LP TBC
LP TBC
TBC
1. Definisi
Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi (Arief Mansjoer, dkk, 2002)
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru.
(Smelzer & Bare, 2002).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru
Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningens, ginjal,
tulang, dan nodus limfe. (Suzanne C. Smeltzer & Bare, 2002 ).
2. Etiologi
Penyebabnya adalah kuman mycobacterium tuberculosa. Sejenis kuman yang berbentuk
batang denagn ukuran panjang 1-4 /mm dan tebal 0,3-0,6 /mm. sebagian besar kuman terdiri
atas asam lemak (lipid). Lipid ini adalah yang membuat kuman lebih tahan terhadap
gangguan kimia dan fisik.
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin.
3. Manifestasi klinis
1. Gejala Umum
Batuk terus menerus dan berdahak 3 (tiga) minggu atau lebih.
Merupakan proses infeksi yang dilakukan Mycobacterium Tuberkulosis
yang
b. Batuk darah
Terjadi akibat perdarahan dari saluran napas bawah, akibat iritasi karena proses
batuk dan infeksi Mycobacterium Tuberkulosis.
c.
d. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan
(malaise), berkeringat malam walau tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari
sebulan. Merupakan gejala yang berurutan terjadi, akibat batuk yang terus menerus
mengakibatkan kelemahan, serta nafsu makan berkurang, sehingga berat badan juga
menurun, karena kelelahan serta infeksi mengakibatkan kurang enak badan dan
demam meriang, karena metabolisme tinggi akibat pasien berusaha bernapas cepat
mengakibatkan berkeringat pada malam hari.
4. Patofisiologi
Port de entri kuman microbaterium tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit, kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui
udara (air borne), yaitu melalui inhalasi droppet yang mengandung kuman-kuman basil
tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai permukaan
alveolus biasanya diinhalasi terdiri dari satu sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar
cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan
penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya di bagian bawah lobus atau paruparu, atau di bagian atas lobus bawah. Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi
peradangan. Sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia
seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau
proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam
sel.
5. Path way
terlampir
6. Komplikasi
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut :
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
2. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
3. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
7. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a) Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit
b) Pemeriksaan Hb
c) Pemeriksaan Leukosit
d) GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru.
e)
Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi; contoh
hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB
paru kronis luas.
2.
Pemeriksaan Radiologis Foto thorak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada
area paru.
8. Penatalaksanaan Medis
1. Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap OAT.
2. Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi) . Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT KDT)
lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat
(PMO).
c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
1) Tahap awal (intensif)
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya
pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam 2 bulan.
2) Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama
Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data ada urutan urutan kegiatan yang dilakukan yaitu :
a. Identitas klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat tinggal
(alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan satitasi
kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya
riwayat kontak dengan penderita TB paru yang lain.
b. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan
saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan
menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari
pengonbatan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang mungkin
sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis
paru yang kembali aktif.
d. Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita penyakit
tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.
e. Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan
yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak
f.
Intervensi
1)
Rasional
Penurunan
bunyi
napas
dapat
Penurunan dispneu
BB meningkat
Intervensi
Rasional
1. Kaji adanya gangguan bunyi atau pola 1. TB paru menyebabkan efek luas pada paru
nafas
2. Tingkatkan
tirah
baring/batasi
aktivitas
3. Kolaborasi
berikan
sukai
3.
Rasional
Membantu
dalam
mengidentifikasi
sering
4. Kolaborasi : ahli diit untuk komposisi diit diit dengan nutrisi adekuat
5.
sesuai indikasi
Demam
meningkatkan
kebutuhan
Kreiteria hasil
Intervensi
1.
2.
3.
Rasional
Respon bervariasi dari hari ke hari
Mengurangi kebutuhan energi
Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan
kebutuhan metabolik
5. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang
dicintai.
Tujuan
Kriteria Hasil: dengan kriteria pasien dan keluarga berinteraksi dengan cara yang
konstruktif
Intervensi
1.
Rasional
Kaji koping keluarga terhadap sakit Memulai suatu hubungan dalam bekerja secara
pasein dan perawatannya
konstruktif dengan keluarga.
2.
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang
beresiko.
Tujuan:
Kriteria Hasil: tidak ada tanda-tanda infeksi baru, hasil lab tidak menunjukkan tanda
infeksi oportunis, tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada luka
atau eksudat.
Intervensi
1.
2.
Rasional
Untuk pengobatan dini
Mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen
yang diperoleh di rumah sakit.
Mencegah bertambahnya infeksi
5.
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR KONSULTASI
No
Tanggal
Revisi
Paraf
/ TTD