Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelenjar hipofisis kadang disebut kelenjar penguasa karena hipofisis
mengkoordinasikan berbagai fungsi dari kelenjar endokrin lainnya. Beberapa
hormone hipofisis memiliki efek langsung, beberapa lainnya secara sederhana
mengendalikan kecepatan pelepasan hormonnya sendiri melalui mekanisme
umpan balik, oleh organ lainnya, dimana kadar hormone endokrin lainnya dalam
darah

memberikan

sinyal

kepada

hipofisis

untuk

memperlambat

atau

mempercepat pelepasan hormonnya. Jenisnya ada Kelenjar hipofisis anterior dan


posterior.
Hipofungsi kelenjar hipofisis ( Hipopituitarisme ) dapat terjadi akibat penyakit
pada kelenjar hipofisis sendiri atau pada hipotalamus ; namun demikian, akibat
kedua keadaan ini pada hakikatnya sama. Hipopituitarisme dapat terjadi akibat
kerusakan lobus anterior kelenjar hipofisis. Panhipopituitarisme ( penyakit
simmond ) merupakan keadaan tidak adanya seluruh sekresi hipofisis dan
penyakit ini jarang dijumpai. Microsisi hipofisis pasca partus (syndrome
Sheehan ) merupakan penyebab lain kegagalan hipofisis anterior yang jarang.
Keadaan ini lebih cenderung terjadi pada wanita yang mengalami kehilangan
darah, hipovolemia dan hipotensi pada saat melahirkan.(Smeltzer, Suzanne.C.
2001)

1.

2.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan umum
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas yang diberikan untuk memenuhi
tugas mata kuliah askep sistem endokrin.
Tujuan khusus
Diharapkan setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat :
a.
b.
c.
d.
e.

Mengetahui pengertian penyakit hipopituitarisme


Mengetahui klasifikasi dari hipopituitarisme
Mengetahui penyebab terjadinya hipopituitarisme
Mengetahui tanda dan gejala penyakit hipopituitarisme
Mengetahui dan memahami focus pengkajian pada penyakit
hipopituitarisme

f. Mengetahui dan memahami focus perencanaan pada penyakit


hipopituitarisme
g. Memahami contoh kasus penyakit hipopituitarisme dan mengetahui
asuhan keperawatan yang harus diberikan pada penderita
hipopituitarisme

C.

Manfaat Penulisan
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca, sehingga dapat
menetahui cara hidup sehat, menambah pengetahuan dan pendalaman, penelitian
tentang pasien dengan hipopituitarisme.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Hipopituitari dapat terjadi pada kerusakan lobus anterior kelenjar hipofisis. (brunner &
suddarth).
2. Hipopituitari adalah sekresi beberapa hormone hipofisis anterior yang rendah.
(elizabeth. J. Korwin).
2

3. Hipopituitarisme merupakan keadaan tidak adanya seluruh sekresi hipofisis (sylvia A.


Price & Lorrena M. Wilson).
4. Hipopituitari adalah penurunan / adanya sekresi hormon kelenjar hipofisis interior.
Hipopituitari

sering

di

sebut

juga

hipofungsi

kelenjar

hipofisis.

(http://www.google.co.id).
5. Hipofungsi kelenjar hipofisis (hipopituitarisme) dapat terjadi akibat penyakit pada
kelenjar sendiri atau pada hipotalamus. (Robbins Cotran Kumar)
6. Hipopitutarisme is pituitary insuffisienency from destruction of the anterior lobe of the
pituitary gland. (Diane C. Baughman)
7. Hipopituitarisme adalah disebabkan oleh macam macam kelainan antara lain nekrosis,
hipofisis post partum (penyakit shecan), nekrosis karena meningitis basalis trauma
tengkorak, hipertensi maligna, arteriasklerosis serebri, tumor granulema dan lain lain
(Kapita Selekta Edisi:2)
Jadi, dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa Hipopituitari adalah
suatu keadaan yang timbul akibat penurunan, atau tidak adanya sekresi hormone kelenjar
hipofisis anterior atau hipofungsi.
B. Etiologi
Sindrom disebabkan oleh kelainan destrutif pada kelenjar hipofisis.
Penyebab yang sering adalah :
1.
2.
3.
4.

Sheehan postpartum necrosis


Adenoma khoromofob
Craniopharyngioma
Kelainan-kelainan yang mungkin juga menimbulkan hipopitutarisme ialah radang,
terutama tuberculosis, sarcoidosis. Kadang-kadang penyebab dari pada destruksi
hipofisis tidak jelas dan hanya tampak sebagai fibrosis saja (dr. Sutisna himawan,
1994)

Hipopiutuitarisme dapat terjadi akibat maifungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus.


Penyebab menyangkut :
1. Infeksi atau peradangan oleh : jamur, bakteri piogenik
2. Penyakit auto imun (hipofisis limfoid autoimun)
3. Tumor, misalnya dari sejenis sel penghasil hormon yang dapat mengganggu
pembentukan salah satu atau semua hormon lain.
4. Umpan balik dari organ sasaran yang mengalami malfungsi. Mkisalnya, akan terjadi
penurunan sekresi TSH dari hipofisis apabila kelenjer tiroid yang sakit mengeluarkan
HT dalam kadar berlebihan

5. Mekrotik hipoksik (kematian akibat kekurangan O2) hipofisis atau oksigenasi dalam
merusak sebagian atau semua sel penghasil hormon. Salah satunya sindromn sheecan
yang tertjadi setelah perdarahan maternal.

C. Klasifikasi
1. Hypophyseal cachexia (penyakit simmonds)
a. Dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa.
b. Lebih sering pada wanita dengan perbandingan 2 : 1
c. Penderita dapat hidup bertahun-tahun dengan penyakitnya kadang-kadang
sampai 30-40 tahun
Gejala-gejala klinik biasanya disebabkan oleh insufiensi adrenal, tyroid atau gonad
yang terjadi sekunder akibat hipopituitarisme. Kombinasi kelenjar yang mengalami
insufiensi itu bisa berbagai macam : yang paling sering ialah kombinasi
hipothyroidisme dan hipoadrenalisme.
2. Hypophyseal dwarfism (jenis lorain-levi)
a. Pada anak yang sedang tumbuh
b. Terjadi duafisme yang simetri
Penyebab yang paling sering ialah : craniopharyngioma. Kadang-kadang juga
disebabkan oleh: necrosis hiskemik, kista, atau radang.
3. Sindrom froehlich ( Dystrophia Adiposogenitalis )
a. Obesitas jenis eunocoid
b. Pertumbuhan yanag tidak sempurna dari pada gonad atau genital
c. Ciri-ciri sek sekunder tidak ada disfungsi seksual, dan kulit yang halus
d. Terjadi pada usia muda, dapat menyerang baik laki-laki maupun wanita
dengan perbandingan yung sama ( dr. Sutisna himawan 1994 )
D. Manifestasi Klinis
Pada anak-anak, terjadi gangguan pertumbuhan somatis akibat difesiensi pelepasan
GH. Duafisme hipofisis (kerdil) merupakan konsekuensi dari difesiensi tersebut. Ketika anakanak tersebut mencapai pubertas, maka tanda-tanda seksual sekunder dan genitalia eksterna
gagal berkembang. Selain itu sering pula ditemukan berbagai derajat infisiensi adrenal dan
hipotirodisme, mereka mungkin akan mengalami kesulitan disekolah dan memperlihatkan
perkembangan intelektual yang lamban, kulit biasanya pucat karena tidak adanya MSH.
Pada orang dewasa, kehilangan fungsi hipofisis sering mengikuti kronologis seperti defisiensi
GH, hipogonadisme, hipotiroidisme dan insufisiensi adrena. Karena orang dewasa telah
menyelesaikan pertumbuhan somatisnya maka tinggi tubuh pasien dewasa dengan
hipotuitarisme adalah normal.
Adapun tanda dan gejalanya yang mungkin ditemukan yaitu :

1. Terjadi hipogonodisme
2. Penurunan libido, impotensi progresi pertumbuhan rambut dan bulu ditubuh,
jenggot, berkurangnya perkembangan otot pada pria.
3. Pada wanita, berhentinya siklus menstruasi aminorea yang merupakan tanda awal
dari kegagalan hipofisis. Kemudian diikuti atrofi payudara dan genetalia eksterna
(Price Syvia A, 2005:1216-1217)
Kelemahan, disfungsi seksual, kerontokan rambut ketiak dan pubis, hipertensi, perubahan
lapang pandang dan sakit kepala dan gangguan penglihatan atau adanya tanda-tanda tekanan
intara kranial yang meningkat. Mungkin merupakan di sebabkan tumor oleh tumor pituitary
non fungsional yang besar dan trauma.
1. Gambaran dari produksi hormon pertumbuhan yang berlebih termasuk akromegali
(tangan dan kaki besar demikian pula lidah dan rahang), berkeringat banyak,
hipertensi dan artralgia (nyeri sendi).
2. Hiperprolaktinemia : amenore atau oligomenore galaktore (30%), infertilitas pada
wanita, impotensi pada pria.
3. Sindrom Chusing : obesitas sentral, hirsutisme, striae, hipertensi, diabetesmilitus,
osteoporosis.
4. Defisiensi hormon pertumbuhan : (Growt Hormon = GH) gangguan pertumbuhan
pada anak-anak.
5. Defisiensi Gonadotropin : impotensi, libido menurun, rambut tubuh rontok pada pria,
amenore pada wanita.
6. Defisiensi TSH : rasa lelah, konstipasi, kulit kering gambaran laboratorium dari
hipertiroidism.
7. Defisiensi Kortikotropin : malaise, anoreksia, rasa lelah yang nyata, pucat, gejala
gejala yang sangat hebat selama menderita penyakit sistemik ringan biasa, gambaran
laboratorium dari penurunan fungsi adrenal.
8. Defisiensi Vasopresin : poliuria, polidipsia,dehidrasi, tidak mampu memekatkan urin

BAB III
KONSEP ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
ENDOKRIN HIPOPITUITARI

A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas klien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Status Perkawinan
Agama
Suku/Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
No. RM
Diagnosa

: Ny. E
: 28 thn
: Perempuan
: Kawin
: Islam
: Sunda
: SD
: Wirasasta
: Jln. Ciporeat no.07 rt.06 rw.o8
kec.ujungberung Bandung Jawa Barat
: 14167890
: Hipopituitari
6

b. Identitas Penanggung
Nama
Umur
Jenis kelamin
Status Perkawinan
Agama
Suku/Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Hubungan dengan klien

: Tn. B
: 32 thn
: Laki-Laki
: Nikah
: Islam
: Sunda
: SMA
: Wiraswasta
: Jln. Ciporeat
: Suami pasien

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama :
Nyeri pada kepala pasca kecelakaan ( klien mengalami cedera di bagian
kepala)
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri pada kepala, nyeri dirasakan hilang
timbul saat beraktivitas dengan skala nyeri 3 ( skala 0-5 ).
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien, serta
riwayat radiasi pada kepala.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Didalam keluarga tidak ada yang memiliki gangguan sistem endokrin dan
penyakit menular lainnya.
3. Pola Aktivitas Sehari-hari
No Pola Aktivitas
1. Nutrisi
A. Makan
- Pola makan
-

Frekuensi
Jenis makanan

Keluhan

B. Minum
- intake cairan/hari
- jenis cairan

Sebelum sakit

Selama Sakit

Teratur porsi
makan habis.
3 kali sehari.
Nasi, lauk pauk,
sayur.
Tidak ada keluhan

Teratur, porsi
makan habis.
3 kali sehari
Bubur, lauk pauk,
sayur
Tidak ada keluhan

7-8 gelas perhari


Air putih dan teh

6-7 gelas perhari


Air putih, cairan
infus

Keluhan

Tidak ada keluhan

Pola eliminasi
A. BAK
7

RL

20

tetes/permenit
Tidak ada keluhan

Frekuensi BAK/ hari


Warna urin
Bau
Keluhan

6-7 kali
Kuning jernih
Amonia
Tidak ada keluhan

5-6 kali
Kuning jernih
Amonia
Tidak ada keluhan

B.
-

BAB
frekuensi BAB/ hari
Konsistensi
Warna feses
Bau
keluhan

1 kali / hari
Padat
Kuning
Khas feses
Tidak ada keluhan

1 kali/ hari
Padat
Kuning
Khas feses
Tidak ada keluhan

13.00-14.00
21.00-05.00

13.00-15.00
20.00-05.30

2 kali sehari

Selama

Pola istirahat tidur


A. Kebiasaan
- Tidur siang
- Tidur malam
Personal hygiene
A. Frekuensi mandi

dirawat

klien belum pernah


mandi hanya di lap
B. Frekuensi kramas
C. Frekensi gosok gigi
D. Frekuensi potong kuku

2 kali seminggu
2 kali seminggu
1 kali seminggu

basah
Belum pernah
Belum pernah
Belum pernah

4. Data Psikososial
Klien merasa khawatir dengan penyakit yang dia alami saat ini, klien berharap
semoga penyakit nya yang di alaminya ini bisa disembuhkan dan klien bisa
beraktivitas seperti biasa lagi.
5. Data Spiritual
Klien beragama islam dan taat melakukan ibadah kepada Allah SWT
6. Pemeriksaan Fisik
Pasca kecelakaan klien mengalami cidera di bagian kepala
7. Pemeriksaan Penunjang
Rontgen
Hasil foto rontgen menunjukan kepala klien mengalami gangguan khususnya
bagian hipofisis anterior akibat benturan tersebut.
B. Analisis Data
No
1.

Sympton
Ds :
-

Klien mengatakan

Etiologi
Adanya faktor penyebab ( adanya
trauma pada kepala)
8

Problem
nyeri

nyeri kepala
Do :
-

ekspresi wajah klien


meringis
- skala nyeri 3 (0-5)
P : nyeri
Q : Hilang timbul
R : Kepala
S : 3 (0-5)
T : pada saat
beraktivitas

2.

Ds :
-

Do :
-

Terjadi gangguan pada jaringan


dan kelenjar di sekitar
Produksi hormon terganggu
Hipopituitari (penurunan sekresi
hormon hipofisis)
nyeri
Adanya trauma pada klien

Klien mengatakan
tidak biasa
beraktivitas

Keterbatasan rentang gerak pasca


cedera

Intoleransi
aktivitas

kelemahan

Klien nampak lemah


Klien nampak dalam
pemenuhan ADL-nya

intoleransi
intoleransi aktivitas

Ds :
Do :
-

Perubahan status kesehatan


Klien mengatakan
tidak tahu dengan
penyakitnya
Klien nampak sering
bertanya tentang
penyakitnya
Klien nampak cemas

ansietas

Kurang terpaparnya informasi


Koping individu tidak efektif
Ansietas

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan cedera kepala.
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan menurunnya kekuatan otot.
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan.

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
No
1.

Diagnosa
Keperawatan
Nyeri berhubungan
dengan cedera
kepala, ditandai

Perencanaan
Intervensi

Tujuan
Tujuan :
Klien merasa nyaman
9

1. kaji keluhan
nyeri dengan
menggunakan

Rasional
1. mengetahui daerah
nyeri,kualitas,kapan
nyeri dirasakan,

dengan :
dengan kriteria hasil :
Ds :
- Klien tidak
- Klien
mengeluh
mengatakan
nyeri
nyeri kepala
- TTV dalam
DO :
batas normal
- ekspresi
wajah
meringis
- skala nyeri 3
(0-5) nyeri
muncul pada
saat
beraktivitas
- TTV

skala nyeri,
catat lokasi nyeri,
lamanya, serangan,

faktor pencetus,
berat ringannya
nyeri yang
dirasakan.

peningkatan nadi,
nafas cepat atau
lambat, berkeringat
dingin.
2. Kurangi

berkurang

dengan

posisi yang nyaman

rangsangan

3. nyeri tidak muncul

3. berikan analgetik
sesuai dengan
program
4. ciptakan
lingkungan yang
nyaman termasuk
tempat tidur
5. Ajarkan tekhnik
relaksasi

2. nyeri dapat

kepada

pasien.
6. Ajarkan tekhnik

4. untuk mengurangi
rasa nyeri
5. klien merasa
nyaman saat
beristirahat tidur
6. untuk mengajarkan
pasien apa bila nyeri
timbul
7. untuk mengetahui
keadaan umum
pasien.

relaksasi kepada
pasien
2.

Defisit perawatan
diri berhubungan
dengan menurunnya
kekuatan otot,
ditandai dengan :
Ds :
-

Do :
-

Klien
mengatakan
tidak biasa
beraktivitas
Klien
nampak
lemah

7. Observasi TTV
1. Kaji faktor

Tujuan :
Setelah dilakukan

penyebab

tindakan keperawatan

menurunnya defisit

klien dapat aktif

perawatan diri.

dalam aktifitas
perawatan diri.

2. Tingkatkan

Dengan kriteria hasil :


-

partisipasi optimal

Mengidentifikasi
memampuan

3. Evaluasi

aktifitas

kemampuan untuk
10

1. Menghambat
faktor penyebab
dapat
meningkatkan
perawatan diri.
2. Partisipasi
optimal dapat
memaksimalkan
perawatan diri.
3. Dapat
menumbuhkan
rasa percaya diri
klien.

Klien
nampak
dalam
pemenuhan
ADL-nya

perawatan diri.
Melakukan

berpartisipasi
dalam setiap

kebersihan

aktivitas

optimal setelah

perawatan.
4. Beri dorongan

bantuan dalam

untuk

perawatan
-

4. Dapat
memberikan
kesempatan pada
klien untuk
melakukan
perawatan diri.

mengekspresikan

diberikan.
Berpartisipasi

perasaan tentang

secara fisik /

kurang perawatan

verbal dalam

diri.

aktifitas,
perawatan diri /
pemenuhan
3.

Ansietas
berhubungan dengan
ancaman atau
perubahan status
kesehatan, ditandai
dengan :

kebutuhan dasar.
Tujuan :

1. Bina hubungan

Ansietas berhubungan

saling percaya.

dengan perubahan

2. Catat respon verbal

status kesehatan

non verbal pasien.


3. Berikan aktivitas

berkurang

Ds :
-

Do :
-

Klien
mengatakan
tidak tahu
dengan
penyakitnya
Klien
nampak
sering
bertanya
tentang
penyakitnya
Klien

Kriteria hasil :
-

Peningkatan
kenyaman
psikologis dan
fisik.
Menggambarkan
ansietas dan pola
kopingnya.

1. Komunikasi
terapeutik dapat
memudahkan
tindakan.
2. Mengetahui

yang dapat

perasaan yang

menurunkan

sedang dialami

ketegangan.

klien.

4. Jadwalkan istirahat

3. Kondisi rileks dapat

adekuat dan

menurunkan tingkat

periode

ancietas

menghentikan
tidur.

4. Mengatasi
kelemahan,
menghemat energi
dan dapat

nampak

meningkatkan

cemas

kemampuan koping.

A. Implementasi dan Evaluasi


No Tgl / jam

DX

Implementasi

Evaluasi

11

Paraf

1.

Tindakan / hasil
- mengkaji keluhan nyeri S : Klien mengatakan nyeri
kepala
dengan menggunakan
skala
-

nyeri,

catat O
lokasi nyeri lamanya,
serangan, peningkatan

:
ekspresi
wajah
meringis,
skala nyeri 3 (0-5),
nyeri
nadi, nafas cepat atau
muncul pada saat
lambat, berkeringat
beraktivitas, TTV
dingin.
mengurangi rangsangan A : masalah teratasi
P:memberikan analgetik
sesuai dengan program
menciptakan
lingkungan yang
nyaman termasuk
tempat tidur
mengajarkan tekhnik
relaksasi kepada
pasien.
mengajarkan tekhnik
relaksasi kepada pasien
mengobservasi TTV

mengkaji factor
S : Klien mengatakan tidak
penyebab menurunnya
biasa beraktivitas
O : Klien nampak lemah,
defisit perawatan diri.
klien nampak dalam
Tingkatkan partisipasi
optimal
pemenuhan ADL-nya
Evaluasi kemampuan
A : masalah teratasi
untuk berpartisipasi
P:dalam setiap aktivitas
perawatan.
Beri dorongan untuk
mengekspresikan
perasaan tentang kurang
perawatan diri.

Membina hubungan
saling percaya.
12

S : Klien mengatakan tidak


tahu dengan
penyakitnya

Mencatat respon verbal


non verbal pasien.

Memberikan aktivitas
yang dapat
menurunkan

O : Klien nampak sering


bertanya tentang
penyakitnya,
Klien
nampak cemas
A :masalah teratasi
P:-

ketegangan.
Menjadwalkan istirahat
adekuat dan periode
menghentikan tidur

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipopituitari adalah suatu keadaan yang timbul akibat penurunan, atau tidak
adanya sekresi hormone kelenjar hipofisis anterior atau hipofungsi.
Hipopiutuitarisme dapat terjadi akibat maifungsi kelenjar hipofisis atau
hipotalamus. Adapun tanda dan gejalanya yang mungkin ditemukan adalah terjadi
hipogonodisme, penurunan libido, impotensi progresi pertumbuhan rambut dan
bulu ditubuh, jenggot, berkurangnya perkembangan otot pada pria.
B. Saran
Pada kesempatan ini penulis ingin menyumbangkan saran-saran pada kasus
hipopituitari.Diharapkan pembaca dapat mengetahui gejala-gejala hipoputuitari
sejak dini.

13

Anda mungkin juga menyukai