolmen-dolmen tersebut terdapat juga dolmen yang papan batunya
ditunjang oleh enam batu tegak. Tradisi setempat menyatakan bahwa tempat ini merupakan
pusat kegiatan upacara pemujaan nenek moyang dan tempat tempat untuk penguburan. Di
daerah ini ditemukan pula domen bersama-sama menhir. Temuan dolmen-dolmen lainnya
terdapat di Pamatang dan pulau Panggung, dan di kedua tempat pula ditemukan patung batu.
Daerah temuan lain ialah Nanding, Tanjungara, Pajarbulan (di sini dolmen ditemukan
bersama-sama dengan lesung batu), Gunungmegang, Tanjungsakti, Pagerdewa, Lampung
Barat dan Sumbawa. Dolmen diperkirakan mulai dikenal dalam masyarakat Indonesia pada
zaman bercocok tanam.
Tradisi megalitik di pulau Sumba merupakan hal yang menarik. Tidak hanya bentukbentuknya yang sangat besar yang mempunyai berat berton-ton tetapi keunikan ini tampak
sekali pada pelaksanaan pendiriannya maupun pada upacara-upacara yang dilaksanakan
dalam pendirian bangunan tersebut. Dalam usaha pencarian batu, dalam pengangkutan batu
maupun dalam upacara memasukkan mayat di dalam dolmen semuanya itu merupakan
kegiatan yang menjadi satu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Peristiwa-peristiwa itu
mengandung nilai historis arkeologis yang sangat tinggi.

Kepercayaan

Masyarakat masa bercocok tanam memiliki ciri khas yang sesuai dengan perkembangan
penemuan-penemuan barunya. Nilai-nilai hidup semakin berkembang dan manusia pada
waktu itu tidak lagi menggantungkan hidupnya pada alam, tetapi sudah menguasai alam
lingkungan sekitarnya dan aktif membuat perubahan-perubahan.
Sebagai masyarakat petani, penduduk sudah dapat memproduksi makanan sehari-hari. Salah
satu segi yang menonjol dalam masyarakat adalah sikap terhadap kehidupan yang sudah mati.
Kepercayaan bahwa roh seseorang tidak lenyap pada saat orang meninggal, sangat
memperngaruhi kehidupan manusia. Roh dianggap mempunyai kehidupan di alamnya
tersendiri sesudah orang meninggal.
Dolmen-dolmen yang masih dapat disaksikan sampai sekarang mempunyai bentuk-bentuk
besar sehingga kadang-kadang sulit dibayangkan bagaimana batu besar dan dengan berat
berton-ton itu dapat diangkut. Pengangkutan batu sampai setinggi dua meter lebih tentu
mempunyai teknik tersendiri di dalam cara pengangkutannya. Besar tiang-tiang penyangga
biasanya disesuaikan dengan besar batu datarnya. Semakin besar batu datar maka semakin
besar pula tiang penyangganya.

Animisme
Kepercayaan animisme (dari bahasa Latin anima atau "roh") adalah kepercayaan kepada
makhluk halus dan roh merupakan asas kepercayaan agama yang mula-mula muncul di
kalangan manusia primitif. Kepercayaan animisme mempercayai bahwa setiap benda di
Bumi ini, (seperti kawasan tertentu, gua, pohon atau batu besar), mempunyai jiwa yang mesti
dihormati agar semangat tersebut tidak mengganggu manusia, malah membantu mereka dari
semangat dan roh jahat dan juga dalam kehidupan seharian mereka.
Diperkirakan bahwa di provinsi Kalimantan Barat masih terdapat 7,5 juta orang Dayak yang
tergolong pemeluk animisme.
Selain dari pada jiwa dan roh yang mendiami di tempat-tempat yang dinyatakan di atas,
kepercayaan animisme juga mempercayai bahwa roh orang yang telah mati bisa masuk ke
dalam tubuh hewan, misalnya suku Nias mempercayai bahwa seekor tikus yang keluar masuk
dari rumah merupakan roh dari wanita yang telah mati beranak. Roh-roh orang yang telah
mati juga bisa memasuki tubuh babi atau harimau dan dipercayai akan membalas dendam
orang yang menjadi musuh bebuyutan pada masa hidupnya.
Kepercayaan ini berbeda dengan kepercayaan reinkarnasi seperti yang terdapat pada agama
Hindu dan Buddha, di mana dalam reinkarnasi, jiwa tidak pindah langsung ke tubuh hewan
lain yang hidup, melainkan melalui proses kelahiran kembali kedunia dalam bentuk
kehidupan baru. Pada agama Hindu dan Buddha juga terdapat konsep karma yang berbeda
dengan kepercayaan animisme ini.

Dinamisme
Dinamisme adalah suatu konsep yang memiliki beberapa arti:

Dinamisme (dalam kaitan agama dan kepercayaan) adalah pemujaan


terhadap roh (sesuatu yang tidak tampak mata). Mereka percaya bahwa
roh nenek moyang yang telah meninggal menetap di tempat-tempat
tertentu, seperti pohon-pohon besar. Arwah nenek moyang itu sering
dimintai tolong untuk urusan mereka. Caranya adalah dengan
memasukkan arwah-arwah mereka ke dalam benda-benda pusaka seperti
batu hitam atau batu merah delima. Ada juga yang menyebutkan bahwa
dinamisme adalah kepercayaan yang mempercayai terhadap kekuatan
yang abstrak yang berdiam pada suatu benda. istilah tersebut disebut
dengan mana.

Dinamisme (metafisika), penjelasan kosmologi terhadap dunia material


menurut filosofi proses.

Dinamisme, sebutan yang digunakan oleh Virginia Postrel untuk


menjelaskan filosofi sosialnya yang melibatkan perubahan budaya, pilihan
individual, dan masyarakat terbuka.

"Dinamisme plastik", sebutan yang digunakan oleh gerakan seni futuris


Italia untuk menjelaskan konsep yang berhubungan dengan gerakan
obyek, intrinsik dan relatif terhadap lingkungannya.

Keaktifan kepribadian energetik.

Dynamism (perusahaan), perusahaan ritel Jepang yang berpengalaman


dalam ekspor.

Jelaskan pengertian ANIMISME dan DINAMISME


Animisme adalah orang atau golongan yg masih percaya dengan hal gaib khususnya pada
pemujaan roh nenek moyang. dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda keramat
Animisme : kepercayaan terhadap roh nenek moyang
Dinamisme : kepercayaan terhadap benda kramat

Anda mungkin juga menyukai