Chapter II 3
Chapter II 3
TINJAUAN PUSTAKA
2 .1 Angular Cheilitis
Angular cheilitis merupakan inflamasi akut atau kronis pada sudut mulut yang
ditandai dengan adanya fisur-fisur, retak-retak pada sudut bibir, berwarna kemerahan,
mengalami ulserasi disertai rasa terbakar, nyeri dan rasa kering pada sudut mulut.
Pada kasus yang parah, retakan tersebut dapat berdarah ketika membuka mulut dan
menimbulkan ulser dangkal atau krusta.6,7
Menurut Stannus, lesi ini ditandai dengan adanya fisur-fisur dan eritema pada
sudut mulut yang menyebar sampai ke bawah bibir dan kemungkinan meluas ke
mukosa pipi. Angular cheilitis memiliki nama lain perleche, angular cheilosis dan
angular stomatitis. Istilah perleche sebenarnya digunakan untuk angular cheilitis
yang
disebabkan
defisiensi
vitamin
B kompleks,
namun sekarang
telah
dengan defisiensi asam folat, atau lidah ungu kemerahan (reddish-purple depapillated
tounge) pada defisiensi vitamin B. Angular cheilitis yang disertai alopesia, diare dan
ulserasi oral non-spesifik yang biasanya terdapat di lidah dan mukosa bukal, dapat
diduga dikarenakan defisiensi seng.11,12
masyarakat yang tidak sesuai dengan praktek mengenai cara pemberian makanan
yang benar.17
Defisiensi nutrisi pada anak dapat dinilai dengan mengukur lingkaran lengan
atas (LLA). LLA mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot, dapat
digunakan untuk identifikasi anak dengan gangguan gizi atau pertumbuhan.
Keuntungan penggunaan LLA ini adalah alatnya murah, dapat dibuat sendiri, mudah
dibawa dan cepat penggunaannya.18
6
17.3
17.3
15.6
15.5
13.8
13.8
12.1
12.1
10.4
10.4
7
17.8
17.8
16.0
16.0
14.2
14.2
12.5
12.5
10.7
10.7
8
18.4
18.4
16.5
16.6
14.7
14.7
12.9
12.9
11.0
11.1
9
19.0
19.1
17.1
17.2
15.2
15.3
13.3
13.4
11.4
11.5
10
19.7
19.9
17.7
17.9
15.8
15.9
13.8
13.9
11.8
11.9
11
20.4
20.7
18.4
18.6
16.3
16.7
14.3
14.5
12.2
12.4
12
21.2
21.5
19.1
19.3
16.9
17.2
14.8
15.0
12.7
12.9
13
22.2
22.4
20.0
20.2
17.7
17.9
15.5
15.7
13.3
13.4
14
23.2
23.2
20.9
20.9
18.6
18.5
16.3
16.2
13.9
13.9
15
25.0
24.4
22.5
20.0
20.0
19.5
17.5
17.1
15.0
14.6
16
26.0
24.7
23.4
22.2
20.8
19.7
18.2
17.3
15.6
14.8
17
26.8
24.9
24.1
22.3
21.4
19.9
18.8
17.4
16.1
15.5
(Dikutip dari: "The assessment of nutritional status of the community" oleh Jelliffe, WHO
1966)18
Usia
(thn)
Nilai pada kolom Baku dan 90% Baku merupakan parameter LLA yang
dimana menunjukkan status gizi yang baik. Nilai pada kolom 80% Baku, 70% Baku,
60% Baku menunjukkan status kekurangan gizi. Kolom 80% Baku merupakan
kekurangan nutrisi cukup. Kolom 70% Baku merupakan kekurangan nutrisi sedang
dan kolom 60% Baku merupakan parameter kekurangan nutrisi buruk. Pada setiap
tingkatan status gizi tersebut dibedakan ukuran untuk anak laki-laki dan perempuan.18
pantangan dalam keluarga atau anggapan bahwa status anak perempuan lebih rendah
daripada anak laki-laki. Selain itu, terdapat beberapa budaya di masyarakat yang
dianggap baik oleh masyarakat padahal budaya tersebut justru menurunkan kesehatan
anak. Sebagai contoh, anak yang badannya panas akan dibawa ke dukun dengan
keyakinan terjadi kesurupan, kebiasaan memberikan pisang pada bayi baru lahir
dengan anggapan anak cepat besar dan berkembang, atau anak tidak boleh makan
daging dan telur karena dapat menimbulkan penyakit cacingan. Berbagai contoh
budaya yang ada dalam masyarakat tersebut sangat besar mempengaruhi derajat
kesehatan anak, mengingat anak pada usia sekolah merupakan pada masa
pertumbuhan dan perkembangan yang tentunya memerlukan nutrisi yang cukup.23
Ketaatan beragama juga berpengaruh penting dalam kebiasaan makan bagi
pemeluk agama tertentu. Dilaporkan bahwa pembatasan pola makan atau makanan
pantangan diterapkan oleh 80-95% kelompok populasi yang berasal dari Asia.
Kelompok utamanya ialah umat Muslim, Hindu, Adven dan Sikh. Ketaatan pada
praktek beragama sebagai bagian dari iman memiliki peran yang penting dalam
mempengaruhi status gizi anak dalam keluarga.24
Dalam kuesioner, pengaruh adat dan budaya dapat diketahui berupa frekuensi
subjek dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan, apakah menggunakan pelayanan
dukun atau puskesmas dan rumah sakit. Dilakukan juga penilaian prinsip diet atau
makanan pantangan yang dianut dalam keluarga dan jenis makanan yang termasuk
dalam diet tersebut. Jika subjek memiliki prinsip diet atau makanan pantangan,
dalam kuesioner diberikan pilihan apakah makanan pantangan tersebut berasal dari
golongan karbohidrat, protein nabati, protein hewani, sayur-sayuran dan buahbuahan. Untuk setiap golongan disebutkan jenis makanan yang termasuk dalam diet
keluarga. Poin 4-5 menunjukkan pengaruh adat atau budaya yang tinggi. Poin 2-3
menunjukkan pengaruh adat sedang dan poin hanya 1 berarti pengaruh adat yang
rendah.
Tingkat
Sosial Ekonomi
Kebiasaan
atau pola
makan
Pengetahuan
Gizi
Pengaruh adat,
budaya dan
agama
Defisiensi Nutrisi
Defisiensi vitamin B
kompleks, asam folat dan
zat besi
Angular Cheilitis
Universitas Sumatera Utara