Audiometri Nada Murni
Audiometri Nada Murni
I. Definisi Audiometri
Audiometri berasal dari kata audire dan metrios yang berarti mendengar dan
mengukur (uji pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan untuk mengukur ketajaman
pendengaran, tetapi juga dapat dipergunakan untuk menentukan lokalisasi kerusakan
anatomis yang menimbulkan gangguan pendengaran.1
Audiometer nada murni merupakan prosedur uji sensitivitas masing masing telinga
dengan menggunakan alat listrik yang dapat menghasilkan bunyi nada-nada murni dari
frekuensi bunyi yang berbeda beda, yaitu 250, 500, 1000, 2000, 4000 dan 8000 Hz dan dapat
diatur intensitasnya dalam satuan desibel (dB). Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui ear
phone atau melalui bone conductor ke telinga orang yang diperiksa pendengarannya.
Hasilnya akan diperiksa secara terpisah, untuk bunyi yang disalurkan melalui ear phone
mengukur ketajaman pendengaran melalui hantaran udara, sedangkan melalui bone
conductor telinga mengukur hantaran tulang pada tingkat intensitas nilai ambang. Dengan
membaca audiogram yang dihasilkan kita dapat mengetahui jenis dan derajat kurang
pendengaran seseorang. Gambaran audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran
normal dan berusia sekitar 18-30 tahun merupakan nilai ambang baku pendengaran untuk
nada murni.1,2
Tujuan pemeriksaan adalah menentukan tingkat intensitas terendah dalam dB dari tiap
frekuensi yang masih dapat terdengar pada telinga seseorang, dengan kata lain ambang
pendengaran seseorang terhadap bunyi.2
II. Manfaat Audiometri1
1. Untuk kedokteran klinik , khususnya menentuksn penyakit telinga
2. Untuk kedokteran kehakiman, sebagai dasar tuntutan ganti rugi
3. Untuk kedokteran pencegahan, mendeteksi ketulian pada anak-anak, pekerja pabrik
Nada murni (pure Tone): merupakan bunyi yang hanya mempunyai satu frekuensi,
audiogram.
Nilai nol audiometrik (audiometric zone) dalam dB HL dan dB SL, yaitu intensitas
nada murni yang terkecil pada suatu fekuensi tertentu yang masih dapat didengar oleh
telinga rata-rata dewasa muda yang normal (18-30 tahun). Pada tiap frekuensi
intensitas nol audiometrik tidak sama. Pada audiogram angka-angka intensitas dalam
dB bukan menyatakan kenaikan linier, tetapi merupakan kenaikan logaritmik secara
pembanding. Terdapat dua standar yang dipakai adalah ISO (International Standard
Organization) dan ASA (American standard Association). Dengan nilai berupa
0dB ISO = -10 dB ASA atau 10dB ISO = 0 dB ASA
Notasi pada audiogram. Untuk pemeriksaan audiogram dipakai grafik AC, yaitu
dibuat dengan garis lurus penuh (intensitas yang diperiksa antara 125 8000 Hz) dan
grafik BC yaitu dibuat dengan garis terputus-putus (intensitas yang diperiksa: 250
4000 Hz). Untuk telinga kiri dipakai warna biru sedangkan untuk telinga kanan,
warna merah.
Grafik audiogram, garis vertical menandakan frekuensi. 125 Hz pada garis vertical
paling kiri grafik menandakan frekuensi nada rendah. Semakin ke kanan maka
frekuensi nada makin tinggi (gambar 2a). Frekuensi berbicara terdapat pada 5003000 Hz. Garis horizontal menyatakan intensitas suara. 0 dB pada garis paling atas
menandakan suara yang sangat lemah, dan semakin kebawah intensitas bunyi makin
tinggi (gambar 2b). 5
Gambar 2. a, Analogi garis vertical pada grafik audiogram; b,Analogi garis horizontal
pada grafik audiogram 5
V. Cara Pemeriksaan Audiometri Nada Murni: 6
1. Manual audiometry, juga dikenal sebagai conventional audiometry
2. Automatic audiometry, juga dikenal sebagai Bksy audiometry
3. Computerized audiometry
VI. Syarat pemeriksaan Audiometri Nada Murni
1. Alat Audiometer 5,6
Audiometer yang tersedia di pasaran terdiri dari enam komponen utama yaitu;
a. Oksilator yang menghasilkan berbagai nada murni,
b. amplifier untuk menaikkan internsitas nada murni hingga dapat terdengar,
c. pemutus (interrupter) yang memungkinkan pemeriksamenekan dan mematikan
tombol nada murni secara halus tanpa tedengar bunyi lain,
d. attenuator agar pemeriksa dapat menaikkan dan menurunkan intensitas ke tingkat
yang dikehendaki,
e. earphone yang mengubah gelombang listrik menjadi bunyi yang dapat didengar,
dubutuhkan uantuk menyelubungi bunyi tertentu yang sedang digarap. Ini adalah
bunyi masking yang paling efektif untuk audiometerik nada murni.
Pada audiometri terdapat pilihan nada dari oktaf yaitu 125, 250, 500, 1000, 2000,
4000 dan 8000 Hz yang memungkinkan intensitas lebih dari 110 dB. Standar alat yang
digunakan berdasarkan BS EN 60645-1(IEC 60645-1).2,6,7
Alat audiometer harusnya selalu dapat dikalibrasi dengan exhaustive electroacoustic
calibrations oleh badan pengkalibrasian nasional. Pemeriksaan termasuk pemeriksaan cara
pakai, dan penyesuaian bioakustik seharusnya dilakukan tiap hari sebelum digunakan, sesuai
standar BS EN ISO 389 series.6,7
2. Lingkungan Pemeriksaan yang Baik
Orang yang diperiksa seharusnya dapat dilihat sepenuhnya oleh pemeriksa. Orang
tersebut tidak boleh melihat atau mendengar pemeriksa dan audiometernya. Pemeriksaan
dilakukan di dalalam ruangan dengan tingkat kebisingan terendah sehingga kepekaan
pendengaran pasien tidak terganggu. Suara tambahan tidak boleh lebih dari 38 dB.
Pemeriksaan ini sesuai standard BS EN ISO 8253-1.6,7
3. Kontrol Infeksi
Alat yang telah terkena kontak dengan pasien harus dilakukan prosedur kontrol
infeksi. Alat yang dipakai harus dibersihkan dan disinfeksi setiap kali pemakaian. Pemakaian
disposable ear phone sangat direkomendasikan. Pemeriksa harus cuci tangan dengan sabun
ataupun alkohol sebelum menyentuh pasien.6
VIII. Teknik pemeriksaan
Sebelum dilakukan pemeriksaan, anamnesis mengenai riwayat penyakit harus telah
didapatkan dan pemeriksaan otoskopi telah dilakukan. Tanyakan apakah menderita tinnitus
atau apakah tidak tahan suara keras. Tanyakan pula telinga yang mendengar lebih jelas.
Usahakan pasien lebih kooperatif. 7,8
Hanya untuk memastikan kanal tidak tersumbat. Telinga harus bebas dari serumen. Alat bantu
dengar harus dilepas setelah instruksi pemerisa sudah dijalankan.8
Pemberian instruksi
Berikan perintah yang sederhana dan jelas. Jelaskan bahwa akan terdegar serangkaian bunyi
yang akan terdengar pada sebelah telinga. Pasien harus memberikan tanda dengan
Seleksi telinga
Urutan frekuensi
Prosedur dasar pemeriksaan ini adalah, a) dimulai dengan signal nada yang sering didengar
(familiarization), b) pengukuran ambang pendengaran. Dua cara menentukan nada
familiarization: 6
1. Dengan memulai dari 1000 Hz, dimana pendengaran paling stabil, lalu secara
bertahap meningkatkan oktaf lebih tinggi hingga terdengar.
2. Pemberian nada 1000 Hz pada 30 dB. Jika terdengar, lakukan pemeriksaan ambang
pendengaran. Jika tidak terdengar nada awal di tinggkatkan intensitas bunyi hingga 50
dB, dengan menaikkan tiap 10 dB hingga tedengar.
Familiarization tidak selalu dilakukan pada setiap kasus. Terutama pada kasus forensic atau
pasien dengan riwayat ketulian.6
VII. Interpretasi Audiogram
Terdapat ambang dengar menurut konduksi udara (AC) dan menurut konduksi tulang
(BC). Apabila ambang dengar ini dihubungkan dengan garis, baik AC maupun BC, maka
akan didapatkan didalam audiogram.9
1. Audiogram Normal
Secara teoritis, bila pendengaran normal, ambang dengar untuk hantaran udara
maupun hantaran tulang tercatrat sebesar 0 dB. Pada anakpun keadaan ideal seperti ini sulit
tercapai terutam pada frekuensi rendah bila terdapat bunyi lingkungan (ambient noise). Pada
keadaan tes yang baik, audiogram dengan ambang dengar 10 dB pada 250, 500 Hz 0 dB pada
1000, 2000,4000, 10000 Hz pada 8000 Hz dapat dianggap normal. 9
Penurunan Pendengaran akan menetap sekitar 55-60 dB pada pasien otitis media. Selama
koklea normal, gangguan pendengaran maksimum tidak melebihi 60 dB. Konfigurasi
audiogram pada tuli konduktif biasanya menunjukkan pendengaran lebih pada frekuensi
rendah. Dapat pula berbentuk audiogram yang datar.2,9
terutama berkurang pada frekuensi tinggi. Tuli sensorineural karena presbikusis dan tuli suara
keras biasanya terjadi pada nada dengan frekuensi tinggi. 10
Apabila tingkat konduksi udara normal, hantaran tulang harusnya normal pula. Bila
konduksi udara dan konduksi tulang keduaduannya abnormal dan pada level yang sama,
maka pastilahnya masalah terletak pada koklea atau N. VIII, sedangkan telinga tengah
normal.10
10
Interpretasi
Normal
Tuli ringan
Tuli sedang.
Tuli berat
Tuli sangat berat
Nilai ambang dengar dapat diukur dengan menggunakan indeks Fletcher, yaitu:3
Misal, ambang dengar (AD)= AD 500Hz+ AD 1000Hz+AD 2000 Hz
3
Menurut kepustakanaan terbaru frekuensi 4000 Hz berperan penting untuk pendengaran,
sehingga perlu turut diperhitungkan, sehingga derajat ketulian dihitung dengan menambahkan
ambang dengar 4000Hz dengan kteriga ambang dengar di atas lalu dibagi 4.3
Misal, ambang dengar (AD) = AD 500Hz+ AD 1000Hz+AD 2000 Hz+ AD 4000Hz
4
11