Anda di halaman 1dari 10

BERTAHAN DI TENGAH MODERNISASI (PENGRAJIN GERABAH DUSUN

PRECET DESA PLUMPUNGREJO KECAMATAN KADEMANGAN


KABUPATEN BLITAR TAHUN 1975-2014)
Dyah Ayu Hanis Zubaidah
Abstrak: Gerabah merupakan wujud kebudayaan manusia yang
ditemukan hampir diseluruh wilayah belahan dunia. Blitar sebagai
kota kecilpun memiliki sejarah tersendiri tentang gerabah, yang hingga
saat ini masih aktif diproduksi tepatnya di dusun Precet desa
Plumpungrejo. Beredarnya aneka ragam bentuk, model, maupun motif
gerabah saat ini, menunjukkan adanya perkembangan kreatifitas dan
inovasi pengrajin gerabah. Hal tersebut merupakan upaya para
pengrajin untuk menjaga eksistensinya di tengah modernisasi,
sehingga membentuk apa yang disebut dengan pola adaptasi dan
strategi bertahan.
Kata Kunci: Pengrajin Gerabah Precet, Pola Adaptasi, Strategi
Bertahan
Gerabah atau tembikar dalam kajian arkeologi memiliki peran yang cukup
penting. Gerabah selain dapat mengungkap unsur materi seperti bentuk, teknologi,
seni, material penyusun, juga segala yang dapat menggambarkan ide, kehidupan
sosial, maupun komunikasi dengan masyarakat lain. Menurut Widarto (1995:9)
Diperkirakan kerajinan gerabah ini berasal dari negeri Cina sekitar 4000 tahun
sebelum masehi. Awalnya orang membuat gerabah untuk peralatan rumah tangga,
misal kuali, tempayan, kendi dan lain-lain yang semuanya terbuat dari tanah liat.
Teknologi yang terus berkembang, juga turut menyumbangkan dampak
positif maupun negatif terhadap eksistensi pengrajin gerabah. Pola adaptasi dan
strategi bertahan yang baik akan membentuk eksistensi dari para pengrajin, dan
tumbang adalah hasil bagi mereka yang masih belum mampu beradaptasi di tengah
modernisasi seperti saat ini.

Dusun Precet ini berada di Desa Plumpungrejo, Kecamatan Kademangan


Kabupaten Blitar. Daerah ini merupakan salah satu kawasan pengrajin gerabah yang
cukup berkembang di kabupaten Blitar. Menurut Ember. C dan Melvin Ember dalam
T.O. Ihromi (1987:28) dijelaskan bahwa Tiap-tiap adat yang meningkatkan
ketahanan suatu masyarakat dalam lingkungan tertentu merupakan adat yang dapat
disesuaikan. Pada umumnya kebudayaan dikatan bersifat adaptif karena kebudayaan
itu melengkapi manusia dengan cara penyesuaian diri pada kebutuhan kebutuhan
fisiologis dari badan mereka sendiri.
Daerah ini menjadi daerah terbesar dengan jumlah pengrajin serta produksi
gerabah terbanyak di kabupaten Blitar. Berdasarkan kondisi tersebut munculah
permasalahan tentang pola adaptasi pengrajin gerabah Precet dalam tahun 1975-2014.
Pola adaptasi yang muncul tersebut memunculkan permasalahan lain yakni tentang
strategi bertahan yang terbentuk sebagai pengiringnya.
Pola Adaptasi Pengrajin Gerabah Precet
Pola Adaptasi

terhadap
Cuaca

Kondisi
Tanah

Kondisi Pasar

Penyesuaian Hasil Produk

Selera Konsumen

Pasar

A. Pola Adaptasi Terhadap Kondisi Alam dan Lingkungan.


Kondisi alam sering kali memaksa manusia untuk menyesuaikan diri dengan
segala keadaan yang dibentuknya. Kondisi alam, dalam hal ini adalah cuaca mampu
mempengaruhi cara kerja seseorang sehingga membentuk suatu pola adaptasi.
Berdasarkan fenomena yang terjadi di masyarakat, bukan hanya kondisi tubuh saja
yang dapat dipengaruhi oleh cuaca namun juga roda perekonomian.
Pengrajin gerabah Dusun Precet, juga mengalami kondisi yang sama sebagai
bentuk adaptasi terhadap kondisi cuaca. Apabila musim panas, mereka akan
memfokuskan dalam pembuatan gerabah dan sebaliknya pada musim penghujan
mereka akan menjadi buruh tani atau pekerjaan lainnya. Buruh tani atau bertani
merupakan alternative pekerjaan yang paling banyak dipilih pengrajin Precet karena
memang daerah ini merupakan daerah pedesaan. Setiadi, dkk (2010: 87) menjelaskan
terkait karakter masyarakat pedasaan sebagai masyarakat pertanian bahwa:
Penduduk masyarakat desa pada umumnya hidup dari pertanian atau
nelayan, meskipun demikian pekerjaan yang lain pun ada seperti
tukang kayu atau tukang batu. Sering ditemukan bukti, ketika musim
bertani datang, mereka yang bekerja di luar pertanian kembali bertani.
Mereka bekerja diluar pertanian hanya untuk sementara saja, ketika
pekerjaan bertani sedang dilakukan, mereka melakukan pekerjaan di
luar pertanian.
Menanggapi penjelasan tersebut, jika dilihat dari kondisi pengrajin gerabah
Precet yang merupakan masyarakat pedesaan dapat dikatakan bahwa penjelasan
tersebut dapat dibenarkan. Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa ketika musim
bertani maka mereka (masyarakat pedesaan) akan kembali bertani karena pekerjaan
lainnya tersebut hanyalah dilakukan sementara. Pola adaptasi ini bisa digambarkan
bahwa untuk menyesuaikan dengan alam dan cuaca, pengrajin memanfaatkan

musim kemarau untuk membuat gerabah. Pada saat musim penghujan akan memaksa
mereka untuk menemukan alternatife mata pencaharian yang baru.
Berdasarkan data dari BPS kabupaten Blitar tahun 2013, disebutkan bahwa
kecamatan kademangan memiliki potensi di sektor penggalian khususnya batu kapur
yang industri pengolahannya ada di setiap desa/kelurahan. Hasil tambang lainnya
yaitu: kaolin, fetsper, batu kali, pasir, tanah liat, tanah lempung dan ball clay. Hasil
tambang yang dihasilkan atau yang dimiliki Kecamatan Kademangan tersebut
sebagian besar merupakan bahan baku untuk membuat gerabah maupun keramik.
Berdasarkan keterangan BPS Kabupaten Blitar, diketahui bahwa jenis tanah
Blitar selatan adalah Grumosol. Tanah grumusol merupakan batu-batuan endapan
yang berkapur di daerah bukit maupun gunung yang bersifat tandus dan kurang
subur sehingga menyebabkan sektor pertanian tidak begitu baik di banding wilayah
utara. Sutanto (2005:145) menjelaskan bahwa Tanah grumosol adalah tanah yang
memiliki ciri tekstur lempung, tanpa horizon eluvial dan iluvial. Struktur lapisan
atas granuler, sedangkan pada lapisan bawah mengandung kapur, mengalami
kembang kerut, konsesten sangat kuat, bahan induk berkapur dan berlempung
sehingga kedap air. hal tersebutlah yang mendukung terciptanya masyarakat
sebagai pengrajin gerabah di kawasan tersebut.
B. Pola Adaptasi Terhadap Pasar
Secara sederhana, pasar dapat diartikan sebagai tempat bertemunya penjual
dan pembeli, atau tepatnya adalah tempat penjual yang ingin menukar barang atau
jasa dengan uang, dan pembeli yang ingin menukar uang dengan barang atau jasa.
Sedangkan menurut Miller dan Meiners (1993:5), Pasar adalah suatu sistem

mengalokasikan sumber daya dan menyiratkan informasi tentang nilai-nilai relative


mereka. Selain hal tersebut dijelaskan pula bahwa pasar merupakan sistem yang
mendistribusikan pendapatan sesuai dengan jumlah dan nilai pasar sumber daya yang
dimiliki. kemampuan membaca peluang cukup diperlukan pada masalah ini.
pengrajin gerabah Precet, akan menambah jumlah produksi cowek pada bulan
Maulud. Kondisi tersebut terjadi karena terdapatnya peningkatan jumlah permintaan
di daerah Malang. Kebutuhan sehari-hari akan dicukupi dengan gerabah jenis lainnya.
Di era modernisasi yang menuntut adanya inovasi dan kreatifitas, turut
memacu pengrajin gerabah Precet, satu diantaranya adalah Bapak Sumadi. Beliau
memproduksi apa yang disebut gerabah antik. Gerabah tersebut dipasarkan hingga
keluar pulau jawa seperti Kalimantan dan Sumatra.
Strategi Bertahan Pengrajin Gerabah Precet
Strategi bertahan merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk menjaga
eksistensi baik dari kerajinan gerabah maupun dari pengrajin gerabah itu sendiri.
Strategi ini perlu diterapkan untuk menyiasati agar pengrajin gerbah ini mampu
bersaing di tengah modernisasi. Keturunan dalam silsilah keluarga ini, adalah salah
satu strategi bertahan yang membentuk eksistensi pengrajin gerabah.Kemampuan
membuat gerabah ini diwariskan secara turun-temurun.
Di era modernisasi ini, banyak sekali ancaman dan tantangan yang harus
dihadapi oleh pengrajin gerabah diantaranya:
1. Perkembangan masyarakat yang semakin modern
2. Konsumen cenderung memilih barang yang awet dengan harga murah

3. Maraknya produk-produk berbahan alumunium dan plastic


4. Tradisi sebagai salah satu kekuatan dari pengrajin untuk b ertahan kini mulai
kurang mengikat
5. Ketatnya persaingan pasar yang tidak hanya dari dalam negeri namun juga
dari luar negeri.
Gerabah merupakan produk yang memiliki bermacam-macam jenis dengan nama dan
fungsi yang berbeda-beda. Sebutan untuk nama jenis gerabah sendiri dimasingmasing daerah berbeda.
Jenis Gerabah Beserta Fungsi, Kelebihan dan Kekurangan
Nama

Fungsi

Kelebihan

Kelemahan

Anglo

Membakar sesaji. Sekarang


digunakan untuk
penghangat makanan yang
dijual dengan cara
berkeliling dan disajikan
waktu hangat atau panas.

Memiliki makna religi


yang kuat. Bisa
menghangatkan produk
jualan keliling dengan
Mudah pecah
biaya yang
murah/hemat, mengikat
cita rasa makanan.

Gendok

Sebagai tempat meletakkan


plazenta bayi yang baru
lahir

Mengandung nilai
tradisi

Genthong

Genuk

Kendi

Kendil

Sebagai tempat menyimpan Air terasa sejuk dan


air
segar
Sebagai tempat menyimpan Tidak mudah dimasuki
beras
hewan seperti tikus.
Sebagai tempat minum
Ukuran besar sebagai
air bisa menjadi lebih
tempat air minum
sehat dan segar.
sedangkan yang ukuran
Sebagai perlengkapan
kecil untuk perlengkapan
sesajian mengandung
sesajian
nilai tradisi
Sebagai tempat memasak
Lebih sehat
nasi

Mudah pecah
Sering keluar
cacing di
dasar
genthong
Mudah pecah

Mudah
berlumut

Nasi mudah
mengerak

atau lengket
di dalam
Menjaga kualitas rasa
masakan. Menambah
cita rasa

Kurang
praktis

Menjaga agar tidak


mudah goyah

Mudah pecah

Kuwali

Untuk memasak sayur

Menjaga kualitas rasa


dan menambah cita
rasa

Mudah pecah

Padhasan

Sebagai tempat menyimpan Menampung air dan


air berwudhu
bisa seperti pancuran

Mudah pecah
dan kurang
modern

Pot
Bunga

Sebagai tempat meletakkan


tanaman atau media tanam.

Keren

Klowong

Anglo berukuran besar


yang terdapat tempat
membakar kayu
Sebagai tempat meletakkan
panci atau peralatan
memasak atau
penggorengan di atas
tungku

Baik untuk mendukung


lingkungan perakaran
tanamanmudah pecah

Perbandingan Kelebihan dan Kelemahan Produk-Produk dari Tanah Liat


(Gerabah), Aluminium, dan Plastik
Gerabah
Kelebihan:
Harga relatif murah
Lebih sehat
Kualitas rasa terjaga
(makanan)
Antik dan Unik
Tanaman Jauh Lebih
sehat (pot bunga)
Kelemahan:
mudah pecah
kuno/ tradisional
perawatannya susah
masakan tidak bisa
matang merata jika
tidak telaten mengaduk

Aluminium
Kelebihan:
Konduksi panas
yang sangat baik
lebih awet
ringan
modern
praktis
Kelemahan:
bereaksi dengan
makanan asam
mudah penyok
dapat menyebabkan
penyakit

Plastik
Kelebihan:
mudah
dibersihkan
awet
modern
warna-warnanya
menarik
murah
Kelemahan:
tidak tahan panas
mudah
mencemari
makanan
kurang sehat
polusi

Adapun kronologi perkembangan produk gerabah di dusun precet disertai dengan


strategi bertahan yang dilakukan oleh pengrajin gerabah adalah sebagai berikut.

Kronologi Perkembangan Produk Gerabah di Dusun Precet Disertai dengan


Strategi Bertahan yang Dilakukan Oleh Pengrajin Gerabah
Tahun

1975-1979

1979-1990

1990-1997

1997-2006

2006-2014

Kondisi Pengrajin dan Produksi


Gerabah
Permintaan akan gerabah
meningkat
produksi gerabah masih beragam,
seperti klowong, cowek, anglo,
keren, gendok, padasan,
genthong, kuwali, kendil

Strategi Bertahan
Memperluas pasar
meningkatkan jumlah
produksi, karena
meningkatnya permintaan

Mengoptimalkan
produksi gerabah pada
Mulai terjadi penurunan terhadap
jenis yang lain yakni
permintaan cowek di Malang
seperti klowong, kuwali,
gendok, keren, anglo, dll
Pembinaan tahun 1990
dan 1994 sebagai bentuk
pelaksanaan program
Permintaan terhadap jenis gerabah
relatif konstan dengan kondisi
pemerintah
pada tahun 1979-1990
munculnya variasi baru
berupa gerabah antic
1998 cowek tidak laku di Malang
yang ditekuni oleh bapak
Sumadi pada tahun 1994
1997 munculnya pot
Jenis gerabah mulai bertambah
bunga sebagai bentuk
yakni munculnya pot bunga yang
variasi baru dengan
selanjutnya baru berkembang
menyesuaikan kondisi
pesat tahun 2002-2006
pasar
digunakannya alat cetak
untuk meningkatkan
jumlah produksi
pot bunga masih diminati hanya
saja mampu bertahan adalah pot
mulai berkembangnya
bunga milik bapak Sumadi
pola pikir masyarakat
untuk maju
pot bunga tradisional yang
bersifat polosan tidak diproduksi
diresmikannya Dusun
pengrajin Precet
Precet sebagai Kampung
gerabah oleh Bapak Hery
permintaan akan cowek kembali
Nugroho selaku bapak
meningkat dengan maraknya
Bupati Blitar
warung lesehan serta kembalinya
permintaan cowek di Malang
Pemanfaatan nilai tradisi
yang berkembang di
masyarakat

Penutup
Terbentuknya kampung gerabah adalah bukti nyata bahwa manusia dan
kebudayaannya akan beradaptasi dengan lingkungannya. Pengrajin Precet selain
membentuk pola adaptasi dengan lingkungan, baik jenis tanah maupun cuaca, juga
dengan kondisi pasar.
Pasar dalam ini memegang peran penting terkait eksistensi pengrajin gerabah
tersebut. Selera dan minat pasar lah yang secara tidak langsung mendukung eksistensi
pengrajin, sehingga mereka menciptakan strategi-strategi untuk tetap bertahan di
tengah modernisasi.
Strategi bertahan yang menjadi sorotan dalam penulisan ini adalah rentang
tahun 1975-2014. Selama 39 tahun itulah terjadi berbagai kondisi yang memaksa para
pengrajin melakukan strategi bertahan. Strategi bertahan yang paling memilki peran
di sini adalah strategi bertahan di bidang produk. Produk-produk yang dihasilkan
pengrajin tersebut, berusaha mengikuti selera pasar dengan sedikit sentuhan-sentuhan
pembaharuan.

Daftar Rujukan
Ember.C dan Melvin E. Editor T.O. Ihromi. 1987. Pokok- Pokok Antropologi
Budaya. Jakarta: Gramedia
Miller, Roger Leroy dan Meiners Roger E. 1993. Teori Ekonomi Mikro Intermediate.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Setiadi, Elly.M, dkk.2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Prenada Media
Group
Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta:
Kanisius.
Widarto, L. 1995. Teknologi Tepat Guna Membuat Gerabah. Jogjakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai