SMF BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH
LONG CASE
Nama Mahasiswa
NIM
030.08.110
Dokter Pembimbing
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap
: Tn. LAP
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 30 Tahun
Suku bangsa
: Jawa
Status perkawinan
: menikah
Agama
: Islam
Pekerjaan
: pekerja swasta
Pendidikan
: SMA
Alamat
: Jl.Lubang Buaya,
Tanggal masuk RS
: 3/02/13
Jakarta Timur
A. ANAMNESIS
Diambil dari autoanamnesis, tanggal 23 Februari 2013 pukul 09.00
Keluhan Utama:
Keluar cairan dari tempat luka operasi di pipi bagian bawah telinga kanan sejak 1
sebelum masuk rumah sakit (SMRS)
Keluhan Tambahan:
Gatal pada luka bekas operasi
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan keluar cairan dari bekas operasi pada pipi kanan sejak
1 hari lalu, operasi yang di lakukan adalah pengangkatan tumor kelenjar ludah pada pipi
kanan yang dilakukan pada tanggal 21 Januari 2013. Cairan yang keluar berwana bening
tidak ada darah, banyak. Cairan mengalir lewat lubang dari luka kemudia mengalir ke pipi
pasien setiap kali pasien makan. Tidak nyeri saat cairan tersebut keluar, yang terasa hanya
gatal yang makin lama makin sering timbulnya. Bekas luka bentuknya memanjang dari
bawah telinga kanan hingga ke dekat rahang kanan. Pendengaran yang berkurang pada kedua
telinga disangkal, riwayat pusing berputar disangkal, telinga suka berbunyi nging
disangkal, ada rasa mengganjal pada bagian mulut sebelah dalam,gangguan menelan
disangkal, nyeri saat menelan disangkal, gangguan pada gigi-geligi disangkal. Selama
memiliki benjolan tidak pernah ada keluhan wajah terasa baal atau sulit digerakkan,
gangguan dalam berbicara tidak pernah dikeluhkan.
Riwayat Kebiasaan:
Os merokok, tidak konsumsi alkohol, konsumsi kopi,
B. PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 140/90 mmHg
Nadi
: 80x/menit
2
Suhu
: 36,2oC
Pernafasaan
: 18 x/menit
Keadaan gizi
: Baik
Tinggi Badan
: 165
cm
Berat Badan
: 54
kg
IMT
: 18,025 kg/m2
Sianosis
: Tidak ada
Udema umum
: Tidak ada
Kulit
Warna
: Sawo Matang
Efloresensi
:Tidakada
Jaringan Parut
Pigmentasi
: Merata
Pertumbuhan rambut
: Merata
Lembab/Kering
: Lembab
Suhu Raba
: Hangat
Turgor
: Baik
Ikterus
: Tidak ada
Oedem
: Tidak ada
Lain-lain
: Tidak ada
Supraklavikula
Lipat paha
Leher
Ketiak
Kepala
Ekspresi wajah
: Normal
Simetri muka
: Simetris
Rambut
: Hitam merata
: Teraba pulsasi
Mata
Exophthalamus
: Tidak ada
Kelopak
: Tidak oedemLensa
Konjungtiva
: Tidak anemis
Enopthalamus
: Tidak ada
: jernih
Sklera
3
Mulut
Bibir
: Normal
Tonsil
: T0 T0 tenang
Langit-langit
: Normal
Bau pernapasan
: tidak ada
Gigi geligi
: OH baik
Trismus
: tidak ada
Faring
: Tidak Hiperemis
Selaput lendir
: tidak ada
Lidah
Leher
Kelenjar Tiroid
Kelenjar Limfe
Dada
Bentuk
: Simetris
Pembuluh darah
Paru Paru
Pemeriksaan
Kiri
Inspeksi
Kanan
Kiri
Palpasi
Kanan
Kiri
Perkusi
Kanan
Kiri
Auskultasi
Kanan
Depan
Simetris saat statis dan dinamis
Simetris saat statis dan dinamis
- Fremitus taktil simetris
- Fremitus taktil simetris
Sonor di seluruh lapang paru
Sonor di seluruh lapang paru
- Suara Nafas vesikuler
Belakang
Simetris saat statis dan dinamis
Simetris saat statis dan dinamis
- Fremitus taktil simetris
- Fremitus taktil simetris
Sonor di seluruh lapang paru
Sonor di seluruh lapang paru
- Suara Nafasvesikuler
Jantung
Inspeksi
Palpasi
: Teraba iktus cordis pada sela iga V, 1 cm medial linea midklavikula kiri.
Perkusi
Batas kiri
Batas atas
Auskultasi: Bunyi jantung I-II murni reguler, Gallop (-), Murmur (-).
Abdomen
4
Hati
Limpa
Ginjal
Lain-lain
: Tidak ada
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium:
Jenis Pemeriksaan
HEMATOLOGI
Leukosit (WBC)
Hemoglobin (HGB)
Hematokrit
Trombosit (PLT)
LED
HITUNG JENIS
Basofil
Eosinofil
Netrofil Batang
Netrofil Segmen
Limfosit
Monosit
KIMIA KLINIK
Glukosa darah sewaktu
FAAL HEMOSTASIS
Waktu perdarahan
Waktu pembekuan
GINJAL
Ureum
Kreatinin
Hasil
Satuan
Nilai Normal
6,4
14,1
44
232
5
Ribu/uL
g/dL
%
Ribu/uL
Mm/jam
4,5-13
12.8-16.8
35-47
154-442
0-20
2
5
0
73
15
5
%
%
%
%
%
%
0-1
2-4
3-5
50-70
25-40
2-8
84
mg/dL
<110
2,3
11
Menit
Menit
1-6
5-15
21
0,70
13-43
<1,2
Keterangan
dbn
dbn
Dbn
Dbn
Dbn
Dbn
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
RESUME
5
Tn LAP laki-laki berusia 30 tahun , datang ke IGD RSUD Budhi Asih dengan keluhan
keluar cairan bening encer dari bekas luka operasi di pipi kanan, rasa gatal ada, tidak nyeri,
keluar cairannya setiap makan dan tiduran ke kanan, luka tersebut didapat karena operasi
pengangkatan tumor kelenjar ludah yang ke 3 kalinya. Awalnya ada benjolan di pipi kanan
dan kiri kemuadian di operasi, benjolan pipi kanan membesar kembali, dan yang kiri tidak.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital yaitu tekanan darah 140/90, nadi 80
x/menit, suhu 36,30C, RR 18 x/menit.pada pemeriksaan fisik di wajah bagian kanan di pipi
ada luka bekas operasi. Pada pemeriksaan laboratorium 19/12/12 pukul 20.00 didapatkan
Leukosit 6700 ribu/uL, Hemoglobin 14,9 g/dL, Hematokrit 43%, dan Trombosit 232
ribu/uL,glukosa darah sewaktu 84 mg/dL, waktu perdarahan waktu pembekuan 2,3 menit dan
11 menit, ureum / kreatinin 21/0,70.
RENCANA PENGELOLAAN
Tatalaksana pada pasien ini adalah dengan pengobatan operatif Paroidektomy
Pro : acc rawat inap
Non medikamentosa
1.
2.
3.
4.
Rawat inap
Bedrest total
Diet makanan lunak
Monitoring tanda vital
Medikamentosa
1. Ceftriaxon 2 x 1gr
2. Infus D10 % : Nacl 0,9% 2:2 24 tpm
3. Tradosic ampul / kolf
4. Transamin 2 x 1 ampul
5. Vit K 2 x 1 ampul
DIAGNOSIS KERJA
Tumor Parotis Residu Dextra
Dasar Diagnosis berdasarkan anamnesis, hasil laboratorium, dan pemeriksaan fisik:
1. Benjolan pada pipi kanan yang berulang setelah di operasi 2 kali
2. Pemeriksaan Rontgen dan CT Scan/MRI
DIAGNOSIS BANDING
a. Inflamasi:
1) Abses/sellulitis/reactive adenopathy
2) Benign lymphoepithelialcysts (AIDS)
3) Autoimun/Sjogren syndrome
b. Benign tumor :
1) Benign mixed tumor (pleomorphic adenoma)
2) Warthin tumor
3) Lipoma
c. Malignansi :
1) Mucoepidermoid carcinoma
2) Adenoid cystic carcinoma;
3) Non-Hodgkin lymphoma
4) Malignant mixed tumor;
5) Lainnya: acinar cell carcinoma, adenocarcinoma, squamouscell carcinoma
d. Metastasis:
1) Skin squamous cell carcinoma or melanoma
2) Breast orlung carcinoma
3) Nodal non-Hodgkin lymphoma
PROGNOSIS
Ad Vitam
Ad functionam
Ad sanationam
: ad bonam
: ad bonam
: dubia ad malam
FOLLOW UP PASIEN
PERAWATAN HARI KE-1 (22 Januari 2013)
Subjektif:
Objektif:
KU
: 140/90mmHg
Nadi
: 88 x/menit
RR
: 18 x/menit
Suhu
: 36,6 C
7
Objektif:
KU
: 100/60mmHg
Nadi
: 60x/menit
RR
: 12 x/menit
Suhu
: 36,8 C
Ekstremitas
: Akral hangat
Assesment :
Tumor Paotis Residu
TINJAUAN PUSTAKA
A.
meatus
akustikus
eksternus
di
antara
mandibula
dan
muskulus
dan
bagian
posterior
dari
sendi
temporomandibular.
Disini
saraf
9
10
11
Persarafan kelenjar parotis oleh saraf preganglionic yang berjalan pada cabang
petrosus dari saraf glossopharyngeus dan bersinaps pada ganglion otikus. Serabut
postganglionic mencapai kelenjar melalui saraf auriculotemporal (Susan, 2005).
Kelenjar sublingualis dan submandibularis merupakan kelenjar campuran,
keduanya terdiri dari bagian kelenjar yang serosa dan mukosa. Kelenjar parotis hampir
seluruhnya terdiri dari elemen serosa. Dalam keadaan istirahat kelenjar submandibula
menghasilkan kurang lebih dua pertiga jumlah liur, dan kelenjar parotis memberikan
kurang lebih sepertiga jumlah liur.
oleh sistim saraf parasimpatis. Saraf parasimpatis kelenjar parotis terdapat pada nukleus
salivatorius inferior. Serat-seratnya meninggalkan otak melalui saraf glossofaringeal
dan melalui telinga tengah, melintasi promontorium pada saraf Jacobsons. Pada plexus
tympanikus, saraf ini memasuki saraf petrossus minor, dan mencapai ganglion otikus.
Serat post-ganglion dari ganglion otikus mencapai kelenjar parotis melalui bagian
temporal aurikularis saraf kelima. Saraf parasimpatis kelenjar submandibula berasal dari
nukleus salivatorius superior. Serat-seratnya memasuki saraf intermedius (saraf dari
Wrisberg) dan mengikuti saraf facialis memasuki bagian vertikal mastoid. Serat-serat ini
kemudian meninggalkan saraf VII pada korda timpani, melalui telinga tengah, dan
bergabung dengan saraf lingualis. Serat-serat ini mengikuti saraf lingualis ke ganglion
kecil yang berhubungan erat dengan kelenjar submandibula. Serat-serat post-ganglion
meninggalkan ganglion submandibula melalui substansi kelenjar. Karena pemotongan
dari saraf korda timpani dan saraf Jacobsons tidak selalu mengurangi sekresi liur, pasti
ada jalur parasimpatis lain yang menyokong kelenjar. Diduga bahwa jalur-jalur ini
melibatkan hypoglosus dan glossofaringeus. Saraf simpatis yang menyokong kelenjar
12
liur mayor berasal dari ganglion servikalis superior melalui jalan plexus arteri.
Rangsangan simpatis kelenjar liur mayor dilaporkan menyebabkan aliran yang
meningkat diikuti penurunan aliran sebagai kompensasi. Karena tidak adanya elemen
otot dalam kelenjar-kelenjar itu sendiri, maka hal ini diyakini bahwa peningkatan aliran
ini mungkin oleh karena kontraksi dari mioepitel, atau sel-sel basket yang berhubungan
dengan duktus striata.(5)
Fungsi utama kelenjar liur adalah :
1.
2.
3.
4.
B. TUMOR PAROTIS
1.
Definisi
Tumor didefinisikan sebagai massa jaringan abnormal dengan pertumbuhan
berlebihan dan tidak ada koordinasi dengan pertumbuhan jaringan normal dan tetap
tumbuh secara berlebihan setelah stimulus yang menimbulkan perubahan tersebut
2.
3.
Klasifikasi
a. Tumor jinak
1) Pleomorfik adenoma (mixed tumor jinak):
Merupakan tumor tersering pada kelenjar liur dan paling sering terjadi
pada kelenjar parotis.Dinamakan pleomorfik karena terbentuk dari sel-sel
epitel dan jaringan ikat.Pertumbuhan tumor ini lambat, berbentuk bulat, dan
konsistensinya lunak.Secara histologi dikarakteristik dengan struktur yang
beraneka ragam.biasanya terlihat seperti gambaran lembaran, untaian atau
seperti pulau-pulau dari spindel atau stellata. Penatalaksanaanya yaitu eksisi
bedah dari kelenjar yang terkena
13
terletak
pada
kelenjar
parotis
dan
terdiri
atas
kista
c.
yang
paling
banyak
pada
kelenjar
Adenokarsinoma
polimorfik
grade rendah
Kebanyakan berasal dari kelenjar minor
c)
Adenokarsinoma
yang
tidak
dispesifikasikan:
Bila dilihat di mikroskop tumor ini memiliki penempakan yang
cukup untuk disebut adenokarsinoma, tetapi belim memiliki
penampakan untuk dispesifikasikan.sering berasal dari kelenjar
parotis dan kelenjar minor.
d)
Contohnya
seperti
basal
e.
sama.
epitelial-mioepitelial karsinoma
anaplastik small sel karsinoma
karsinoma yang tidak berdiferensiasi
limfoma non hodgin
15
4.
Patofisiolofogi
a.
b.
5.
Insidensi
Setiap tahunnya ditemukan 2500 kasus baru tumor glandula salivatorius dan 80 %
kasus merupakan tumor glandula parotis. Adanya massa di kelenjar parotis, 75 %
merupakan tumor sedangkan 25 % sisanya disebabkan oleh proses non neoplasma
infiltrative, seperti kista dan inflamasi. Pada tumor parotis, 70 sampai dengan 80 %
kasus merupakan kasus benigna. Tumor parotis paling banyak ditemukan pada bangsa
kulit putih (Sanford, 2010).
6.
terdapat
pembengkakan
di
depan
telinga
dan
kesulitan
menggerakkan salah satu sisi wajah. Pada tumor parotis benigna biasanya
asimtomatis (81%), nyeri didapatkan pada sebagian pasien (12%), dan paralisis
nervus facialis (7%). Paralisis nervus facialis lebih sering didapatkan pada pasien
dengan tumor parotis maligna, tetapi paralisis nervus facialis lebih sering
berhubungan dengan Bell palsy (Sanford, 2010). Adanya bengkak biasanya
mengurangi kepekaan wilayah tersebut terhadap rangsang (painless) dan
menyebabkan pasien kesulitan dalam menelan (David, 2010).
b. Tanda
16
Pada tumor benigna benjolan bisa digerakkan, soliter, dan keras (Dubner,
2010). Namun, pada pemeriksaan tumor maligna diperoleh benjolan yang
terfiksasi , konsistensi keras, dan cepat bertambah besar (Wong, 2010).
7.
b.)
c.)
d.)
e.)
2) Pemeriksaan fisik
a.) Status general
Pemeriksaan umum dari kepala sampai kaki, tentukan :
Keadaan umum
Adakah anemia, ikterus, periksa T,N,R,t, kepala, toraks,
abdomen, ekstremitas,vertebra, pelvis
17
Imaging
Foto Polos
Foto polos sekarang jarang digunakan untuk mengevaluasi glandula
salivatorius mayor. Foto polos paling baik untuk mendeteksi adanya
radioopaque ada sialolithiasis, kalsifikasi, dan penyakit gigi. Foto
madibula AP/Eisler, dikerjakan bila tumor melekat tulang. Sialografi,
dibuat bila ada diagnosa banding kista parotis / submandibula. Foto
toraks terkadang dilakukan untuk mencari metastase jauh. Meskipun
foto polos dapat diperoleh secara cepat dan relatif murah, namun
memiliki keterbatasan nilai klinis karena hanya dapat mengidentifikasi
kalsifikasi gigi. Sialolit atau kalsifkasi soft tissue lebih mudah
diidentifikasi lebih mudah diidentifikasi menggunakan USG dan CT
Scan.
USG
USG pada pemeriksaan penunjang berguna untuk evaluasi kelainan
vaskuler dan pembesaran jaringan lunak dari leher dan wajah, termasuk
kelenjar saliva dan kelenjar limfe. Cara ini ideal untuk membedakan
massa yang padat dan kistik. Kerugian USG pada daerah kepala dan
18
Warthin tumor of the right parotid gland: The above sonographic images of the
rightparotidglandshowanobviouswelldefined,hypoechoicmasswithinthemiddle
thirdoftheglandinthismiddleagedmale.Measuring2.7x1.8cms.,themassshows
mild posterior acoustic enhancement (a feature of pleomorphic adenoma). Power
Dopplerimageshowsfewvesselswithinthemass.
19
CT Scan
Gambaran CT tumor parotis adalah suatu penampang yang tajam dan
pada dasarnya mengelilingi lesi homogen yang mempunyai suatu
kepadatan yang lebih tinggi dibanding glandular tisssue. Tumor
mempunyai intensitas yang lebih besar ke area terang (intermediate
brightness. Foci dengan intensitas signal rendah (area gelap/radiolusen)
biasanya menunjukkan area fibrosis atau kalsifikasi distropik. Kalsifikasi
ditunjukkan dengan tanda kosong (signal void) pada neoplasma parotid
sebagai tanda diagnosa (Newman, 2005)
Pemeriksaan radiografi CT dan MRI berguna untuk membantu
menegakkan diagnosa pada penderita tumor parotid. Dengan CTI,
deteksi tumor 77% pada bidang aksial dan 90% pada bidang aksial
dengan CE CT.
Pemeriksaan Tumor parotis dengan CTI oleh radiolog untuk
mengetahui lokasi dan besar tumor, deteksi lesi, batas tumor, batas lesi,
aspek lesi, kontras antara lesi dengan jaringan sekitarnya, gambaran
intensitas dari lesi, keberhasilan pemakaian medium kontras, aspek lesi
setelah injeksi medium kontras, deteksi kapsul nya dan resorpsi tulang
yang terjadi di sekitar lesi tersebut (Sjamsuhidayat, 1997).
Deteksi lesi dapat diklasifikasikan menjadi positif atau negatif.
Pinggir lesi dapat diklasifikasikan menjadi kurang jelas atau semuanya
jelas. Batas lesi dapat diklasifikasikan menjadi halus atau berlobus.
Aspek lesi dapat diklasifikasikan menjadi homogen atau tidak homogen.
Kontras antara lesi dengan jaringan sekitarnya dapat diklasifikasikan
menjadi tinggi atau rendah. Gambaran intensitas dari lesi dengan otot
disebelah lesi diklasifikasikan kedalam empat kelompok: tinggi,
intrermediet, rendah, atau gabungan tinggi dengan rendah. Aspek lesi
terhadap injeksi medium kontras diklasifikasikan menjadi homogen,
tidak homogen dan perifer. Deteksi kapsulnya dan resorpsi tulang
diklasifikasikan menjadi positif atau negatif. (Sonis, 2003)
20
Gambar Tumor pada kelenjar parotid wanita, 57 tahun.Pinggir tumor, batas tumor di
deteksi dengan CT Scan. Kalsifikasi di deteksi dengan CTI (A) Tumor tidak
homogen, intensitas signal intrermediet pada CTI.
(B) Setelah pemakaian medium kontras tumor menunjukkan peningkatan
yang tidak homogen pada CE CTI.
Axial CT Scan : terlihat massa soft tissue ireguler pada kelenjar parotis kanan
(tanda panah)
MRI
Pemeriksaan MRI bisa membantu untuk membedakan massa parotis
yang bersifat benigna atau maligna. Pada massa parotis benigna, lesi
biasanya memiliki tepi yang halus dengan garis kapsul yang kaku.
Namun demikian, pada lesi malignansi dengan grade rendah terkadang
mempunyai pseudokapsul dan memiliki gambaran radiografi seperti lesi
21
b)
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin, seperti: darah, urine, SGOT/SGPT, alkali
fosfatase,
BUN/kreatinin,
globulin,
albumin,
serum
elektrolit,
faal
Pemeriksaan Patologi
FNA
22
Biopsi insisional
Dikerjakan pada tumor ganas yang inoperabel.
Biopsi eksisional
superfisial
Pada tumor submandibula
submandibula
Pada tumor sublingual dan kelenjar liur minor yang operabel
dilakukan eksisi luas ( minimal 1 cm dari batas tumor)
9. Diagnosis Banding
a. Inflamasi:
4) Abses/sellulitis/reactive adenopathy
5) Benign lymphoepithelialcysts (AIDS)
6) Autoimun/Sjogren syndrome
b. Benign tumor :
4) Benign mixed tumor (pleomorphic adenoma)
5) Warthin tumor
6) Lipoma
c. Malignansi :
6) Mucoepidermoid carcinoma
7) Adenoid cystic carcinoma;
8) Non-Hodgkin lymphoma
9) Malignant mixed tumor;
10) Lainnya: acinar cell carcinoma, adenocarcinoma, squamouscell carcinoma
d. Metastasis:
4) Skin squamous cell carcinoma or melanoma
5) Breast orlung carcinoma
6) Nodal non-Hodgkin lymphoma
10. Penatalaksanaan
Pengobatan tumor parotisadalah multidisipliner termasuk bedah, neurologi,
radiologi diagnostic dan inventersional, onkologi dan patologi. Factor tumor dan
pasien harus diperhitungkan termasuk keparahannya, besarnya tumor, tingkat
morbiditas serta availabilitas tenaga ahli dalam bedah, radioterapi dan khemoterapi.
23
a. Tumor operable
1) Terapi utama
Terapi utama pada tumor parotis yang operable adalah pembedahan,
dapat berupa:
a. Parotidektomi superfisial, dilakukan pada tumor jinak parotis lobus
superfisialis.
b. Parotidektomi total, dilakukan pada :
i. Tumor ganas parotis yang belum ada ekstensi ekstraparenkim
dan n.VII
ii. Tumor jinak parotis yang mengenai lobus profundus
c. Parotidektomi total diperluas, dilakukan pada tumor ganas parotis
yang sudah ada ekstensi ekstraparenkim atau n.VII
d. Deseksi leher radikal (RND), dikerjakan bila terdapat metastase
kelenjar getah bening leher yang masih operabel (Espat , 2001).
2) Terapi tambahan
Terapi tambahan berupa radioterapi pasca bedah dan diberikan pada
tumor ganas dengan kriteria :
a. High grade malignancy
b. Masih ada residu makroskopis atau mikroskopis
c. Tumor menempel pada syaraf (n.fasialis, n.lingualis, n.hipoglosus,
n. asesorius )
d. Setiap T3,T4
e. Karsinoma residif
f. Karsinoma parotis lobus profundus
Radioterapi sebaiknya dimulai 4-6 minggu setelah pembedahan untuk
memberikan penyembuhan luka operasi yang adekuat, terutama bila
telah dikerjakan alih tandur syaraf.
-
b. Tumor inoperabel
24
1) Terapi utama
Radioterapi
2) Terapi tambahan
Kemoterapi :
a) Untuk
jenis
adenokarsinoma
(adenoid
cystic
carcinoma,
diulang tiap
3minggu
diulang tiap
3minggu
(Anil, 2004).
c.
d.
diulang tiap
3minggu
diulang tiap
3minggu
Prognosis
Prognosis pada tumor maligna sangat tergantung pada histology, perluasan local
dan besarnya tumor dan jumlah metastasis kelenjar leher.Jika sebelum penanganan
tumor maligna telah ada kehilangan fungsi saraf, maka prognosisnya lebih
buruk.Untuk tumor maligna, pengobatan dengan eksisi dan radiasi menghasilkan
tingkat kesembuhan sekitar 50%, bahkan pada keganasan dengan derajat
tertinggi.Ketahanan hidup 5 tahun kira-kira 5%, namun hal ini masih tetap tergantung
kepada histologinya (Lee, 2003)
BAB III
PENUTUP
Kelenjar parotis adalah kelenjar liur yang berpasangan, berjumlah 2.Kelenjar
parotis merupakan kelenjar liur yang terbesar.Tumor pada ini relatif jarang terjadi,
persentasenya kurang dari 3% dari seluruh keganasan pada kepala dan
leher.Keganasan pada tumor kelenajar liur berkaitan dengan paparan radiasi, faktor
26
genetik, dan karsinoma pada dada. Sebagian besar tumor pada kelenjar liur terjadi
pada kelenjar parotis, dimana 75% - 85% dari seluruh tumor berasal dari parotis dan
80% dari tumor ini adalah adenoma pleomorphic jinak (benign pleomorphic
adenomas).
Tumor kelenjar parotis baik itu jinak atau ganas akan muncul sebagai suatu
massa berbentuk soliter, berkembang diantara sel-sel pada kelenjar yang terkena.
Pertumbuhan yang cepat dari massa dan rasa sakit pada lesi itu berkaitan dengan
perubahan ke arah keganasan, tetapi bukan sebagai alat diagnostik. Keterlibatan saraf
fasialis (N.VII) umumnya sebagai indikator dari keganasan,walaupun gejala ini hanya
nampak pada 3% dari seluruh tumor parotis dan prognosisnya buruk.
Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik, tumbuhnya lambat, dan
berbentuk massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya 10-29% pasien dengan
keganasan
pada
kelenjar
parotisnya.Rasa
nyeri
yang
bersifat
episodik
mengindikasikan adanya peradangan atau obstruksi daripada akibat dari keganasan itu
sendiri.Massa pada kelenjar liur yang tidak nyeri dievaluasi dengan aspirasi
menggunakan jarum halus (Fine Needle Aspiration) atau biopsi.Pencitraan
menggunakan CT-Scan dan MRI dapat membantu. Untuk tumor ganas, pengobatan
dengan eksisi dan radiasi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar 50%, bahkan pada
keganasan dengan derajat tertinggi
Untuk terapi dilakukan reseksi tergantung dari stadiumnya.Terapi tambahan
berupa
radiasi
pasca
operasi
atau
kemoterapi
dapat
diberikan
dengan
HarnsbergerH.R., Osborn A.G. 1991. Differential Diagnosis of Head and Neck Lesions Based
on Their Space of Origin.AJR 157:147-154.
Joe V.Q., Westesson P.L. 1994. Tumors of the Parotid Gland: MR Imaging Characteristics of
Various Histologic Types. AJR163:433-438
Peraboi. 2003. Protokol Penatalaksanaan Tumor/ Kanker Kelenjar Air Liur.
Adams LG, Boies RL, Paparella MM. Dalam: Buku Ajar Penyakit THT , Ed.6. Jakarta :
EGC, 1997: 305-319.
Gregory Masters, Bruce Brockstein. Dalam :Head and Neck Cancer. USA: Kluwer Academic
Publishers,2003: 158-161.
Beers MH, Porter RS. Dalam: Merck Manual of Diagnosis and Theraphy, Ver.10.2.3. USA:
Merck Research Laboratories,2007.
Susan, Standring. Dalam: Grays Anatomy: The Anatomical Basis of Clinical Practice. USA:
Elsevier, 2005: 515-518.
Grays Anatomy:The Anatomical Basis of Clinical Practice. USA: Elsevier, 2005: 515-518
28