Oleh:
Siti Kustini (1402505)
Ani Fiani (1402263)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Landasan Filsafat dan Teori Pendidikan. Kami berterima
kasih kepada Prof. Dr. Hj. Melly Sri Sulastri Rifai, M. Pd. selaku dosen mata
kuliah Landasan Pedagogik yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Secara garis besar, karya ilmiah ini memaparkan lima landasan filsafat
pendidikan yang meliputi idealisme, realisme, pragmatisme, eksistensialisme dan
postmodernisme; serta empat teori pendidikan yaitu esensialisme, perenialisme,
progresivisme dan teori kritis. Besar harapan kami, karya ilmiah ini akan
memberikan kontribusi kerangka konseptual tentang landasan filsafat dan teori
pendidikan terhadap para pendidik dan calon pendidik sehingga mereka dapat
mengembangkan dan mengkonstruksi filsafat pendidikan mereka sendiri.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi
pembaca. Kami menyadari bahwa karya ilmiah ini jauh dari sempurna sehingga
kami
sangat
membangun
demi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................i
BAB I.............................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................1
A.
Latar Belakang.......................................................................1
B.
Sistematika Laporan................................................................1
BAB II............................................................................................2
KAJIAN TEORI................................................................................2
A.
Idealisme...........................................................................2
2.
Realisme...........................................................................4
3.
Pragmatisme (experimentalisme).............................................5
4.
Eksistensialisme..................................................................6
B.
Teori-Teori Pendidikan.............................................................7
1.
Esensialisme.......................................................................8
2.
Perenialisme.......................................................................9
3.
Progresivisme...................................................................10
4.
Teori Kritis.......................................................................11
BAB III.........................................................................................14
PEMBAHASAN..............................................................................14
A. Filsafat Pendidikan di Indonesia....................................................14
B. Perbandingan Filsafat dan Teori Pendidkan di Amerika Serikat dan Indonesia
.................................................................................................17
BAB IV.........................................................................................19
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI..................................19
A.
Simpulan............................................................................19
B.
Implikasi............................................................................19
C.
Rekomendasi.......................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah
Landasan Pedagogik yang dibina oleh Prof. Dr. Hj. Melly Sri Sulastri Rifai, M.
Pd. yang berlangsung pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016. Mata kuliah
Landasan Pedagogik ini merupakan mata kuliah yang wajib ditempuh oleh
seluruh mahasiswa pasca sarjana baik jenjang magister (S2) maupun jenjang
doktor (S3) di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) berdasarkan pertimbangan
kebermanfaatan dari mata kuliah ini. Mata kuliah ini memberikan bekal ilmu
pengetahuan
dan
pemahaman
tentang
perspektif
pedagogik
terhadap
bagian dari pembahasan Landasan Sejarah dan Filosofi Pendidikan (Part Two:
BAB II
KAJIAN TEORI
Bab ini akan memaparkan kerangka konseptual landasan filosofis dan teoritis
dalam ranah kependidikan yang diterapkan di Amerika Serikat. Landasan filsafat
pendidikan yang akan dibahas mencakup lima landasan yaitu idealisme, realisme,
pragmatisme, esensialisme, dan postmodernisme, sedangkan teori pendidikan
yang dikaji mencakup esensialisme, perenialisme, progresivisme dan teori kritis.
A. Landasan Filsafat Pendidikan
Bagian bab ini akan membicarakan lima landasan filsafat pendidikan yang
secara umum digunakan sebagai kerangka konseptual yang dibutuhkan oleh para
pendidik
yaitu
idealisme,
realisme,
pragmatisme,
eksistensialisme
dan
ilmu. Serta logika berpikir yang digunakan adalah logika berpikir deduktif dan
induktif.
Implikasi realisme pada perspektif pendidik terlihat pada kurikulum yang
menekankan disiplin ilmiah dan humanis, ruang kelas merupakan tempat belajar
bukan terapi. Selain itu, para pendidik mengajarkan keterampilan (membaca,
menulis) dan ilmu pengetahuan dasar (seperti sejarah, matematika, ilmu
pengetahuan alam) yang berdasarkan pengetahuan para ahli sehingga jelas bahwa
mereka fokus pada pembelajaran kognitif dan penguasaan isi (mata pelajaran).
3. Pragmatisme (experimentalisme)
Pragmatisme menekankan kebutuhan untuk menguji kebenaran ide manusia
dengan tindakan. Beberapa pendiri kaum pragmatis yaitu Charles S. Peirce (18391914) menekankan penggunaan metode ilmiah untuk memvalidasi ide secara
empiris, William James (1842-1910) yang mengaplikasikan filsafat pragmatik
pada psikologi, George Herbert Mead (1863-1931) yang menekankan bahwa
anak-anak berkembang dan belajar melalui pengalaman, dan John Dewey (18591952) yang mengembangkan experimentalisme dalam pendidikan yaitu berfikir
dan belajar merupakan pemecahan masalah.
Pragmatisme menolak metafisika (spekulasi yang tidak dapat diverifikasi
secara empiris) dan fokus pada epistimologi, bagaimana kita membangun
pengetahuan kita, dalam dunia yang selalu berubah. Konsep kunci dalam
pragmatisme yaitu pengalaman, interaksi setiap orang dengan lingkungan (sosial,
budaya dan alam). pengetahuan berasal dari suatu proses antara peserta didik dan
lingkungan. Pengetahuan bersifat relatif dan terus berkembang. Oleh karena itu,
ukuran tingkah laku perseorangan dan sosial ditentukan secara eksperimental
dalam pengalaman-pengalaman hidup. Dengan demikian tidak ada nilai absolut
sehingga apapun yang berkontribusi terhadap perkembangan perseorangan dan
sosial itu bernilai dan logika eksperimentalisme yang digunakan adalah logika
induktif.
Implikasi pragmatisme dalam pendidikan dapat terlihat dalam beberapa
aspek. Pertama, ilmu pengetahuan dasar sebagai instrumen sehingga pendidik
fokus terhadap proses pemecahan masalah dari pada mentransfer ilmu
pengetahuan dasar tersebut terhadap siswa. Kedua, peserta didik diharapkan dapat
mengaplikasikan
metode
pemecahan
masalah
sehingga
mereka
dapat
apa
yang
dimasukkan
dan
tidak,
bagaimana
orang-orang
mereka
sendiri
menjadi
pendidik
profesional.
Mereka
berhak
mendekonstruksi tujuan sekolah, kurikulum dan organisasi serta peranan dan misi
pendidik. Selain itu, proses pemberdayaan pendidik dan terdidik dimulai dari
sekolah dan komunitas dimana mereka bekerja dan hidup. Oleh sebab itu,
pendidik bisa mengkreasikan filsafat pendidikan mereka sendiri berdasarkan
situasi dan kondisi mereka sendiri.
B. Teori-Teori Pendidikan
Bagian ini akan membahas empat teori pendidikan yang mencakup antara lain
esensialisme, perenialisme, progresivisme, dan teori kritis. Teori pendidikan ini
mengkaji peran dan fungsi sekolah, kurikulum, pengajaran, dan pembelajaran.
Beberapa teori pendidikan yang dikemukakan dalam bab ini berasal dari ranah
filosofi, dan beberapa yang lain berasal dari ranah praktik pendidikan.
Pembahasan akan dimulai dari tradisional teori esensialisme dan perenialisme,
yang berakar pada idelisme dan realism, dan menggunakan pendekatan ilmu
pengetahuan dasar dalam belajar dan pembelajaran. Kemudian pembahasan
dilanjutkan dengan teori progresivisme, yang banyak diwarnai dengan teori
pragmatisme, dan teori kritis yang bersumber dari eksistensialisme dan
ketrampilan dan ilmu pengetahuan yang mendasar ini akan memberikan dampak
negatif yang siknifikan dalam kehidupan masyarakat. Pengetahuan dasar ini
mencakup ketrampilan literasi (membaca dan menulis) dan komputasi (aritmetika)
dan ilmu sejarah, matematika, sains, bahasa, dan sastra. Karena begitu banyaknya
hal yang harus dipejari sedangkan waktu yang tersedia untuk mempelajarinya
amatlah terbatas, kurikulum perlu menekankan pada pengetahuan dasar dan
pengajaran harus dijalankan secara efisien. Untuk pembelajaran yang efektif,
kurikulum perlu dibuat secara berurutan dan kumulatif. Dikatakan berurutan jika
disusun dari tingkat ketrampilan rendah ke tingkat ketrampilam yang lebih
kompleks. Dikatakan kumulatif jika apa yang dipelajari pada tingkat rendah
menuju kepada dan pengetahuan semakin bertambah pada tingkat selanjutnya.
Para penganut esentialisme berpendapat bahwa metode-metode pengajaran
inovatif dan populer yang mengabaikan pembelajaran yang sistematis dimana
guru berperan sebagai pengatur dan pengarah dalam pengajaran membaca,
menulis, dan berhitung akan menyebabkan kemunduran prestasi akademis siswa.
Mereka juga berpendapat bahwa sekolah dan guru harus bertanggungjawab dan
berkomitmen dalam misi utama akademis mereka dan tidak dibenarkan mengubah
misi pokok tersebut pada hal-hal yang bersifat non akademis. Tugas utama
sekolah adalah mendidik siswanya untuk memiliki ketrampilan dasar yang dapat
menjadi bekal agar dapat berdayaguna secara efektif dan efisien dalam
masyarakat yang demokratis.
Para
penganut
esensialisme
mendukung
kurikulum
berbasis
ilmu
pengetahuan dasar yang membedakan dan mengatur ilmu tersebut sesuai dengan
logika internal atau prinsip-prinsip kronologis.
profesional, guru harus (1) menjalankan secara efektif kurikulum yang telah
disusun; (2) mengajarkan pendidikan Barat tradisional dan nilai-nilai patriotisme,
kerja keras, usaha, disiplin, saling menghormati dan menghargai; (3) mengelola
kelas secara efisien, efektif, dan adil bijaksana; (4) mempromosikan siswa atas
dasar prestasi, bukan berdasar pertimbangan sosial.
2. Perenialisme
Perenialisme memiliki kesamaan dengan prinsip esensialisme dimana aliran
ini juga menggunakan ilmu pengetahuan dasar untuk menstransmisi warisan
budaya pada siswa.
universal dan otentik dalam setiap periode sejarah dan di setiap tempat dan
budaya. Tujuan utama pendidikan adalah membawa tiap generasi mengenal
kebenaran dengan cara melatih dan menumbuhkan rasionalitas pada tiap orang.
Perenialisme berakar dari realisme dan idealisme. Namun, tokoh perenialime
seperti Jacques Maritain, Robert Hutchins, dan Mortimer Adler mendasarkan teori
pendidikan mereka pada teori realisme Aristoteles. Menurut pendapat mereka,
peran sekolah adalah mengembangkan intelektual siswa. Mereka menentang
adanya pendidikan vokasi karena mereka berpendapat perusahaan akan
10
para
penganut
perenialisme,
peran
utama
sekolah
adalah
kemampuan akademis yang unggul agar mampu menjadi mentor intelektual dan
model bagi para siswanya.
3. Progresivisme
Progresivisme berasal dari gerakan perubahan di masyarakat Amerika dan
kehidupan politik pada akhir abad kesembilanbelas dan awal abad duapuluh.
Meskipun para penganut progresivisme ini menentang pedidikan tradisional dan
mengiginkan reformasi dibidang pendidikan, namun mereka tidak memiliki
kesepakatan tentang bagaimana perubahan tersebut akan dilakukan. Beberapa
tokoh aliran progresivisme antara lain Marrieta Johnson, William H. Kilpatrick,
dan G. Standley Hall menentang metode pengajaran menghafal dalam belajar dan
manajemen kelas yang otoriter.
Asosiasi Pendidikan Progresivisme (The Progressive Education Association)
menentang (1) guru yang otoriter, (2) pengajaran berbasis teks, (3) memorisasi
pasif dari informasi faktual, (4) pemisahan sekolah dari kehidupan masyarakat,
dan (5) penggunaan tindakan kekerasan baik fisik maupun psikologis dalam
mengelola kelas. Para penganut progresivisme ini menyarankan bahwa (1) siswa
harus diberikan kebebasan untuk berkembang secara alami, (2) minat, yang
didukung oleh pengalaman langsung, merupakan stimulus terbaik dalam belajar,
(3) guru harus menjadi fasilatator dalam belajar, (4) hubungan antara kehidupan
11
sekolah dan lingkugan rumah harus direkatkan, dan (5) sekolah yang progresif
harus menjadi wadah bagi siswa untuk bereksperimentasi.
Bagi para penganut aliran progresivisme, pengetahuan merupakan sarana/alat
yang melakukan sesuatu atau menciptakan sesuatu. Walaupun pengetahuan
berasal dari berbagai sumberdari buku, pengalaman, para ahli, perpustakaan,
dan internetpengetahuan tersebut menjadi bermakna pada saat digunakan
sebagai sarana untuk mencapai tujuan.
12
13
serta dalam dialog kritis yang berkenaan dengan masalah-masalah politik, sosial,
ekonomi, dan pendidikan.
BAB III
PEMBAHASAN
Bagian ini memberikan informasi tentang perbandingan filsafat pendidikan yang
digunakan di Amerika Serikat dengan filsafat pendidikan yang digunakan di
Indonesia. Filsafat pendidikan yang digunakan di Amerika Serikat telah dijelaskan
secara sistematis pada bab II dari laporan ini, sedangkan filsafat pendidikan yang
digunakan di Indonesaia adalah filsafat pendidikan Pancasila. Dengan mengetahui
perbandingan antara filsafat pedidikan ini akan terlihat secara jelas persamaan dan
perbedaan landasan filsafat pendidikan yang digunakan.
A. Filsafat Pendidikan di Indonesia
1. Filsafat Pendidikan Pancasila
a. Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa
Pancasila secara umum merupakan filsafat hidup bangsa Indonesia. Hal ini
terlihat dalam ketetapan MPR Nomor 11/MPR/1978, pancasila adalah jiwa dan
seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa indonesia, pandangan bangsa
indonesia dan dasar negara. Sehingga sangatlah wajar jika Pancasila dikatakan
sebagai filsafat hidup bangsa karena, menurut Syam (1983:346) nilai-nilai dasar
dalam sosio budaya Indonesia hidup dan berkembang sejak awal peradabannya
dan nilai-nilai ini telah berabad lamanya mengakar pada kehidupan bangsa
indonesia:
Kesadaran ketuhanan dan kesadaran keagamaan secara sederhana.
Kesadaran kekeluargaan, di mana cinta dan keluarga sebagai dasar dan
kodrat terbentuknya masyarakat dan sinambungnya generasi.
Kesadaran musyaawarah mufakat dalam menetapkan kehendak bersama.
Kesadaran gotong royong, tolong-menolong.
Kesadaran tenggang rasa, atau tepo seliro, sebagai semangat kekeluargaan
dan kebersamaan, hormat demi keutuhan, kerukunan dan kekeluargaan
dalam kebersamaan
14
15
16
sebagai
pandangan
hidup
dan
kepribadian
bangsa
kehidupan
sehari-hari
dan
untuk menerapkan
sila-silanya
diperlukan pemikiran yang sungguh-sungguh mengenai bagaimana nilainilai pancasila itu dapat dilaksanakan. Oleh karena itu, tentunya
pendidikanlah yang berperan utama.
e. Filsafat Pendidikan Pancasila dalam Tinjauan Trilogi Ilmu Pengetahuan (Jalaludin
dan Idi, 2007: 172-181)
1) Ontologi (metafisika)
17
2) Epistemologi
(value). Nilai tidak akan timbul karena manusia mempunyai bahasa yang
digunakan dalam pergaulan sehari-hari. Jadi, masyarakat menjadi wadah
timbulnya nilai.Dikatakan mempunyai nilai, apabila berguna, benar (logis),
bermoral dan etis.Dengan demikian, dapat pula dibedakan nilai materiil dan
spiritual. Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara memiliki nilainilai: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Nilai
ideal, materiil, spiritual dan nilai positif dan juga nilai logis, estetika, etis,
sosial dan religius. Dengan demikian Pancasila syarat akan nilai.
18
BAB IV
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
dapat
dipertanggungjawabkan
secara
pendidikan
dengan
belum
19
20
memiliki teori tentang pendidikan guru dan tenaga kependidikan. Hal ini
bisa terlihat dari kualitas lulusan yang rata-rata belum memahami akan
filsafat dan teori pendidikan yang mereka anut dalam kegiatan belajar
mengajar.
disekolah.
Dalam ranah pengembangan kurikulum, para pengembang kurikulum dan
pendidik
dalam
mengkonstruksi
kurikulum
pedidikan
harus
21
DAFTAR PUSTAKA