In Vaginas I
In Vaginas I
PENDAHULUAN
1.3.5
1.3.6
1.3.7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan Etiologi Invaginasi
Invaginasi disebut juga intususepsi adalah suatu keadaan dimana segmen usus masuk
ke dalam segmen lainnya; yang bisa berakibat dengan obstruksi / strangulasi. Umumnya
bagian yang proksimal (intususeptum) masuk ke bagian distal (intususipien). Insidens
penyakit ini tidak diketahui secara pasti, masing masing penulis mengajukan jumlah
penderita yang berbeda beda. Kelainan ini umumnya ditemukan pada anak anak di bawah
1 tahun dan frekuensinya menurun dengan bertambahnya usia anak. Insidens pada bulan
Maret Juni meninggi dan pada bulan September Oktober juga meninggi. Hal tersebut
mungkin berhubungan dengan musim kemarau dan musim penghujan dimana pada musim
musim tersebut insidens infeksi saluran nafas dan gastroenteritis meninggi. Sehingga banyak
ahli yang menganggap bahwa hypermotilitas usus merupakan salah satu faktor penyebab.
invaginasi tersebut. Akhirnya dapat mengakibatkan obstruksi usus dan peradangan mulai dari
penebalan dinding usus hingga iskemia dinding usus. Mesenterium usus proksimal tertarik ke
dalam usus distal, terjepit, dan menyebabkan obstruksi aliran vena dan edema dinding usus
yang akan menyebabkan keluarnya feses berwarna kemerahan akibat darah bercampur mucus
( red currant stool / strawberry jam ). Jika reposisi intususepsi tidak dilakukan, terjadi
insufisiensi arteri yang akan menyebabkan iskemik dan nekrosis dinding usus yang akan
menyebabkan pendarahan, perforasi, dan peritonitis. Perjalanan penyakit yang terus berlanjut
dapat semakin memburuk hingga menyebabkan sepsis.
2. Colo-kolika
3. Ileo-colica
4. Ileosekal
invaginasi. Serangan nyeri perut datangnya berulang ulang dengan jarak waktu 15 20
menit, lama serangan 2 3 menit. Pada umumnya selama serangan nyeri perut itu diikuti
dengan muntah berisi cairan dan makanan yang ada di lambung, sesudah beberapa kali
serangan dan setiap kalinya memerlukan tenaga, maka di luar serangan si penderita terlihat
lelah dan lesu dan tertidur sampai datang serangan kembali. Proses invaginasi pada mulanya
belum terjadi gangguan pasase isi usus secara total, anak masih dapat defekasi berupa feses
biasa, kemudian feses bercampur darah segar dan lendir, kemudian defekasi hanya berupa
darah segar bercampur lendir tanpa feses.
Karena sumbatan belum total, perut belum kembung dan tidak tegang, dengan
demikian mudah teraba gumpalan usus yang terlibat invaginasi sebagai suatu massa tumor
berbentuk bujur di dalam perut di bagian kanan atas, kanan bawah, atas tengah atau kiri
bawah. Tumor lebih mudah teraba pada waktu terdapat peristaltik, sedangkan pada perut
bagian kanan bawah teraba kosong yang disebut Dances Sign. Hal ini diakibatkan caecum
dan kolon naik ke atas, mengikuti proses invaginasi.
Pembuluh darah mesenterium dari bagian yang terjepit mengakibatkan gangguan
venous return sehingga terjadi kongesti, oedem, hiperfungsi goblet sel serta laserasi mukosa
usus, ini memperlihatkan gejala berak darah dan lendir, tanda ini baru dijumpai sesudah 6 8
jam serangan sakit yang pertama kali, kadang kadang sesudah 12 jam. Berak darah lendir ini
bervariasi jumlahnya dari kasus ke kasus, ada juga yang dijumpai hanya pada saat melakukan
colok dubur. Sesudah 18 24 jam serangan sakit yang pertama, usus yang tadinya tersumbat
partial berubah menjadi sumbatan total, diikuti proses oedem yang semakin bertambah,
sehingga pasien dijumpai dengan tanda tanda obstruksi, seperti perut kembung dengan
gambaran peristaltik usus yang jelas, muntah warna hijau dan dehidrasi. Oleh karena perut
kembung maka massa tumor tidak dapat diraba lagi dan defekasi hanya berupa darah dan
lendir. Apabila keadaan ini berlanjut terus akan dijumpai muntah feses, dengan demam tinggi,
asidosis, toksis dan terganggunya aliran pembuluh darah arteri, pada segmen yang terlibat
menyebabkan nekrosis usus, ganggren, perforasi, peritonitis umum, shock dan kematian.
Pemeriksaan colok dubur didapatkan tonus sphincter melemah, mungkin invaginat
dapat diraba berupa massa seperti portio. Bila jari ditarik, keluar darah bercampur lendir.
Perlu diperhatikan bahwa untuk penderita malnutrisi gejala gejala invaginasi tidak khas,
tanda - tanda obstruksi usus berhari hari baru timbul, pada penderita ini tidak jelas tanda
adanya sakit berat, defekasi tidak ada darah, invaginasi dapat mengalami prolaps melewati
anus, hal ini mungkin disebabkan pada pasien malnutrisi tonus yang melemah, sehingga
obstruksi tidak cepat timbul. Suatu keadaan disebut dengan invaginasi atipikal, bila kasus itu
gagal dibuat diagnosa yang tepat oleh seorang ahli bedah, meskipun keadaan ini kebanyakan
terjadi karena ketidaktahuan dokter dibandingkan dengan gejala tidak lazim pada penderita.
6
dengan gambaran air fluid level. Dapat terlihat free air bilah terjadi perforasi. USG
membantu menegakkan diagnosis invaginasi dengan gambaran target sign pada potongan
melintang invaginasi dan pseudo kidney sign pada potongan longitudinal invaginasi. Foto
dengan pemberian barium enema dilakukan jika pasien ditemukan dalam kondisi stabil,
digunakan sebagai diagnostik ataupun terapeutik. Sumbatan oleh invaginatum biasanya
tampak jelas pada foto.
Inspeksi:
a) Massa di abdomen
b) Massa di rectal
c) Prolapsus intestinal
d) Foto polos abdomen, USG, CT menunjukkan invaginasi atau massa dari
jaringan lunak
-
kolik sehingga anak menjadi rewel sepanjang hari / malam, ada muntah, buang air besar
campur darah dan lendir maka pikirkanlah kemungkinan invaginasi.
2.6 Penatalaksanaan Pada Invaginasi
Keberhasilan penatalaksanaan invaginasi ditentukan oleh cepatnya pertolongan
diberikan, jika pertolongan sudah diberikan kurang dari 24 jam dari serangan pertama maka
akan memberikan prognosis yang lebih baik. Tatalaksana invaginasi secara umum mencakup
beberapa hal penting sebagai berikut:
1. Memperbaiki keadaan umum dengan resusitasi cairan dan elektrolit
2. Dekompresi, maksudnya menghilangkan peregangan usus dan muntah dengan selang
nasogastrik / Nasogastric Tube ( NGT) dan pemberian antibiotik berspektrum luas
3. Reposisi, bisa dilakukan dengan konservatif / non operatif dan operatif. Pengelolaan
reposisi hidrostatik dapat sekaligus dikerjakan sewaktu diagnosis rontgen tersebut
ditegakkan. Metode ini dengan cara memasukkan barium melalui anus menggunakan
kateter dengan tekanan tertentu. Syaratnya ialah keadaan umum mengizinkan, tidak
ada gejala dan tanda rangsangan peritoneum, anak tidak toksik, dan tidak terdapat
okbtruktif tinggi. Kontraindikasi untuk melakukan reposisi dengan barium enema
adalah adanya tanda obstruksi usus yang jelas baik secara klinis maupun pada foto
abdomen, dijumpai tanda tanda peritonitis, gejala invaginasi sudah lewat dari 24
jam, dijumpai tanda tanda dehidrasi berat dan usia penderita diatas 2 tahun. Tekanan
hidrostatik tidak boleh melewati satu meter air dan tidak boleh dilakukan pengurutan
atau penekanan manual di perut sewaktu dilakukan reposisi hidrostatik. Pengelolaan
berhasil jika barium kelihatan masuk ileum.
Hasil reposisi ini akan memuaskan jika dalam keadaan tenang tidak menangis
atau gelisah karena kesakitan oleh karena itu pemberian sedatif sangat membantu.
Kateter yang telah diolesi pelicin dimasukkan ke rektum dan difiksasi dengan plester,
melalui kateter bubur barium dialirkan dari kontainer yang terletak 3 kaki di atas meja
penderita dan aliran bubur barium dideteksi dengan alat floroskopi sampai meniskus
intussusepsi dapat diidentifikasi dan dibuat foto. Meniskus sering dijumpai pada kolon
transversum dan bagian proksimal kolon descendens. Bila kolom bubur barium
bergerak maju menandai proses reposisi sedang berlanjut, tetapi bila kolom bubur
barium berhenti dapat diulangi 2 3 kali dengan jarak waktu 3 5 menit. Reposisi
dinyatakan gagal bila tekanan barium dipertahankan selama 10 15 menit tetapi tidak
10
dijumpai kemajuan. Antara percobaan reposisi pertama, kedua dan ketiga, bubur
barium dievakuasi terlebih dahulu.
Reposisi barium enema dinyatakan berhasil apabila :
a.
Rectal tube ditarik dari anus maka bubur barium keluar dengan disertai
massa feses dan udara.
b.
Pada floroskopi terlihat bubur barium mengisi seluruh kolon dan sebagian
usus halus, jadi adanya refluks ke dalam ileum.
c.
d.
Perbaikan secara klinis pada anak dan terlihat anak menjadi tertidur serta
norit test positif.
Penderita perlu dirawat inap selama 2 3 hari karena sering dijumpai
Reseksi usus dilakukan pada kasus yang tidak berhasil direposisi dengan cara
manual, bila viabilitas usus diragukan atau ditemukan kelainan patologis sebagai
penyebab invaginasi. Terapi intususepsi pada orang dewasa adalah pembedahan. Pada
intususepsi yang mengenai kolon sangat besar kemungkinan penyebabnya adalah
suatu keganasan. Oleh karena itu, ahli bedah dianjurkan untuk segera melakukan
reseksi, dengan tidak melakukan usaha reposisi. Pada intususepsi dari usus halus harus
dilakukan usaha reposisi dengan hati-hati, tetapi jika ditemukan nekrosis, perforasi,
dan edema, reposisi tidak perlu dilakukan dan reseksi segera dikerjakan. Pada kasuskasus yang idiopatik, tidak ada yang perlu dilakukan selain reposisi
2.7 Prognosis Pada Invaginasi
Intususepsi pada bayi yang tidak ditangani akan selalu berakibat fatal. Angka
rekurensi pasca reposisi intususepsi dengan enema barium adalah sekitar 10% dan dengan
reposisi bedah sekitar 2-5%; tidak pernah terjadi setelah dilakukan reseksi bedah.
Mortalitas sangat rendah jika penanganan dilakukan dalam 24 jam pertama dan
meningkat dengan cepat setelah waktu tersebut, terutama setelah hari kedua.
2.8 Komplikasi Pada Invaginasi
Invaginasi dapat memutus suplai darah ke daerah usus yang terkena. Jika tifak segera
ditangani, kekurangan suplai darah dapat menyebabkan jaringan dinding usus mati dan
terjadi perforasi. Perforasi adalah salah satu komplikasi serius yang diakibatkan adanya
infeksi dan dapat terjadi peritonitis.
12
BAB III
KESIMPULAN
1. Invaginasi disebut juga intususepsi adalah suatu keadaan dimana segmen usus masuk ke
dalam segmen lainnya; yang bisa berakibat dengan obstruksi / strangulasi. Umumnya
bagian yang proksimal (intususeptum) masuk ke bagian distal (intususipien).
2. Sebagian besar etiologi invaginasi pada anak tidak dapat ditentukan atau disebut juga
invaginasi primer.
3. Invaginasi dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi pada pasase isi usus dan
menurunkan aliran darah ke bagian usus yang mengalami invaginasi tersebut. Akhirnya
dapat mengakibatkan obstruksi usus dan peradangan mulai dari penebalan dinding usus
hingga iskemia dinding usus. Jika reposisi invaginasi tidak dilakukan, terjadi insufisiensi
arteri yang akan menyebabkan iskemik dan nekrosis dinding usus yang akan
menyebabkan pendarahan, perforasi, dan peritonitis. Perjalanan penyakit yang terus
berlanjut dapat semakin memburuk hingga menyebabkan sepsis.
4. Secara klasik perjalanan suatu invaginasi memperlihatkan gambaran anak atau bayi yang
semula sehat dan biasanya dengan keadaan gizi yang baik, tiba tiba menangis kesakitan,
terlihat kedua kakinya terangkat ke atas, penderita tampak seperti kejang dan pucat
menahan sakit, serangan nyeri perut seperti ini berlangsung dalam beberapa menit. Diluar
serangan, anak / bayi kelihatan seperti normal kembali. Pada waktu itu sudah terjadi
proses invaginasi
5. Diagnosis ditegakkan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Beberapa yang khas ditemukan pada invaginasi diantaranya Dances Sign, Strawberry
Stool, dan Pseudoportio
6. Tatalaksana invaginasi secara umum mencakup memperbaiki keadaan umum dengan
resusitasi cairan dan elektrolit, dekompresi, dan reposisi
7. Intususepsi pada bayi yang tidak ditangani akan selalu berakibat fatal dan bila tidak
segera ditangani akan menimbulkan perforasi dan peritonitis
13