Bertahan Di Tengah Modernisasi
Bertahan Di Tengah Modernisasi
terhadap
Cuaca
Kondisi
Tanah
Kondisi Pasar
Selera Konsumen
Pasar
musim kemarau untuk membuat gerabah. Pada saat musim penghujan akan memaksa
mereka untuk menemukan alternatife mata pencaharian yang baru.
Berdasarkan data dari BPS kabupaten Blitar tahun 2013, disebutkan bahwa
kecamatan kademangan memiliki potensi di sektor penggalian khususnya batu kapur
yang industri pengolahannya ada di setiap desa/kelurahan. Hasil tambang lainnya
yaitu: kaolin, fetsper, batu kali, pasir, tanah liat, tanah lempung dan ball clay. Hasil
tambang yang dihasilkan atau yang dimiliki Kecamatan Kademangan tersebut
sebagian besar merupakan bahan baku untuk membuat gerabah maupun keramik.
Berdasarkan keterangan BPS Kabupaten Blitar, diketahui bahwa jenis tanah
Blitar selatan adalah Grumosol. Tanah grumusol merupakan batu-batuan endapan
yang berkapur di daerah bukit maupun gunung yang bersifat tandus dan kurang
subur sehingga menyebabkan sektor pertanian tidak begitu baik di banding wilayah
utara. Sutanto (2005:145) menjelaskan bahwa Tanah grumosol adalah tanah yang
memiliki ciri tekstur lempung, tanpa horizon eluvial dan iluvial. Struktur lapisan
atas granuler, sedangkan pada lapisan bawah mengandung kapur, mengalami
kembang kerut, konsesten sangat kuat, bahan induk berkapur dan berlempung
sehingga kedap air. hal tersebutlah yang mendukung terciptanya masyarakat
sebagai pengrajin gerabah di kawasan tersebut.
B. Pola Adaptasi Terhadap Pasar
Secara sederhana, pasar dapat diartikan sebagai tempat bertemunya penjual
dan pembeli, atau tepatnya adalah tempat penjual yang ingin menukar barang atau
jasa dengan uang, dan pembeli yang ingin menukar uang dengan barang atau jasa.
Sedangkan menurut Miller dan Meiners (1993:5), Pasar adalah suatu sistem
Fungsi
Kelebihan
Kelemahan
Anglo
Gendok
Mengandung nilai
tradisi
Genthong
Genuk
Kendi
Kendil
Mudah pecah
Sering keluar
cacing di
dasar
genthong
Mudah pecah
Mudah
berlumut
Nasi mudah
mengerak
atau lengket
di dalam
Menjaga kualitas rasa
masakan. Menambah
cita rasa
Kurang
praktis
Mudah pecah
Kuwali
Mudah pecah
Padhasan
Mudah pecah
dan kurang
modern
Pot
Bunga
Keren
Klowong
Aluminium
Kelebihan:
Konduksi panas
yang sangat baik
lebih awet
ringan
modern
praktis
Kelemahan:
bereaksi dengan
makanan asam
mudah penyok
dapat menyebabkan
penyakit
Plastik
Kelebihan:
mudah
dibersihkan
awet
modern
warna-warnanya
menarik
murah
Kelemahan:
tidak tahan panas
mudah
mencemari
makanan
kurang sehat
polusi
1975-1979
1979-1990
1990-1997
1997-2006
2006-2014
Strategi Bertahan
Memperluas pasar
meningkatkan jumlah
produksi, karena
meningkatnya permintaan
Mengoptimalkan
produksi gerabah pada
Mulai terjadi penurunan terhadap
jenis yang lain yakni
permintaan cowek di Malang
seperti klowong, kuwali,
gendok, keren, anglo, dll
Pembinaan tahun 1990
dan 1994 sebagai bentuk
pelaksanaan program
Permintaan terhadap jenis gerabah
relatif konstan dengan kondisi
pemerintah
pada tahun 1979-1990
munculnya variasi baru
berupa gerabah antic
1998 cowek tidak laku di Malang
yang ditekuni oleh bapak
Sumadi pada tahun 1994
1997 munculnya pot
Jenis gerabah mulai bertambah
bunga sebagai bentuk
yakni munculnya pot bunga yang
variasi baru dengan
selanjutnya baru berkembang
menyesuaikan kondisi
pesat tahun 2002-2006
pasar
digunakannya alat cetak
untuk meningkatkan
jumlah produksi
pot bunga masih diminati hanya
saja mampu bertahan adalah pot
mulai berkembangnya
bunga milik bapak Sumadi
pola pikir masyarakat
untuk maju
pot bunga tradisional yang
bersifat polosan tidak diproduksi
diresmikannya Dusun
pengrajin Precet
Precet sebagai Kampung
gerabah oleh Bapak Hery
permintaan akan cowek kembali
Nugroho selaku bapak
meningkat dengan maraknya
Bupati Blitar
warung lesehan serta kembalinya
permintaan cowek di Malang
Pemanfaatan nilai tradisi
yang berkembang di
masyarakat
Penutup
Terbentuknya kampung gerabah adalah bukti nyata bahwa manusia dan
kebudayaannya akan beradaptasi dengan lingkungannya. Pengrajin Precet selain
membentuk pola adaptasi dengan lingkungan, baik jenis tanah maupun cuaca, juga
dengan kondisi pasar.
Pasar dalam ini memegang peran penting terkait eksistensi pengrajin gerabah
tersebut. Selera dan minat pasar lah yang secara tidak langsung mendukung eksistensi
pengrajin, sehingga mereka menciptakan strategi-strategi untuk tetap bertahan di
tengah modernisasi.
Strategi bertahan yang menjadi sorotan dalam penulisan ini adalah rentang
tahun 1975-2014. Selama 39 tahun itulah terjadi berbagai kondisi yang memaksa para
pengrajin melakukan strategi bertahan. Strategi bertahan yang paling memilki peran
di sini adalah strategi bertahan di bidang produk. Produk-produk yang dihasilkan
pengrajin tersebut, berusaha mengikuti selera pasar dengan sedikit sentuhan-sentuhan
pembaharuan.
Daftar Rujukan
Ember.C dan Melvin E. Editor T.O. Ihromi. 1987. Pokok- Pokok Antropologi
Budaya. Jakarta: Gramedia
Miller, Roger Leroy dan Meiners Roger E. 1993. Teori Ekonomi Mikro Intermediate.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Setiadi, Elly.M, dkk.2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Prenada Media
Group
Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta:
Kanisius.
Widarto, L. 1995. Teknologi Tepat Guna Membuat Gerabah. Jogjakarta: Kanisius.