PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekarang ini banyak orang menjadi pengangguran yang diakibatkan kurang tersedianya
lapangan pekerjaan yang memadai, sehingga diperlukan terobosan baru untuk menciptakan
peluang kerja. Akan tetapi bukan hal yang mudah untuk menciptakan peluang kerja di era masa
kini. Disamping minimnya skill atau ketrampilan yang dimiliki, orang juga tersandung kendala
di segi modal yang penting untuk menunjang suatu kegiatan usaha (Maryanto,2012).
Salah satu agenda pembangunan Indonesia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
rakyat adalah melalui pemberdayaan usaha mikro kecil menengah (UMKM). Pengembangan
UMKM di harapkan dapat menyerap kesempatan kerja sekaligus meningkatkan pendapatan
pelakunya (Pemerintah Rebuplik Indonesia, 2005). Inilah alternatiflain yang dipilih masyarakat
untuk meminimalisasi kendala di segi keuangan yaitu dengan membuka usaha kecil-kecilan yang
berskala rumah tangga. Sebenarnya usaha ini dapat menjadi usaha yang menguntungkan serta
memberi peluang besar untuk menciptakan lapangan pekerjaan serta meningkatkan taraf
kesejahteraan masyarakat. Namun yang sering terjadi, masyarakat sering mengalami kegagalan
dalam menjalankan usaha kecil ini. Hal ini disebabkan kurangnya keterampilan mengembangkan
dan membaca peluang usaha, sehingga diperlukan ide baru dan kreatifitas agar usaha tersebut
dapat berjalan lancar dan dapat bersaing di pasaran.
Di kota Pontianak, salah satu peluang usaha yang masih terbuka lebar adalah usaha di
bidang makanan ringan. Usaha keripik Talas dengan bahan baku utama umbi talas berskala
rumah tangga merupakan usaha tradisional yang banyak di kenal masyarakat khususnya kota
Pontianak. Usaha ini di lakukan secara turun temurun dalam keluarga meskipun dalam skala
usaha sebagian menunjukkan kesan kurang berkembang dengan baik dan pemanfaatan umbi
talas sebagai produksi skala besar di Pontianak masih jarang, karena rendahnya harga jual talas
yang rendah sehingga kurang dimanfaatkan. Selain itu, produk olahan talas yang sudah ada
cenderung kurang inovatif serta kualitas rasa dan penyajiannya yang kurang menarik, sehingga
masyarakat menjadi jenuh dengan produk olahan talas.Untuk itu diperlukan produk baru yang
mampu memenuhi permintaan masyarakat.
Dengan adanya produk olahan dari umbi talas berupa keripik ini, diharapkan dapat
menjadi salah satu alternatif bagi masyarakat Pontianak sebagai produk camilan yang
mengandung nilai gizi yang tinggi baik yang berasal dari umbi talas. Selain itu juga dapat
meningkatkan nilai ekonomis dari talas dan juga menjadi salah satu alternatif peluang usaha
sehingga dapat tercipta lapangan pekerjaan baru.
B. Masalah Penelitian
Adapun permasalahan dari penelitian ini adalah :
1. Berapa besar keuntungan yang di dapat dari hasil penjualan keripik Talas di kota
Pontianak ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk :
1.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis, yang pertama adalah memenuhi tugas mata kuliah riset pemasaran, dan
yang kedua sebagai pembelajaran penerapan teori yang selama ini di berikan oleh Dosen
selama bangku kuliah terhadap permasalahan yang timbul di masyarakat, serta menjadi
upaya untuk menganalisis dan memberikan informasi tentang kondisi usaha Home
industry keripik talas yang ada di kota Pontianak.
2. Bagi pengusaha keripik talas, sebagai bahan pertimbangan dalam upaya pengembangan
usahanya.
3. Untuk pemerintah,sebagai
bahan
pertimbangan
E. Kerangka Teori
2
dalam
menentukan
kebijakan
1. Home Industry
Home berarti rumah, tempat tinggal, ataupun kampung halaman. Sedang Industry, dapat
diartikan sebagai kerajinan, usaha produk barang dan ataupun perusahaan. Singkatnya, Home
Industry (atau biasanya ditulis/dieja dengan Home Industri) adalah rumah usaha produk barang
atau juga perusahaan kecil. Dikatakan sebagai perusahaan kecil karena jenis kegiatan ekonomi
ini dipusatkan di rumah. Pengertian usaha kecil secara jelas tercantum dalam UU No. 9 Tahun
1995, yang menyebutkan bahwa usaha kecil adalah usaha dengan kekayaan bersih paling banyak
Rp200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) dengan hasil penjualan tahunan
paling banyak Rp1.000.000.000.
Kriteria lainnya dalam UU No 9 Tahun 1995 adalah: milik WNI, berdiri sendiri, berafiliasi
langsung atau tidak langsung dengan usaha menengah atau besar dan berbentuk badan usaha
perorangan, baik berbadan hukum maupun tidak. Home Industri juga dapat berarti industri
rumah tangga, karena termasuk dalam kategori usaha kecil yang dikelola keluarga.
2. Talas (Colocasia Esculenta(L.) Schott)
Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun.Termasuk dalam suku talastalasan (Araceae), berperawakan tegak, tingginya 1 cm atau lebih dan merupakan tanaman
semusim atau sepanjang tahun. Asal mula tanaman ini berasal dari daerah Asia Tenggara,
menyebar ke China dalam abad pertama, ke Jepang, ke daerah Asia Tenggara lainnya dan ke
beberapa pulau di Samudra Pasifik, terbawa oleh migrasi penduduk. Di Indonesia talas bisa di
jumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai pegunungan di atas
1000 m dpl., baik liar maupun di tanam.
Di Indonesia, talas dikonsumsi sebagai makanan pokok dan makanan tambahan. Talas
mengandung karbohidrat yang tinggi, protein, lemak dan vitamin. Talas mempunyai nilai
ekonomi yang cukup tinggi. Umbi, pelepah dan daunnya banyak dimanfaatkan sebagai bahan
makanan, obat maupun pembungkus.Daun, sisa umbi dan kulit umbi dapat dimanfaatkan sebagai
pakan ternak dan ikan secara langsung maupun setelah difermentasi. Tanaman ini mempunyai
keterkaitan dengan pemanfaatan lingkungan dan penghijauan karena mampu tumbuh di lahan
yang agak berair sampai lahan kering.
Umbi Talas berbentuk silinder atau lonjong sampai agak bulat. Kulitnya berwarna
kemerahan, bertekstur kasar dan terdapat bekas-bekas pertumbuhan akar. Sedangkan warna
dagingya putih keruh. Kandungan kimia dalam talas dipengaruhi oleh varietas, iklim, kesuburan
tanah, dan umur panen. Umbi talas segar sebagian besar terdiri dari air dan karbohidrat.
Kandungan gizi yang terdapat pada 100 gram umbi talas terdapat dalam tabel berikut :
Tabel 1. Kandungan gizi talas
Kandungan gizi
Energi (kal)
Protein (g)
Lemak (g)
Hidrat arang total (g)
Serat (g)
Abu (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
Karoten total
Vitamin B1 (mg)
Vitamin C (mg)
Air (g)
Bagian yang dimakan (%)
Talas mentah
120
1,5
0,3
28,2
0,7
0,8
31
67
0,7
0
0,05
2
69,2
85
Talas rebus
108
1,4
0,4
25,0
0,9
0,8
47
67
0,7
0
0,06
4
72,4
100
Umbi talas mengandung banyak senyawa kimia yang dihasilkan dari metabolisme
sekunder seperti alkaloid, glikosida, saponin, essensial oil, resin, gula dan asam-asam organik.
Umbi talas mengandung pati yang mudah dicerna kira-kira sebanyak 18,2% dan sukrosa serta
gula pereduksinya 1,42%.
3.
Keripik Talas
Keripik merupakan salah satu makanan ringan yang memiliki peminat yang banyak.
masyarakat Pontianak menjadikannya sebagai oleh oleh camilan masyarakat luar yang
berkunjung.
Adapun cara membuat keripik talas adalah sebagai berikut:
a.
Alat
Peralatan yang dibutuhkan dalam pembuatan keripik adalah:
Penggorengan
Saringan penggorengan
Pengaduk
Sendok
Baskom
Pisau
Lap
Talenan
b.
Bahan
Minyak goreng 15 - 16 kg
Kemiri secukupnya
Penyedap masako
c.
Cara Pembuatan
1.
2.
Mengupas kulit umbi talas kemudian mencucinya hingga bersih dan direndam dengan air yang
ditambahkan garam dapur beryodium (NaCl) selama 30 menit agar rasa gatal dari umbi talas
dapat dihilangkan kemudian ditiriskan.
3.
Umbi talas yang sudah ditiriskan kemudian dipotong tipis-tipis lebih kurang 2-3 mm atau
sesuai ukuran yang dikehendaki.
4.
5.
Masukkan umbi talas ke dalam baskom yang berisi larutan bumbu kemudian campur hingga
bumbu meresap secara merata.
5
6.
7.
Goreng umbi talas yang sudah dibumbui sampai matang dan renyah.
8.
Tiriskan keripik, setelah kering dan dingin kemudian timbang sesuai ukuran misalnya 2 ons
kemudian langsung dikemas dalam plastik kemasan yang ada dan diberi label di setiap kemasan.
4. Faktor Produksi
Yang dimaksud dengan faktor produksi adalah barang barang yang digunakan untuk
menghasilkan barang - barang atau jasa jasa lainnya melalui suatu proses produksi
(Partadiredja,1985:24) dalam Kartini, 2005:10.
5. Biaya Produksi
Menurut HalimAbdul (1988:5), biaya produksi yakni biaya-biaya yang berhubungan
langsung dengan produksi dari suatu produk dan akan dipertemukan (dimatchkan)
dengan penghasilan (revenue) di periode mana produk itu di jual.
Menurut Mulyadi (1995:14), biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk
mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.
Menurut Widjaya Tunggal Amin (1993:1), biaya produksi merupakan biaya-biaya yang
berhubungan dengan produksi suatu item, yaitu jumlah dari bahan langsung, upah
langsung dan biaya overhead pabrik.
Menurut perubahan dalam volume produksi biaya produksi dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu biaya tetap ( fixed cost ) dan biaya tidak tetap ( variable cost ).
5.1 Biaya Tetap ( Fixed Cost )
Biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung pada volume produksi,berapapun
volume produksi yang di hasilkan ia akan konstan.
Yang termasuk dalam biaya tetap adalah pisau, kompor gas, kuali, keranjang, baskom,
serok,sendok,talenan,alat parut,saringan penggorengan,dan gerobak.
5.2 Biaya Tidak Tetap ( Variable Cost )
Biaya tidak tetap adalah biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume
produksi.
Yang termasuk biaya tidak tetap adalah biaya bahan baku meliputi umbi talas,minyak
goreng ,minyak gas,
Dalambahasa Inggris(Capital gain) adalah suatu keuntungan atau laba yang diperoleh
dari investasi dalam surat berharga atau efek, seperti saham, obligasi atau dalam bidang
properti, dimana nilainya melebihi harga pembelian. Selisih antara harga jual yang lebih
tinggi dan harga pembelian yang lebih rendah, menghasilkankeuntungan finansial bagi
investor tersebut. Kebalikannya, kerugian modal terjadi jika surat berharga atau properti
tersebut dijual dengan harga lebih rendah dari harga pembelianya. Keuntungan modal
dapat mangacu pada "pendapatan investasi" yang timbul dalam kaitannya dengan
investasi yang dilakukan dalam bidang properti, aset keuangan (surat berharga) seperti
saham atau obligasi dan produk turunannya serta aset tidak berwujud seperti goodwill.
12. Break Even Point
Break Even Pont adalah suatu analisis yang di gunakan untuk mengetahui seberapa besar
keuntungan yang didapat.sebelum menganalisis,maka produsen harus mengetahui titik
dimana usaha tersebut menguntungkan ( balik modal ) atau tidak,namun harus
mengetahui mengenai biaya biaya yang di gunakan ( biaya produksi ) yaitu biaya tetap
dan biaya variabel.
F. Keranngka Konsep
Salah satu hasil dibidang pertanian yang memang sudah ada sejak dari zaman nenek moyang,
dimana hasil pangan ini digunakan sebagai bahan tambahan makanan adalah tanaman talas. Di
Indonesia, talas dikonsumsi sebagai makanan pokok dan makanan tambahan. Talas mengandung
karbohidrat yang tinggi, protein, lemak dan vitamin. Talas mempunyai nilai ekonomi yang cukup
tinggi. Penanganan pasca panen berlimpah yang tidak tepat hanya akan menyebabkan produk
tersebut menumpuk, penyimpanan yang lama akan mengakibatkan penurunan mutu, busuk dan
terbuang sia sia. Jadi, salah satu alternatif untuk menanggulanginya adalah diolah menjadi
keripik. Pengolahan produk Talas menjadi keripik talas bertujuan untuk memperpanjang daya
simpan dan meningkatkan pendapatan nilai ekonomi produk pertanian.
Di daerah Pontianak, potensi pengembangan tanaman Talas cukup menggembirakan
karena tanaman ini menguntungkan dapat diolah menjadi keripik, yang cukup lama diusahakan
sebagai sumber pendapatan bagi produsen keripik di kota Pontianak.
Produk keripik talas di kota Pontianak ini dilakukan secara langsung yaitu setelah
produksi dipasarkan ke supermarket, Mitra Mart, Kaisar dan lainnya menggunakan kendaraan
8
pribadi seperti mobil. Usaha ini didirikan berawal dari keinginan produsen untuk memperoleh
keuntungan dan menciptakan peluang usaha baru.
G. Hipotesis
Diduga usaha Home Industrykeripik Talas layak untuk di usahakan.
4. Keuntungan dalam penelitian ini sama dengan pendapatan bersih. Dihitung dengan
satuan rupiah per tahun (Rp/thn).
5. Biaya Produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh penjual selama satu tahun. Biaya ini
meliputi :
a) Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang tetap dibayar pengusaha berapapun tingkat output yang
diproduksikan. Jadi biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah
produk yang dihasilkan meliputi biaya penyusutan peralatan dan biaya sewa lahan. Biaya
penyusutan peralatan terdiri dari: parang, gerobak dorong (artco), tali, kayu, paku, papan,
sarung tangan, sepatu boot, dan ember plastik. Dinyatakan dalam rupiah per tahun
(Rp/thn). Menghitung biaya penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus
(straight-line method) (Suratiyah, 2006:36), yaitu dengan rumus :
Biaya alat Nilai sisa
Penyusutan per tahun =
Umur ekonomis
b) Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya-biaya yang berubah menurut tinggi rendahnya output yang
diproduksikan. Jadi biaya variabel adalah biaya yang sifatnya berubah sesuai dengan
besarnya produksi. Biaya variabel dalam home industry keripik keladi meliputi biaya
tenaga kerja, biaya bahan baku talas dan biaya sarana produksi.
F. Analisis Data
Data primer dan sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian akan di analisis secara
kualitatif
dan
kuantitatif.
Analisis
kualitatif
digunakan
untuk
melihat
kegiatan
produksi,permasalahan penjualan di lokasi penjualan dan beberapa hal yang terkait akan di
uraikan secara deskriftif.Sedangkan analisis kuantitatif di gunakan untuk melihat rasio
keuntungan yang akan disajikan dalam bentuk tabulasi.Analisis ini bertujuan untuk
menyederhanakan data dalam bentuk yang mudah di baca. Analisis kuantitatif dilakukan dengan
11
analisis pendapatan, R/C ratio, rasio keuntungan terhadap biaya produksi dengan menggunakan
alat bantu berupa kalkulator dan computer.
a.
Analisis keuntungan
TB
Q = output
PQ = harga jual output
Kriteria keputusan :
FC
1 - VC
S
Keterangan :
BEP = Break Even Point ( Kg )
FC = Fixed Cost / Biaya Tetap ( Rp )
VC = Variabel Cost / Biaya Variabel
S = Penerimaan
2. BEP produksi ( Kg ) =
FC
P - AVC
Keterangan :
FC = Fixed Cost / Biaya Tetap ( Rp )
AVC = Average Variabel Cost / Biaya Variabel rata rata ( Rp )
P = Harga
3. BEP harga ( Rp/Kg) = TC
Y
Keterangan :TC = Total Cost
Y = Yield output / hasil produksi
Kriteria keputusan :
Usaha keripik talas dikatakan untung jika jumlah produksi dan jumlah harga rata
13
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Keadaan Geografis
14
Kota Pontianak adalah ibukota Provinsi Kalimantan Barat di Indonesia. Kota Pontianak terletak
antara 0 02' 24" LU - 0 01' 37" LS dan 109 16' 25" BT - 109 23' 04" BT.
Kota Pontianak memiliki luas wilayah 107.80 km2 yang terbagi menjadi enam kecamatan yaitu
Pontianak Selatan, Pontianak Utara, Pontianak Timur, Pontianak Barat, kota Pontianak dan
Pontianak Tenggara, yang kemudian dibagi lagi menjadi 29 kelurahan.
Berdasarkan batas wilayahnya, Kota Pontianak secara keseluruhan berbatasan dengan wilayah
Kabupaten Pontianak, yaitu seperti yang tertulis pada tabel 2:
Berbatasan dengan Kecamatan-
Kecamatan
(1)
(2)
(30
Kecamatan
2.
Kecamatan
PtkTimur 1.
Kecamatan
02.
Desa/Dusun
Sungai
Sungai
Sungai
Raya -
Sungai
Raya
Kakap -
Punggur
Kecil
Raya -
Kapur
04.
Ptk
Ptk
Barat 1.
Utara 1.
Kecamatan
Sungai
Kakap -
Pal
IX
SungaiRengas
KecamatanSiantan -
WajokHulu
Ptk
Kota 1.
KecamatanPtk
2. KecamatanPtk Barat
Selatan
SeiJawiDalam
- Punggur Kecil
wilayah kota (baca juga: sungai dan parit di kota Pontianak). Dengan ketinggian tanah 1-3 meter
diatas permukaan laut dan mempunyai kemiringan lahan melandai kearah aliran sungai dengan
kemiringan rata-rata 0,8-1,5 meter.
Secara Geologi,keadaan geologi atau struktur tanah di kota Pontianak termasuk kedalam wilayah
peneplant dan sedimen alluvial yang secara fisik merupakan jenis tanah liat. Jenis tanah ini
berupa gambut bekas endapan lumpur sungai Kapuas. Keadaan ini sangat labil dan mempunyai
daya dukung yang sangat rendah.
Berdasarkan hasil pengamatan Badan Meteorologi dan Geofisika Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara Supadio Pontianak, keadaan klimatologi kota Pontianak
sebagai berikut:
banyaknya curah hujan rata-rata dalam setahun berkisarantara 200-350 milimeter per bulan; ratarata tekanan udara berkisar 1,010-1,012 milibar per bulan; rata-rata penyinaran matahari berkisar
antara 40-60 persen per bulan; rata-rata temperat udara berkisar antara 24-27 derajat Celcius tiap
bulan; kecepatan angin rata-rata berkisar antara 4-5 knots.
meningkat menjadi Rp 6.282.408,54 juta dengan peningkatan rata-rata sebesar 5,26 persen per
tahun. Pada tahun 2010 PDRB Konstan 2000 sebesar Rp 6.621.193,74 juta dengan peningkatan
rata-rata sebesar 5,39 persen. Tahun 2011 PDRB Kota Pontianak berdasarkan harga konstan
tahun 2000 adalah sebesar 7.010.720 juta. Sebagian besar perekonomian kota Pontianak
bertumpu pada industri, pertanian, dan perdagangan.
PDRB Harga Konstan 2000 Tahun 2008-2011 ( Juta Rupiah ) Menurut Lapangan Usaha Kota
Pontianak
Sektor
Pertumbuhan PDRB Kota Pontianak
2008
5.34
2009
5.35
2010
5.39
2011
5,88
1
2
3
4
5
6
7
8
9
4.56
0.00
4.47
5.31
5.13
7.00
7.81
3.99
2.70
4.57
0.00
3.61
6.41
10.79
4.40
6.28
4.30
2.51
4.32
0.00
2.34
4.28
5.27
6.24
9.11
5.55
2.42
4,67
0.00
2,50
4,36
5,81
7,24
9,04
5,64
2,93
Pertanian
Pertambangan&Penggalian
IndustriPengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel danRestoran
Pengangkutan&Komunikasi
Keuangan, Persewaan&JasaPersh
Jasa-Jasa
Table 4 Komposisi Penduduk Kota Pontianak Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2011
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
TDK/BLM SEKOLAH
2747
2829
5576
21723
15401
37124
SD
23072
15275
38347
SMP/TSANAWIYAH
21822
13315
41437
SMP KEJURUAN
1539
1033
2572
17
SMA/ ALIYAH
36526
18482
55008
SMK
19429
110051
29480
1299
1493
2792
3891
5359
9250
PROGRAM D.IV/S1
11274
6416
17690
PROGRAM S2/S3
632
677
1300
Jumlah
150245
90331
240576
1. Umur Responden
18
Berdasarkan hasil wawancara pada 2 responden pengusaha keripik talas yang ada di kota
Pontianak diperoleh data yang menunjukkan bahwa golongan umur reponden yaitu 40 45
tahun.
sendiri dengan menggunakan pribadinya dengan sistem berlangganan dan pembayaran dilakukan
pada saat mengirim produk berikutnya via pengantar produk. Sistem pembayaran yang sama
dengan yang lain. Biaya transportasi ditanggung oleh pengusaha oleh karena itu harga produk
agak lebih tinggi sedikit dibandingkan harga di tempat produksi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
produksi keripik talas juga akan berkurang, sebaliknya jika apabila bahan baku bertambah maka
produksi keripik juga bertambah.
Bahan baku pembuatan keripik talas ini mudah ditemukan dan harganya juga relatif murah.
Bahan baku untuk pembuatan keripik talas ini di peroleh secara langsung dari supplier tetap yang
telah bekerjasama dengan produsen keripik talas. Supplier ini berasal dari daerah Pontianak yaitu
Siantan, Punggur, Wajok dan Peniraman.
Untuk pasokan bahan baku yang diminta kepada supplier, talas itu harus selalu ada, mau tidak
mau apapun alasannya talas itu harus tersedia sesuai kapasitas yang di minta produsen setiap
minggunya. Jenis talas yang digunakan untuk pembuatan keripik adalah Talas Putih. Harga yang
diberikan juga sangat berbeda dibandingkan dengan yang ada di pasaran. Harga di pasaran lebih
mahal daripada harga pemasok. Bahan baku talas ini dari tangan supplier harus sudah bersih dari
kotoran kotoran seperti tanah, pasir, lumpur atau umbi talas tersebut harus sudah dicuci dan
jangan sampai ada talas busuk yang ikut termasuk dalam packingan bahan, talas yang sudah siap
di packing ini kemudian di ambil dan dibawa produsen menggunakan mobil pribadinya, lalu
dibawa kerumah untuk di produksi lebih lanjut.
Distribusi kripik talas dalam penelitian ini adalah penjualan kripik talas yang telah dilakukan
oleh setiap produsen. Data yang diperoleh berdasarkan keterangan dari masing-masing
pengusaha. Data distribusi kripik meliputi tujuan penjualan kripik talas, sistim penjualannya dan
siapa yang menanggung biaya angkut atau transportasinya.
Untuk harga bahan baku talas supplier menjualnya kepada produsen seharga Rp 4.500,00/ Kg.
Talas yang diterima dengan harga ini sudah bersih dari tanah, sehingga ketika diterima sudah
bisa langsung diolah tanpa dibersihkan lagi. Untuk kapasitas pasokan, dari responden pertama
kapasitas produksi untuk pembuatan keripik talas setiap harinya 200 kg sedangkan yang
responden kedua memproduksi sebanyak 400 kg. Talas mentah yang beratnya 400 Kg ini jika
diolah menjadi keripik bobotnya akan menyusut menjadi 30 %.
Perusahaan menjual sendiri sebagian produknya dengan menyediakan talas dan dikirim. Selain
itu juga menerima pesanan dari rumahan yang diantar tanpa menambah ongkos kirim. Tidak
adanya ongkos kirim menyebabkan tidak semua pesanan dapat sampai tepat waktu karena
diikutkan pengiriman ke tempat lain. Pemesanan dapat dilakukan lewat telpon dan pembayaran
21
dilakukan setelah barang sampai di tempat pemesan. Sistem pembayarannya langsung tunai
ketangan supplier.
Dari responden pertama tidak ada berlaku diskon jika terjadi permintaan konsumen dalam
jumlah banyak, jadi berapapun yang diminta pembayarannya sesuai dengan kapasitas banyaknya
permintaan konsumen tersebut dikalikan harga jualnya,sedangkan yang responden kedua berlaku
diskon jika terjadi pemesanan jumlah keripik diatas 50 Kg. Untuk pemesanan seperti ini berlaku
system antar.
Penggunan Tenaga kerja produsen keripik Mbak Tum Jaya semuanya berjumlah 14 orang yaitu
ada yang sebagai tukang kupas bahan, tukang potong talasnya, tukang aduk bahan baku dengan
bumbunya, tukang goreng, tukang timbang, tukang bungkus. Mulai kerja dari pukul 05.00 WIB
-09.30 WIB. Ada juga yang bekerja dari pukul 09.30 17.00.
bervariasi tergantung jenis pekerjaan dan waktu kerja karyawan. Upah tenaga kerja ini dilakukan
secara per hari sebesar Rp 25.000,00 dan yang lainnya di upah sebesar Rp 30.000,00.
Untuk penjualan keripik responden pertama dengan nama keripik talas Olala dari rumah Bu
Widayati menjualnya seharga Rp 13.000,00 / kemasan. Tetapi jika sudah di bawa keluar dari
rumah harganya menjadi Rp 15.000,00 / kemasan, berat ukurannya 2 ons. Sedangkan penjualan
keripik responden kedua, Pak Waris dengan nama keripik talas Mbak Tum Jaya menjualnya
seharga Rp 8.000,00 / kemasan, ukurannya 1 ons.
Daerah kawasan penjualan produsen biasanya menjual keripik keripik ini ke pasar, toko - toko
tempat hiburan belanja seperti Mega Mall, Supermarket, Mitra Mart, Kaisar dan sebagainya.
Daerah kawasan penjualan keripik Talas Olala Bu Widayati terjadi hanya di wilayah kota
Pontianak saja, jika stok penjualannya habis, maka ia akan produksi kembali dan lanjut
menjualnya lagi ke Supermarket, Mitra Mart dan toko sejenisnya itu.
Sedangkan Pak Waris, untuk penjualan keripik talasnya terjadi di setiap daerah Kalimantan
Barat, kecuali Nanga pinoh. Dalam setiap bulan seminggunya ia berkeliling membawa dagangan
keripik talasnya menuju setiap pusat kota di kabupaten yang ada di Kalimantan Barat untuk
dijual di pasar. Bahkan penjualannya juga sudah menembus luar Kalimantan Barat seperti
Palangkaraya dan Banjarmasin. Pengiriman untuk luar Kalimantan Barat seperti Palangkaraya
dan Banjarmasinjuga dilakukan secara system diantar sendiri dengan menggunakan kendaraan
22
pribadinya dengan sistem berlangganan dan pembayaran dilakukan pada saat mengirim produk
berikutnya via pengantar produk. Sistem pembayarannyasama dengan yang lain. Karena biaya
transportasi ditanggung oleh pengusaha oleh karena itu harga produk dijual agak lebih tinggi
dibandingkan harga di tempat produksi.
Di lihat dari faktor
Karakteristik responden
Rata rata
o
1
Umur
42 tahun
23
2
3
4
Tingkat pendidikan
Jumlah anggota keluarga
Pengalaman berusaha
SMA
5 6 orang
5 tahun
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai karakteristik lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut:
a.Umur
Kartini ( 2010 : 30 ) Umur pada dasarnya mempengaruhi aktivitas dan produktivitas seseorang.
Dimana seseorang yang masih berusia muda biasanya memiliki produktivitas yang tinggibila
dibandingkan dengan mereka yang telah berusia lanjut.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa usia responden paling tinggi
berusia 45 tahun. Menurut Departemen Tenaga Kerja RI tahun 2000, penggolongan umur di bagi
atas belum produktif ( < 16 Tahun ),produktif ( 16 55 tahun ) dan tidak produktif ( > 55 tahun).
Penyebaran responden menurut umur dalam penelitian ini adalah 2 orang.
b. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pola pikir
bersikap terhadap sekitar lingkungannya.Dalam pendidikan terdapat proses yang terus menerus
berjalan dan bukan sesaat saja. Namun pendidikan juga bisa disebut sebagai usaha untuk
meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk di dalamnya penguasaan teori untuk
memutuskan persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan pencapaian tujuan perusahaan yang
dijalaninya.Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.Tingkat pendidikan
secara langsung atau tidak langsung menentukan keadaan ekonomi keluarga.
Dilihat dari tingkat pendidikan kedua responden pengusaha keripiktalas yang dijadikan
responden pernah mengikuti pendidikan formal. Pendidikan formal kedua responden adalah
tamat SMA. Jika dilihat dari segi pengalaman kedua responden keripik talas tersebut, dari
responden mempunyai pengalaman yang cukup lama dalam berusaha keripik talas, yaitu
berpengalaman sudah 5 tahun . Hal ini mengindikasikan pengusaha keripik talas telah lama
ditekuni oleh respondendan pengetahuan mengenai usaha keripik talas mereka peroleh dari diri
sendiri .
24
Semakin tinggi pengalaman usaha keripik talas maka semakin banyak pengetahuan yang dimiliki
oleh produsen, sehingga kemampuan pengusaha keripik talas untukproduksi lebih baik. Hal ini
berpengaruh terhadap tingkat kemampuannya dalam berusaha untuk menambah pengetahuannya
dalam berusaha keripik talas.Namun,tidak berarti bahwa semakin tinggi pengalamannya dalam
berusaha maka semakin besar pula pendapatannya.
Dalam penelitian ini jika dilihat dari segi pengalaman kedua responden keripik talas tersebut,
dari responden mempunyai pengalaman yang cukup lama dalam berusaha keripik talas yaitu
sekitar 5 tahun. Hal ini mengindikasikan pengusaha keripik talas telah lama ditekuni
olehresponden dan pengetahuan mengenai usaha keripik talas mereka peroleh dari diri sendiri.
Kegiatan Produksi
Kegiatan produksi adalah kegiatan yang ditujukan untuk menciptakan atau menambah suatu
fungsi kegunaan suatu barang atau segala kegiatan yang ditunjukkan untuk memuaskan orang
lain melalui pertukaran ( Partadiredja,1985:21) dalam Kartini ( 2010 : 34 ).
Kegiatan produksi dalam penelitian ini yaitu proses pengolahan keripik talas. Tenaga kerja yang
digunakan adalah tenaga kerja luar dan tenaga kerja dari dalam kelurga.
Adapun proses pengolahancara membuat keripik talas adalah sebagai berikut:
a.
Alat
Peralatan yang dibutuhkan dalam pembuatan keripik adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
b.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Umbi talas 20 kg
Minyak goreng 3 kg
Bawang Merah 2 ons
Bawang puith 3 ons
Ketumbar 0,5 ons
Kemiri 0,25 ons
Penyedap 3 bks
Garam 1 bungkus
26
c.
2.
Mengupas kulit umbi talas kemudian mencucinya hingga bersih dan direndam dengan air
yang ditambahkan garam dapur (NaCl) selama 30 menit agar rasa gatal dari umbi talas dapat
dihilangkan kemudian ditiriskan.
3.
Umbi talas yang sudah ditiriskan kemudian dipotong tipis-tipis lebih kurang 2-3 mm atau
5.
Masukkan umbi talas ke dalam baskom yang berisi larutan bumbu kemudian campur
7.
Goreng umbi talas yang sudah dibumbui sampai matang dan renyah.
8.
Tiriskan keripik, setelah kering dan dingin kemudian langsung dikemas dalam plastik
Sebagai bahan bakar, gas adalah pilihan kebanyakan pedagang usaha kecil kecilan .Sebagai
bahan panas untuk memasak keripik talas Gas tidak menyebabkan bau asap, tidak menimbulkan
bau minyak tanah seperti minyak tanah. Gas juga tidak menyebabkan abu seperti tungku arang.
Untuk memastikan keamanannya, regulator harus terpasang dengan benar pada tabung gas dan
tabung gas dijauahkan atau diberi jarak aman dari kompor panggang. Kompor yang digunakan
untuk memasak keripik talas adalah kompor gas ukuran tabung 12 Kg. Dalam pembuatan keripik
rata- rata penggunaan kompor sebanyak 5 unit dengan umur ekonomis 5 tahun
c. Kuali
Kuali adalah wadah yang digunakan untuk menggoreng keripik talas. Kuali yang digunakan
adalah kuali ukuran besar agar dapat menampung talas yang telah dipotong potong dalam
ukuran banyak .Dalam pembuatan keripik rata rata penggunaan kuali sebanyak 2 unit, dengan
dalam 1 hari dilakukan 2 kali penggorengan. Rata rata umur ekonomis kuali adalah 4 tahun.
d. Keranjang
Keranjang digunakan untuk meniriskan bahan baku talas yang telah direndam.Bahan baku ini
direndam dengan tujuan untuk di membuang getah yang melekat pada umbi tersebut. Dalam
pembuatan keripik rata rata penggunaan keranjang sebanyak 2 unit,dengan umur ekonomis 3
tahun.
e. Baskom
Baskom adalah digunakan untuk tempat merendam bahan baku umbi talas yang telah
dikupas.Baskom yang digunakan adalah baskom yang besar agar dapat menampung talas dalam
jumlah banyak. Dalam pembuatan keripik talas,rata rata penggunaan baskom sebanyak 4
unit,dengan umur ekonomis 2 tahun.
f. Serok
Serok adalah alat yang digunakan untuk meniriskan hasil gorengan keripik talas.Penirisan ini
bertujuan untuk agar keripik menjadi kering,tidak banyak mengandung minyak.Serok yang
digunakan dalam pembuatan keripik talas adalah sebanyak 2 unit dengan umur ekonomis 2
tahun.
g. Timbangan
Timbangan digunakan untuk menimbang berat keripik setelah penggorengan dan pembumbuhan
rasa. Ditimbang timbang dulu ukuran 2 ons,baru kemudian di bungkus plastik.Timbangan yang
digunakan dalam pembuatan keripik talas adalah sebanyak 2 unit dengan umur ekonomis 5
tahun.
h. Talenan
28
Talenan adalah tempat yang digunakan sebagai alas untuk memotong bahan baku talas agar talas
yang dipotong tidak kotor jatuh dilantai. Talenan yang digunakan dalam pembuatan keripik talas
adalah sebanyak 3 unit dengan umur ekonomis 5 tahun.
i. Blender
Blender adalah alat yang digunakan untuk menghaluskan bumbu bumbu campuran seperti
bawang merah,bawang putih, ketumbar, kemiri. Blender yang digunakan dalam pembuatan
keripik talas adalah sebanyak 1 unit dengan umur ekonomis 5 tahun.
BiayaVariabel (Variabel Cost )
Biaya variabel adalah biaya-biaya yang berubah menurut tinggi rendahnya output yang
diproduksikan. Jadi biaya variabel adalah biaya yang sifatnya berubah sesuai dengan besar
kecilnya produksi.
Biaya variabel dalam home industry keripik talas meliputi biaya tenaga kerja, biaya bahan baku
talas dan biaya sarana produksi.
1. Biaya Tenaga Kerja
Pada proses pengolahan keripik talas tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja luar dan
tenaga kerja dalam keluarga.Penggunan Tenaga kerja produsen keripik Mbak Tum Jaya
semuanya berjumlah 14 orang yaitu ada yang sebagai tukang kupas bahan,tukang potong
talasnya,tukang aduk bahan baku dengan bumbunya,tukang goreng,tukang timbang,tukang
bungkus.Mulai kerja dari pukul 05.00 WIB 10.00 WIB.Pembayaran tenaga kerja dilakukan
secara per hari sebesar Rp 25.000,00 ( 2 orang ) dan yang lainnya di upah sebesar Rp 30.000,00
d. Minyak goreng
Minyak goreng yang digunakan juga adalah
kualitas, bukan minyak goring sembarangan. Minyak goreng yang digunakan Pak waris adalah
minyak goreng merk Sania. Minyak goreng yang digunakan dalam satu hari berkisar 15 16 kg,
untuk 2 kali penggorengan.
e. Bawang putih
Bawang putih adalah bumbu yang memberikan aroma pada keripik sehingga terasa enak.
Produsen biasanya rata - rata membeli bawang putih di pasar. Bawang putih yang digunakan
biasanya sebanyak 5 kg yang telah bercampur dengan garam. Sebelum di campur kedalam bahan
baku utama bawang putih dan garam ini harus di blender terlebih dahulu agar halus dan menyatu
rata.
Analisis Keuntungan
Besarnya
keuntungan
pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Analisis keuntungan merupakan hasil
pengurangan antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Analisis keuntungan
dilakukan dengan mencatat seluruh penerimaan dan pengeluaran usaha keripiktalas sesuai
dengan kapasitas produksikeripik talas per hari. Keuntungan dibagi menjadi keuntungan atas
biaya tunai dan keuntungan atas biaya total. Penerimaan total adalah nilai produk total dalam
jangka waktu tertentu. Pengeluaran total adalah nilai semua input yang dikeluarkan dalam proses
produksi. Pengeluaran total dibagi menjadi dua bagian, yaitu biaya variabel dan biaya tetap.
Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan secara tunai dan berubah sesuai banyaknya output
yang dihasilkan, sedangkan biaya tetap mencakup biaya yang tidak langsung dikeluarkan
pedagangseperti biaya sewa, listrik, pajak dan biaya penyusutan. Dalam penelitian ini analisis
keuntungan dilakukan atas biaya total saja.
Perhitungan keuntungan usaha atas biaya total secara matematis adalah
sebagai berikut :
Total = TR-TB
dimana :
31
TB
Ada dua keterangan pokok yang diperlukan dalam analisis keuntungan usaha keripik talas agar
mempunyai arti praktis, yaitu keadaan penerimaan dan
usahakeripik talas adalah nilai penggunaan sarana produksi, upah dan lain-lain yang dibebankan
pada proses produksi yang bersangkutan.
Konsep analisis keuntungan usaha keripik talas mengadopsi konsep Analisis home industry.
Pada usaha kasus ini peneliti menentukan batasan waktu analisis keuntunganusaha keripik talas
dalam satuan bulan.
Analisis Pendapatan Mbak Tum:
Untuk mengetahui pendapatan digunakan rumus :
Biaya total
Total cost
= TFC + TVC
= 4.269 + 145.320.000
= 145.324.269
Penerimaan Total ( Soekartawi ,1995:58 ) dalam Kartini (2010 : 20).
TR = PQ .Q
= 8000 . 36.000
= 288.000.000
Pendapatan bersih / keuntungan ( Soekartawi ,1995:58 ) dalam Kartini (2010 :20).
= TR TC
= 288.000.000 145.324.269
32
= 142.675.731
Analisis Pendapatan Olala:
Untuk mengetahui pendapatan digunakan rumus :
Biaya total
Total cost
= TFC + TVC
= 4.712 + 69.600.000
= 69.604.712
Penerimaan Total ( Soekartawi ,1995:58 ) dalam Kartini (2010 : 20).
TR = PQ .Q
= 6500 . 18.000
= 117.000.000
Pendapatan bersih / keuntungan ( Soekartawi ,1995:58 ) dalam Kartini (2010 :20).
= TR TC
= 117.000.000 69.604.712
= 47.395.288
Jadi, usaha keripik talas dari kedua responden tersebut menguntungkan karena total
penerimannya lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan.
Dalam Syukron ( 2009 : 47 ) menurut Hernanto (1989), analisis keuntungan usaha selalu
disertai dengan pengukuran efisiensi.
penggunaan satu unit input dapat digambarkan oleh nilai rasio penerimaan dan biaya yang
merupakan perbandingan antara penerimaan kotor yang diterima usaha keripik talas dari setiap
rupiah yang dikeluarkan dalam proses produksi.
145.324.269
= 1.98
Keripik talas Olala:
B/C rasio atas biaya total
Dari analisis B/C rasio, diperoleh nilai 1,98 dan 1,68, artimya setiap Rp 1 biaya yang
dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar 1,98 dan 1,68. Hal ini menunjukan
bahwa B/C rationya lebih dari 1, maka kriteria pendapatan produsen keripik talas layak
untuk diusahakan.
Analisis Break Event point Mbak Tum:
BEP Harga:
TC
Y
145.324.269
36000
= 4.036,78
TC
Y
34
69.604.712
18.000
= 3.866,92
Berdasarkan analisis BEP harga, diperoleh harga untuk keripik talas Mbak Tum adalah sebesar
4.036,78, artinya jika harga keripik talas turun hingga 4.036,78/ons pengusaha tidak akan rugi.
Sedangkan untuk keripik talas Olala diperoleh hasil 3.866,92, artinya jika harga keripik talas
turun hingga 3.866,92 pengusaha tidak akan rugi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Usaha keriik talas secara ekonomi dapat memberikan keuntungan yang cukup besar yaitu
rata-rata sebesar Rp 95.035.509,5.
2. Usaha keripik talas jika dilihat dari B/C Ratio yang rata-rata nilainya mencapai 1.83,
yang artinya bahwa setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan
sebesar Rp1.83.
35
3. Harga jual keripik talas yang rata-rata mencapai Rp7.250, jika harganya rata-rata turun
hingga Rp 3.951.85 pengusaha tidak akan rugi.
B. Saran
1. Pengusaha keripik talas dapat berinovasi baik rasa maupun bentuknya agar konsumen tidak
mudah bosan dengan produk yang ada.
2. Dilihat dari skala usaha yang dijalankan, pengusaha keripik keladi masih dalam sektor home
industry padahal tempat pemasaran tertentu menuntut adanya modernisasi dalam usaha keripik
keladi misalnya dari kebersihannya. Oleh karena itu perlu adanya perhatian dari pemerintah
maupun lembanga keuangan agar dapat membantu pengusaha dalam mengembangkan usahanya.
36