Makalah Biologi Umum - Bioremediasi Bahan Kimia Menggunakan Mikroorganisme
Makalah Biologi Umum - Bioremediasi Bahan Kimia Menggunakan Mikroorganisme
Makalah Biologi Umum - Bioremediasi Bahan Kimia Menggunakan Mikroorganisme
Kelompok 10
Bella Pratiwi (1506670925)
Hasna Resti Fadillah (1506671133)
Mevricka Aurinda Garini (1506733320)
Nadia Shafira Khairani (1506742691)
Yuni Syafitri (1506721693)
Zevano C. Sibarani (1506740654)
UNIVERSITAS INDONESIA
Bapak Dr.rer.nat.Yasman, S.Si.,M.Sc dan Ibu Windri Handayani S.Si., M.Si. selaku
dosen pengajar Biologi Umum yang telah membekali ilmu menyediakan waktu,
tenaga dan pikiran untuk mengarahkan kami dan memberikan motivasi kepada kami
makalah ini.
Seluruh pihak pendukung kami yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu, semoga
Allah SWT membalas semua jasa.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini dan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat memberi
manfaat bagi para pembaca.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...2
DAFTAR ISI.3
BAB I PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
Latar Belakang...4
Rumusan Masalah......4
Tujuan Penulisan4
Pengertian Bioremediasi5
Tujuan dan Manfaat Bioremediasi6
Jenis Limbah yang Dapat Diatasi dengan Bioremediasi...7
Teknik-teknik Bioremediasi..8
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bioremediasi....12
Proses Kerja Mikroba dalam Bioremediasi ........14
Keunggulan dan Kelemahan Bioremediasi..16
Kesimpulan ..17
Saran 17
BAB I
PENDAHULUAN
Apa saja jenis polutan yang dapat diatasi dengan teknik bioremediasi?
Apa saja teknik-teknik yang digunakan dalam bioremediasi?
Bagaimana cara menstimulasi bakteri yang digunakan dalam proses
bioremediasi?
Apa saja keunggulan dan kelemahan dalam penggunaan teknik bioremediasi?
2
3
mikroorganisme
Menjelaskan cara kerja mikroorganisme dalam proses bioremediasi
Menjelaskan kelebihan dan kelemahan serta kendala dari teknik bioremediasi
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
perairan
juga
memiliki
peranan
yang
penting
dalam
bioremediasi
diperlukan dana sekitar 40 sampai 100 dollar. Sedangkan melalui proses lainnya, seperti
dengan insinerasi, memerlukan biaya 250 sampai 800 dollar dan landfilling sekitar 150
sampai 250 dollar untuk kapasitas tanah yang sama. Bioremediasi dapat diaplikasikan pada
lingkungan. Lingkungan yang terpolusi malalui berbagai mekanisme. Litchfield (1991),
bioremediasi dilakukan melalui lima pendekatan berikut: bioreaktor, perlakuan fase padat,
pengomposan, landfarming, dan perlakuan in situ.
Limbah yang paling mendominasi di Lingkugan kita saat ini adalah limbah rumah
tangga seperti deterjen, pupuk, obat-obatan, pembersih, pestisida, dan parfum. Limbah obatobatan tidak semata-mata hasil dari limbah rumah tangga. Namun, seringkali berasal dari
proses industri yang menjadi polusi bagi lingkungan yang kedepannya dapat menyebabkan
kanker atau karsinogen. Saat ini, bioremediasi telah berkembang pada perawatan limbah
buangan yang berbahaya (senyawa-senyawa kimia yang sulit untuk didegradasi), yang
biasanya dihubungkan dengan kegiatan industri. Yang termasuk dalam polutan-polutan ini
antara lain logam-logam berat (merkuri, stronsium, kadmium), petroleum hidrokarbon, dan
senyawa-senyawa organik terhalogenasi seperti pestisida, herbisida, CFC, dan lain-lain
Limbah berbahaya ini dapat diatasi salah satunya adalah dengan cara bioremediasi
untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar. Setelah zat tersebut didegradasi, akan
menjadi kurang beracun bahkan tidak beracun sama sekali. Bioremediasi merupakan
penemuan bioteknologi yang memanfaatkan makhluk hidup
khususnya mikroorganisme
seperti jamur dan bakteri. Fungsi daripada jamur dan bakteri tersebut adalah untuk
menurunkan konsentrasi atau daya racun lingkungan. Tidak semua jenis mikroorsganisme
dapat digunakan dalam bioremediasi. Salah satu contohnya adalah, sifat hidrokarbonklasik
yang harus dimiliki oleh bakteri yang mampu mendegradasi senyawa dalam hidrokarbon
minyak bumi. Pseudomonas, Brevibacterium, Alcaligenes, Arthobacter, Brevibacillus, dan
Bacillus merupakan contoh dari bakteri yang bersifat hidrokarbonklasik. Mikroorganisme
atau bakteri tersebut biasanya tersebar di alam termasuk perairan atau sedimen yang tercemar
oleh hidrokarbon. Namun sebelumnya bakteri-bakteri tersebut harus diisolasi dan dikultur
agar selanjutnya dapat digunakan sebagai pengolah limbah hidrokarbon secara biologi
dengan bioremediasi.
nutrien dan oksigen dalam bentuk cair atau gas yang dibutuhkan bakteri ke dalam air
atau tanah tersebut.Jika jumlah mikroba dalam tanah tersedia dalam jumlah sedikit,
maka harus ditambahkan mikroba dalam jumlah banyak dengan cara menstimulasi
pertumbuhan bakteri itu sendiri sehingga bioremediasi dapat berlangsung. Mikroba
yang ditambahkan adalah mikroba yang sebelumnya diisolasi dari lahan tercemar
kemudian setelah melalui proses penyesuaian di laboratorium di perbanyak dan
dikembalikan ke tempat asalnya untuk memulai bioproses. Namun sebaliknya, jika
kondisi yang dibutuhkan tidak terpenuhi, mikroba akan tumbuh dengan lambat atau
mati. Secara umum kondisi yang diperlukan ini tidak dapat ditemukan di area yang
tercemar
2. Bioaugmentasi
Bioaugmentasi dilakukan dengan cara menambahkan mikrooganisme yang
dapat membantu membersihkan kontaminan tertentu ke dalam tanah untuk
meningkatkan efisiensi dalam pengolahan limbah secara biologi. Cara ini paling
sering digunakan dalam menghilangkan kontaminasi di suatu tempat. Namun ada
beberapa hambatan yang ditemui ketika cara ini digunakan. Sangat sulit untuk
mengontrol kondisi situs yang tercemar agar mikroorganisme dapat berkembang
dengan optimal. Para ilmuwan belum sepenuhnya mengerti seluruh mekanisme yang
terkait dalam bioremediasi, dan mikroorganisme yang dilepaskan ke lingkungan yang
asing kemungkinan sulit untuk beradaptasi.
3. Bioremediasi Intrinsik
Bioremediasi ini terjadi secara alami di dalam air aupun tanah yang tercemar.
2. Bioremediasi Ex-situ
Bioremediasi yang dilakukan dengan mengambil limbah tersebut lalu
ditreatment ditempat lain, setelah itu baru dikembalikan ke tempat asal. Lalu diberi
perlakuan khusus dengan memakai mikroba. Bioremediasi ini bisa lebih cepat dan
mudah dikontrol dibanding in-situ, ia pun mampu me-remediasi jenis kontaminan dan
jenis tanah yang lebih beragam. Teknik ex situ berjalan lebih cepat, lebih mudah
untuk dikontrol, dan dapat digunakan untuk mengolah tanah terkontaminasi dan jenis
tanah yang lebih luas daripada teknik in situ. Namun, teknik ini membutuhkan
9
penggalian dan pengobatan dari tanah yang terkontaminasi sebelum dan, kadangkadang, setelah langkah bioremediasi sebenarnya. Teknik ex situ mencakup slurryphase bioremediation dan solid-phase bioremediation.
Slurry-phase bioremediation. Tanah terkontaminasi dikombinasikan dengan
air dan aditif lainnya dalam tangki besar yang disebut "bioreaktor" dan dicampur
untuk menjaga mikroorganisme - yang sudah ada di dalam tanah - agar tetap dalam
kontak dengan kontaminan dalam tanah. Nutrisi dan oksigen ditambahkan, dan
kondisi dalam bioreaktor dikendalikan untuk menciptakan lingkungan yang optimal
untuk mikroorganisme untuk mendegradasi kontaminan. Setelah menyelesaikan
pengobatan, air akan dihapus dari padatan, yang dibuang atau diobati lebih lanjut jika
masih mengandung polutan. Pengolahan biologis fase lumpur ini bisa menjadi proses
yang relatif cepat dibandingkan dengan proses pengolahan biologis lainnya, terutama
untuk tanah liat terkontaminasi. Keberhasilan proses ini sangat tergantung pada sifatsifat tanah dan kimia tertentu dari bahan yang terkontaminasi. Teknologi ini sangat
berguna di mana perbaikan yang cepat merupakan prioritas tinggi.
Solid-phase bioremediation adalah proses yang memperlakukan tanah di area
perawatan atas tanah dilengkapi dengan sistem pengumpulan untuk mencegah
kontaminan setiap melarikan diri pengobatan. Kelembaban, panas, nutrisi, atau
oksigen dikendalikan untuk meningkatkan biodegradasi untuk aplikasi pengobatan
ini. Sistem ini relatif sederhana untuk mengoperasikan dan memelihara, memerlukan
sejumlah besar ruang, dan pembersihan membutuhkan lebih banyak waktu untuk
menyelesaikan daripada dengan proses lumpur-fase. Solid-phase bioremediation
meliputi landfarming, biopiles tanah, dan kompos.
Landfarming. Dalam metode pengobatan yang relatif sederhana ini, tanah
yang terkontaminasi digali dan tersebar di pad dengan sistem built-in untuk
mengumpulkan "lindi" atau cairan yang terkontaminasi yang merembes keluar dari
kontaminan direndam tanah. Tanah secara berkala diserahkan untuk mencampur udara
ke sampah. Kelembaban dan nutrisi dikendalikan untuk meningkatkan bioremediasi.
Lamanya waktu untuk bioremediasi akan lebih lama jika nutrisi, oksigen atau suhu
tidak dikontrol dengan baik. Dalam beberapa kasus, pengurangan konsentrasi
kontaminan
sebenarnya
mungkin
disebabkan
lebih
untuk
penguapan
dari
Lingkungan
Proses biodegradasi memerlukan tipe tanah yang dapat mendukung kelancaran aliran
nutrient, enzim-enzim mikrobial dan air. Terhentinya aliran tersebut akan mengakibatkan
terbentuknya kondisi anaerob sehingga proses biodegradasi aerobik menjadi tidak efektif.
Karakteristik tanah yang cocok untuk bioremediasi in situ adalah mengandung butiran pasir
ataupun kerikil kasar sehingga dispersi oksigen dan nutrient dapat berlangsung dengan baik.
Kelembaban tanah juga penting untuk menjamin kelancaran sirkulasi nutrien dan substrat di
dalam tanah.
b) Temperatur
Temperatur yang optimal untuk degradasi hidrokaron adalah 30-40C. Ladislao, et. al.
11
(2007) mengatakan bahwa temperatur yang digunakan pada suhu 38C bukan pilihan yang
valid karena tidak sesuai dengan kondisi di Inggris untuk mengontrol mikroorganisme
patogen. Pada temperatur yang rendah, viskositas minyak akan meningkat mengakibatkan
volatilitas alkana rantai pendek yang bersifat toksik menurun dan kelarutannya di air akan
meningkat sehingga proses biodegradasi akan terhambat. Suhu sangat berpengaruh terhadap
lokasi tempat dilaksanakannya bioremediasi
c)
Oksigen
Langkah awal katabolisme senyawa hidrokaron oleh bakteri maupun kapang adalah
oksidasi substrat dengan katalis enzim oksidase, dengan demikian tersedianya oksigen
merupakan syarat keberhasilan degradasi hidrokarbon minyak. Ketersediaan oksigen di tanah
tergantung pada (a) kecepatan konsumsi oleh mikroorganisme tanah, (b) tipe tanah dan (c)
kehadiran substrat lain yang juga bereaksi dengan oksigen. Terbatasnya oksigen, merupakan
salah satu faktor pembatas dalam biodegradasi hidrokarbon minyak
d) pH
Pada tanah umumnya merupakan lingkungan asam, alkali sangat jarang namun ada
yang melaporkan pada pH 11. Penyesuaian pH dari 4,5 menjadi 7,4 dengan penambahan
kapur meningkatkan penguraian minyak menjadi dua kali. Penyesuaian pH dapat merubah
kelarutan, bioavailabilitas, bentuk senyawa kimia polutan, dan makro & mikro nutrien.
Ketersediaan Ca, Mg, Na, K, NH4+, N dan P akan turun, sedangkan penurunan pH
menurunkan ketersediaan NO3-dan Cl- . Cendawan yang lebih dikenal tahan terhadap asam
akan lebih berperan dibandingkan bakteri asam.
e)
Kadar air dan bentuk poros tanah berpengaruh pada bioremediasi. Nilai aktivitas air
dibutuhkan utk pertumbuhan mikroba berkisar 0.9 - 1.0, umumnya kadar air 50-60%.
Bioremediasi lebih berhasil pada tanah yang poros.
f) Keberadaan zat nutrisi
Baik pada in situ & ex situ. Bila tanah yang dipergunakan bekas pertanian mungkin
tak perlu ditambah zat nutrisi. Untuk hidrokarbon ditambah nitrogen & fosfor, dapat pula
dengan makro dan mikro nutrisi yang lain.Mikroorganisme memerlukan nutrisi sebagai
sumber karbon, energy dan keseimbangan metabolisme sel. Dalam penanganan limbah
minyak bumi biasanya dilakukan penambahan nutrisi antara lain sumber nitrogen dan fosfor
sehingga proses degradasi oleh mikroorganisme berlangsung lebih cepat dan pertumbuhannya
12
meningkat.
g) Interaksi antar Polusi
Fenomena lain yang juga perlu mendapatkan perhatian dalam mengoptimalkan
aktivitas mikroorganisme untuk bioremediasi adalah interaksi antara beberapa galur
mikroorganisme
di
lingkungannya.
Salah
satu
bentuknya
adalah
kometabolisme.
menurunkan tegangan muka sehingga dapat digunakan sebagai pembersih. ABS mempunyai
Na-sulfonat polar dan ujung alkil non-polar. Pada proses pencucian, ujung polar ini
menghadap ke kotoran (lemak) dan ujung polarnya menghadap keluar (ke-air). Bagian alkil
dari ABS ada yang linier dan non-linier (bercabang). Bagian yang bercabang ABS-nya lebih
kuat dan berbusa, tetapi lebih sukar terurai sehingga menyebabkan badan air berbuih.
Sulitnya peruraian ini disebabkan karena atom C tersier memblokir beta-oksidasi pada alkil.
Hal ini dapat dihindari apabila ABS mempunyai alkil yang linier.
2
alamiah. Hal ini mengakibatkan limbah yang plastik semakin menumpuk dan dapat
mencemari lingkungan. Akhir-akhir ini sudah mulai diproduksi plastik yang mudah terurai.
Plastik terdiri atas berbagai senyawa yang terdiri polietilen, polistiren, dan polivinil klorida.
Bahan-bahan tersebut bersifat inert dan rekalsitran. Senyawa lain penyusun plastik yang
disebut plasticizers terdiri: (a) ester asam lemak (oleat, risinoleat, adipat, azelat, dan sebakat
serta turunan minyak tumbuhan, (b) ester asam phthalat, maleat, dan fosforat. Bahan
tambahan untuk pembuatan plastik seperti Phthalic Acid Esters (PAEs) dan Polychlorinated
13
Biphenyls (PCBs) sudah diketahui sebagai karsinogen yang berbahaya bagi lingkungan
walaupun dalam konsentrasi rendah. Ada juga plastik yang mudah terurai namun berpotensi
karsinogen dalam jumlah rendah.
Dari alam telah ditemukan mikroba yang dapat merombak plastik, yaitu terdiri bakteri,
aktinomycetes, jamur dan khamir yang umumnya dapat menggunakan plasticizers sebagai
sumber C, tetapi hanya sedikit mikroba yang telah ditemukan mampu merombak polimer
plastiknya yaitu jamur Aspergillus fischeri dan Paecilomyces sp. Sedangkan mikroba yang
mampu merombak dan menggunakan sumber C dari plsticizers yaitu jamur Aspergillus niger,
A. Versicolor, Cladosporium sp.,Fusarium sp., Penicillium sp.,Trichoderma sp., Verticillium
sp., dan khamir Zygosaccharomyces drosophilae, Saccharomyces cerevisiae, serta bakteri
Pseudomonas aeruginosa, Brevibacterium sp. dan aktinomisetes Streptomyces rubrireticuli.
Untuk dapat merombak plastik, mikroba harus dapat mengkontaminasi lapisan plastik
melalui muatan elektrostatik dan mikroba harus mampu menggunakan komponen di dalam
atau pada lapisan plastik sebagai nutrien. Plasticizers yang membuat plastik bersifat fleksibel
seperti adipat, oleat, risinoleat, sebakat, dan turunan asam lemak lain cenderung mudah
digunakan, tetapi turunan asam phthalat dan fosforat sulit digunakan untuk nutrisi. Hilangnya
plasticizers menyebabkan lapisan plastik menjadi rapuh, daya rentang meningkat dan daya
ulur berkurang.
3
Minyak Bumi
Minyak bumi tersusun dari berbagai macam molekul hidrokarbon alifatik, alisiklik, dan
aromatik. Mikroba berperanan penting dalam menguraikan minyak bumi ini. Ketahanan
minyak bumi terhadap peruraian oleh mikroba tergantung pada struktur dan berat
molekulnya.
Fraksi alkana rantai C pendek, dengan atom C kurang dari 9 bersifat meracun terhadap
mikroba dan mudah menguap menjadi gas. Fraksi n-alkana rantai C sedang dengan atom C
10-24 paling cepat terurai. Semakin panjang rantaian karbon alkana menyebabkan makin sulit
terurai. Adanya rantaian C bercabang pada alkana akan mengurangi kecepatan peruraian,
karena atom C tersier atau kuarter mengganggu mekanisme biodegradasi.
Apabila dibandingkan maka senyawa aromatik akan lebih lambat terurai dari pada alkana
linier. Sedang senyawa alisiklik sering tidak dapat digunakan sebagai sumber C untuk
mikroba, kecuali mempunyai rantai samping alifatik yang cukup panjang. Senyawa ini dapat
terurai karena kometabolisme beberapa strain mikroba dengan metabolisme saling
melengkapi. Untuk limbah minyak mentah sendiri, telah diciptakan dan ditemukan bakteri
14
rekombinan (bakteri pemakan minyak), Acetobacter calcoaticus, jamur Pestalotiopsis sp. dan
Pseudomonas aeruginosa, yang mampu menguraikan alkana dan hidrokarbon poliaromatik.
4
Pestisida / Herbisida
Macam pestisida kimia sintetik yang telah digunakan sampai sekarang jumlahnya
mencapai ribuan. Pestisida yang digunakan untuk memberantas hama maupun herbisida yang
digunakan untuk membersihkan gulma, sekarang sudahmengakibatkan banyak pencemaran.
Hal ini disebabkan sifat pestisida yang sangat tahan terhadap peruraian secara alami
(persisten). Contoh pestisida yang persistensinya sangat lama adalah DDT, Dieldrin, BHC,
dan lain-lain. Walaupun sekarang telah banyak dikembangkan pestisida yang mudah terurai
(biodegradable), tetapi kenyataannya masih banyak digunakan pestisida yang bersifat
rekalsitran. Walaupun dalam dosis rendah, tetapi dengan terjadinya biomagnifikasi maka
kandungan pestisida di lingkungan yang sangat rendah akan dapat terakumulasi melalui
rantai makanan, sehingga dapat membahayakan kehidupan makhluk hidup termasuk manusia.
Untuk mengatasi pencemaran tersebut, sekarang banyak dipelajari biodegradasi pestisida/
herbisida. Proses biodegradasi pestisida dipengaruhi oleh struktur kimia pestisida, sebagai
berikut:
a. Semakin panjang rantai karbon alifatik, semakin mudah mengalami degradasi
b. Ketidak jenuhan dan percabangan rantai hidrokarbon akan mempermudah degradasi.
c. Jumlah dan kedudukan atom-atom C1 pada cincinan aromatik sangat mempengaruhi
degradasi. Misal 2,4 D (2,4-diklorofenol asam asetat) lebih mudah dirombak di dalam
tanah dibandingkan dengan 2,4,5-T (2,4,5- triklorofenoksi asam asetat)
d. Posisi terikatnya rantai samping sangat menentukan kemudahan degradasi pestisida.
2.7 Keunggulan dan Kelemahan Bioremediasi
Kelebihan bioremediasi sebagai berikut :
1. Proses pelaksanaan dapat dilakukan langsung di daerah tersebut dengan lahan yang
sempit sekalipun
2. Menghilangkan bau dan kontaminasi hingga tingkat molekuler, sehingga air ataupun
tanah yang diremediasi bersih
3. Proses degradasi dapat dilaksanakan dalam jangka waktu yang cepat
4. Bioremediasi sangat aman digunakan karena menggunakan mikroba
5. Bioremediasi tidak menggunakan/menambahkan bahan kimia berbahaya
6. Tidak meninggalkan apapun yang dapat menjadi sumber pencemar baru
15
BAB III
PENUTUP
1
Kesimpulan
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan
di
lingkungan
secara
cepat
dan
akurat
amat
dibutuhkan
untuk
menyempurnakan upaya bioremediasi sebagai salah satu metode alternatif pemulihan kualitas
lingkungan dari limbah pencemar. Bioremediasi merupakan salah satu cara efektif untuk
menangani tanah dan air yang tercemar sebab tidak membahayakan lingkungan.
Saran
Meningkatnya aktivitas manusia dan berkembangnya pembangunan khususnya dalam
16
DAFTAR PUSTAKA
Sobti, R.C., Pachauri, Suparna S. 2009. Essentials of Biotechnology. Boca Raton: CRC Press
Taylor and Francis Group.
Herren, Ray V. 2013. Introduction to Biotechnology: An Agricultural Revoution. California:
Delmar Cengange Learning.
Hidayatullah, Novi, dkk. 2011. Makalah Mikrobiologi Industri Biobleaching. Surakarta:
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Anonymous. 2013. Mikrobiologi Pengolahan Limbah.
Aitken, Michael D. 2012. Microbiology of Waste Treatment/Biodegradation of Pollutants.
Gillings School of Global Public Health: Department of Environmental Sciences &
Engineering.
Ashby, Mark. 2013. Environmental Microbiology, Sewage Treatment and Industrial
Microbiology.
Nimatuzahroh. 2010. Bioremediasi Limbah Pencemar Oleh Mikroorganisme. Universitas
Airlangga: Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi.
Almuthmainah, Hafsah. 2013. Tugas Besar: Makalah Mikrobiologi Lingkungan: Pengolahan
Limbah Cair dengan Bioremediasi. Depok: Departemen Teknik Sipil FT Universitas
Indonesia
Priadie, Bambang. 2012. Teknik Bioremediasi Sebagai Alternatif dalam Upaya Pengendalian
Pencemaran Air. Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana UNDIP.
Pulungan, M. Hindun. 2013. Klasifikasi dan Sifat Limbah. Tim IAD Universitas Airlangga.
2013. Limbah. Universitas Airlangga.
Arifin, H.S., M. Yani, F. Aribowo, and A.M. Fauzi. 2004. Bioremediation: A Case Study in
East Kalimantan, Indonesia. Proceeding the 1st COE International Symposium
Environmental Degradation and Ecosystem Restoration in East Asia Tokyo University
Japan. 9 p.
Budianto, H. 2006. Perbaikan Lahan Terkontaminasi Minyak Bumi Secara Bioremediasi.
Surabaya.
17