Jtptunimus GDL Wahyudic2a 5235 2 Bab2 PDF
Jtptunimus GDL Wahyudic2a 5235 2 Bab2 PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Baja
Baja adalah besi karbon campuran logam yang dapat berisi konsentrasi
dari element campuran lainnya, ada ribuan campuran logam lainnya yang
mempunyai perlakuan bahan dan komposisi berbeda. Sifat mekanis adalah
sensitif kepada isi dari pada karbon, yang mana secara normal kurang dari
1,0%C. Sebagian dari baja umum digolongkan menurut konsentrasi karbon,
yakni ke dalam rendah, medium dan jenis karbon tinggi.
Baja merupakan bahan dasar vital untuk industri. Semua segmen
kehidupan, mulai dari peralatan dapur, transportasi, generator pembangkit
listrik, sampai kerangka gedung dan jembatan menggunakan baja. Besi baja
menduduki peringkat pertama di antara barang tambang logam dan produknya
melingkupi hampir 90 % dari barang berbahan logam.
2.2
Karbon (C), Mangan (Mn), silicon (Si), nikel (Ni), fosfor (P), belerang (S).
Kemudian leburan besi dipindahkan ke tungku lain (converter) dan diembuskan
gas oksigen untuk mengurangi kandungan karbon.
Untuk menghilangkan kembali kandungan oksigen dalam baja cair,
ditambahkan Al, Si, Mn. Proses ini disebut dioksidasi. Setelah dioksidasi, baja
cair dialirkan dalam mesin cetakan kontinu berupa slab atau dicor dalam
cetakan berupa ingot. Slab dan ingot itu diproses dengan penempaan panas,
rolling panas, penempaan dingin, perlakuan panas, pengerasan permukaan dan
lain-lain untuk dibentuk menjadi sebuah produk atau kerangka dasar dari sebuah
produk.
Baja merupakan paduan besi (Fe) dengan karbon (C), dimana kandungan
karbon tidak lebih dari 2%.
Baja banyak digunakan karena baja mempunyai sifat mekanis lebih baik
dari pada besi, sifat baja antara lain :
Tangguh dan ulet
Mudah ditempa
Mudah diproses
Sifatnya dapat diubah dengan mengubah karbon
Sifatnya dapat diubah dengan perlakuan panas
Kadar karbon lebih rendah dibanding besi
Banyak di pakai untuk berbagai bahan peralatan.
2.3
Klasifikasi Baja
2.3.1
2.
10
3.
11
2.3.2
Berdasarkan Komposisi
Dalam prakteknya baja terdiri dari beberapa macam yaitu:
12
dapat dilakukan dengan satu unsur atau lebih, tergantung dari karakteristik
atau sifat khusus yang dikehendaki.
Unsur-unsur paduan untuk baja ini dibagi dalam dua golongan yaitu :
a. Unsur yang membuat baja menjadi kuat dan ulet, dengan
menguraikannya ke dalam ferrite (misalnya Ni, Mn, sedikit Cr dan
Mo). Unsur ini terutama digunakan untuk pembuatan baja konstruksi.
b. Unsur yang bereaksi dengan karbon dalam baja dan membentuk
karbida yang lebih keras dari sementit (misalnya unsur Cr, W, Mo, dan
V) unsur ini terutama digunakan untuk pembuatan baja perkakas.
13
2.4
Baja ST 40
Baja ST 40 termasuk baja karbon rendah dengan kandungan karbon
kurang dari 0,3%. ST 40 ini menunjukkan bahwa baja ini dengan kekuatan
tarik 40 kg / mm. (diawali dengan ST dan diikuti bilangan yang
menunjukan kekuatan tarik minimumnya dalam kg/mm).
Baja ST 40 ini secara teori mempunyai nilai kekerasan yang lebih
rendah dibandingkan dengan besi cor, dengan adanya perlit dan ferit karena
perlit yang ada lebih banyak dari pada ferit.
Aplikasi baja ST 40 antara lain :
Digunakan untuk kawat, paku, wire mesh, peralatan automotif dan
sebagai bahan baku welded fabrication ( kisi kisi jendela atau pintu
dan jeruji)
Aplikasi khusus seperti untuk kawat elektroda berlapis untuk
keperluan pengelasan.
14
2.5
pembentukkan Fe, S, yang titik cairnya lebih rendah dari titik cair baja.
Akibatnya kegetasan pada suhu tinggi dapat dihindari, disamping itu
menguatkan fasa ferit.
c. Silikon (Si)
Silikon berfungsi sebagai deoksidasi, silikon juga dapat menaikkan
hardenability dalam jumlah sedikit, tetapi dalam jumlah yang banyak akan
menurunkan keuletan. Biasanya unsur-unsur kimia lainnya seperti mangan,
molybdenum dan chromium akan muncul dengan adanya silikon. Kombinasi
silikon dengan unsur-unsur tersebut akan menambah kekuatan dan
ketangguhan dari baja.
d. Chromium (Cr)
Chromium ditemukan dalam jumlah yang banyak pada baja-baja
perkakas dan merupakan elemen penting setelah karbon. Chromium
merupakan
salah
satu
unsur-unsur
pembentuk
karbida
dan
dapat
16
f. Vanadium (V)
Vanadium dalam baja-baja perkakas berperan sebagai salah satu unsur
pembentuk karbida. Vanadium juga merupakan unsur penyetabil martensit.
Pada saat proses temper, karbida vanadium berpresipitat di batas butir ferit.
Hal ini akan menaikan harga kekerasan. Biasanya terjadi pada temperatur
temper 500 - 600C. Vanadium dapat menurunkan hardenability karena
karbida-karbida
yang
terbentuk
dapat
menghambat
pengintian
dan
17
i. Sulfur (S)
Sulfur dapat membuat baja menjadi getas pada temperatur tinggi, oleh
karena itu dapat merugikan baja yang digunakan pada suhu tinggi. Umumnya
kadar sulfur harus dikontrol serendah-rendahnnya, yaitu kurang dari 0,05 %.
j. Phospor (P)
Phospor dalam jumlah besar dalam baja dapat menaikkan kekuatan
dan kekerasan, tetapi juga menurunkan keuletan dan ketangguhan impak.
Pada baja-baja konstruksi kandungan phosphor dibatasi dengan kandungan
maksimum yang biasanya tidak lebih dari 0,05%.
2.6
18
dengan
mikroskop
bahwa
terdapat
bagian
bagian
hypereutectoid, zona yang terdiri dari perlit dan jaringan sementit yang
19
putih, diikuti zona euktektoid, hanya terdiri dari perlit dan terakhir
adalah zona hypeutektoid, yang terdiri dari perlit dan ferrit, dimana
jumlah ferrit meninggkat hingga pusat dicapai.
Contoh : Karburasi Padat ( pack carburizing ),Karburasi Gas ( gac
carburizing dan Karburasi Cair ( liquid carburizing )
Di dalam laporan ini penulis hanya membahas tentang Pack
carburizing ( Karburasi Padat ).
Untuk memungkinkan perlakuan panas yang tepat, susunan kimia baja
harus diketahui karena perubahan komposisi kimia, khususnya karbon dapat
mengakibatkan perubahan sifat-sifat fisik.
Elemen pokok dari beberapa perlakuan panas adalah siklus pemanasan
(Heating Cycle), temperatur penahanan (Holding temperatur), waktu dan
siklus pendinginan (Cooling cycle). Waktu pendinginan akan mempengaruhi
terjadinya perubahan struktur mikro dalam baja. Berikut merupakan diagram
waktu pendinginan.
Gambar
2.1
Diagram
20
21
22
23
24
apabila laju pendinginan lebih di percepat lagi maka difusi akan terbatas pada
jarak yang dekat sehingga akhirnya menghasilkan lapisan tipis lebih banyak.
5. Martensit
Adalah suatu fasa yang terjadi karena pendinginan yang sangat cepat
sekali,dan terjadi pada suhu dibawah eutektoid tetapi masih diatas suhu
kamar. Karena struktur austenit FCC tidak stabil maka akan berubah menjadi
struktur BCT secara serentak. Pada reaksi ini tidak terjadi difusi tetapi terjadi
pengerasan (dislokasi). Semua atom bergerak serentak dan perubahan ini
langsung dengan sangat cepat dimana semua atom yang tinggal tetap berada
pada larutan padat karena terperangkap dalam kisi sehingga sukar menjadi
slip, maka martensit akan menjadi kuat dan keras tetapi sifat getas dan rapuh
menjadi tinggi.Martensit dapat terjadi bila austenit didinginkan dengan cepat
sekali (dicelup) hingga temperatur dibawah pembentukkan bainit.
Martensit terbentuk karena transformasi tanpa difusi sehingga atomatom karbon seluruhnya terperangkap dalam larutan super jenuh. Keadaan ini
yang menimbulkan distorsi pada struktur kristal martensit dan membentuk
BCT. Tingkat distorsi yang terjadi sangat tergantung pada kadar karbon.
Karena itu martensit merupakan fasa yang sangat keras namun getas.
2.6.2
karakter
yang diinginkan
dapat
25
dilakukan
melalui
pemanasan dan
memahami macam-macam fase dan struktur kristal yang terjadi pada saat
pendinginan dapat diamati dari diagram TTT .
Fasa austenit stabil berada di atas suhu 7700C. Pada suhu yang lebih
rendah akan terbentuk martensit dan mulai suhu tersebut martensit sudah tidak
tergantung pada kecepatan pendinginan. Struktur bainit akan terbentuk setelah
terbentuknya ferrit dan sementit. Jadi campuran antara ferrit dan sementit
adalah bainit seperti pada perlit. Perbedaan antara bainit dengan perlit adalah
bentuknya halus sedangkan perlit kasar.
Diagram TTT dipengaruhi oleh kadar karbon dalam baja, makin besar
kadar karbonya maka diagramnya akan semakin bergeser kekanan, demikian
pula dengan unsure paduan lainya. Apabila baja dipanaskan sampai
terbentuknya austenit, pendinginan akan berlangsung terus menerus tidak
isotermal biarpun dilakukan dengan berbagai media pendingin.
Untuk menentukan laju reaksi perubahan fasa yang terjadi dapat
diperoleh dari diagram TTT (Time Temperature Transformation). Diagram
TTT untuk baja karbon dengan C kurang dari 0,8% (hipoeutectoid) ditunjukan
dalam gambar 2.3 , sedangkan diagram TTT untuk baja C sama dengan 0,8%
(eutectoid) diberikan dalam gambar 2.4.
27
bergeser menurut kadar karbon. Posisi hidung bergeser makin kekanan yang
berarti baja karbon itu makin mudah untuk membentuk bainit/martensit atau
makin mudah untuk dikeraskan. Sedangkan Ms merupakan temperatur awal
mulai terbentuknya fasa martensit dan Mf merupakan temperatur akhir dimana
martensit masih bisa terbentuk.
Untuk mendapatkan hubungan antara kecepatan pendinginan dan
struktur mikro yang terbentuk biasanya dilakukan dengan menggabungkan
diagram kecepatan pendinginan kedalam diagram TTT yang dikenal dengan
diagram CCT (Continous Cooling Transformation) seperti yang terlihat dalam
gambar 2.5.
29
feritbainitmartensit,
kemudian
bainit
martensit dan akhirnya pada kecepatan yang tinggi sekali struktur yang terjadi
adalah martensit.
impact
(impact
strength)
akan
turun
karena
dengan
2.6.3
Hardening
Hardening adalah perlakuan panas terhadap baja dengan sasaran
Akibat penyejukan dingin dari daerah suhu pengerasan ini dicapailah suatu
keadaan paksa bagi struktur baja yang membentuk kekerasan. Oleh karena itu
maka proses pengerasan ini di sebut juga pengerasan kejut atau pencelupan
langsung kekerasan yang tercapai pada kecepatan pendinginan kritis
(martensit) ini di iringi kerapuhan yang besar dan tegangan pengejutan.
Pada setiap operasi perlakuan panas, laju pemanasan merupakan faktor
yang penting. Panas merambat dari luar ke dalam dengan kecepatan tertentu
bila pemanasan terlalu cepat, bagian luar akan jauh lebih panas dari bagian
dalam oleh karena itu kekerasan di bagian dalam benda akan lebih rendah dari
pada di bagian luar,dan ada nilai batas tertentu. Namun air garam atau air akan
menurunkan suhu permukaan dengan cepat, yang diikuti dengan penurunan
suhu di dalam benda tersebut sehingga di peroleh lapisan keras dengan
ketebalan tertentu.
2.6.4
Quenching
Quenching adalah proses pendinginan setelah mengalami pemanasan.
Media quenching dapat berupa oli, air, air garam, dan lain-lain sesuai dengan
material yang diquenching. Dimana kondisi sangat mempengaruhi tingkat
kekerasan. Pada quenching proses yang paling cepat akan menghasilkan
kekerasan tertinggi.
32
33
sehingga
terbentuk
gelembung
gelembung
udara
dan
34
2.6.5
35
3. Udara
Udara memberi pendinginan yang perlahan-lahan. Udara tersebut ada
yang disirkulasi dan ada pula yang tidak disirkulasi.
4. Garam
Garam memberi pendinginan yang cepat dan merata. Garam tersebut
terutama digunakan untuk proses Hardening.
2.6.6
Konstruksi
dari
Baja
Paduan
Menengah
Dianjurkan
36
Low Alloy Tool Steel Memerlukan holding time yang tepat, agar
kekerasan yang diinginkan dapat tercapai. Dianjurkan menggunakan
0,5 menit permilimeter tebal benda, atau 10 sampai 30 menit.
High Alloy Chrome Steel Membutuhkan holding time yang paling
panjang di antara semua baja perkakas, juga tergantung pada
temperatur pemanasannya. Juga diperlukan kombinasi temperatur dan
holding time yang tepat. Biasanya dianjurkan menggunakan 0,5 menit
permilimeter tebal benda dengan minimum 10 menit, maksimum 1
jam.
2.7
37
landasan untuk beban mayor. Sedangkan beban mayor adalah beban yang
diberikan pada benda uji sampai mencapai kedalaman tertentu pada
specimen dari identer. Jadi nilai kekerasan didasarkan pada kedalaman
bekas penekanan.
Metode ini sangat cepat dan cocok untuk pengujian massal. Karena
hasilnya dapat secara langsung dibaca pada jarum penunjuk, maka metode
ini sangat efektif untuk pengetesan massal.
Uji kekerasan ini banyak digunakan disebabkan oleh sifat-sifatnya
yang cepat dalam pengerjaannya, mampu membedakan kekerasan pada
baja yang diperkeras, ukuran penekanan relative kecil, sehingga bagian
yang mendapatkan perlakuan panas dapat diuji kekerasannya tanpa
menimbulkan kekerasan. Uji ini menggunakan kedalaman lekukan pada
beban yang konstan sebagai ukuran kekerasan.
Mula-mula diberikan beban kecil sebesar 10 kgf untuk
menempatkan benda uji. Hal ini untuk memperkecil kecenderungan
terjadinya penumbukan keatas atau penurunan yang disebabkan oleh
identer. Kemudian diberikan beban yang besar sebagai beban utama ,
secara otomatis kedalaman bekas penekanan akan terekam pada gauge
penunjuk yang menyatakan angka kekerasannya.
Pengujian kekerasan Rockwell didasarkan pada kedalaman
masuknya penekan benda uji, makin keras benda yang akan diuji makin
dangkal masuknya penekan tersebut. Sebaliknya semakin dalam
39
masuknya penekan tersebut berarti benda uji makin lunak. Cara Rockwell
disukai karena dapat dengan cepat mengetahui harga kekerasan suatu
material tanpa menghitung seperti cara brinell dan Vickers. Nilai
kekerasan dapat langsung dibaca setelah beban utama dihilangkan, dimana
beban awal masih menekan benda tersebut.
Uji
kekerasan
Rockwell
mempunyai
kemampuan
ulang
rendah.
Pengukuran
pada
permukaan
silinder
40
penekanan dari tiap sisi benda uji tersebut dan dari segala
macam penekan lainnya.
Tabel 2.1 Skala Kekerasan Rockwell
Skala
Beban Mayor
Tipe Identor
(kg)
A
60
Intan kerucut
100
150
Intan kerucut
100
Paduan alumunium,magnesium
yang diannealing
41
Kelebihan :
Dengan bekas tekanan yang kecil maka kekerasan rata-rata tidak dapat
ditentukan untuk bahan yang tidak homogeny.
2.8
Struktur Mikro
Struktur mikro yang dihasilkan akan mempengaruhi sifat mekanis
logam, karena pengaruh sifat dari fasa-fasa yang terbentuk. Sifat mekanis
logam seperti : kekerasan dan kekuatan tarik tidak dapat ditentukan dari sifat
masing-masing fasa. Karena fasa tersebut saling berinteraksi satu sama lain,
maka fasa yang lebih kuat akan menghambat slip dan mengalami pergeseran
42
dalam matriks yang lebih lemah. Hal ini dipengaruhi oleh efek kuantitas fasa,
efek ukuran fasa, pengaruh bentuk dan distribusi fasa.
Struktur ferit dan perlit dalam baja karbon seperti yang ditunjukkan
dalam diagram fasa Fe-Fe3C merupakan fasa-fasa yang seimbang, yang
dicapai melalui proses pendinginan perlahan-lahan. Struktur ferit mempunyai
kekuatan dan keuletan yang cukup menengahkan struktur perlit mempunyai
sifat keras dan kurang ulet. Perbedaan sifat mekanis tersebut dikarenakan
kadar karbon dalam fasa ferit lebih rendah jika dibandingkan kadar karbon
dalam fasa perlit. Dalam baja karbon kedua struktur ferit dan pelit biasanya
terjadi bersama-sama, dalam hal ini sifat mekanis baja karbon akan ditentukan
oleh volume fraksi dari masing-masing fasa.
Kadar karbon dalam martensit mencapai keadaan super jenuh sehingga
kekerasan sangat tinggi dibandingkan dengan struktur perlit. Kekerasan yang
sangat tinggi ini menyebabkan struktur martensit ini menjadi kurang ulet dan
bahkan cenderung bersifat getas. Kekerasan dan kekuatan yang tinggi dari
martensit disebabkan karena struktur martensit bertindak sebagai penghalang
yang sangat kuat terhadap pergerakan dislokasi.
Disamping karena pengaruh jenis fasa yang terbentuk, sifat mekanis
logam juga dipengaruhi oleh struktur mikronya, seperti : ukuran butir, bentuk
dan distribusi butiran.
43
2.9
Batas Butiran
Baja dengan butiran yang kasar memiliki sifat kurang tangguh dan
kecenderungan untuk distorsi, namun baja jenis ini lebih mudah untuk
permesinan dan memiliki kemampuan pengerasan yang lebih baik. Baja yang
berbutir halus disamping lebih halus juga lebih ulet dan kurang peka terhadap
distorsi atau retak sewaktu perlakuan panas. Besar butir dapat dikendalikan
melalui komposisi pada waktu proses pembuatan akan tetapi setelah baja jadi,
pengendalian dilakukan melalui perlakuan panas.
Jika logam dipanaskan sampai temperatur sekitar 723C, tidak akan
terjadi perubahan fasa maupun perubahan pada ukuran butiran. Diatas garis
A1 akan terjadi proses rekristalisasi atau terbentuknya butiran baru. Butiran
baru tersebut terbentuk karena transformasi fasa membentuk fasa baru yaitu
fasa austenit. Pada saat garis A3 proses rekristalisasi berhenti, hasil akhirnya
adalah fasa austenit dan fasa ferit dengan ukuran butiran yang minimum, lihat
gambar 2.15. Jika pemanasan diteruskan diatas garis A3 maka akan terjadi
pertumbuhan butiran, ukuran butiran austenit ini akan menentukan besar
butiran setelah pendinginan.
44
45