Anda di halaman 1dari 10

Perkembangan Perundingan

Perdagangan di WTO Dalam


Kerangka Post-Bali

Dinar Henrika Br Sinurat


Direktur Perdagangan, Perindustrian, Investasi
dan Hak Kekayaan Intelektual
Direktorat Jenderal Multilateral
Kementerian Luar Negeri
Republik Indonesia
Forum Kajian Kebijakan Luar Negeri (FKKLN)
Penguatan Kinerja Diplomasi Ekonomi Indonesia
dalam Menghadapi Perkembangan Rezim
Investasi dan Perdagangan Internasional
Yogyakarta, 22 Mei 2015

KTM WTO 8, 2011: Political Guidance untuk early harvest


KTM WTO 9, 2013 menyepakati:
Paket Bali:

(1) Persetujuan Fasilitasi Perdagangan


(2) Pertanian, yang mencakup:
- General Services;
- Public Stockholding for Food Security Purposes;
- Tariff Rate Quota Administration;
- Export Competition (political declarations)
(3) Development and LDC issues, yang mencakup:
- S & D Monitoring Mechanism (Ministerial Decision)
- Duty Free Quota Free Market Access;
- Preferential Rules of Origin;
- Operationalization of Service Waiver
- Cotton
Pembentukan Post-Bali Work Program: deadline akhir Juli
2015

Assessment atas Hasil KTM 9


TFA (legally binding, mengubah WTO Agreement)

vs. Pertanian (some are legally binding, some not)


dan Pembangunan (balanced vs. unbalanced)
India: Protokol Amandemen TFA tidak dapat
disetujui selama solusi permanen untuk public
stockholding tidak disepakati
GC Decisions, 27 November 2014: klarifikasi
bahwa interim solution berlaku selama
permanent solution belum disepakati

Trade Facilitation Agreement/TFA


Mewajibkan anggota untuk memberikan fasilitasi perdagangan melalui

perbaikan prosedur kepabeanan, pembangunan infrastruktur,


penyesuaian aturan nasional ke dalam aturan internasional
Bila tidak dilaksanakan dapat dibawa ke DSB
TFA dinilai lebih mendukung kepentingan eksportir dan negara yang
berhasil mengembangkan value added chains, serta terlibat dalam
global production network (umumnya negara maju)
Negara maju jauh lebih siap, sementara beban yang akan ditanggung
oleh negara berkembang lebih besar karena harus mempersiapkan
infrastruktur
Saat ini implementasi TFA banyak didorong melalui program-program
World Bank dan forum-forum internasional lainnya
TFA memang positif, tetapi tetap perlu memperhatikan kesiapan agar
dapat memanfaatkan fasilitasi perdagangan untuk meningkatkan
ekspor
Indonesia: kesiapan implementasi National Single Window,
infrastruktur dan pembiayaan yang besar

Contentious issues Post-Bali Work Program (1)


Penentuan
Dasar
Perundingan

apakah
menggunakan Draft Modalitas 2008 atau perlu
menyusun modalitas baru:
Umumnya negara maju menilai draft Modalitas
2008 sudah tidak relevan dengan perkembangan
saat ini: tidak ada klasifikasi bagi emerging
countries
Negara berkembang menganggap Rev. 4 harus
menjadi dasar karena sudah dianggap balanced
Pendekatan:
ada kekhawatiran bahwa PBWP hanya akan
mencakup tiga pilar (pertanian, NAMA, dan jasa)
dan meninggalkan isu runding DDA lainnya
Putaran Doha selesai? (KTM 10, Nairobi)

Contentious issues Post-Bali Work Program (2)


PERTANIAN
1. pemotongan subsidi:
disiplin Green Box untuk negara maju oleh Brazil dan Argentina
(adanya box-shifting, US Farm Bill mengalokasikan subsidi 790 milyar
dolar per 10 tahun)
Pengurangan de minimis bagi anggota yang memiliki komitmen AMS
(Rev. 4)
Keinginan AS untuk membatasi input subsidies yang diperbolehkan
bagi negara berkembang (Article 6.2 AoA)
2. pemotongan tarif:
General tier formula dianggap rumit
Muncul proposal baru:
Pemotongan secara average bagi negara maju dan berkembang
Simplification (EU)
Request & Offer
3. penghapusan subsidi ekspor, pendisiplinan kredit ekspor, jaminan kredit
ekspor dan program asuransi (dikaitkan dengan 3 pilar lainnya),
pendisiplinan state trading

Contentious issues Post-Bali Work Program (3)


NAMA
pemotongan tariff:
Swiss Formula dianggap tidak balanced karena hanya
memberikan pemotongan tarif yang lebih besar kepada
negara berkembang
Usulan baru: request & offer (Argentina)
fleksibilitas bagi negara berkembang dan LDCs tercermin pada
koefisien pemotongan tarif
Sectoral initiative: bagi anggota yang menginginkan pemotongan
secara lebih ambisius (didorong oleh AS)
Munculnya plurilateral: EGs dan ITA Expansion (pembahasan
mengenai product coverage)
J

Contentious issues Post-Bali Work Program (3)


JASA DAN ISU-ISU BARU
Jasa : Trade in Services Agreement (TISA)> Australia
I
EGS : Egs List oleh beberapa anggota APEC
Food Security : dalam konteks investasi
ITA Expansion
Government Procurement Agreement/GPA

Tantangan Kinerja Diplomasi


Ekonomi Indonesia
Perlunya strategi yang jelas dalam pengembangan sektor
pertanian, industri, dan jasa
Pertanian: kesiapan pengurangan subsidi dan tariff
(program khusus untuk kedelai, jagung, bawang)
NAMA: pengalaman ITA 1; penurunan tarif
Jasa: telah banyak dilakukan secara unilateral
(autonomous liberalization); penguatan regulasi
domestik (sistem sertifikasi, kualifikasi)
Meningkatnya tuntutan pada emerging economies untuk
memberikan konsesi
Peningkatan upaya untuk dapat terlibat dalam global
value chains
Kesiapan implementasi TFA dan isu-isu baru

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai