Anda di halaman 1dari 12

PENYAKIT KANKER PAYUDARA DALAM TINJAUAN

EPIDEMIOLOGI
1. LATAR BELAKANG
Kanker payudara merupakan ancaman bagi kaum wanita. Walaupun kini sudah ada
pengobatan terbaik, tetapi perjuangan melawan kanker payudara tidak selalu berhasil. Hal itu
karena masih kurangnya atensi dari kaum wanita dalam memahami kanker payudara guna
menghindarkan diri dari serangan kanker payudara serta cara melakukan deteksi sejak dini1.
Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan kanker
payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih
dari 250,000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175,000 di
Amerika Serikat. Masih menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis
kanker payudara dan lebih dari 700,000 meninggal karenanya. Belum ada data statistik yang
akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari rumah sakit menunjukkan bahwa
kanker payudara menduduki ranking pertamadiantara kanker lainnya pada wanita. Kanker
payudara merupakan penyebab utama kematian pada wanita akibat kanker. Setiap tahunnya,
di Amerika Serikat 44,000 pasien meninggal karena penyakit ini sedangkan di Eropa lebih
dari 165,000. Setelah menjalani perawatan, sekitar 50% pasien mengalami kanker payudara
stadium akhir dan hanya bertahan hidup 18 30 bulan.2
2. PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kanker payudara adalah neoplasma ganas, suatu pertumbuhan jaringan payudara
abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltratif dan destruktif, serta
dapat bermetastase. Tumor ini tumbuh progresif, dan relatif cepat membesar. Pada stadium
awal tidak terdapat keluhan sama sekali, hanya berupa fibroadenoma atau fibrokistik yang
kecil saja, bentuk tidak teratur, batas tidak tegas, permukaan tidak rata, dan konsistensi padat
dan keras (Ramli,1994).
2.2 Gejala Kanker Payudara

Eni Setiati. 2009. Waspada 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Jogjakarta : C.V ANDI OFFSET

http://www.hompedin.org/download/kankerpayudara.pdf, diakses pada Kamis 9 Juni


2011

Pada tahap awal kanker payudara, biasanya kita tidak merasakan sakit atau tidak ada
tanda-tandanya sama sekali. Namun, ketika tumor semakin membesar, gejala-gejala di bawah
ini mungkin muncul:
a. Benjolan yang tidak hilang atau permanen, biasanya tidak sakit dan terasa keras bila
disentuh atau penebalan pada kulit payudara atau di sekitar ketiak.
b. Perubahan ukuran atau bentuk payudara.
c. Kerutan pada kulit payudara.
d. Keluarnya cairan dari payudara, umumnya berupa darah.
e. Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak pada lengan, dan penyebaran
kanker ke seluruh tubuh (Hendrapalaga, 2009).
f. Pembengkakan atau adanya tarikan pada puting susu3
2.4 Diagnosis Kanker Payudara4
Deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan dengan pemeriksaan klinik payudara dan
mammogram. Mammografi dapat mendeteksi tumor payudara 2 tahun sebelum kanker
tersebut mencapai ukuran yang dapat dirasakan melalui metode palpasi. Association Cancer
Sosiety merekomendasikan untuk melakukan mammogram dimulai pada usia 40 tahun dan
melakukan pemeriksaan klinik payudara minimal setiap 3 tahun sekali (LeMone & Burke,
2008).
a. Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan meliputi beberapa hal yaitu status menstruasi, perkawinan,
riwayat partus, menyusui, riwayat kelainan payudara yang pernah dialami sebelumnya,
riwayat keluarga dengan kanker, fungsi kelenjar tiroid, dan penyakit ginekologik.
Sedangkan riwayat penyakit atau keluhan yang dialami saat ini yang perlu diperharikan
adalah kapan waktu timbulnya massa, kecepatan pertumbuhan massa serta apakah ada
hubungan dengan menstruasi.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara menyeluruh sesuai dengan pemeriksaan rutin,
serta pemeriksaan payudara. Metode pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara
inspeksi yaitu dengan mengamati kesimetrisan kedua payudara, adanya benjolan atau
3

http://www.pitapink.com/id/tentang-kanker-payudara.html diakses pada tanggal 10 Juni 2011

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23162/4/Chapter%20II.pdf diakses pada tanggal 10 Juni 2011

perubahan patologik pada kulit seperti edema, kemerahan, cekungan, retraksi, erosi dan
nodul. Metode pemeriksaan fisik selanjutnya yang dilakukan adalah dengan cara palpasi.
Metode palpasi dilakukan untuk mengetahui adanya benjolan serta sifatnya pada
payudara. Jika sewaktu melakukan palpasi teraba benjolan, maka harus dikaji lokasi,
ukuran, konsistensi, kondisi batas, permukaan, mobilitas, apakah kondisi benjolan
melakat pada dasarnya dan apakah ada nyeri tekan. Sekret pada papilla payudara
kemungkinan juga didapatkan sewaktu dilakukan pemeriksaan, jika hal tersebut terjadi
maka harus dibuat apusan untuk dilakukan pemeriksaan sitologi.
c. Pemeriksaaan penunjang
1) Mamografi
2) USG
3) MRI Payudara
4) Pemeriksaan Laboratorium
5) Pemeriksaan sitologi aspirasi jarum halus
6) Pemeriksaan histologik pungsi jarum mandarin
2.5 Konsep Host Agent dan Environment

Agent

Faktor resiko dari kanker payudara ini hampir sama dengan kanker serviks. Di
antaranya ; unsur kimiawi yang disebabkan karena bahan dari luar tubuh maupun dari
dalam tubuh sendiri (karbon monoksid, obat-obatan, arsen, pestisida, dll) serta unsur
psikis atau genetik yang terkait dengan heriditer atau keturunan. Demikian juga
dengan unsur kebiasaan hidup (rokok, alcohol, dll), perubahan hormonal dan unsur
fisioloigis seperti kehamilan, persalinan, dll.

1.

Host
Wanita yang berusia 30 sampai 39 tahun. Namun, dapat juga terjadipada pria

2.
3.
4.
5.

dengan persentase sebesar 5%


Genetik (hubungan keluarga).
Pengguna estrogen
Pengguna pil oral
Kebiasaan hidup dan kehidupan sosial dari host sendiri

Environment

Lingkungan Sosial Ekonomi

Yang termasuk dalam faktor lingkungan soial ekonomi adalah sistem ekonomi yang
berlaku yang mengacu pada pekerjaan sesorang dan berdampak pada penghasilan
yang akan berpengaruh pada kondisi kesehatannya.
2.6 Faktor Resiko Kanker Payudara
Faktor resiko adalah sesuatu yang meningkatkan risiko menderita kanker payudara.
Banyak faktor risiko terpenting untuk kanker payudara berada diluar kendali kita,
seperti usia, riwayat keluarga, dan riwayat medis. Namun, ada beberapa faktor risiko
yang dapat dikontrol, seperti berat badan, aktivitas fisik dan konsumsi alkohol.
Faktor risiko yang dapat dikendalikan:
1. Bobot/berat badan. Kegemukan yang dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker

payudara, terutama bagi perempuan setelah tidak haid (menopause).


2. Diet. Diet diduga merupakan faktor risiko untuk berbagai jenis kanker, termasuk

kanker payudara, tetapi belum ada studi mengenai jenis makanan yang meningkatkan
risiko tersebut.
3. Latihan/Olahraga. Bukti yang berkembang bahwa latihan dapat mengurangi resiko

kanker payudara. American Cancer Society merekomendasikan melakukan olahraga


selama 45-60 menit 5 hari atau lebih dalam seminggu.
4. Konsumsi alkohol. Studi menunjukkan bahwa risiko kanker payudara meningkat

seiring dengan banyaknya jumlah konsumsi alkohol. Alkohol dapat membatasi


kemampuan hati untuk mengendalikan tingkat hormon estrogen darah yang pada
gilirannya dapat meningkatkan risiko.
5. Merokok. Merokok dikaitkan dengan sedikit peningkatan resiko kanker payudara.
6. Wanita bekerja pada malam hari. Pusat penelitian kanker Fired Hutchison Cancer di

Seatle, Amerika Serikat, menyebutkan bahwa wanita yang bekerja pada malam hari
mempunyai peluang 60% terkena kanker payudara. Cahaya lampu yang kusam pada
malam hari dapat menekan produksi melatonin nocturnal pada otak sehingga hormone
estrogen yang diproduksi oleh ovarium meningkat. Padahal diketahui melatonin dapat
menekan pertumbuhan sel kanker payudara.
7. Penggunaan estrogen. Karena hormon estrogen perempuan merangsang pertumbuhan

sel payudara, terpapar dengan estrogen dalam waktu yang lama, tanpa terputus dapat
meningkatkan risiko kanker payudara.
Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan:
1. Gender/Jenis Kelamin. Wanita adalah faktor risiko kanker payudara.

2. Usia. Dari usia 30 sampai 39, risikonya adalah 1 dalam 233, atau 0,43%. Yang
menjadi 1 dari 27 atau hampir 4% pada saat seseorang berada di usia 60 tahun.
3. Riwayat kanker payudara dalam keluarga. Jika seseorang memiliki garis keturunan
pertama (ibu, anak perempuan, saudara perempuan) yang memiliki kanker payudara
atau ada beberapa keluarga yang terkena kanker payudara atau ovarium (terutama
sebelum mereka berumur 50), berarti seseorang tersebut memiliki resiko lebih tinggi
mendapatkan kanker payudara.
4. Riwayat pribadi kanker payudara. Jika seseorang telah didiagnosa dengan kanker
payudara, maka risiko berkembang lagi, baik di payudara yang sama atau payudara
lainnya, lebih tinggi daripada jika tidak pernah memiliki penyakit ini sebelumnya.
5. Ras. Perempuan kulit putih sedikit lebih tinggi untuk mendapat kanker payudara
selain perempuan afro amerika. Orang asia, Hispanic dan non amerika memiliki
resiko lebih rendah kanker payudara.
6. Terapi radiasi pada dada. Setelah terapi radiasi pada daerah dada saat masih anak-anak
atau dewasa muda untuk pengobatan kanker lain secara signifikan meningkatkan
resiko kanker payudara. Peningkatan risiko kelihatannya meningkat jika radiasi
diberikan saat payudara masih berkembang (selama masih remaja).
7. Perubahan seluler payudara. Perubahan sel payudara yang tidak biasanya ditemukan
saat biopsi payudara dapat menjadi faktor risiko untuk kanker payudara. Perubahan
ini meliputi pertumbuhan yg terlalu cepat dari sel (disebut hyperplasia) atau
penampakan yang abnormal (atipikal).
8. Terpapar estrogen. merangsang pertumbuhan sel payudara, terpapar estrogen lebih
lama, tanpa jeda, dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
2.7 RAP Kanker Payudara
Sistem penentuan stadium yang tersering digunakan adalah yang telah dirancang oleh
American Joint Committe on Cancer Staging dan International Union Againts
Cancer, yaitu:
Stadium 0

DCIS (termasuk penyakit Paget pada puting payudara) dan LCIS.

Stadium I

Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang disertai metastasis


ke kelenjar getah bening negatif.

Stadium IIA

Karsinoma invasif dengan ukuran 2cm atau kurang disertai metastasis


ke kelenjar getah bening atau karsinoma invasif lebih dari 2 cm, tetapi
kurang dari 5 cm dengan kelenjar getah bening negatif.

Stadium IIB

Karsinoma invasif dengan ukuran lebih dari 2 cm, tetapi kurang dari 5
cm denan kelenjar getah bening positif atau karsinoma invasif
berukuran lebih dari 5 cm tanpa keterlibatan kelenjar getah bening.

Stadium IIIA Karsinoma invasif ukuran berapa pun dengan kelenjar getah bening
terfiksasi (yaitu invasi ekstranodus yang meluas diantara kelenjar getah
bening atau menginvasi ke dalam struktur lain) atau karsinoma dengan
ukuran lebih dari 5 cmdengan metastasis kelenjar getah bening
nonfiksasi.
Stadium IIIB Karsinoma inflamasi, karsinoma yang menginvasi dinding dada,
karsinoma yang menginvasi kulit, karsinoma dengan nodus kulit
satelit, atau setiap karsinoma dengan metastasis ke kelenjar getah
bening mammaria interna ipsilateral.
Stadium IV

Metastasis ke tempat jauh.

2.8 Prevalensi Kanker Payudara


Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif tinggi,
yaitu 20% dari seluruh keganasan (Tjahjadi, 1995). Dari 600.000 kasus kanker payudara baru
yang didiagnosis setiap tahunnya. Sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di negara maju,
sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang (Moningkey, 2000). Di Amerika
Serikat, keganasan ini paling sering terjadi pada wanita dewasa. Diperkirakan di AS 175.000
wanita didiagnosis menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari semua kanker yang
menyerang wanita. Bahkan, disebutkan dari 150.000 penderita kanker payudara yang berobat
ke rumah sakit, 44.000 orang di antaranya meninggal setiap tahunnya (Oemiati, 1999).
American Cancer Society memperkirakan kanker payudara di Amerika akan mencapai 2 juta
dan 460.000 di antaranya meninggal antara 1990-2000 (Moningkey, 2000).5
Kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher rahim di
Indonesia (Tjindarbumi, 1995). Sejak 1988 sampai 1992, keganasan tersering di Indonesia
tidak banyak berubah. Kanker leher rahim dan kanker payudara tetap menduduki tempat
teratas. Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70% penderita kanker payudara
ditemukan pada stadium lanjut (Moningkey, 2000).

Data

dari Direktorat

Jenderal

Pelayanan Medik Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa Case Fatality Rate (CFR)
5

Nasrin Kodim. Himpunan Bahan Kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.

akibat kanker payudara menurut golongan penyebab sakit menunjukkan peningkatan dari
tahun 1992-1993, yaitu dari 3,9 menjadi 7,8 (Ambarsari, 1998).6
Diperkirakan pada tahun 2006 di Amerika, terdapat 212.920 kasus baru kanker
payudara pada wanita dan 1.720 kasus baru pada pria, dengan 40.970 kasus kematian pada
wanita dan 460 kasus kematian pada pria (Anonimc, 2006). Di Indonesia, kanker payudara
menempati urutan ke dua setelah kanker leher rahim (Tjindarbumi, 1995). Kejadian kanker
payudara di Indonesia sebesar 11% dari seluruh kejadian kanker (Siswono, 2003).7
2.9 Distribusi Kanker Payudara Menurut Orang Tempat Waktu
a. Orang
Kanker payudara dapat terjadi pada pria maupun wanita, hanya saja prevalensi pada
wanita jauh lebih tinggi. Di Indonesia, kanker payudara menempati urutan ke dua setelah
kanker leher rahim (Tjindarbumi, 1995).
b. Tempat8
Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relatif tinggi,
yaitu 20% dari seluruh keganasan. Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang
didiagnosis setiap tahunnya. Sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di negara maju,
sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang.
c. Waktu
Kanker payudara tidak terbatas oleh waktu. Dimana saat penderitanya tidak dapat
menjaga dan memeriksa kesehatan payudara mereka, kanker payudara dapat menyerang
kapan saja.
2.10 Pencegahan Kanker Payudara dan Program Pemerintah

http://www.tempo.co.id/medika/arsip/082002/pus-3.htm diakses pada tanggal 9


Juni 2011
7

http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com/ensiklopedia-kanker/kanker-mammae-2/
diakses pada tanggal 9 Juni 2011
8

http://blognyayoan.blogspot.com/2009/11/crs-kanker-payudara.html diakses pada


tanggal 10 juni 2011.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian


Kesehatan Tjandra Yoga Aditama menjelaskan bahwa pengendalian kanker dilaksanakan
secara terpadu. Upaya pengendalian kanker, menurut dia, dilakukan melalui pencegahan
faktor risiko, deteksi dini, surveilans epidemilogi, dan penyebaran informasi. Program deteksi
dini kanker leher rahim dan payudara ditargetkan dapat menjangkau 80 persen perempuan
usia 30-50 tahun. Selain mengembangkan program deteksi dini, pemerintah juga melakukan
upaya pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Upaya pencegahan primer dilakukan dengan
promosi, edukasi pola hidup sehat dan pencegahan faktor risiko kanker serta pengkajian dan
pengembangan vaksin. Pencegahan sekunder dilakukan dengan deteksi dini dan pengobatan
segera. Pencegahan tersier dengan pengobatan komprehensif dan perawatan paliatif.9

Pencegahan primer
Pada tahap ini dilakukan penyuluhan tentang kanker payudara terutama mengenai

factor-faktor resiko dan bagaimana melaksanakan pola hidup sehat dengan menghindari
komsumsi lemak berlebihan dengan mengkonsumsi buah dan sayur serta giat berolah
raga. (Buku eptm)
Berikut 13 tips yang dapat membantu pencegahan kanker payudara:
Kesadaran akan payudara itu sendiri Lebih dari 90% tumor payudara dideteksi oleh
wanita itu sendiri. Perhatikan setiap perubahan pada payudara menjadi bagian penting
perawatan kesehatan wanita..
Berikan ASI pada bayi. Beberapa penelitian menunjukkan ada hubungan antara
pemberian ASI dan menurunnya resiko berkembangnya kanker payudara meskipun
belum ada kesepakatan yang jelas akan hal ini.
jika menemukan gumpalan, segera ke dokter.
Cari tahu apakah ada sejarah kanker payudara pada keluarga
Perhatikan konsumsi alkohol
Perhatikan berat badan (Obesitas)
Olahraga secara teratur
Setelah usia 50 tahun, lakukan screening payudara secara teratur
Belajar relaks Banyak tercatat bahwa stres dapat menyebabkan semua jenis masalah
kesehatan.
9

http://berita8.com/news.php?cat=4&id=18887 diakses pada tanggal 9 Juni 2011

Masukkan brokoli ke dalam menu harian Anda. Kira-kira dalam sehari Anda hanya
membutuhkan secangkir brokoli. Tahukah Anda, brokoli mengandung senyawa
sulfuraphane yang secara ilmiah terbukti mengurangi risiko kanker.
Jangan lupakan buah dan sayur dalam menu harian. Pilihlah sayuran berwarna hijau
dan oranye. Makanlah tomat yang kaya dengan likopen. Konon likopen juga agen
yang berfungsi memerangi kanker.
Minumlah teh hijau yang kaya antioksidan. Disamping minum the hijau, kudaplah
dark chocolate sesekali, karena secara ilmiah terbukti cokelat sebagai agen yang
memerangi kanker. Namun ingat jangan cokelat manis, karena Anda tidak akan
mendapat manfaatnya.10

Pencegahan sekunder
Deteksi dini merupakan bentuk pencegahan sekunder dengan melakukan pemeriksaan

payudara sendiri dan mamografi digunakan terutama pada wanita yang mempunyai resiko
tinggi. (buku eptm). Skrining melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari
semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi
pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara.
Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa
pertimbangan antara lain:
Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement

survey.

Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi
setiap tahun.
Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia
50 tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit
pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk mendeteksi kanker
payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi maka sensitivitas
mendeteksi secara dini menjadi 75%.
* Skrining tes: Skrining tes seperti mammografi tahunan-hasilnya disebut
mammogram- diberikan secara rutin untuk orang-orang yang sehat dan tidak diduga
10

http://documentdinda.wordpress.com/2009/03/02/13-cara-cegah-kankerpayudara/ diakses pada tanggal 9 Juni 2011

mengalami kanker payudara. Tujuannya adalah untuk menemukan kanker payudara


sedini mungkin sebelum gejala kanker berkembang dan biasanya lebih mudah untuk
ditangani. Skrining mamografi untuk mendeteksi tumor pada payudara perlu
dilakukan karena tumor membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk membesar
sehingga dapat dirasakan oleh kita, namun dapat terdeteksi oleh mamogram.
mamografi tahunan atau dua kali setahun dan USG khusus payudara disarankan untuk
mendeteksi adanya kelainan pada wanita berusia lanjut dan wanita berisiko tinggi
kanker payudara, sebelum terjadi kanker. Jika benjolan bisa teraba atau kelainan
terdeteksi saat mamografi, biopsi perlu dilakukan untuk mendapatkan contoh jaringan
guna dilakukan tes di bawah mikroskop dan meneliti kemungkinan adanya tumor. Jika
terdiagnosis kanker, maka perlu dilakukan serangkaian tes seperti status reseptor
hormon pada jaringan yang terkena.

Pencegahan tersier
Dilakukan penanganan yang tepat pada penderita untuk dapat mengurangi
kecacatan.11 (Sumber : buku epid tdk menular). Pencegahan tertier ini penting untuk
meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan
meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak
berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh
bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium
tertentu, pengobatan diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk
mencari pengobatan aiternatif.12

2.11 Pengobatan Kanker Payudara13


a. Tindakan Pembedahan
1) Modified Radical Mastectomy
2) Total Mastectomy
3) Breast Conservation Treatment
4) Sentinel Lymph Node Biopsy (SLNB)
11
12

13

Nasrin Kodim. Himpunan Bahan Kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.


http://www.tempo.co.id/medika/arsip/082002/pus-3.htm diakses pada tanggal 9 Juni 2011

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23162/4/Chapter%20II.pdf diakses pada

tanggal 9 Juni 2011

b. Radioterapi
Tiga tujuan dari radioterapi adalah:
1) Radioterapi murni kuratif
2) Radioterapi adjuvant
3) Radiotarapi paliatif
c. Kemoterapi
1) Kemoterapi pra-operasi
2) Kemoterapi adjuvant pasca operasi
3) Kemoterapi terhadap kanker payudara stadium lanjut atau rekuren dan
metastatik
d. Terapi Hormonal
Estrogen merupakan hormon yang diproduksi oleh ovarium yang turut
berperan dalam perkembangan sel payudara. Pada wanita dengan hasil tes positif
terhadap reseptor estrogen akan diberikan terapi hormon untuk menghalangi efek
dari estrogen terhadap pertumbuhan sel kanker.
Tamoxifen adalah obat anti-esrtogen yang paling banyak digunakan dan
penggunaannya

efektif

pada

wanita

dengan

postmenstruasi

maupun

premenstruasi. Angka kekambuhan kanker payudara dapat diturunkan dan pasien


menunjukkan angka survival mencapai 10 tahun dengan menggunakan terapi ini.
Dengan penggunaan tamoxifen selama 5 tahun, menunjukkan 41% penurunan
kekambuhan dan 33% penurunan kematian yang diakibatkan oleh kanker
payudara.
Terapi hormonal lain yang digunakan dalam pengobatan kanker payudara
adalah aromatase inhibitor (AIs) yang dapat digunakan untuk terapi kanker
payudara stadium awal dan lanjut. Obat-obatan yang tergolong AIs tersebut
adalah etrozole, anastrozole, dan exemestane. Obat-obat tersebut bekerja untuk
menghalangi kerja enzim untuk memproduksi sedikit estrogen pada wanita
postmenopause, namun obat tersebut tidak efektif digunakan pada wanita
premenopause (Makhoul, 2006)
DAFTAR PUSTAKA
1. Eni Setiati. 2009. Waspada 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Jogjakarta : C.V
ANDI OFFSET
2. http://berita8.com/news.php?cat=4&id=18887 diakses tanggal 9 Juni 2011

3. http://blognyayoan.blogspot.com/2009/11/crs-kanker-payudara.html

diakses

pada

tanggal 10 juni 2011.


4. http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com/ensiklopedia-kanker/kanker-mammae-2/
diakses pada Kamis 9 Juni 2011
5. http://documentdinda.wordpress.com/2009/03/02/13-cara-cegah-kanker-payudara/
diakses pada tanggal 9 Juni 2011
6. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23162/4/Chapter%20II.pdf

diakses

pada tanggal 9 Juni 2011


7. http://www.alhamsyah.com/blog/artikel/kanker-payudara-gejala-danpengobatannya.html diakses tanggal 9 Juni 2011
8. http://www.hompedin.org/download/kankerpayudara.pdf, diakses pada Kamis 9 Juni
2011
9. http://www.pitapink.com/id/tentang-kanker-payudara.html, diakses pada

Kamis 9

Juni 2011
10.

http://www.tempo.co.id/medika/arsip/082002/pus-3.htm diakses pada Kamis

9 Juni 2011
11.

Nasrin Kodim. Himpunan Bahan Kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak

Menular.

Anda mungkin juga menyukai