Makalah Pengujian Rotor Dan Stator Generator Sinkron 50 MW
Makalah Pengujian Rotor Dan Stator Generator Sinkron 50 MW
Abstrak
Generator Sinkron memegang peranan yang sangat penting dalam produksi energi listrik di PT
Indonesia Power Tambak Lorok Semarang. Generator ini digunakan untuk mengkonversi energi mekanik
putaran dari turbin menjadi energi listrik. Kebanyakan tipe generator sinkron yang digunakan di PT
Indonesia Power adalah generator sinkron dengan pendingin hidrogen, karena dengan pendingin hidrogen
akan didapatkan kelembaban yang kecil / kering didalam generator.
Untuk menjaga kehandalan sistem diperlukan perawatan dan pengujian secara berkala dengan tidak
mengesampingkan system proteksinya. Generator sinkron dengan kapasitas besar membutuhkan perawatan
ataupun pengujian untuk menjaga agar tetap dapat beroperasi secara normal dan terhindar dari bermacam
macam gangguan misalnya adalah vibrasi pada rotor, hubung singkat pada lilitan stator maupun rotor, dsb.
Beberapa langkah dilakukan untuk meminimalisasi gangguan tersebut. Salah satunya adalah dengan
pengujian rotor dan stator yang terdiri dari banyak pengujian diantaranya adalah High Potensial Test,
Megger Test , dan Balancing Voltage Rotor Test.
Dalam kerja praktek ini, penulis ingin belajar tentang pengujian pada rotor dan stator generator
sinkron 50 MW dengan pendingin hidrogen. Dengan laporan ini, para mahasiswa dapat belajar jenis- jenis
pengujian pada generator sinkron dengan kapasitas daya besar dan mengetahui bagaimana cara melakukan
pengujian pada rotor dan stator generator.
Kata kunci: Generator Sinkron, Proof Test, Analytical Test, Pengujian rotor dan stator.
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di dalam pusat pembangkitan
terdapat generator yang digunakan untuk
mengkonversi energi dari energi
1.1
1.2
Tujuan
Tujuan penulisan laporan ini adalah
untuk mempelajari pengujian yang dilakukan
pada rotor dan stator generator sinkron 50
MW di PLTU Unit 1 PT. Indonesia Power
Tambak Lorok Semarang.
1.3
Batasan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, penulis
hanya menjelaskan tentang pengujian yang
dilakukan pada rotor dan stator generator
sinkron 50 MW yang meliputi atas Proof Test
dan Analitycal Test, khususnya Insulation
Resistance/ Megger, Balancing Voltage Rotor
Test dan Tahanan Dalam (Rd) Rotor di PLTU
Unit 1 PT. Indonesia Power Tambak Lorok
Semarang.
II. DASAR TEORI
Spesifikasi Teknis Turbin dan
Generator PLTU Unit 1
Generator sinkron adalah sebuah
peralatan listrik yang berfungsi untuk
2.1
1 buah/ unit
General Electric
Nomor seri
197709
Rating
50001 KW
Steam Conditions
Pressure
88,90 kg/cm2
Temperatur
5100C
Exhaust Pressure
Putaran
3000 rpm
Analytical Test
Analytical test yaitu pengujian dengan
menggunakan level tegangan yang biasanya
dibawah tegangan kerja.
Beberapa diantaranya jenis jenis
analytical test adalah sebagai berikut :
a. Insulation Resistance Test / Megger Test
b. DC Leakage
c. Dissipation Factor
d. Balancing Voltage Rotor Test
e. Tahanan Dalam (Rd) Rotor
f. Partial Discharge Test
Pengujian pada peralatan berdasarkan
standar ANSI dan dilakukan oleh perusahaan
sebelum pengiriman. Jika pengguna memilih
menggunakan pengujian tambahan pada
peralatan, juga harus berdasarkan standar yang
dipublikasikan oleh ANSI.
3.3 Ulasan Pengujian
3.3.1 High Potensial Test
High Potensial Test atau Hi-Pot Test
paling umum diterapkan pada lilitan stator
generator untuk mencari kerusakan pada
lilitan. Pengujian ini merupakan pengujian
yang dimaksudkan untuk memperkirakan
kekuatan dielektrik isolasi dari lilitan stator
generator.
Prinsip kerja pengujian ini adalah jika
ada kerusakan isolasi yang cukup besar,
tegangan yang cukup besar diterapkan pada
lilitan maka akan mengakibatkan breakdown
pada isolasi tersebut, pengujian ini jarang
dilakukan karena sifatnya merusak sehingga
perlu melilit ulang rotor atau stator jika terjadi
breakdown.
Selama pengujian masing masing fasa
terpisah, salah satu fasa dites sedangkan dua
fasa lainya digroundkan.
High
Potensial
Test
dapat
diklasifikasikan dalam tiga kategori :
IP =
R10 menit
R1menit
VAC
VDC
(tegangan
kerja (tegangan
DC
lilitan (line-to-line)) yang diterapkan)
<100
500
1000 2500
500 1000
2501 5000
1000 2500
5001 12000
2500 5000
>12000
5000 -10000
Alat yang digunakan dalam megger
adalah Metriso 5000A dengan tegangan
yang diterapkan untuk megger stator
sebesar 5000 Volt DC sedangkan dalam
megger rotor tegangan yang diterapkan
adalah 500 Volt DC karena melihat
kemampuan rotor untuk menahan
tegangan.
3.3.2.1 Megger Stator
Secara garis besar megger stator
sendiri dibagi menjadi dua yaitu megger
fasa ke fasa dan fasa ke ground. Berikut
adalah rangkaian megger stator :
0,75
0,6
R min
= (Vrms + 1) x100. M
Dimana :
Rmin : resistansi minimum lilitan (M )
Vrms : tegangan rms dalam KV (line-toline)
Contoh pada generator 50 MW
dengan tegangan operasi 11,5 KV maka
resistansi minimumnya adalah sebesar :
Rmin = (11,5 + 1) x 100 M
= 1250 M
= 1,25 G
3.3.2.2 Megger Rotor
Pada Megger rotor tegangan yang
dikenakan tidak boleh besar karena akan
merusak isolasi pada rotor, karena
tegangan yang dapat ditahan rotor terbatas
menyesuaikan tegangan eksitasinya. Pada
megger rotor ini digunakan tegangan
sebesar 500 V DC.
setelah hujan ( 29 C )
Tegangan
500 V
Waktu ( t )
1 menit
Hasil
Z = 800 M
mendung (30 C)
Tegangan
500 V
Waktu ( t )
1 menit
Megger Rotor
Z = 2,5 G
Mendung (30 C)
Tegangan
500 V
Waktu ( t )
1 menit
Megger Rotor
Z = 90 M
Menit ke
65
100
100
105
110
120
121
125
125
10
130
(M )
IP = 2
Isolasi
yang
sempurna
adalah
mempunyai PF 0 dan tidak mempunyai rugi
rugi internal. Peningkatan faktor disipasi
sebagai fungsi tegangan mengindikasikan
angka peningkataan ionisasi, rugi rugi
internal dan pemanasan.
Pengujian ini merupakan pengujian AC
yang menggunakan frekuensi kerja peralatan.
Pada saat tegangan dengan frekuensi kerja
diterapkan pada isolasi stator, jumlah arus
yang mengalir terdiri dari dua komponen arus
kapasitif yang relatif besar ( ic ), yang
mendahului tegangan 90, dan arus resistif
yang lebih kecil ( ir ) yang sefasa dengan
tegangan.
Dielektrik
kapasitor
yang
disimulasikan adalah sistem isolasi yang
meliputi dua elektroda, konduktor tembaga
tegangan tinggi dan inti besi stator. Faktor
daya adalah cos , sudut antara tegangan yang
diterapkan dan total arus.
i
Ei r
W
Watts
Cos = r =
=
=
it
Ei t
Ei t
VA
V DC maksimum = 2 xV AC rms
Dimana :
VDC maksimum : Tegangan dc maksimum
pada pengujian dc leakage
VAC rms : Tegangan RMS generator
3.3.4 Dissipation Factor
Pengukuran ini juga biasa disebut
power factor atau tan delta dan
merupakan
parameter
untuk
memperlihatkan
efisiensi
isolasi.
Pengujian tan delta dilakukan pada lilitan
stator.
Pengujian
ini
efektif
untuk
mendeteksi kontaminasi isolasi, kualitas
semikonduktor,
jumlah
kandungan
kehampaan, dan kerusakan parsial.
Pole A
Center Pole
Vac
(V)
I
(A)
Z
)
130
130
4.99
26.05
120
120
4.95
24.24
110
110
4.58
24.01
100
100
4.23
23.64
90
90
3.87
23.25
3.3.5.1 Pengukuran
Impedansi
Karakteristik Rotor sebelum
Pemasangan Retaining Ring.
80
80
3.78
21.16
70
70
3.11
22.5
60
60
2.73
21.97
50
50
2.33
21.45
40
40
1.94
20.61
30
A
Power Supply
(Regulator )
10 - 130 V
Vac
(V)
I
(A)
30
1.51
19.86
20
20
1.04
19.23
10
10
0.54
18.51
10
10
0.53
18.86
20
19.9
1.04
19.13
30
30.2
1.56
19.36
40
40
2.03
20.7
50
50.2
2.47
20.32
60
60.1
2.9
20.72
70
70
3.31
21.14
80
80
3.7
21.62
90
90
4.1
21.95
100
100
4.47
22.37
110
110
4.85
22.68
120
120
5.23
22.94
130
130
5.6
23.21
3.3.5.2 Pengukuran
Impedansi
Karakteristik Rotor setelah
Pemasangan Retaining Ring.
Tabel 13. Data pengukuran impedansi
karakteristik
tegangan
naik
setelah
pemasangan Retaining Ring.
Vac- regulator
(V)
Vac
(V)
I
(A)
Z
)
10
10.1
0.62
16.29
20
20.3
1.21
16.77
30
29.9
1.7
17.58
40
39.9
2.19
18.21
50
50.8
2.71
18.74
60
60.9
3.18
19.15
70
70.9
3.64
19.47
80
80.3
4.05
19.82
90
90
4.46
20.18
100
100.6
4.94
20.36
110
110.4
5.34
20.67
120
120.6
5.75
20.97
130
130.1
6.14
21.18
90
90.5
4.46
20.29
80
80.5
20.12
70
70.6
3.55
19.88
60
60.2
3.05
19.73
50
50.3
2.61
19.27
40
40.3
2.1
19.19
30
30.4
1.57
19.36
20
20.1
1.06
18.96
10
10.4
0.6
17.33
Dari
pengukuran
impedansi
karakteristik tersebut diatas didapatkan hasil
impedansi karakteristik yang linear terhadap
tegangan yang diterapkan secara bertahap.
Vac
(V)
I
(A)
130
130.1
6.14
21.19
120
120.6
5.74
21.01
110
110.5
5.27
20.96
100
100.5
4.89
20.55
V A C VB C
V =
x100 persen
VR
Dimana :
V = drop tegangan dalam %
VR = tegangan yang diinjeksikan ke lilitan
rotor
VA-C = tegangan hasil pengukuran kutup A
terhadap center pole
VB-C = tegangan hasil pengukuran kutup B
terhadap center pole
Dari pengujian diatas total tegangan
yang diinjeksikan adalah 130 Volt. Jadi
dalam perhitungan drop tegangan adalah
sebesar :
68,8 59, 4
V =
x100 = 7,076 %
130
Rmax =
R1 R2
x100 persen
R1 + R2
Dimana :
Rmax = selisih maksimum antara tahanan
dalam R1 dan R2
R1 = besarnya tahanan dalam kutup A
terhadap center pole.
R2 = besarnya tahanan dalam kutup B terhadap
center pole.
Berdasarkan
hasil
pengukuran
didapatkan besarnya selisih maksimum
antara tahanan dalam R1 dan R2 adalah
sebesar :
118,6 119,4
Rmax =
x100 persen
118,6 + 119, 4
0,8
x100 persen
238
= 0.3361 persen
Dari hasil pengukuran dapat
disimpulkan bahwa nilai tahanan dalam
rotor masih memenuhi standar karena
besarnya selisih maksimum antara tahanan
dalam R1 dan R2 masih dibawah 2 %
yaitu sebesar 0,3361 %.
=
BIODATA
Nama : Eko Parjono
NIM : L2F 004 473
Lahir di Boyolali pada
tanggal 21 Oktober 1985.
Riwayat pendidikan : TK
Pertiwi Jatirejo, SD N
Klabang, SLTP N 1 Sawit,
SMU N 1 Kartasura. Saat
ini sedang menempuh pendidikan di Jurusan
Teknik Elektro Universitas Diponegoro
Semarang, semester 8 dengan Konsentrasi
Ketenagaan. Kerja Praktek di PLTU Unit 1
PT. Indonesia Power UBP Semarang pada
tanggal 3 sampai dengan 31 Desember 2007.
Mengetahui,
Dosen Pembimbing