Anda di halaman 1dari 13

Makalah Seminar Kerja Praktek

PENGUJIAN ROTOR DAN STATOR GENERATOR SINKRON 50 MW


DI PLTU UNIT 1 PT INDONESIA POWER SEMARANG
Eko Parjono (L2F 004 473)
Email: echo_jhonthit@yahoo.com
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Abstrak
Generator Sinkron memegang peranan yang sangat penting dalam produksi energi listrik di PT
Indonesia Power Tambak Lorok Semarang. Generator ini digunakan untuk mengkonversi energi mekanik
putaran dari turbin menjadi energi listrik. Kebanyakan tipe generator sinkron yang digunakan di PT
Indonesia Power adalah generator sinkron dengan pendingin hidrogen, karena dengan pendingin hidrogen
akan didapatkan kelembaban yang kecil / kering didalam generator.
Untuk menjaga kehandalan sistem diperlukan perawatan dan pengujian secara berkala dengan tidak
mengesampingkan system proteksinya. Generator sinkron dengan kapasitas besar membutuhkan perawatan
ataupun pengujian untuk menjaga agar tetap dapat beroperasi secara normal dan terhindar dari bermacam
macam gangguan misalnya adalah vibrasi pada rotor, hubung singkat pada lilitan stator maupun rotor, dsb.
Beberapa langkah dilakukan untuk meminimalisasi gangguan tersebut. Salah satunya adalah dengan
pengujian rotor dan stator yang terdiri dari banyak pengujian diantaranya adalah High Potensial Test,
Megger Test , dan Balancing Voltage Rotor Test.
Dalam kerja praktek ini, penulis ingin belajar tentang pengujian pada rotor dan stator generator
sinkron 50 MW dengan pendingin hidrogen. Dengan laporan ini, para mahasiswa dapat belajar jenis- jenis
pengujian pada generator sinkron dengan kapasitas daya besar dan mengetahui bagaimana cara melakukan
pengujian pada rotor dan stator generator.
Kata kunci: Generator Sinkron, Proof Test, Analytical Test, Pengujian rotor dan stator.

I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di dalam pusat pembangkitan
terdapat generator yang digunakan untuk
mengkonversi energi dari energi
1.1

mekanik putar dari turbin ke energi


listrik. Generator yang digunakan
dalam pusat listrik tenaga uap (PLTU)
adalah generator sinkron. Di dalam PLTU,
generator sinkron berperan penting bagi
kelangsungan
operasi
di
dalam

penyediaan listrik ke konsumen.


Sedangkan, pada saat peralatan listrik
tersebut
mengalami
gangguan
misalnya hubung singkat
pada
lilitannya dan sebagainya, maka
diambil suatu tindakan preventif untuk
mengatasi gangguan tersebut. Untuk
mengatasi hal tersebut, mutlak
diperlukan suatu pemeliharaan. Salah
satu pemeliharaan tersebut adalah
dengan pengujian pada rotor dan stator
generator sinkron.

1.2

Tujuan
Tujuan penulisan laporan ini adalah
untuk mempelajari pengujian yang dilakukan
pada rotor dan stator generator sinkron 50
MW di PLTU Unit 1 PT. Indonesia Power
Tambak Lorok Semarang.
1.3

Batasan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, penulis
hanya menjelaskan tentang pengujian yang
dilakukan pada rotor dan stator generator
sinkron 50 MW yang meliputi atas Proof Test
dan Analitycal Test, khususnya Insulation
Resistance/ Megger, Balancing Voltage Rotor
Test dan Tahanan Dalam (Rd) Rotor di PLTU
Unit 1 PT. Indonesia Power Tambak Lorok
Semarang.
II. DASAR TEORI
Spesifikasi Teknis Turbin dan
Generator PLTU Unit 1
Generator sinkron adalah sebuah
peralatan listrik yang berfungsi untuk
2.1

mengubah energi gerak menjadi energi


listrik AC. Besarnya kapasitas daya yang
dihasilkan generator PLTU Unit 1 adalah
50 MW. Berikut adalah data spesifikasi
Generator PLTU Unit 1.
Tabel 1. Data spesifikasi Generator PLTU
Unit 1
Jumlah
1 buah/ unit
Pabrik
General Electric (GE)
Nomor seri
316X150
Jumlah kutup
2
Hidrogen cooledType
generator
Suhu maksimum gas
46C
pendingin
Putaran
3000 rpm
Tegangan jangkar
11500 V
Tegangan eksitasi
250 V
Faktor daya
0,85
Rating KVA
62500
Kapasitas KVA
57500

Sedangkan, sebagai penggerak mula


atau prime mover adalah turbin uap
generator merk General Electric dengan
spesifikasi listrik sebagai berikut (tabel 2):
Tabel 2. Data turbin uap
Jumlah
Pabrik

1 buah/ unit
General Electric

Nomor seri

197709

Rating

50001 KW

Steam Conditions
Pressure

88,90 kg/cm2

Temperatur

5100C

Exhaust Pressure

87,87 mm.Hg abs

Putaran

3000 rpm

2.2 Generator Sinkron


2.2.1 Dasar Teori
Generator sinkron atau alternator
berfungsi untuk mengubah energi gerak
(mekanis) menjadi energi listrik AC
dimana kecepatan putaran medan dan
kecepatan putaran rotornya sama atau
tidak ada slip. Kumparan medan generator
sinkron terletak pada rotornya sedangkan
kumparan jangkarnya terletak pada stator.

Prinsip kerja generator sinkron adalah


menggunakan prinsip induksi elektromagnetik
dimana disini rotor berlaku sebagai kumparan
medan (yang menghasilkan medan magnet)
dan akan menginduksi stator sebagai
kumparan jangkar yang akan menghasilkan
energi listrik. Pada belitan rotor diberi arus
eksitasi DC yang akan menciptakan medan
magnet. Rotor ini dikopel dengan turbin putar
dan ikut berputar sehingga akan menghasilkan
medan magnet putar. Medan magnet putar ini
akan memotong kumparan jangkar yang
berada di stator. Oleh karena adanya
perubahan fluks magnetik pada tiap waktunya
maka pada kumparan jangkar akan mengalir
gaya gerak listrik yang diinduksikan oleh
rotor.
2.2.2 Konstruksi Generator Sinkron
Dalam semua generator bolak-balik
medan diletakkan pada bagian yang berputar
atau rotor, dan lilitan jangkar pada bagian
yang diam atau stator dari mesin.
Medan yang berputar dicatu/dieksitasi
dengan arus searah melalui cincin slip dan
sikat-sikat, atau melalui hubungan kabel
langsung antara medan dan penyearah yang
berputar jika digunakan sistem eksitasi tanpa
sikat-sikat (brushless).
Ada dua jenis yang berbeda dari
struktur medan generator sinkron, yaitu tipe
kutub-sepatu (salient) dan silinder.
Rotor tipe kutub-sepatu
Generator kepesatan rendah yang
digerakkan oleh mesin diesel atau turbin air
mempunyai rotor dengan kutub medan yang
menonjol atau kutub medan sepatu seperti
rotor yang ditunjukkan dalam gambar 2.

Gambar 2. Rotor kutub sepatu untuk generator


sinkron kepesatan rendah

Rotor tipe silinder


Generator kepesatan tinggi atau tipe
turbo mempunyai rotor silinder seperti yang
ditunjukkan dalam gambar 3. Rotor yang

ditunjukkan pada gambar 2 dirancang


untuk bekerja pada 3000 rpm. Konstruksi
silinder penting dalam mesin kepesatan
tinggi karena tipe kutub sepatu sukar
dibuat untuk menahan tekanan pada
kepesatan tinggi. Generator sinkron
dengan
konstruksi
rotor
silinder
digerakkan oleh turbin uap atau gas.

Gambar 3. Rotor tipe silinder untuk generator


sinkron 3000 rpm

2.2.3 Memparalelkan Generator


Jika beban pada stasiun pembangkit
menjadi sedemikian besar sehingga nilai
(rating) generator yang sedang bekerja
dilampaui, maka perlu penambahan
generator lain secara paralel untuk
menaikkan penyediaan daya dari stasiun
pembangkit tersebut.
Sebelum dua generator sinkron
diparalelkan harus dipenuhi beberapa
syarat syarat berikut ini:
1. Urutan fasanya harus sama
2. Tegangan terminalnya harus sama
3. Tegangannya harus sefase
4. Frekuensinya harus sama
Jika dua generator beroperasi dan
persyaratan ini dipenuhi maka dikatakan
dalam keadaan sinkron. Operasi agar
mesin dalam keadaan sinkron dinamakan
penyinkronan.
2.2.4 Ayunan (Swing)
Generator sinkron yang bekerja
paralel mempunyai kecenderungan untuk
berayun (swing). Jika kopel penggerak
yang dikenakan pada generator berdenyut,
seperti yang dihasilkan oleh mesin diesel,
rotor generator dapat tertarik maju atau
mundur secara periodik dari posisi
normalnya ketika berputar. Aksi osilasi ini
dinamakan ayunan atau hunting. Daya
osilasi ini menjadi kumulatif dan cukup
kuat untuk menyebabkan generator
menjadi tak sinkron.

Lilitan peredam, kerap kali disebut


lilitan amortisseur atau damper winding,
dipasang pada permukaan beberapa rotor
generator untuk mengurangi kecenderungan
berayun. Rotor yang ditunjukkan dalam
gambar 2 dilengkapi dengan lilitan peredam
yang terdiri dari konduktor yang dihubung
singkat dan dibenamkan pada muka kutub.
Jika ayunan terjadi, ada pergeseran fluksi
jangkar melewati muka kutub, sehingga
menginduksikan arus dalam lilitan peredam.
Karena setiap arus induksi melawan aksi yang
menimbulkannya, aksi ayunan dilawan oleh
aliran arus induksi. Generator yang digerakkan
oleh turbin uap umumnya tidak mempuyai
kecenderungan berayun karena kopel yang
dikenakan tidak berdenyut.
III. ISI
Sistem Isolasi Lilitan Rotor dan
Stator
Sistem
isolasi
generator
menggabungkan beberapa material berbeda
untuk memproteksi lilitan medan dan lilitan
stator, sehingga bagian utama sistem
melibatkan
banyak
pengujian
untuk
mendapatkan batasan batasan isolasi. Ini
meliputi kekuatan dielektrik yang telah
berhasil dengan menggunakan mika dalam
bermacam macam bentuk. Generator yang
disusun dengan isolasi lilitan asphalt-mika
mempunyai
sejarah
dapat
menyerap
kelembaban yang dalam beberapa kasus
membutuhkan pengeringan lilitan untuk
mendapatkan level resistansi isolasi yang
memuaskan. Sekarang lilitan menggunakan
isolasi epoxy-mica karena mempunyai
kekuatan mekanik dan kekedapan terhadap air,
oli atau kontaminasi lain terhadap isolasi, yang
ditimbulkan selama kondisi abnormal.
3.1

Gambar 4. Sistem isolasi pada lilitan stator


generator

Gambar 5. Sistem isolasi pada lilitan rotor


generator

Fungsi utama isolasi adalah


membatasi tegangan pada isolasi, jika
tegangan yang berlebihan diterapkan pada
lilitan,
stress
tegangan
akan
mengakibatkan pemanasan pada isolasi
dan dapat mengakibatkan kerusakan.
Mempertahankan
kekompakan
dan kualitas sistem isolasi adalah sangat
penting terhadap pemanasan, kehampaan,
kerusakan mekanis atau ketidaknormalan
lain yang mengakibatkan kelemahan
terhadap isolasi.
3.2

Pengujian Rotor dan Stator


Ada beberapa pengujian pada sistem
isolasi untuk mengevaluasi kekuatan
dielektrik untuk menjamin keandalan.
Perbedaan dari satu pengujian ke
pengujian yang lain adalah perbedaan
level
tegangan
yang
diterapkan,
pengukuran dan penunjukkan hasil.
Secara garis besar pengujian rotor
dan stator pada generator dibagi atas dua
kategori yaitu Proof test dan Analytical
test.
3.2.1 Proof Test
Proof test yaitu pengujian yang
menggunakan level tegangan yang lebih
tinggi daripada tegangan kerja.
Argumen yang sering digunakan
dalam pengujian tegangan lebih adalah
mungkin akan menimbulkan breakdown
pada lilitan. Breakdown biasanya mengalir
selama kondisi beban puncak. Jika satu
atau lebih titik lemah pada lilitan mengalir
gangguan, ini kemudian akan menjadi titik
grounding dari lilitan, menggantikan
netral dan kemudian menerapkan tegangan
yang besar ke bagian lain lilitan.
Breakdown susulan dapat mengalir
kemudian, dimana dapat menghasilkan
arus sirkulasi yang tinggi seperti gangguan
fasa ke fasa. Ini akan menghasilkan

kerusakan inti, yang mengharuskan inti


diperbaiki dan kemungkinan seluruhnya
diganti lilitannnya. Tujuan dari pengujian ini
adalah untuk mencari kelemahan, dan
kemungkinan breakdown. Contoh proof test
pada generator adalah pengujian High
Potensial Test.
3.2.2

Analytical Test
Analytical test yaitu pengujian dengan
menggunakan level tegangan yang biasanya
dibawah tegangan kerja.
Beberapa diantaranya jenis jenis
analytical test adalah sebagai berikut :
a. Insulation Resistance Test / Megger Test
b. DC Leakage
c. Dissipation Factor
d. Balancing Voltage Rotor Test
e. Tahanan Dalam (Rd) Rotor
f. Partial Discharge Test
Pengujian pada peralatan berdasarkan
standar ANSI dan dilakukan oleh perusahaan
sebelum pengiriman. Jika pengguna memilih
menggunakan pengujian tambahan pada
peralatan, juga harus berdasarkan standar yang
dipublikasikan oleh ANSI.
3.3 Ulasan Pengujian
3.3.1 High Potensial Test
High Potensial Test atau Hi-Pot Test
paling umum diterapkan pada lilitan stator
generator untuk mencari kerusakan pada
lilitan. Pengujian ini merupakan pengujian
yang dimaksudkan untuk memperkirakan
kekuatan dielektrik isolasi dari lilitan stator
generator.
Prinsip kerja pengujian ini adalah jika
ada kerusakan isolasi yang cukup besar,
tegangan yang cukup besar diterapkan pada
lilitan maka akan mengakibatkan breakdown
pada isolasi tersebut, pengujian ini jarang
dilakukan karena sifatnya merusak sehingga
perlu melilit ulang rotor atau stator jika terjadi
breakdown.
Selama pengujian masing masing fasa
terpisah, salah satu fasa dites sedangkan dua
fasa lainya digroundkan.
High
Potensial
Test
dapat
diklasifikasikan dalam tiga kategori :

3.3.1.1 AC High Potensial Test


AC High Potensial Test /AC Hi-Pot
Test atau pengujian tegangan 50/60 hertz
adalah pengujian dengan menggunakan
tegangan pengujian normal 50/60 hertz.
Tegangan yang diterapkan dalam
pengujian AC Hi-Pot Test adalah sebesar
satu setengah kali dari tegangan line-toline RMS generator (1,5E) untuk
keserasian dengan peralatan dan setelah
penggantian kumparan atau bar dipasang,
sedangkan pada saat sebelum penggantian
kumparan dipasang adalah sebesar 1,5 E +
2000.
3.3.1.2 Very-Low-Frequency
Test
Voltage
Very-Low-Frequency Test Voltage
atau VLF Test Voltage adalah pengujian
dengan menggunakan tegangan frekuensi
0.1 hertz.
Tegangan pada pengujian 0,1 hertz
harus 15% lebih besar daripada nilai RMS
tegangan pada pengujian AC Hi-Pot Test.
3.3.1.3 DC High Potensial Test
Pada Hi-Pot Test selain dengan
menggunakan tegangan AC juga dapat
dengan menggunakan tegangan DC atau
biasa disebut dengan DC Hi-Pot Test.
Besarnya tegangan pengujian DC
seharusnya 70 % lebih besar daripada
tegangan RMS pengujian AC Hi-Pot Test.
Tabel 3. Tegangan yang digunakan pada HiPot Test
Pengujian
Tegangan Tegangan
Tegang
Pengujian Pengujian
an
50/600,1-HertzAC
Penguji
Hertz AC (puncak)
an
(RMS)
DC
Sebelum
1,5 E +
1.7x(1,5
2 x1,15 x
penggantian 2000
E)
=
(1,5 E + 2000) 2,25E
kumparan
Keserasian
1,5 E
1.7x(1,5
2x1,15
dengan
E)
=
x(1,5 E )
peralatan
2,25E
Setelah
1,5 E
1.7x(1,5
2x1,15
penggantian
E)
=
x(1,5 E )
kumparan
2,25E
Dimana E :Tegangan RMS line-to-line
generator

3.3.2 Insulation Resistance Test


Insulation Resistance Test/Megger Test
merupakan pengujian yang paling mudah dan
sederhana untuk menentukan kemampuan
isolasi. Megger Test ini dilakukan pada rotor
dan stator generator, selain itu juga dapat
diterapkan pada semua mesin atau lilitan.
Peralatan yang digunakan untuk pengujian ini
disebut Mega Ohm Meter atau Megger Tester
atau Megger saja.
Indeks yang biasa digunakan dalam
menunjukkan pembacaan megger dikenal
sebagai dielectric absorbtion, yang diperoleh
dengan pembacaan yang berkelanjutan untuk
periode waktu yang lebih lama. Jika pengujian
berkelanjutan untuk periode selama 10 menit,
megger akan mempunyai kemampuan untuk
mempolarisasikan atau mencharge kapasitansi
tinggi ke isolasi stator, dan pembacaan
resistansi akan meningkat jika isolasi bersih
dan kering. Rasio pembacaan 10 menit
dibandingkan pembacaan 1 menit dikenal
sebagai Polarization Index atau Indeks
Polarisasi (IP). Nilai Indeks polarisasi adalah
2,5 atau lebih tinggi pada stator dan 1,25 atau
lebih tinggi pada rotor/medan.
Hasilnya mengindikasikan apakah ada
atau tidak bagian lilitan yang terhubung
singkat pada atau disekitar sistem isolasi. Jika
IP terlalu rendah ini mengindikasikan bahwa
lilitan mungkin terkontaminasi oli, kotoran,
serangga, atau terbasahi oleh air.
Besarnya Polarization Index (IP) dapat
dirumuskan sebagai berikut :

IP =

R10 menit
R1menit

Pembacaan megger yang sangat rendah


dan juga indeks polarisasi yang kecil biasanya
mengindikasikan adanya kelembaban dan
pengeringan harus segera dilakukan.
Secara garis besar megger pada
generator dibagi menjadi dua yaitu megger
stator dan megger rotor.yang membedakan
adalah tegangan yang diterapkan.
Berdasarkan standar IEEE no 43-2000
besarnya tegangan yang diterapkan untuk
pengujian berdasarkan tegangan kerja pada
lilitan generator dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Tegangan DC yang diterapkan untuk


pengujian megger berdasarkan tegangan kerja
lilitan.

VAC
VDC
(tegangan
kerja (tegangan
DC
lilitan (line-to-line)) yang diterapkan)
<100
500
1000 2500
500 1000
2501 5000
1000 2500
5001 12000
2500 5000
>12000
5000 -10000
Alat yang digunakan dalam megger
adalah Metriso 5000A dengan tegangan
yang diterapkan untuk megger stator
sebesar 5000 Volt DC sedangkan dalam
megger rotor tegangan yang diterapkan
adalah 500 Volt DC karena melihat
kemampuan rotor untuk menahan
tegangan.
3.3.2.1 Megger Stator
Secara garis besar megger stator
sendiri dibagi menjadi dua yaitu megger
fasa ke fasa dan fasa ke ground. Berikut
adalah rangkaian megger stator :

Gambar 6. Rangkaian megger stator fasa


ground

Gambar 7. Rangkaian megger stator fasa


fasa

Dalam pengukuran megger stator


tidak hanya dilakukan sekali saja,
pengukuran megger stator tersebut
dilakukan
berdasarkan
suatu
tahapan/proses.
Megger awal stator

Megger stator sebelum penambahan


resin
Megger stator setelah penambahan resin
Megger stator sebelum divarnis
Megger stator setelah rotor dimasukkan
Megger stator sebelum busbar di
connect
Maksud
megger
stator
yang
berkelanjutan
ini
dimaksudkan
untuk
memastikan bahwa kelembaban lilitan stator
tetap terjaga dan tidak terjadi hubung singkat
atau kerusakan isolasi selama proses
perawatan. Jika dalam proses didapatkan nilai
indeks polarisasi (IP) yang terlalu kecil itu
mengisyaratkan bahwa stator terlalu lembab
maka perlu dipanasi dengan lampu halogen.
Tabel 5. Megger fasa ground stator sebelum
busbar di connect.
R (G )
S (G )
T (G )
0,95

0,75

0,6

Tabel 6. Megger fasa fasa stator sebelum busbar


di connect.
R - S,
R-T,
S - T,
T-Ground
S-Ground
R-Ground
(G )
(G )
(G )
1,7
1,5
1,7

Megger stator sebelum busbar di


connect ini dimaksudkan untuk memastikan
bahwa lilitan stator tidak ada yang mengalami
hubung singkat. Apabila terjadi hubung
singkat pada lilitan maka pada megger akan
menghasilkan nilai hambatan sebesar nol (Z=
0).
Dengan hasil IP seperti pengujian diatas
maka stator masih lembab sehingga perlu
dikeringkan supaya dapat didapatkan nilai IP
yang
sesuai.
Kelembaban
sangat
mempengaruhi nilai IP karena resistansi pada
awal pertama besar dan hanya meningkat
sedikit pada saat menit ke-10 sehingga
didapatkan IP yang kecil. Ini berbeda pada
saat kondisi kering pada saat awal menit
pertama nilai resistansi kecil dan meningkat
secara bertahap sampai menit ke 10 sehingga
akan didapatkan nilai IP yang bagus.
Selain dengan menggunakan acuan
indeks polarisasi sebagai penentu apakah
lilitan generator dalam keadaan lembab atau

mengalami hubung singkat juga dapat


digunakan acuan berdasarkan nilai
resistansi minimum dengan syarat
besarnya nilai resistansinya adalah sebesar
tegangan operasi dalam KV ditambah 1
untuk kemudian dikalikan dengan 100
yang dapat dirumuskan sbb :

R min

= (Vrms + 1) x100. M

Dimana :
Rmin : resistansi minimum lilitan (M )
Vrms : tegangan rms dalam KV (line-toline)
Contoh pada generator 50 MW
dengan tegangan operasi 11,5 KV maka
resistansi minimumnya adalah sebesar :
Rmin = (11,5 + 1) x 100 M
= 1250 M
= 1,25 G
3.3.2.2 Megger Rotor
Pada Megger rotor tegangan yang
dikenakan tidak boleh besar karena akan
merusak isolasi pada rotor, karena
tegangan yang dapat ditahan rotor terbatas
menyesuaikan tegangan eksitasinya. Pada
megger rotor ini digunakan tegangan
sebesar 500 V DC.

generator sebelum dilakukan sebelum heating


dan cleaning.
Tabel 7. Megger awal rotor
Cuaca

setelah hujan ( 29 C )

Tegangan

500 V

Waktu ( t )

1 menit

Hasil

Z = 800 M

Resistansi rotor dan stator sangat


dipengaruhi oleh kelembaban disekitarnya
karena akan mempengaruhi kelembaban
lilitan, semakin besar kelembaban maka
impedansi semakin besar.
Tabel 8. Megger rotor sebelum Retaining Ring di
lepas
Cuaca

mendung (30 C)

Tegangan

500 V

Waktu ( t )

1 menit

Megger Rotor

Z = 2,5 G

Megger Rotor diberi Resin


Z=1G
Tabel 9. Megger rotor setelah Retaining Ring
masuk
Cuaca

Mendung (30 C)

Tegangan

500 V

Waktu ( t )

1 menit

Megger Rotor

Z = 90 M

Setelah Retaining Ring masuk ini


sangat mempengaruhi resistansi rotor sehingga
didapatkan nilai hasil megger yang besar.
Tabel 10. Cek megger rotor setelah Retaining Ring
masuk
Gambar 8. Rangkaian Megger rotor

Berdasarkan tahapannya megger


rotor pada saat overhaul tidak jauh
berbeda dengan megger stator, berikut
tahapan megger rotor :
Megger awal rotor
Megger rotor (sebelum Retaining
Ring di lepas)
Megger rotor sebelum injeksi DC
(Retaining Ring dilepas)
Megger rotor (setelah Retaining
Ring masuk)
Cek Megger rotor (Retaining Ring
masuk)
Megger awal rotor ini dilakukan
ketika rotor baru saja dikeluarkan dari

Menit ke

65

100

100

105

110

120

121

125

125

10

130

(M )

IP = 2

Dengan hasil pada cek megger rotor


setelah Retaining Ring masuk didapatkan
hasil bahwa indeks polarisasi sudah
memenuhi standar yang ditentukan yaitu
sebesar 1,25. Selain itu cek megger rotor
setelah Retaining Ring masuk ini
dimaksudkan untuk memastikan bahwa
tidak ada hubung singkat pada lilitan rotor
setelah Retaining Ring masuk karena
dalam pemasangan atau pelepasan
Retaining Ring dengan memakai suhu
yang sangat tinggi.
3.3.3 DC Leakage
DC
Leakage
adalah
tipe
pengukuran lain untuk menentukan
resistansi isolasi. Ini diperoleh dengan
pengujian dengan set tegangan yang
berubah - ubah dimana tegangan yang
diterapkan pada isolasi dinaikkan secara
bertahap dan arus bocor yang melewati
isolasi diukur pada masing masing
tegangan. Pengujian ini telah digunakan
secara ekstensif dalam peralatan elektris
yang sudah tua, terutama menyangkut
sistem isolasi, yang didasarkan kepada
penyerapan kelembaban.
Tegangan dc yang diterapkan
secara bertahap pada pengujian dc leakage
tegangan maksimumnya dibatasi sampai
dua kali nilai RMS tegangan kerja ac dari
generator.

Isolasi
yang
sempurna
adalah
mempunyai PF 0 dan tidak mempunyai rugi
rugi internal. Peningkatan faktor disipasi
sebagai fungsi tegangan mengindikasikan
angka peningkataan ionisasi, rugi rugi
internal dan pemanasan.
Pengujian ini merupakan pengujian AC
yang menggunakan frekuensi kerja peralatan.
Pada saat tegangan dengan frekuensi kerja
diterapkan pada isolasi stator, jumlah arus
yang mengalir terdiri dari dua komponen arus
kapasitif yang relatif besar ( ic ), yang
mendahului tegangan 90, dan arus resistif
yang lebih kecil ( ir ) yang sefasa dengan
tegangan.
Dielektrik
kapasitor
yang
disimulasikan adalah sistem isolasi yang
meliputi dua elektroda, konduktor tembaga
tegangan tinggi dan inti besi stator. Faktor
daya adalah cos , sudut antara tegangan yang
diterapkan dan total arus.
i
Ei r
W
Watts
Cos = r =
=
=
it
Ei t
Ei t
VA

Gambar .9. Rangkaian dielektrik dasar.

V DC maksimum = 2 xV AC rms
Dimana :
VDC maksimum : Tegangan dc maksimum
pada pengujian dc leakage
VAC rms : Tegangan RMS generator
3.3.4 Dissipation Factor
Pengukuran ini juga biasa disebut
power factor atau tan delta dan
merupakan
parameter
untuk
memperlihatkan
efisiensi
isolasi.
Pengujian tan delta dilakukan pada lilitan
stator.
Pengujian
ini
efektif
untuk
mendeteksi kontaminasi isolasi, kualitas
semikonduktor,
jumlah
kandungan
kehampaan, dan kerusakan parsial.

Gambar 10. Arus pengisian total.

3.3.5 Balancing Voltage Rotor Test


Sebelum melakukan balancing voltage
rotor test maka dilakukan dahulu pengukuran
Impedansi
Karakteristik
Rotor
untuk
menentukan kelinearan impedansi rotor
apabila diterapkan tegangan baik dengan
pengujian tegangan naik maupun tegangan
turun dengan tegangan AC sampai dengan
tegangan yang akan diterapkan pada pengujian
balancing tegangan rotor.
Dalam balancing voltage rotor ini
dibutuhkan alat alat antara lain adalah
supply tegangan yang dapat divariasi berupa

voltage regulator, tang Amperemeter dan


AVO meter.
V
Pole B

Pole A

Tabel 12. Data pengukuran impedansi karakteristik


tegangan turun sebelum pemasangan Retaining
Ring.
Vac- regulator
(V)

Center Pole

Vac
(V)

I
(A)

Z
)

130

130

4.99

26.05

120

120

4.95

24.24

110

110

4.58

24.01

Gambar 11. Rangkaian pengukuran impedansi


karakteristik.

100

100

4.23

23.64

90

90

3.87

23.25

3.3.5.1 Pengukuran
Impedansi
Karakteristik Rotor sebelum
Pemasangan Retaining Ring.

80

80

3.78

21.16

70

70

3.11

22.5

60

60

2.73

21.97

50

50

2.33

21.45

40

40

1.94

20.61

30

A
Power Supply
(Regulator )
10 - 130 V

Tabel 11. Data pengukuran impedansi


karakteristik
tegangan
naik
sebelum
pemasangan Retaining Ring.
Vac- regulator
(V)

Vac
(V)

I
(A)

30

1.51

19.86

20

20

1.04

19.23

10

10

0.54

18.51

10

10

0.53

18.86

20

19.9

1.04

19.13

30

30.2

1.56

19.36

40

40

2.03

20.7

50

50.2

2.47

20.32

60

60.1

2.9

20.72

70

70

3.31

21.14

80

80

3.7

21.62

90

90

4.1

21.95

100

100

4.47

22.37

110

110

4.85

22.68

120

120

5.23

22.94

130

130

5.6

23.21

Gambar 12. Grafik impedansi karakteristik


tegangan naik sebelum pemasangan Retaining
Ring.

Gambar 13. Grafik impedansi karakteristik


tegangan turun sebelum pemasangan Retaining
Ring.

Pada waktu uji impedansi karakteristik


seharusnya nilai Z perubahannya tidak terlalu
besar baik pada saat pengujian tegangan naik
maupun pada saat tegangan turun. Tegangan
tertinggi pada saat melakukan pengujian
impedansi karakteristik adalah sebesar
tegangan yang akan dinjeksikan sewaktu
pengujian balancing rotor yaitu 130 Volt AC.
Ukur Impedansi Karakteristik dilakukan
sebelum dan sesudah pemasangan Retaining
Ring (R-R), ini dimaksudkan untuk
memastikan impedansi karakteristik rotor
masih linear dengan peningkatan tegangan
yang diterapkan.

3.3.5.2 Pengukuran
Impedansi
Karakteristik Rotor setelah
Pemasangan Retaining Ring.
Tabel 13. Data pengukuran impedansi
karakteristik
tegangan
naik
setelah
pemasangan Retaining Ring.
Vac- regulator
(V)

Vac
(V)

I
(A)

Z
)

10

10.1

0.62

16.29

20

20.3

1.21

16.77

30

29.9

1.7

17.58

40

39.9

2.19

18.21

50

50.8

2.71

18.74

60

60.9

3.18

19.15

70

70.9

3.64

19.47

80

80.3

4.05

19.82

90

90

4.46

20.18

100

100.6

4.94

20.36

110

110.4

5.34

20.67

120

120.6

5.75

20.97

130

130.1

6.14

21.18

90

90.5

4.46

20.29

80

80.5

20.12

70

70.6

3.55

19.88

60

60.2

3.05

19.73

50

50.3

2.61

19.27

40

40.3

2.1

19.19

30

30.4

1.57

19.36

20

20.1

1.06

18.96

10

10.4

0.6

17.33

Gambar 15. Grafik impedansi karakteristik


tegangan turun setelah pemasangan Retaining
Ring.

Dari
pengukuran
impedansi
karakteristik tersebut diatas didapatkan hasil
impedansi karakteristik yang linear terhadap
tegangan yang diterapkan secara bertahap.

Gambar 14. Grafik impedansi karakteristik


tegangan naik setelah pemasangan Retaining
Ring.
Tabel 14. Data pengukuran impedansi
karakteristik
tegangan
turun
setelah
pemasangan Retaining Ring.
Vac- regulator
(V)

Vac
(V)

I
(A)

130

130.1

6.14

21.19

120

120.6

5.74

21.01

110

110.5

5.27

20.96

100

100.5

4.89

20.55

3.3.5.3 Balancing Voltage Rotor Test


Balancing voltage rotor test adalah
mengukur
ketidakseimbangan
tegangan
(unbalance voltage) antara kutup A dan kutup
B terhadap center pole pada rotor.
Caranya
adalah
dengan
cara
menginjeksi tegangan AC sebesar 130 Volt
AC pada kedua ujung kutup rotor kemudian
mengukur besarnya tegangan kutup A
terhadap center pole kemudian mengukur
kutup yang lain (kutup B) sehingga akan
didapatkan tegangan masing masing tegangan
kutup A terhadap center pole (VA) dan
tegangan kutup B terhadap center pole (VB).
Rangkaian pengujian balancing voltage rotor
adalah sebagai berikut :

Gambar 12. Rangkaian pengujian balancing


tegangan rotor

Dari hasil pengukuran didapatkan


hasil percobaan untuk masing masing
kutup terhadap center pole adalah sebagai
berikut :
V kutup A - center pole = 68,8 V
V kutup B - center pole = 59,4 V
Syarat seimbang adalah tegangan
diantara kutup terhadap center pole adalah
harus sama atau masih dalam batas
toleransi
yaitu
maksimal
drop
tegangannya ( V) adalah tidak boleh lebih
dari 10 % dari total tegangan yang
diinjeksikan ke rotor.
Dimana drop tegangannya dapat
dirumuskan sebagai berikut :

V A C VB C
V =
x100 persen
VR
Dimana :
V = drop tegangan dalam %
VR = tegangan yang diinjeksikan ke lilitan
rotor
VA-C = tegangan hasil pengukuran kutup A
terhadap center pole
VB-C = tegangan hasil pengukuran kutup B
terhadap center pole
Dari pengujian diatas total tegangan
yang diinjeksikan adalah 130 Volt. Jadi
dalam perhitungan drop tegangan adalah
sebesar :

68,8 59, 4
V =
x100 = 7,076 %
130

Jadi besarnya drop tegangan masih


dalam toleransi yaitu sebesar 7,076 %.
3.3.6 Tahanan Dalam (Rd) Rotor
Pengujian tahanan dalam atau coil
resistance test adalah pengujian untuk
mengetahui kesetidaktimbangan antar
fasa/kutup. Masalah yang timbul biasanya

adalah hubung singkat dengan rotor, hubung


singkat diantara lilitan baik antara fasa yang
sama atau berbeda, dan lepas atau rusaknya
koneksi lilitan.
Peralatan yang digunakan untuk
mengukur tahanan dalam adalah Winding
Resistance Meter, produk dari Vanguard
Instruments Company type WRM-40.
Winding Resistance Meter dapat mengukur
resistansi secara akurat dengan range dari 1
mikro ohm sampai ratusan ohm, alat ini dapat
digunakan untuk mengukur resistansi lilitan
motor, lilitan trafo atau pengujian resistansi
rendah yang lain.
Dari hasil pengukuran didapatkan
besarnya tahanan dalam masing masing
lilitan dari kedua kutup adalah sebagai berikut.
R1 : 118,6 miliohm
R2 : 119,4 miliohm
Besarnya batas maksimum perbedaan
tahanan dalam adalah tidak boleh melebihi
dua persen dari total tahanan dalam.

Rmax =

R1 R2
x100 persen
R1 + R2

Dimana :
Rmax = selisih maksimum antara tahanan
dalam R1 dan R2
R1 = besarnya tahanan dalam kutup A
terhadap center pole.
R2 = besarnya tahanan dalam kutup B terhadap
center pole.

Berdasarkan
hasil
pengukuran
didapatkan besarnya selisih maksimum
antara tahanan dalam R1 dan R2 adalah
sebesar :
118,6 119,4
Rmax =
x100 persen
118,6 + 119, 4
0,8
x100 persen
238
= 0.3361 persen
Dari hasil pengukuran dapat
disimpulkan bahwa nilai tahanan dalam
rotor masih memenuhi standar karena
besarnya selisih maksimum antara tahanan
dalam R1 dan R2 masih dibawah 2 %
yaitu sebesar 0,3361 %.
=

Perbedaan antara megger rotor


dengan pengukuran tahanan dalam (Rd)
rotor adalah level tegangan yang
digunakan untuk pengujian, dalam megger
rotor tegangan pengujian adalah besar
dengan arus yang kecil hanya dalam orde
miliampere. Sedangkan dalam pengukuran
tahanan dalam rotor tegangan pengujian
hanya sampai beberapa Volt dengan arus
yang besar hingga orde puluhan Ampere.
3.3.7 Partial Discharge Test
Partial Discharge Test atau PD
test telah dipakai untuk mengukur kualitas
isolasi, dan kadang kadang untuk
mendeteksi penurunan isolasi yang terjadi
pada peralatan tegangan tinggi.
PD test dapat dilakukan pada saat
generator beroperasi (on-line PD test) dan
pada saat generator berhenti operasi atau
mengenergize
peralatan
tegangan
tegangan tinggi dengan trafo eksternal
(off-line PD test). Pengujian partial
discharge secara langsung mengukur
pulsa arus yang dihasilkan dari PD pada
lilitan. Jadi proses kegagalan yang
dihasilkan PD sebagai gejala dapat
dideteksi dengan metode ini.
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. PT. Indonesia Power membangkitkan
energi listrik dengan Unit Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan
Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan
Uap (PLTGU).
2. Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU)
PT. Indonesia Power
Tambak Lorok Semarang memiliki
daya terpasang 300 MW, terdiri atas
unit 1 sebesar 50 MW, unit 2 sebesar
50 MW dan unit 3 sebesar 200 MW
3. Komponen utama Pembangkit Listrik
Tenaga Uap, yaitu:
a. Boiler (Economizer, Superheater,
burner dll.)
b. Turbin (Tekanan tinggi, tekanan
menengah ,dan tekanan rendah)
c. Generator sinkron
4. Sistem isolasi yang digunakan dalam
rotor dan stator generator sinkron 50

MW Unit 1 adalah isolasi epoxy-mica


karena mempunyai kekuatan mekanik dan
kekedapan terhadap air, oli atau
kontaminasi lain.
5. Berdasarkan tegangan yang diterapkan
pengujian rotor dan stator generator dibagi
atas Proof Test dan Analitycal Test.
6. Pada pengujian Proof Test/High Potensial
Test dapat menimbulkan breakdown pada
isolasi karena tegangan yang diterapkan
diatas tegangan kerja.
7. Macam macam pengujian rotor dan
stator generator sinkron adalah sebagai
berikut:
a. High Potensial Test
b. Insulation Resistance Test
c. DC Leakage
d. Dissipation Factor
e. Balancing Voltage Rotor Test
f. Tahanan Dalam (Rd) Rotor
g. Partial Discharge Test
4.2 Saran
1. Untuk menghindari masalah - masalah
kerusakan sistem isolasi maka seharusnya
dilakukan pemeliharaan secara berkala
terhadap semua komponen dari sistem
isolasi sehingga kita dapat mencegah
masalah - masalah tersebut sebelum
terjadi.
2. Kerja sama dengan lingkungan akademis
agar
lebih
ditingkatkan,
dengan
mengadakan berbagai macam kegiatan
yang bisa bermanfaat bagi mahasiswa
pada khususnya dan dunia kerja pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. C. Stone. Greg, Recent Important
Changes in IEEE Motor and Generator
Winding Insulation Diagnostic Testing
Standards, IEEE Fellow, Iris Power
Engineering, 1 Westside Drive Unit 2
Toronto, Canada, PCIC XX, 2004.
2. Lister,Mesin dan Rangkaian Listrik,
Edisi keenam, Erlangga, Jakarta, 1993.
3. Marsudi, Ir. Djiteng, Pembangkitan
Energi Listrik, Erlangga, Jakarta, 2005.

4. Theraja. BL, Electrical Technology


Volume II, S. Chand & Company
LTD, Ram Nagar, New Delhi, 1994.
5. United States Department of The
Interior, Testing Solid Insulation of
Electrical
Equipment,
Facilities
Instructions,
Standards,
and
Tecniques, Volume 3-1, Facilities
Engineering
Branch
Denver,
Colorado, 2000.
6. www.gmc-instruments.com
7. www.gepower.com
8. www.indonesiapower.co.id
9. www.vanguard-instruments.com
10. ........., Drying Turbine Generator
Windings, GEI-69534B, Manual
Book PLTU Unit 1&2 PT. Indonesia
Power UBP Semarang.
11. ........., Drying Turbine Generator
Windings-Hidrogen Cooled Turbine
Generator, GEI-53946D, Manual
Book PLTU Unit 1&2 PT. Indonesia
Power UBP Semarang.
12. ........., Insulation Testing of TurbineGenerator Windings, GEK-7613A,
Manual Book PLTU Unit 1&2 PT.
Indonesia Power UBP Semarang.
13. ........., Insulation Testing of TurbineGenerator Windings (Epoxy-Bonded
Mica Insulation System), GEK7613F, Manual Book PLTU Unit
1&2 PT. Indonesia Power UBP
Semarang.

BIODATA
Nama : Eko Parjono
NIM : L2F 004 473
Lahir di Boyolali pada
tanggal 21 Oktober 1985.
Riwayat pendidikan : TK
Pertiwi Jatirejo, SD N
Klabang, SLTP N 1 Sawit,
SMU N 1 Kartasura. Saat
ini sedang menempuh pendidikan di Jurusan
Teknik Elektro Universitas Diponegoro
Semarang, semester 8 dengan Konsentrasi
Ketenagaan. Kerja Praktek di PLTU Unit 1
PT. Indonesia Power UBP Semarang pada
tanggal 3 sampai dengan 31 Desember 2007.

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Abdul Syakur, ST, MT


NIP. 132 231 132

Anda mungkin juga menyukai