Makalah Retinopati Diabetik FIX
Makalah Retinopati Diabetik FIX
KELOMPOK 6
030.08.289 Nadhratul Nadhira bt Zulkifli
030.08.290 Noor Ain bt Moho Hariri
030.08.061 Birri Ifkar
030.08.062 Boby Abdul Rahman
030.08.063 Cahyarani Wulansari
030.08.067 Chairunnisa
030.08.068 Cherlie Marsya
030.08.069 Christopher I Simatupang
030.08.073 Dedeh Asliah
030.08.074 Dessy Esa Sriyani
030.08.080 Dian Ichwani
030.08.081 Dian Rosa Ari Zona
BAB I
PENDAHULUAN
Retina manusia merupakan suatu struktur yang sangat terorganisasi, dengan kemampuan
untuk memulai pengolahan informasi penglihatan sebelum informasi tersebut ditransmisikan
melalui nervus opticus ke korteks visual. Struktur yang berlapis-lapis tersebut memngkinkan
lokalisasi fungsi atau gangguan fungsional pada suatu lapisan atau sekelompok sel.
Retinopati merupakan kelainan pada retina yang tidak disebabkan radang. Retinopati
terdapat pada hipertensi, diabetes mellitus, penyakit kolagen, anemia, penyakit Hodgkin, dan
keracunan monooksida.(1)
Retinopati diabetic adalah salah satu penyebab utama kebutaan di Negara-negara Barat,
terutama diantara individu usia produktif. Hiperglikemia kronik, hipertensi, hiperkolesterolemia,
dan merokok merupakan faktor risiko timbul dan berkembangnya retinopati. Orang muda dengan
diabetes tipe I (dependen-insulin) baru mengalami retinopati paling sedikit 3-5 tahun setelah
awitan penyakit sistemik ini. Pasien diabetes tipe II (tidak dependen insulin) dapat sudah
mengalami retinopati pada saat diagnosis ditegakkan, dan mungkin retinopati merupakan
manifestasi diabetes yang tampak saat itu. (2)
Retinopati hipertensi merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan kelainan pada
vaskuler retina pada penderita dengan peningkatan tekanan darah. kelainan ini banyak ditemukan
pada usia 40 tahun ke atas. Prevalensi retinopati hipertensi bervariasi antara 2%-15%. Data ini
berbeda dengan hasil studi epidemiologi yang dilakukan oleh Framingham Eye Study yang
mendapatkan hasil prevalensi rata-rata kurang dari 1%.
(3)
BAB II
LAPORAN KASUS
SESI 1
Identitas
Nama
Usia
Pekerjaan
Status
Alamat
: Ny. Suwati
: 53 tahun
: Guru
: Menikah
: Jl. Jambu no. 10 Jakarta Barat
Pada anamnesis didapatkan keluhan Penglihatan buram dikedua mata sudah berlangsung selama
6 bulan, dan semakin lama semakin parah. Buram dirasakan bila melihat jauh dan dekat. Mata
kiri lebih parah dari mata kanan. Kadang-kadang mata silau bila melihat cahaya yang terlalu
terang, tetapi saat malam hari juga pasien merasa tambah buram
SESI 2
Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan :
STATUS GENERALISATA:
KU
TB
: 158cm
BB : 70kg
: Afebris
: 76x/menit
Thorax
: Normal
Abdomen
: normal
Ekstremitas : normal
STATUS OFTALMOLOGIS
OD
OS
Visus
Normal
Palpebra
Normal
Normal
Konjungtiva
Normal
Jernih
Kornea
Jernih
Keruh, tipis
Lensa
Keruh, tipis
Jernih
Fundus media
berkelok-kelok
(-)
Soft exudates, flame shaped Retina
hemorrhages,
dot,
blot,
neovaskularisasi
15 mmHg
Tekanan intraocular
17 mmHg
Normal
Lapang pandang
BAB III
PEMBAHASAN
SESI 1
ANAMNESIS
I.
II.
III.
Identitas
Nama
: Ny. Suwati
Usia
: 53 tahun
Pekerjaan
: Guru
Status
: Menikah
Alamat
: Jl. Jambu no. 10 Jakarta Barat
Keluhan Utama : kedua penglihatan buram dan mata tenang
Riwayat Penyakit Sekarang:
- Penglihatan buram dikedua mata sudah berlangsung selama 6
-
IV.
PEMERIKSAAN
Pada pemeriksaan Gula Darah Puasa satu minggu yang lalu didapatkan hasil 165 mg/dl
Anamnesis Tambahan :
Riwayat Penyakit Sekarang
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2. Adakah riwayat trauma yang berhubungan langsung maupun tidak langsung pada mata?
6
Riwayat Keluarga
1. Apakah keluarga ada yang menderita penyakit yang sama?
Diagnosis Banding:
1. Retinopati Diabetik
Dasar masalah : -
diabetik
Adanya riwayat hipertensi 1 tahun terakhir ini pada pasien yang
2. Retinopati Hipertensi
Dasar Masalah : - Adanya riwayat hipertensi sejak 1 tahun terakhir
- Ditemukan keluhan pada pasien ini yaitu mata tenang dan
penurunan penglihatan secara perlahan
3. Glaukoma Sudut Terbuka fase Kronis (Glaukoma Simpleks)
Dasar masalah: - Adanya penurunan penglihatan secara perlahan dan mata tenang
- Adanya penyakit Diabetes mellitus dna hipertensi yang merupakan
-
4. Katarak Diabetik
Dasar masalah: - Terjadi pada usia tua (pasien ini berusia 53 tahun)
- Penglihatan menurun dan mata tenang
- Penglihatan memburuk dan adanya silau jika melihat cahaya yang
-
terlalu terang.
Riwayat menderita DM selama 8 tahun dan tidak terkontrol
Pemeriksaan Tambahan
1. Pemeriksaan visus mata
Yaitu pemeriksaan untuk melihat ketajaman mata dengan menggunakan kartu Snellen,
hitung jari, lambaian tangan, serta dengan lampu senter. Pada pasien ini dilakukan
7
pemeriksaan visus mata untuk memastikan nilai visus dari pasien yang menurut
anamnesis dikatakan tidak ada lensa sferis yang cocok dengan dirinya
2. Loup dengan Sentolop dan lampu celah (slitlamp)
Merupakan pemeriksaan dengan melakukan penyinaran pada mata. Dilakukan untuk
melihat kekeruhan lensa pada pasien ini dan menyokong diagnosis kearah diagnosis
banding yaitu Katarak Sensil (katarak yang terjadi pada usia tua).
3. Oftalmoskopi
Merupakan alat untuk melihat bagian dalam mata atau fundus okuli dan dilakukan di
ruangan yang gelap. Pada penderita Diabetes Melitus funduskopinya akan terlihat tandatanda khas yaitu adanya mikroangiopati (kerusakan pada arteriol, kapiler, dan venula),
hipervaskuler, oklusi, exudates, dan microvascular leakage (kebocoran plasma ke dalam
retina).
4. Pemeriksaan Kampimeter
Untuk mengetahui pemetaan lapang pandang pada pasien. Pemeriksaan ini diperlukan
untuk menilai progresivitas penyakit dan untuk menyingkirkan diagnosis banding dari
Glaukoma Sudut Terbuka fase Kronis karena pada penderita glaucoma biasanya
ditemukan adanya hasil lapang pandang yang menyempit.
5. Pemeriksaan Tonometer
Dilakukan untuk memeriksa tekanan intraokuler pada bola mata. Pemeriksaan ini
dilakukan pada pasien ini dengan tujuan untuk mengarah ke diagnosis Glaukoma Sudut
Terbuka fase Kronis.
SESI 2
PEMERIKSAAN FISIK
Pada perhitungan BMI dengan tinggi 158cm dan berat badan 70kg diperoleh hasil 28,11
Pemeriksaan
OD
Penjelasan
OS
Penjelasan
Mata
Visus
dikoreksi
Snellen
hanya dikoreksi
sampai baris ke
bukan
4,
refraksi
bukan
kelainan
kelainan refraksi
Palpebra
Normal
Normal
Konjungtiva
Normal
Normal
Kornea
Jernih
Normal
Jernih
Normal
Iris/Pupil
Bulat,
diameter Normal
Neovaskularisasi
Kelainan pada a.
3mm,
refleks
(+),
diameter sentralis
retina
cahaya
3mm,
refleks oleh
karena
direk/indirek +/+
cahaya
iskemik
direk/indirek +/+
menyebabkan
yang
hypoxia,
neovaskularisasi
sebagai
bentuk
kompensasi
Lensa
Keruh, tipis
Penderita
DM Keruh, tipis
Penderita
DM
terdapat
terdapat
akumulasi
akumulasi
sorbitol di lensa,
sorbitol di lensa,
yang
yang
menyebabkan
menyebabkan
hidrasi
tidak
hidrasi
tidak
teratur
dan
teratur
dan
perubahan
perubahan
protein
pada
protein
pada
jaringan
ikat
jaringan
ikat
menyebabkan
menyebabkan
lensa
lensa
menjadi
berkabut/keruh
menjadi
berkabut/keruh
9
Fundus media
Jernih
Normal
Perdarahan
Karena
Vitreous (+)
terbntuknya
neovaskularisasi
sampai ke rongga
viterus, dan sifat
neovaskularisasi
yang rapuh itu
menyebabkan
terjadinya
perdarahan
Papil
Neovaskularisasi
a/v
merupakan tanda
1/3;
vena yang
berkelok-kelok
neovaskularisasi
menunjukkan
vena darah
komplikasi berkelok-kelok
hipertensi,
vena
yang
terbentuk bersifat
rapuh dan mudah
berkelok karena
terjadi
dilatasi
perdarahan
pembuluh darah
Makula
Hard
exudates Karena
Hard
exudates Menunjukkan
(+), edema
permeabilitas
yang meningkat
yang meningkat
sehingga
sehingga
lipid
lipid
keluar
keluar
dan
menyebabkan
terjadinya edema
hard exudate
Retina
Soft
exudates, Soft
exudates Soft
flame-shaped
menunjukkan
hemorrhages,
telah
dot, blot
exudates, Soft
flame-shaped
terjadi hemorrhages,
flame-
exudates
menunjukkan
telah
terjadi
flame10
shaped
15 mmHg
Intraokular
Gerakan
hemorrhages
oleh
oleh
karena
a/v
yg
oklusi
Mata
hambatan
Lapang Pandang
Normal
karena
a/v
yg
menimbulkan
menimbulkan
perdarahan kecil
perdarahan kecil
Normal
Normal
(10-20 17 mmHg
mmHg)
Bola Tidak
shaped
hemorrhages
oklusi
Tekanan
neovaskularisasi
ada Normal
(10-20
mmHg)
Tidak
ada Normal
hambatan
-
Pemeriksaan Tambahan:
1. Pemeriksaan gula darah puasa dan HbA1C
Untuk mengetahui kadar gula darah pasien serta dapat membantu dalam tatalaksana
medikamentosa pasien dengan tujuan menurunkan gula darah pasien.
2. Pemeriksaan faal ginjal
Pemeriksaan ini dilakukan karena ginjal merupaka organ mikroangiopati seperti pada
retina, dan kerusakan pada ginjal dapat meningkatkan risiko terjadinya retinopati
diabetika.
Diagnosis Kerja
Retinopati Diabetik dengan komplikasi katarak bilateral :
OD : NPDR berat
OS : PDR fase high risk
Patofisiologi
11
Pada penderita diabetes mellitus dimana kadar gula darahnya melebihi normal, maka dapat
ditemukan penimbunan glikoprotein di sekitar pembuluh darah yang akhirnya penimbunan
glikoprotein tersebut akan membentuk lesi spesifik yang akan menyerang arteriol retina. Proses
itu akan menyebabkan daerah retina mengalami iskemia karena suplai oksigennya berkurang.
Akibat dari hipoksia daerah retina akan terjadi:
Arteriovenosus shunts yaitu arteri yang membantu kerja dari vena yang mengalami
kerusakan atau sebaliknya sehingga daerah retina yang mengalami iskemia tetap
permeabilitas pembuluh darah yang menyebabkan lipid keluar dari pembuluh darah sehingga
terbentuk exudates, perdarahan intraretina dan udema papil serta adanya kebocoran plasma yang
masuk ke dalam retina.
Perdarahan badan kaca terjadi pada retinopati diabetik tipe proliferatif karena terbentuk
neovaskularisasi pada retina hingga rongga vitreus. Pembuluh darah baru yang terbentuk akibat
proses neovaskularisasi tersebut tidak mempunyai struktur yang kuat dan mudah rapuh sehingga
mudah mengakibatkan perdarahan
Sedangkan terjadinya katarak diabetic pada pasien karena pada diabetes melitus terdapat
akumulasi sorbitol pada lensa yang menyebabkan hidrasi terganggu (tidak teratur) dan perubahan
protein pada jaringan ikat menyebabkan lensa menjadi berkabut atau keruh.(9)
Tatalaksana
Medikamentosa :
1. Melakukan diet rendah karbohidrat untuk menurunkan kadar gula darahnya yang tidak
terkontrol.
2. Melakukan diet rendah garam untuk mengatasi hipertensinya.
Medikamentosa:
1. Pemberian obat antidiabetik oral lini pertama pada penderita yaitu golongan biguanid
(metformin) dengan dosis 500-2550 mg/hari
12
2. Pemberian obat anti hipertensi golongan ACE inhibitor yaitu captopril dengan dosis
inisisasi 25 mg/2x/hari
3. Dirujuk ke dokter spesialis mata dengan harapan akan dilakukan:
-Vitrektomi yaitu jaringan ikat dalam badan kaca diangkat sehingga mengurangi
risiko komplikasi lanjut yaitu ablasio retina. Setelah darah dalam rongga vitreous
dikeluarkan, dilakukan pula fotokoagulasi laser.
-Fotokoagulasi panretina laser argon yang secara bermakna menurunkan
kemungkinan perdarahan massif korpus vitreum dan pelepasan retina dengan cara
menimbulkan regresi dan pada sebagian kasus dapat menghilangkan pembuluhpembuluh baru tersebut. Kemungkinan fotokoagulasi panretina laser argon ini
bekerja dengan mengurangi stimulus angiogenik dari retina yang
mengalami
iskemik.
Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad Fungsionam : OD : dubia ad bonam
OS : dubia ad malam
OS : dubia ad malam
Ad Visam
OS : dubia ad malam
: OD : dubia ad malam
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
RETINOPATI DIABETIK
Retinopati diabetic adalah kelainan retina yang ditemukan pada penderita diabetes
mellitus. Retinopati akibat diabetes mellitus yang lama berupa aneurisma, melebarnya vena,
perdarahan, dan eksudat lemak. Retinopati diabetes merupkan penyulit penyakit diabetes yang
13
paling penting. Hal ini disebabkan karena insidennya cukup tinggi yaitu mencapai 40-50%
penderita diabetes dan prognosisnya yang kurang baik terutama bagi penglihatan. (1)
Retinopati diabetes biasanya ditemukan bilateral, simetris dan progresif, dengan 3 bentuk :
1.
2.
3.
EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat terdapat kebutaan 5000 orang per tahun akibat retinopati diabetes,
sedangkan di Inggris retinopati diabetes merupakan penyebab kebutaan nomor 4 dari seluruh
penyebab kebutaan.
GEJALA KLINIS
Retinopati merupakan gejala diabetes melitus utama pada mata, dimana ditemukan pada
retina gejala objektif berupa :
1
Perdarahan dapat dalam bentuk titik, garis, dan bercak yang biasanya terletak
mikroaneurismata di polus posterior. Bentuk perdarahan ini merupakan prognosis
penyakit dimana perdarahan yang luas memberikan prognosis lebih buruk
disbanding kecil. Perdarahan terjadi akibat gangguan permeabilitas pada
mikroaneurisma, atau karena pecahnya kapiler.
14
Soft exudates yang sering disebut cotton wool patches merupakan iskemia retina.
Pada pemeriksaan oftalmoskopi akan terlihat bercak berwarna kuning bersifat
tifus dan berwarna putih. Biasanya terletak dibagian tepi daerah non irigasi dan
dihubungkan dengan iskemia retina.
Edema retina dengan tanda hilangnya gambaran retina terutama daerah macula
sehingga sangat mengganggu tajam penglihatan pasien.
Hiperlipidemia suatu keadaan yang sangat jarang, tanda ini akan segera hilang
bila diberikan pengobatan.
Kesulitan membaca
Penglihatan kabur
KLASIFIKASI
Berkaitan dengan prognosis dan pengobatan, maka retinopati diabetic dibagi menjadi :
(6,7,)
1. Retinopati diabetic non proliferatif atau dikenal juga dengan retinopati diabetic dasar
( Background Diabetic Retinopathy)
2. Retinopati Diabetik Proliferatif
PATOFISIOLOGI
1. Retinopati diabetic non proliferatif
Merupakan bentuk yang paling umum dijumpai dan menjadi bentuk klinis dari
hiperpermeabilitas dan inkompetens pembuluh yang terkena(7). Disebabkan oleh penyumbatan
dan kebococaran kapiler, mekanisme perubahannya tidak diketahui tapi telah diteliti adanya
perubahan endotel vaskuler (penebalan membran basalis dan hilangnya pericyte) dan gangguan
hemodinamik (pada sel darah merah dan agregasi platelet)
(8)
pada retina terbatas pada lapisan retina (intraretinal), terikat ke kutub posterior dan tidak
melebihi membrane internal.
Karakteristik pada jenis ini adalah dijumpainya mikroaneurisma multiple yang dibentuk
oleh kapiler-kapiler yang membentuk kantung-kantung kecil menonjol seperti titik-titik, vena
16
retina mengalami dilatasi dan berkelok-kelok, bercak perdarahan intraretinal. Perdarahan dapat
terjadi pada semua lapisan retina dan berbentuk nyala api karena lokasinya didalam lapisan serat
saraf yang berorientasi horizontal. Sedangkan perdarahan bentuk titik-titik atau bercak terletak di
lapisan retina yang lebih dalam tempat sel-sel akson berorientasi vertical.
17
yang
progresif akhirnya
merangsang
pembentukan
pembuluh-pembuluh
halus
(neovaskularisasi) yang sering terletak pada permukaan discus dan di tepi posterior zona perifer
disamping itu neovaskularisasi iris atau rubeosis iridis juga dapat terjadi. Pembuluh-pembuluh
baru yang rapuh berproliferasi dan menjadi meninggi apabila korpus vitreum mulai berkontraksi
menjauhi retina dan darah keluar dari pembuluh tersebut maka akan terjadi perdarahan massif
dan dapat timbul penurunan penglihatan mendadak.
Disamping itu jaringan neovaskularisasi yang meninggi ini dapat mengalami fibrosis dan
membentuk pita-pita fibrovaskular rapat yang menarik retina dan menimbulkan kontraksi terusmenerus pada korpus vitreum. Ini dapat menyebabkan pelepasan retina akibat traksi progresif
atau apabila terjadi robekan retina, menimbulkan ablasio retina regmatogenosa. Pelepasan retina
dapat didahului atau ditutupi oleh perdarahan korpus vitreum. Apabila kontraksi korpus vitreum
sempurna dimata tersebut, maka retinopati proliferatif cenderung masuk ke stadium involusional
atau burned-out.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk dapat membantu mendeteksi secara awal adanya edema macular pada retinopati
diabeteik non proliferatif dapat digunakan stereoscopic biomocroscopic menggunakan lensa +90
dioptri. Disamping itu Angiografi fluoresens juga sangat bermanfaat dalam mendeteksi kelainan
mikrovaskularisasi pada retinopati diabetic. Dijumpainya kelainan pada elektroretinografik juga
memiliki hubungan dengan keparahan retinopati dan dapat membantu memperkirakan
perkembangan retinopati.
PENATALAKSANAAN
Sejauh ini belum ada pengobatan yang spesifik dan efektif untuk mencegah
perkembangan retinopati diabetic.
18
A. Pencegahan
Suatu fakta dikemukakan bahwa insiden retinopati diabetic ini tergantung pada durasi
menderita diabetes melitus dan pengendaliannya. Hal sederhana yang terpenting yang dapat
dilakukan oleh penderita diabetes untuk dapat mencegah terjadinya retinopati adalah dengan
mengontrol gula darah, selain itu tekanan darah, masalah jantung, obesitas dan lainnya juga
harus dikendalikan dan diperhatikan.
B. Pengobatan
Fokus pengobatan bagi pasien retinopati diabetic non proliferatif tanpa edema makulah
adalah pengobatan terhadap hiperglikemia dan penyakit sistemik lainnya. Terapi laser argon
fokal terhadap titik-titik kebocoran retina pada pasien yang secara klinis menunjukkan edema
bermakna dapat memperkecil resiko penurunan penglihatan dan meningkatkan fungsi
penglihatan. Sedangkan mata dengan edema macula diabetic yang secara klinis tidak bermakna
maka biasanya hanya dipantau secara ketat tanpa terapi laser.
Untuk retinopati diabetic proliferatif biasanya diindikasikan pengobatan dengan
fotokoagulasi panretina laser argon yang secara bermakna menurunkan kemungkinan perdarahan
massif korpus vitreum dan pelepasan retina dengan cara menimbulkan regresi dan pada sebagian
kasus dapat menghilangkan pembuluh-pembuluh baru tersebut. Kemungkinan fotokoagulasi
panretina laser argon ini bekerja dengan mengurangi stimulus angiogenik dari retina yang
mengalami iskemik. Tekniknya berupa pembentukan luka-luka baker laser dalam jumlah sampai
ribuan yang tersebar berjarak teratur diseluruh retina, tidak mengenai bagian sentral yang
dibatasi oleh discus dan pembuluh vascular temporal utama.
Untuk penatalaksanaan konservatif penglihatan mononukular yang disebabkan oleh
perdarahan korpus vitreum diabetes pada pasien binocular adalah dengan membiarkan terjadinya
resolusi spontan dalam beberapa bulan.
Disamping itu peran bedahvitreoretina untuk retinopati diabetic proliferatif masih tetap
berkembang sebagai cara untuk mempertahankan atau memulihkan penglihatan yang baik.
19
PROGNOSIS
Pada mata yang mengalami edema macular dan iskemik yang bermakna akan memiliki
prognosa yang lebih jelek dengan atau tanpa terapi laser, daripada mata dengan edema dan
perfusi yang relatif baik.
BAB V
KESIMPULAN
20
Retinopati diabetik adalah kelainan retina yang paling sering ditemukan pada penderita
diabetes melitus. Pada retinopati diabetik sel-sel disekitar pembuluh darah retina yang tipis
(perisit) menghasilkan sorbitol dari suplai glukosa yang meningkat, sel membengkak, kemudian
mempersempit pembuluh darah. Dinding pembuluh darah menebal karena glikosilasi. Hal ini
yang menyebabkan iskemia jaringan, peningkatan permeabilitas vaskuler, pembentukan
pembuluh darah baru (neovaskularisasi) dan perdarahan. Perdarahan ini jika dibiarkan akan
memperkeruh badan kaca, sedangkan iskemia akan merusak retina sehingga pada akhirnya dapat
menyebabkan kebutaan.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S, Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 2010; p. 217
2. Riordan-Eva P, Whitcher John P. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Ed:17. Jakarta:
EGC. 2010; p.185-191.
3. Retinopati Hipertensi. Available at : http://belibis-a17.com/2010/04/08/retinopatihipertensi/. Accessed on March 16th, 2011.
21
4. Diabetic
retinopathy.
Available
at
:
http://www.kellogg.umich.edu/patientcare/conditions/diabetic.retinopathy.html. Accessed
on March 16th, 2011.
5. Diabetic
retinopathy.
Available
at
:
th
http://www.apagrafix.com/patiented/DiabeticRetinopathy. Accessed on March 16 , 2011.
6. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta : Widya Medika.
2000; p. 211-14
7. Nema HV. Text book of Opthalmology. Edition 4. New Delhi : Medical publisher. 2002;
p. 249-51
8. Freeman WR. Practical atlas of Retinal disease and therapy. Edition 2. Hongkong :
Lippincott-Raven. 1998; p. 199-213
9. Silbernagl S, Lang F. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta : Penerbit buku
Kedokteran EGC. 2007; p. 322
22