Anda di halaman 1dari 6

3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


Prosedur perawatan gigi sering kali menimbulkan suatu fobia pada pasien.
Dewasa ini, pada beberapa kasus pasien yang memiliki fobia terhadap prosedur
perawatan gigi telah dilakukan perawatan dengan menggunakan obat-obatan yang
bersifat sedatif. Namun tidak dipungkiri bahwa obat-obatan sedatif seringkali
beresiko invasif dan memiliki efek samping. Dengan adanya beberapa efek
samping tersebut diperlukan adanya suatu alternatif perawatan berupa hipnosis.
Hipnosis berlainan dengan tidur, hipnosis adalah metode formal terhadap
penggunaan teknik modifikasi perhatian, pengaturan napas, dan relaksasi otot
(McCready, 2008)..
2.1 Sejarah Hipnodonsia
Melalui pictograph dan tulisan-tulisan kuno lainnya dapat disimpulkan
bahwa hipnosis telah digunakan sejak zaman pra sejarah. Papirus Ebers di Mesir,
dokumen yang berusia 3000 tahun, mencatat bagaimana para pendeta Mesir
melakukan pengobatan. Dalam dokumen tersebut menjelaskan berbagai teknik
yang digunakan yang ternyata merupakan gambaran atas mekanisme kerja
hipnosis (Gunawan dalam Rudy, 2010).
Hipnosis modern dimulai pada abad ke delapan belas dengan penelitian
yang dilakukan oleh Mesmer, pada tahun 1775, dan mengembangkan prosedur
penyembuhan yang dikenal sebagai "magnetisme binatang" atau mesmerisme,
yang kemudian berganti nama menjadi hipnosis. Pada masa 50 tahun silam,
hipnosis telah mengalami kebangkitan, yang diawali pertama kali oleh dokter dan
dokter gigi dilanjutkan oleh para psikolog dan profesional kesehatan mental
lainnya. Sekarang, hipnosis deigunakan secara luas untuk mengobati kecanduan,
seperti merokok atau penggunaan narkoba, kontrol nyeri, dan untuk fobia, seperti
fobia pada perawatan gigi. Hipnosis dapat digunakan secara mandiri atau sebagai
pilihan alternatif dengan bentuk lain perawatan, seperti pengelolaan nyeri,
pengurangan pendarahan pada penderita hemofilia, stabilisasi gula darah pada

penderita diabetes, penurunan keparahan serangan asma, penyembuhan verucca,


menghilangkan rasa sakit pada kasus kulit terbakar, dan kontrol reaksi alergi
terhadap poison ivy dan makanan tertentu (Woobst dalam Rauch et. al., 2008).
Penggunaan hipnosis dalam kedokteran gigi, atau biasa disebut
hipnodonsia memiliki cerita yang panjang. Dokumentasi pertama hipnotisme di
kedokteran gigi pada tahun 1763, dan menggambarkan penggunaan "magnet"
untuk menyembuhkan sakit gigi. Pada tahun 1837, Oudet, seorang dokter gigi
Perancis, menggunakan hipnoanastesi untuk ekstraksi gigi dan merupakan salah
satu kasus yang pertama dilaporankan (Formestraux dalam Rauch et. al., 2008).
Seorang dokter Inggris, bekerja diseluruh penjara di India dan melakukan
lebih dari 3000 operasi tanpa menggunakan obat bius. Pada kondisi ini, 50%
pasien meninggal. Dengan melatih para asistennya dengan metode tertentu, laju
kematian dapat ditekan hingga hanya 5%. Pada hipnosis pendarahan dapat
diminimalkan sehingga tidak mengalami dehidrasi. Hipnosis membantu pada
pengembangan resistensi terhadap infeksi. Kasus pencabutan gigi menggunakan
hipnosis dilakukan pertama kali pada tahun 1823 (Gunawan dalam Rudy, 2010).
Laporan pertama di Jerman tentang ekstraksi gigi bawah hipnoanastesi
dapat ditemukan dalam buku Pfeffermann "Deskripsi Kedokteran Gigi secara
Keseluruhan". Dalam buku ini, penulis mendedikasikan satu bab bertemakan
"anestesi melalui hipnotisme ". Pada awal abad 20, fokus utama dari hipnosis
adalah pada mengurangi rasa sakit, tapi sejak itu spektrum indikasi untuk hipnosis
telah melas secara paralel dengan penggunaan hipnosis sebagai anestesi lokal
Pfeffermann dalam Rauch et. al., 2008).
2.2 Mekanisme Hipnodonsia
Psikiater Amerika, Milton Erickson (1901-1980), memiliki pengaruh besar
pada hipnosis kesehatan seperti yang telah dipraktekkannya saat ini. Metodenya
menggunakan sugesti dan saran oleh orang lain untuk mencapai anxiolysis,
relaksasi, analgesia, dan sebagainya selama pengobatan oleh dokter gigi atau
dokter. Meskipun tidak ada bukti ilmiah yang definitif bagaimana terjadinya trans

induksi, teknik Erickson berhasil mendorong hampir dari 90% pasien berbagai
negara mengalami trans (Erickson dalam Rauch et. al., 2008).

Gb 1. Mekanisme hipnodonsia di dalam otak manusia (Rudy, 2010).


Sebuah trans yang disebabkan oleh hipnosis melibatkan fisiomental serta
kondisi hati yang terfokus oleh aktivitas gelombang otak alpha dan harus disertai
oleh relaksasi mental dan fisik yang mendalam. Trans adalah sebuah fenomena
alam yang benar-benar dipraktekkan selama berabad-abad oleh banyak budaya di
seluruh dunia. Trans telah digunakan untuk penyembuhan diri atau untuk
menyembuhkan penyakit lainnya. Banyak penelitian hipnosis dan trans telah
dilakukan selama bertahun-tahun, termasuk dua habilitasi tesis terbaru yang
diselesaikan di Jerman tentang penerapan hipnosis dalam kedokteran gigi
(Bongartz dalam Rauch et. al., 2008).
Sebuah sesi hipnosis pada umumnya dimulai dengan prosedur induksi.
Induksi adalah proses mengantarkan pasien ke dalam tidur hipnotik. Pasien
diminta untuk memfokuskan matanya kepada titik tertentu, relaks, dan konsentrasi
kepada suara penghipnosis. Sugesti untuk relaks adalah bagian umum dari
prosedur induksi, seseorang dapat merespon secara positif terhadap sugesti.
Penghipnosis kemudian memberikan sugesti untuk relaksasi yang lebih lanjut,
perhatian terfokus, dan mata tertutup. Setelah mata tertutup, diberikan sugesti

mengenai pengalaman imajinatif yang bervariasi. Sugesti posthypnotic dapat


diberikan untuk respon yang mungkin timbul setelah hipnosis diakhiri, termasuk
posthypnotic amnesia, ketidakmampuan mengingat selama dihipnosis (Gunawan
dalam Rudy, 2010).
Hipnosis secara umum diinduksi dengan sugesti untuk relaksasi dan
bahkan tidur, walaupun aktivitas otak selama hipnosis lebih menyerupai seperti
dalam keadaan terjaga. Penelitian spesialisasi otak, dengan otak kiri teradaptasi
untuk mengorganisasi kejadian analitik dan otak kanan untuk nonanalitik,
berdasarkan spekulasi tersebut respon hipnosis terpengaruh oleh aktivitas otak
kanan. Penelitian yang melibatkan mekanisme perilaku dan elektrofisiologikal
telah terinterpretasi dengan indikasi peningkatan aktifitas hemisphere kanan otak
diantara individu dengan tingkat hipnosis yang tinggi (Gunawan dalam Rudy,
2010).
Bagian otak kanan atau right cerebral hemisphere adalah bagian otak yang
berpikir secara efektif dan relasional, memiliki karakter kualitatif, impulsive,
spiritual, holistic, emosional, artistic, kreatiif, subyektif, simbolis, imajinatif,
simultan, intuitif dan mengontrol gerak motorik bagian tubuh sebelah kiri.
Seseorang tidak akan kehilangan kesadarannya dan mengalami amnesia setelah
dihipnosis. Dalam keadaan hipnosis, pasien tidak berada dibawah kontrol
penghipnosis. Hipnosis bukanlah sesuatu yang mengenai seseorang, melainkan
sesuatu yang dilakukan oleh orang tersebut terhadap diri mereka (self hypnosis).
Penghipnosis hanya sebagai fasilitator untuk memandu mereka (Dionne dalam
Rudy, 2010).
Pola gelombang otak manusia terkategorikan oleh electroencephalograph
(EEG) yang diukur berdasarkan putaran per detik. Secara umum, aktifitas
hipnoterapi diarahkan pada menurunkan gelombang otak individu dari kondisi
sadar (beta) ke kondisi setengah sadar (alfa atau theta). Adapun kategori
gelombang otak adalah sebagai berikut Beta (14-25 Hz Normal) konsentrasi,
kewaspadaan, kesiagapan, pemahaman, kondisi yang lebih tnggi diasosiasikan
dengan kecemasan, ketidaknyamanan kondisi lawan/lari, Alfa (8-13 Hz Meditatif)
relaksasi, pembelajaran super, fokus, kondisi trance ringan, peningkatan produksi

serotonin, kondisi pra tidur, meditasi, awal mengakses pikiran bawah sadar
(unconscious), Theta (4-7 Hz Meditatif) tidur bermimpi (tidur REM/Rapid Eye
Movement),

peningkatan

produksi

catecholamines

(sangat

vital

untuk

pembelajaran dan ingatan), peningkatan kreatifitas, pengalaman emosional,


berpotensi terjadinya perubahan sikap, peningkatan pengingatan materi yang
dipelajari, hypnogogic imagery, meditasi mendalam, lebih dalam mengakses
pikiran bawah sadar (unconscious), Delta (0,5-3 Hz Tidur dalam) tidur tanpa
mimpi, pelepasan hormone pertumbuhan, kondisi non fisik, hilang kesadaran pada
sensasi fisik, akses ke pikiran bawah sadar (unconscious) dan memberikan sensasi
yang sangat mendalam ketika diinduksi dengan Holosinc (Dionne dalam Rudy,
2010).
Ketika gelombang otak menunjukkan keadaan beta, perhatian umumnya
mengarah keluar. Dalam keadaan alfa, perhatian mulai mengarah ke dalam. Dan
dalam keadaan theta dan delta, perhatian semakin jauh ke dalam. Perbedaan ini
menunjukkan bahwa semakin rendah gelombang otak, semakin terarah perhatian
seseorang pada pengalaman-pengalaman individual dan subyektif. Semakin dalam
perjalanan seseorang ke dunia bawah sadar, semakin kuat pikirannya dalam
mengotrol tubuh. Ini terjadi karena kekuatan-kekuatan yang ada dibawah sadar
naik ke kesadaran (Dionne dalam Rudy, 2010).
Efek samping lain pengobatan yang menyenangkan berdasarkan hipnosis
adalah distorsi waktu yang disebabkan oleh trans. Seorang pasien yang terhipnotis
persepsi subjektif waktu yang jauh lebih pendek daripada kenyataan. Misalnya,
pasien sering merespon bahwa sesi yang benar-benar diperlukan untuk perawatan
selama dua jam penuh, hanya berkisar 45 menit dalam diri pasien. Fakta unik ini
merupakan manfaat yang tidak bisa diremehkan, terutama untuk kedokteran gigi.
Penginduksian hipnosis tidak hanya tergantung pada bagaimana hipnotis
menginduksi trans, namun pada pasien kemauan dan kemampuan untuk bersantai
dan jatuh ke kondisi trans. Terlepas dari retorika bagaimana keterampilan dalam
menghipnotis seorang pasien dari kondisi diinduksi ke trans. Hipnotis harus
menggunakan kerangka komunikatif yang memungkinkan pasien untuk menerima
trans. Hal ini dapat dicapai pda orang lain, dengan menjelaskan mitos seputar

hipnosis, harapan pasien tentang bagaimana hipnosis dapat berfungsi, dan


kepercayaan pasien dalam kompetensi serta profesionalisme hipnotis (Rauch et.
al., 2008).
Hipnosis klinis merupakan seuatu tindakan noninvasif dan alternatif untuk
memperbaiki kondisi dan tingkat kenyamanan bagi pasien perawatan gigi. Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memvalidasi kepraktisan dan efektifitas
hipnosis secara rutin. Seperti penelitian untuk meningkatkan penerimaan hipnosis
oleh dokter gigi (Rauch et. al., 2008).

2.3 Hipnodonsia pada Perawatan Gigi Anak


Perawatan kedokteran gigi melibatkan wajah dan rongga mulut yang
berhubungan dengan tingginya tingkat stres secara fisik. Hal ini karena kepadatan
ekstrim dari saraf dan emosi yang intens terlibat dalam bidang pengobatan dan
fakta bahwa kedekatan fisik pasien dan dokter yang lebih dekat daripada normal.
Jhren dan Sartory, mengasumsikan bahwa hanya 20-30% dari semua pasien di
klinik dokter gigi yang bebas dari kecemasan. Studi internasional yang dilakukan
selama lima dekade terakhir telah menemukan bahwa 46-59% dari semua pasien
sangat khawatir selama perawatan gigi dan 27% dari semua pasien yang sangat
cemas. Selain itu, ditemukan bahwa 11% dari semua pasien dokter gigi menderita
fobia perawatan gigi yang cukup mendominasi kepribadian mereka untuk
menimbulkan suatu reaksi psikis yang parah (Johren dalam Rauch et. al., 2008).
Anak-anak merupakan individu yan sering mengalami kecemasan selama
perawatan gigi. Telah didapatkan bukti dari beberapa penelitian sebelumnya yang
telah dipublikasikan dan menunjukkan bahwa hipnosis dapat digunakan dalam
penatalaksanaan perilaku anak selama perawatan dan memberikan efek yang besar
(Al-Harasi et. al., 2010).
Teknik hipnosis sangat efektif pada anak berusia antara 8 dan 12 tahun
namun anak-anak berumur 4 tahun pun dapat bersikap responsif terhadap
hipnosis.. Sangat disayangkan bahwa hipnosis sebagai salah satu tambahan
prosedur didalam perawatan gigi anak umumnya kurang dimanfaatkan (Olness
dalam Al-Harasi et. al., 2010).

Anda mungkin juga menyukai