Anda di halaman 1dari 63

Oleh:

Viny Anadya Octaviana

Pembimbing Klinik:
dr. Dachruddin Ngatimin, Sp.M, M.Kes

Bagian Ilmu Penyakit Mata


Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako
BAB I PENDAHULUAN

Glaukoma adalah sekelompok neuropati


optik yang ditandai oleh degenerasi
progresif sel ganglion retina. Degenerasi
saraf ini menghasilkan cupping,
penampilan karakteristik yang terlihat
pada diskus optik dan menyebabkan
kehilangan penglihatan. Pada tahun 2010, di Asia Tenggara total
penderita dengan glaukoma berkisar 4,25
juta orang dengan populasi orang dengan
umur diatas 40 tahun adalah 178 juta
orang. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
Indonesia tahun 2013, prevalensi
kebutaan dari rentang umur 45 tahun
hingga lebih dari 75 tahun mengalami
peningkatan yang cukup tinggi1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Conjuntival
epithelium Conjuntiva
Loose vascular CT

Corneal
Ciliary epithelium
Body Sclera

Iris Cornea

Iris
Lens
C : Konjungtiva
S : Sklera
CSJ : Corneosclera Junction
SVS : Sinus Venosa Sclera
AC : Anterior Chamber
PC : Posterior Chamber
CM : Musculus Ciliaris
CP : Processus Ciliaris
CZ : Zonula Ciliaris
VC : Vitreus Chamber
L : Lensa
Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang
berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan
warna tersebut pada pupil penderita glaukoma.
Kelainan mata glaukoma ditandai dengan
meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil saraf
optic, dan menciutnya lapang pandang
Etiologi Glaukoma

• Glaukoma primer: tanpa faktor kontributor yang jelas


• Glaukoma sekunder:dengan faktor kontributor okular
atau akstra-okular yang jelas yang berhubungan
dengan peningkatan tekanan intraokular
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, responden yang pernah didiagnosis glaukoma
oleh tenaga kesehatan sebesar 0,46%, tertinggi di Provinsi DKI Jakarta (1,85%), berturut-turut
diikuti Provinsi Aceh (1,28%), Kepulauan Riau (1,26%), Sulawaesi Tengah (1,21%), Sumatera
Barat (1,14%) dan terensah di Provinsi Riau (0,04%).
• Glaukoma sudut terbuka (kronik)
• Glaukoma sudut tertutup (akut)
• Glaukoma kongenital
Glaukoma kongenital terjadi pada bayi dapat terjadi
akibat diturunkan. Saat lahir terdapat kelainan
perkembangan mata dengan pembesaran bola mata.
Bola mata besar dengan kornea keruh. Fotofobia,
blefarospasme, dan efifora
Glaukoma sekunder
Dapat disebabkan oleh:
• Perubahan lensa
• Kelainan uvea
• Trauma
• Bedah
• Rubeosis
• Steroid dan lainnya
• Glaukoma absolut
Glaukoma absolut merupakan stadium akhir
glaukoma (sempit/terbuka) dimana sudah terjadi
kebutaan total akibat tekanan bola mata
memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma
absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal,
papil atrofi dengan ekskavasi glaukomatosa, mata
keras seperti batu dan dengan rasa sakit.
Anamnesis

• Pada glaukoma kronis gejala gangguan penglihatan


sering kali tidak ada, kecuali pada kerusakan tahap
lanjut.
• Riwayat penyakit mata sebelumnya, termasuk status
refraksi (myopia, hipermetropia), trauma, serta
peradangan mata sebagai kausa glaukoma sekunder.
• Riwayat keluarga untuk glaukoma dan hipertensi
intraocular
• Riwayat penyakit sebelumnya: trauma kepala,
kelainan intra-kranial (dapat mengakibatkan atrofi
nervus optikus), diabetes, hipertensi sistemik, dan
penyakit kardiovaskular (faktor risiko glaukoma)
• Riwayat penggunaan obat-obatan saat ini:
penggunaan steroid (termasuk sediaan untuk kulit
dan inhalasi), penggunaan beta bloker oral yang
dapat menurunkan TIO.
Pemeriksaan TIO

• Tonometer Schiozt
• Tonometer Aplanasi
• Non Contact Air-Puff Tonometry
• Tonometri Digital
Pemeriksaan Penunjang

• Gonioskopi
• Funduskopi
• Beta 1: Betaxolol larutan 0.5%, suspension 0.25%,
2/hari, 12-18 jam
• Beta 1 dan Beta 2:
– Timolol, larutan 0.25%, 0.5%, gel 0.25%, 0.5%, 1-
2/hari, 12-24 jam
– Levobunolol, larutan 0.25%, 1-2/hari, 12-24 jam
Karbonik anhidrase inhibitor sistemik:
• Acetazolamide, 250 mg tablet, ½-4 tablet/hari, 6-12
jam
• Topical carbonic anhydrase inhibitors: dorzolamide,
larutan 2%, 2-3/hari, 8-12 jam. Brinzolamide,
suspension 1%, 2-3/hari, 8-12 jam
Meningkatkan pengeluaran akuoshumor dari mata
melalui anyaman trabekulum
• Miotika-parasimpatomimetika langsung
• Pilocarpine, larutan 0.5%, 1%, 2%, 3%, 4%, 6%, 2-
4/hari, 4-12 jam
• Carbachol, larutan 1.5%, 3%, 2-4/hari, 4-12 jam
• Obat Adrenergik- dapat meningkatkan keluarnya
akuos humor melaluio saluran uveo-sklera:
dipivefrine, lauran 0.1%, 2/hari, 12-18 jam
Meningkatkan pengeluaran akuos melalui uveo
sclera yang tidak umum
• Lipid-receptor agonis
• Latanoprost, 0.005%, 1x/hari, 24-36 jam
• Travoprost, 0.004%, 1x/hari, 24-36 jam
• Bimatoprost, 0.03%, 1x/hari, 24-36 jam
• Unoprostone, 0.15%, 1x/hari, 12-18 jam
Prognosis sangat tergantung pada penemuan dan
pengobatan dini. Pembedahan tidak seluruhnya
menjamin kesembuhan mata. Pada glaukoma
simpleks ditemukan perjalanan penyakit yang lama
kana tetpai berjalan terus sampai berakhir dengan
kebutaan yang disebut sebagai glaukoma absolute.
Karena perjalanan penyakit demikian maka glaukoma
simpleks disebut sebagai maling penglihatan.
BAB III LAPORAN KASUS
IDENTITAS
• Nama : Ny. MS
• Umur : 67 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Agama : Islam
• Pekerjaan : IRT
• Alamat : Ampibabo

ANAMNESIS
Keluhan Utama :
• Mata kiri penglihatan kabur
Riwayat Penyakit Sekarang :
• Keluhan mata kiri kabur dirasakan sejak ± 1 tahun
yang lalu. Penglihatan kabur dirasakan perlahan-
lahan. Pasien juga mengeluhkan adanya rasa perih
dan nyeri. Keluhan tersebut diperberat apabila
pasien menunduk. Pasien juga mengeluhkan
berpenglihatan silau dan berpenglihatan kabut.
Kadang-kadang mata pasien berwarna merah.
• Riwayat Penyakit Mata Sebelumnya :
Tidak ada
• Riwayat Penyakit Lain :
Tidak ada
• Riwayat Trauma :
Pasien memiliki riwayat mata kirinya terbentur batu
sebelum ada keluhan tersebut.
• Riwayat Penyakit Mata dalam Keluarga :
Tidak ada yang menderita penyakit mata dalam keluarga
dan juga tidak ada yang menggunakan kacamata dalam
keluarga.
Pemeriksaan Fisik

Status Generalis :
• Keadaan Umum : Sakit sedang
• Kesadaran : Composmentis
Status Oftalmologi
Status Oftalmologi OD OS
Status Oftalmologi OD OS
Status Oftalmologi OD OS
Status Oftalmologi OD OS
• Status Lokalis:
Regio OS: Tampak bilik mata depan dengan kedalaman normal.
Pupil tampak dilatasi. Lensa keruh. Tampak pteregium dari arah
nasal derajat 2, yaitu melewati limbus.
OS

Pemeriksaan TIO
• TIOD : 14.2 mmHg (NCT)
• TIOS: 20.8 mmHg (NCT)
Resume

Pasien perempuan (67 Tahun) datang ke Poliklinik


Mata RSUD Anuntaloko dengan keluhan mata kiri
terasa kabur dirasakan sejak ± 1 tahun yang lalu.
Penglihatan kabur dirasakan perlahan-lahan. Pasien
juga mengeluhkan mata perih (+), nyeri (+). Keluhan
diperberat apabila pasien menunduk. Terdapat
keluhan berpenglihatan silau dan berkabut, serta
kadang-kadang mata pasien merah. Mata kiri pasien
riwayat terbentur batu sebelum ada keluhan
tersebut.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien KU:
Sedang, Kesadaran: komposmentis. Pemeriksaan
Status Oftalmologis ditemukan OS Visus 2/60, lapang
pandang tes konfrontasi menyempit, palpasi digital
N+1. Pemeriksaan TIOS didapatkan 20.8 mmHg
(NCT). Status Lokalis Regio OS, tampak bilik mata
depan dengan kedalaman normal. Pupil tampak
dilatasi. Lensa keruh. Tampak pteregium dari arah
nasal derajat 2, yaitu melewati limbus.
• DIAGNOSIS
OS Glaukoma Sekunder

• PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
• Beta Blocker
Topikal  Timoftal 2 x 1 gtt OS
• Inhibitor anhidrase karbonat
Oral  Glaucon 3 x 250 mg
• Kalium
Oral  KSR 1 x 1 tab

• Non medikamentosa
Memberikan Edukasi : Banyak mengkonsumsi buah pisang
untuk mencegah hipokalemia.
• PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanam : dubia ad malam
Quo ad functionam : malam
Dokumentasi Pasien
BAB IV PEMBAHASAN

Kasus ini didiagnosis dengan OS glaukoma sekunder,


didiagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis didapatkan
pasien masuk ke Poli Mata Rumah Sakit Anuntaloko
dengan keluhan penglihatan kabur, pasien merasa kabur
sejak 1 tahun yang lalu. Penglihatan kabur dirasakan
pada salah satu matanya yaitu pada mata kiri.
Penglihatan kabur dirasakan perlahan-lahan. Pasien juga
mengeluhkan nyeri dan perih pada mata kirinya. Keluhan
tersebut memberat jika pasien menunduk. Selain itu
pasien juga berpenglihatan kabut dan silau. Pasien
memiliki riwayat terbentur batu pada bagian mata
kirinya.
Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
didapatkan Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien
KU: Sedang, kesadaran: composmentis. Pemeriksaan
Status Oftalmologis ditemukan OS Visus 2/60, lapang
pandang tes konfrontasi menyempit, palpasi digital
N+1. Pemeriksaan TIOS didapatkan 20.8 mmHg.
Status Lokalis Regio OS, tampak bilik mata depan
dengan kedalaman normal. Lensa jernih. Tampak
pteregium dari arah nasal derajat 2, yaitu melewati
limbus.
Pada pasien dilakukan penatalaksanaan
medikamentosa topikal berupa Timoftal Eye drops 2
x 1 gtt OS, oral berupa Glaucon 3 x 250 mg, dan oral
berupa KSR 1 x 600 mg. Untuk non medikamentosa
memberikan edukasi : mengonsumsi buah pisang
untuk mencegah hipokalemia.
Golongan obat beta-bloker yaitu Timoftal yang berisi
timolol berfungsi untuk mengurangi sekresi aquos
humor dari epitel badan siliar. Glaucon mengandung
asetazolamid yang merupakan golongan obat
inhibitor karbonat anhidrase, berfungsi sebagai
mengurangi sekresi aquos humor karena tidak
adanya HCO3-. KSR merupakan kalium klorida untuk
mencegah hipokalemia dari efek samping Glaucon.
Prognosis pada pasien dubia ad malam dimana pada
kasus glaukoma pasien hanya diberikan
penatalaksanaan secara simptomatik untuk
menurunkan tekanan intraokular.

Anda mungkin juga menyukai