A. PENDAHULUAN
1. Tujuan Percobaan
Menganalisa atau mengidentifikasi analit secara kualitatif
Menganalisa atau mengidentifikasi sesuatu zat terutama obat obatan
Mengertahui sifat-sifat alcohol dan golongannya
2. Dasar Teori
Alkohol merupakan senyawa organik yang mempunyai gugus -OH yang terikat
pada atom C dari rangkaian alifatis atau siklik. Senyawa organik adalah senyawa
yang mengandung unsur C dan H dan dapat ditemukan pada semua makhluk
hidup misal C6H6O6. Sedangkan senyawa anorganik senyawa yang tidak
mengandung / tidak mempunyai ikatan C dan H contohnya NaCl, HCl, CO2.
Sebagian alkohol digunakan sebagai pelarut, mempunyai sifat asam lemah,
mudah menguap, dan mudah terbakar. Alkohol dengan jumlah C 1-4 berupa
cairan, 5-9 berupa cairan kental seperti minyak, 10 atau lebih berupa zat padat.
Berdasarkan jumlah gugus OH alkohol dibedakan menjadi alkohol monovalen dan
polivalen contoh alkohol plivalen yaitu gliserin yang mempunyai 3 buah OH
1,2,3-propanatriol
Klasifikasi alkohol
1. Berdasarkan R-nya (struktur)
a.
Alkohol Alifatis
1) Jenuh (etanol)
2) Tidak jenuh (alil alkohol)
b.
Alkohol Aromatis
Alkohol Siklik
1) Monovalen (mentol)
2) Polivalen (inositol)
Alkohol Monovalen
1) Cair (methanol, etanol)
2) Padat (setil alkohol)
b.
Alkohol Polivalen
1) Cair (propilen glikol, etilen glikol
2) Padat (manitol, sorbitol)
4.
Makin banyak atom C, maka makin tinggi indeks biasnya. ( Indeks bias gliserin1,471
dan 1,474 )
Membedakan Alkohol Monovalen dan Polivalen
1.
Alkohol monovalen
Esterifikasi dengan asam-asam karboksilat
Zat + asam asetat/asam salisilat + H2SO4 dipanaskan, akan tercium bau ester
2. Alkohol polivalen
Mempertinggi keasaman asam borat
Prosedur: cek pH asam borat, tambahkan zat, maka pH dari asam borat meningkat
(positif alkohol polivalen)
Reaksi Cuprifil
Prosedur: larutan zat dibasakan dengan NaOH + 1 tetes CuSO4 terjadi kompleks Cu
yang biru jernih
Reaksi Landwer
Prosedur: zat + FeCl3 kuning tua sampai coklat jingga
Reaksi Carletti
Prosedur: larutan zat dalam air + asam oksalat + resorsin + H2SO4 (p) ungu
Reaksi Iodoform
Zat + NaOH/NH4OH + sol Iodii (I2) endapan kuning (mikroskopik)
Glyserin (CH2OH.CHOH.CH2OH ) pemerian cairan kental menyerupai sirop jernih
tidak berwarna dan tidak berbaumanis dikuti rasa hangat higroskopik jika disimpan
beberapa lama pada waktu suhu rendah dapat memadat membentuk masa hablur tidak
berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20C. Kelarutan dapat
campur dengan air dan dengan etanol (95%) P praktis tidak larut dalam kloroform P,
dalam eter P, dan dalam minyak lemak (FI III halaman 271-272)
Gliseril guaiakolat (C10H14O4) pemerian serbuk hablur putih hingga agak keabuan
hampir tidak berbau atau berbau lemah rasa pahit. Kelarutan larut dalam air dalam
etanol (95%) P, dalam kloroform P, dalam gliserol P, dan dalam propilenglokol P (FI III
halaman 272-273)
Beberapa Reaksi Spesifik dari Alkohol
a.
Atom H dari gugus OH dapat disubstitusi oleh logam aktif seperti natrium dan kalium,
membentuk alkoksida dan gas hidrogen. Reaksi ini mirip dengan reaksi natrium dengan air,
tetapi reaksi dengan air berlangsung lebih cepat. Reaksi ini menunjukkan bahwa alkohol
bersifat sebagai asam lemah (lebih lemah daripada air).
C2H5-OH + 2Na 2C2H5-ONa + H2
Natrium etoksida
b.
Gugus OH alkohol dapat disubstitusi oleh atom halogen bila direaksikan dengan HX pekat,
PX3atau PX5 (X= halogen).
Contoh:
c.
Oksidasi Alkohol
Alkohol sederhana mudah terbakar membentuk gas karbon dioksida dan uap air. Oleh
karena itu, etanol digunakan sebagai bahan bakar spirtus (spiritus). Reaksi pembakaran
etanol, berlangsung sebagai berikut:
Dengan zat-zat pengoksidasi sedang, seperti larutan K2Cr2O7 dalam lingkungan asam,
alkohol teroksidasi sebagai berikut:
1.
Alkohol primer membentuk aldehida dan dapat teroksidasi lebih lanjut membentuk
asam karboksilat.
2.
3.
Etanal yang dihasilkan dapat teroksidasi lebih lanjut membentuk asam asetat. Hal ini terjadi
karena oksidasi aldehida lebih mudah daripada oksidasi alkohol.
d.
e.
Dehidrasi Alkohol
Jika alkohol dipanaskan bersama asam sulfat pekat akan mengalami dehidrasi (melepas
molekul air) membentuk eter atau alkena. Pemanasan pada suhu sekitar 130 0C
menghasilkan eter, sedangkan pemanasan pada suhu sekitar 180 0C menghasilkan alkena.
Reaksi dehidrasi etanol berlangsung sebagai berikut:
B. PROSEDUR
1. Organoleptik : Mikroskopik, warna, bau, rasa, aroma
2. Kelarutan
a. Dalam air
b. Asam
c. Basa
d. Pelarut organik
3. Fluroesensi
4. Reaksi nyala
5. Pirolisa
6. Reaksi warna
Analit 11a + reagen cuprifil (CuSO4 + NaOH)
biru jernih
Pengamatan
kemungkinan
Glyserin
GG
Tidak berwarna
Putih hampir kekuningan
Glyserin
GG
Tidak berbau
Tidak berbau
Glyserin
GG
(kode11b)
Mikroskopik
Warna (kode11a)
(kode11b)
Bau (kode 11a)
(kode11b)
Rasa (kode 11a)
Glyserin
GG
(kode11b)
Penentuan
KELARUTAN
Pengamatan
kemungkinan
Larut
Sedikit larut
Glyserin
GG
Glyserin
GG
Larut
Tidak larut
Glyserin
GG
Tidak larut
Tidak larut
Glyserin
GG
(kode11b)
Basa (kode11a)
(kode11b)
Pelarut organik (kode 11a)
(kode11b)
D. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi golongan alkohol membedakan
alkohol monovalen dan polivalen serta reaksi- reaksi yang terjadi di dalamnya.praktikan
diberi 2 sampel analit dengan kode 11a dan 11b Langkah pertama yang dilakukan adalah uji
pendahuluan terlebih dahulu meliputi Uji Organoleptis : bentuk, bau, rasa, warna,
kelarutan. Kemudian dilanjutkan uji reaksi secara umum dengan Diazo A dan diazo B dan
reaski spesifik . Pada praktikum kali ini praktikan diberi 2 analit yaitu gliserin(11a) dan
gliseril guaiakolat(11b) sebelumnya praktikan hanya diberikan 2 analit dengan kode 11a dan
11b untuk di identifikasi secara kualitatif.
Gliserin
1. Uji Organoleptis :
Bentuk Cairan / larutan jernih seperti sirop tidak berwarna dan tidak berbau
manis dan diikuti rasa hangat
2. Uji kelarutan
Dalam air gliserin larut hal ini dikarenakan adanya ikatan hydrogen
3. Reaksi golongan (umum ): Reaksi diazo
Zat + Diazo A (asam sulfanilat) +HCl+ Diazo B (4 : 1) + NaOH(NaNO 2),
panaskanmerah prambos (tidak dapat ditarik dengan amil alkohol)
4. Reaksi spesifik Reaksi cuprifill dilakukan untuk membedakan alkohol monovalen
dan
polivalen
NaOH + CuSO4 1% terbentuk komplek Cu biru yang jernih
Ini menandakan gliserin termasuk alkohol polivalen yang mempunyai 3 jumlah OH
Gliserin guaiakolat
1. Uji organoleptis : Bentuk serbuk hablur putih hingga agak keabuan hampir tidak
berbau atau berbau lemah rasa pahit
2. Uji penegasan secara spesifik
analit + HNO3 pekat kuning
analit + k2Cr2O7 kuning
Dalam literatur GG mempunyai pH asam sampai netral (5-7) akan tetapi pada saat
pengujian di praktikum dengan menggunakan pH universal menunjukan angka 9 yakni
bersifat basa, akan tetapi setelah di cek dengan menggunakan kertas lakmus, lakmus
merah dan lakmus biru tidak menujukan perubahan warna sama sekali yaitu tetap,
sehingga menujukan bahwa GG tersebut mempunyai pH netral. Ada kemungkinan
kesalahan ini terjadi karena pH universal yang digunakan sudah terkontaminasi atau pH
universal yang digunakan terlalu kecil ( sudah dibagi 2 ) sehingga menyulitkan pada saat
pengamatan. Dalam farmakope Indonesia edisi III GG larut dalam air akan tetapi setelah
praktikan melarutkan GG dalam air selang beberapa menit kemudian timbul endapan tak
larut pada tabung reaksi yang diamati kemungkinan hal ini terjadi karena pelarut /
aquadest yang digunakan telah terkontaminasi. Dalam farmakope GG berbentuk serbuk
berwarna putih tetapi pada saat praktikum serbuk GG tersebut berwarna putih, hal ini
kemungkinan dilakukan untuk mengecoh praktikan agar lebih teliti dan tidak hanya
terpaku pada uji organoleptik saja.
Identifikasi zat yang seharusnya meliputi Fluroesensi, reaksi nyala, pirolisa reaksi
warna reaksi penggolongan, akan tetapi identifikasi yang dilakukan hanya reaksi warna
dan penggolongan hal ini dikareanakan keterbatasan waktu praktikum dan kurang
lengkapnya reagen yang tersedia.
E. KESIMPULAN
Kode 11a adalah gliserin ( alcohol polivalen)
Kode 11b adalah Gliseril guaiakolat