Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)


IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny.HN

Umur

: 53 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Status Perkawinan

: Janda

Agama

: Islam

Warga Negara

: Indonesia

Suku Bangsa

: Mandar

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Ibu Runah Tangga

Alamat

: Jl.Kompleks PAM L5. I21 A

Diagnosa sementara : Skizofrenia Paranoid (F20,0)

LAPORAN PSIKIATRI
1. Riwayat Penyakit (diperoleh dari Autoanamnesa)
A. Keluhan utama : Sering Keluar Rumah
B. Riwayat gangguan sekarang :
- Keluhan dan Gejala :
Dialami 2 bulan yang lalu sejak pasien mulai tinggal bersama dengan iparnya.
pasien mengambil barang dari rumah dan tidak mengembalikannya, Jika meninggalkan
rumah pasien dapat kembali lagi ke rumah. Selain itu pasien juga sering bicara sendiri,
tertawa sendiri, berteriak-teriak dan menyanyi. Pasien sering berkata dia sering
mendengarkan bisikan-bisikan dari laki-laki bernama Heri yang menyuruhnya melakukan
berbagai hal. Pasien menganggap Heri adalah pacarnya. Awalnya pasien sudah
menunjukkan gejala-gejala aneh seperti bicara sendiri, berteriak-teriak dan menyanyi
sejak 10 tahun yang lalu. Tetapi perlangsungannya tidak terus-menerus, membaik tanpa
pernah mendapatkan pengobatan medis. Keluarga menduga hal itu disebabkan oleh
kematian suami osi 10 tahun yang lalu, pasien mempunyai 2 orang anak dari suaminya
1

tersebut. Pasien juga pernah tinggal di sebuah pulau seorang diri 5 tahun tahun yang
lalu, sebelum tinggal di pulau, pasien tinggal di kampong bersama suaminya (sebelum
meninggal). Kemudian pasien dibawa ke tempat tinggal adiknya oleh warga pulau 2
bulan yang lalu dikarenakan kelakuannya disana semakin parah.
- Hendaya/disfungsi :
* Hendaya dalam bidang social (+)
* Hendaya pekerjaan (+)
* Hendaya dalam penggunaan waktu senggang (+)
- Faktor stressor psikososial :
Tidak ditemukan
- Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis sebelumnya :
Tidak ada.
C. Riwayat gangguan sebelumnya :
- Trauma (-)

- Alkohol (-)

- Infeksi (-)

- Merokok (-)

- Kejang (-)

- NAPZA (-)

D. Riwayat kehidupan pribadi :


- Riwayat prenatal dan perinatal (0-3 tahun)
Pasien lahir normal, cukup bulan dan persalinan dibantu oleh dukun. Selama masa
kehamilan ibu pasien dalam keadaan sehat. Pasien tumbuh dan berkembang dengan
sehat.
-Riwayat Masa anak-anak hingga remaja (usia 4-18 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien sama dengan anak normal lainnya.
Paseian tinggal bersama orang tua dan saudara lainnya. Pasien seorang periang dan
senang bergaul.
-Riwayat Masa dewasa
Pendidkan terakhir pasien ialah lulus SD
E. Riwayat Kehidupan keluarga :
2

- Pasien anak ke 3 dari 5 bersaudara ( L,L,P,L,L)


- Hubungan dengan orangtua dan saudara lainnya baik
- Pasien sudah menikah dan telah memiliki 2 orang putra
- Riwayat keluarga dengan penyakit yang sama, tidak ada.

F. Situasi Sekarang :
Pasien sekarang tinggaal bersama dengan adik dan iparnya, pasien tidak bekerja

G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya :


Pasien merasa bahagia dengan kehidupannya karena mempunyai banyak uang dan
di sukai oleh banyak laki-laki.

Autoanamnesa (02 july 2010).


DM

: Assalamualaikum bu,

: Waalaikumsalam dok.

DM

: Perkenalkan, saya dokter muda yang bertugas disini, nama saya Wana, boleh saya tau
siapa nama lengkapnya ibu ?

: Hasnah(berfikir) Hasnah ji Bu, kalau di Al-Quran, Hasanah..Hasanah

DM

: Bagaimana kabarnya Ibu Hasnah hari ini ?

: Eee bagus ji Bu. Itu ji kalau di rumah selalu ka dipukul

DM

: Siapa yang memukul ibu ?

: Semua Bu, Iparku..Saudaraku..Na pukul ka semua

DM

: Boleh saya tau, kenapa ibu dipukul ?

: Nda tau..Barangkali karena selalu ka makan di rumahnya,nda na suka, kan mau ka


makan dirumahnya Heri. Ah, kau nda bersih, na bilangi ka begitu. Jengkel ka, sekali ku
beraki tempat tidurnya. Biasa kerja disini Heri dokter ?

DM

: Siapa itu Heri, Ibu?


3

: Anak Toraja, polisi. Suamiku itu .

DM

: Oh, Ibu sudah menikah, sudah berapa lama Ibu menikah ?

: Menikah ? (cekikikan) belum pi sejauh itu, na pegang-pegang ja. Eh bohong ka.


Sepuluh kali ma di hotel.

DM

: Jadi ibu belum menikah ?

: iye, belum Bu .

DM

: Kenapa ibu bilang kalau Heri itu suami ibu ?

: Karena itu, kristeng ngi. Jadi saya malu. Kan tidak ada Islam masuk Kristen. Jadi
kulihat Al-Quran masa mau ka dibunuh.

DM

: Siapa yang mau bunuh ibu ?

: Orang, Orang disana Bu. Dimana itu..(berfikir). Dipotere. Kan kerja di potere ki.
Adeknya angkatan laut. Orang mamasa.

DM

: Darimana ibu tau kalau orang itu mau bunuh ibu ?

: Kutau ki. Begini dokter, kan banyak laki-laki suka ka. Mau semua kawin sama saya. Na
ada satu itu istrinya mau na bunuh ka.

DM

: Laki-laki yang mana yang suka sama ibu ?

: Yang dipelabuhan, semua itu yang dipelabuhan, jelek mukaku, tapi banyak hartaku. Di
BRI. Itu mereka mau.

DM

: Oh jadi ibu merasa semua laki-laki dipelabuhan mau sama ibu karena ibu banyak uang ?

: Iye. Ada usahaku di korea. Baru-baru ini ada minyak gas meluap

DM

: Jadi dimana ibu menyimpan uang ibu ?

: Ada ji di BRI.

DM

: Kenapa ibu tidak memakai uang ibu untuk membeli baju atau barang-barang bagus ?

: Biarmi Bu. Bae ka saya

DM

: Ibu tadi mengatakan banyak laki-laki yang menyukai ibu, tapi Mengapa ibu tidak
menikah ?

: Janda ka saya Bu, 2 mi anakku.

DM

: Loh,ibu bilang tadi ibu belum menikah ?

: Oh lama sekali mi itu Bu. Mati mi bapaknya. Tidak ada pusingku.

DM

: Jadi ibu sudah pernah menikah,tapi suami ibu meninggal, Kapan itu kejadiannya ibu?
4

: Lama mi,ada mi 10 tahun barangkali. Abdul Razak sama Abdul Salam anakku

DM

: Siapa yang tadi ibu bilang marah isterinya?

: Tidak ada. na bilang Heri tidak ada ji isterinya

DM

: Heri sekarang ada dimana ibu ?

: Di pinggir pantai, disana ji duduk-duduk. terakhir ketemu ka kemaren

DM

: Baiklah,Ibu tau sekarang ada dimana ?

: Di Rumah Sakit Jiwa. Itumi sembahyang 5 waktu

DM

: Siapa yang membawa ibu kesini ?

:Suhartati. Iparnya. Eh iparku. Isterinya M.Yahya, adekku. Saya mau bersuami asal polisi

DM

: Ibu tau kenapa sampai ibu dibawa kesini ?

: Mau dibersihkan pikiranku. kan katanya gila ka orang-orang bilang

DM

: Apa ibu merasa gila?

: Tidak gila ka saya Bu, kan gara-gara Heri dilempar batu.

DM

: Trus mengapa orang mengatakan kalau ibu gila?

: Tidak tau ma ka. Yang jelas tidak gila ka

DM

: Tapi saya mendengar. Dirumah ibu sering berteriak-teriak?

: Teriak kalau dipukul Bu. Ka pake kayu ki Bu.

DM

: Ibu juga sering mengambil barang dan tidak mengembalikannya, apa benar?

: Iya Bu.

DM

: Barang apa yang Ibu ambil ?

: Al-Quran, jilbab, gelas. Nda ku tau apa lagi

DM

: Untuk apa ibu mengambil itu ?

: Kupakekan bayar mobil,kan sering ka pergi ke pelabuhan,jadi kupake bayar itu.

DM

: Untuk apa ibu pergi ke pelabuhan? Apa ada yang menyuruh ?

: Eh iye. Itu na bisiki ka orang, disuruh ka selalu ke pelabuhan

DM

: Siapa yang membisikkan ibu ?

: Heri kapang, nda kuliat orangnya. Heri ji itu


5

DM

: Berarti ibu sering mendengar suara-suara tapi tidak bisa melihat siapa yang berbicara ?

: Di rumahji Bu. Setiap hari saya dengar

DM

: Selain suara bisikan-bisikan,apa ibu pernah mendengar suara lain? Misalnya ada yang
ancam ibu atau membicarakan ibu ?

: Tidak ada Bu

DM

: Kalau seperti suara angin atau suara lonceng ?

: Tidak ada. Itu ji suaranya Heri kudengar. na suruhka ke pelabuhan. Pernahka na suruh
melahirkan juga.

DM

: Apa ibu pernah melihat bayangan-bayangan yang orang lain tidak bisa lihat?

: Tidak pernah Bu, dibilang orang bu,orang toraja itu pintar,sedang orang matinya
berjalan

DM

: Bagaimana perasaan ibu setelah tinggal di Rumah Sakit ?

: Bahagia Bu (ketawa) karena sudah ka makan ayam

DM

: Apakah ibu ada merasakan perasaan cemas atau takut ?

: Tidak dok. Itu ji kutakut isterinya suamiku tempo hari, sama itu orang yang mau bunuh
ka. Mau ka na lempari kepalaku

DM

: Sekarang ibu merasa takut ?

: Tidak ji sekarang

DM

: Ada yang mengatakan bahwa ibu pernah tinggal di pulau,apa benar ?

: Iye, pulau sabarumasalima, di pangkep. Sama ka anakku dua. Itu mi dibilang kenapa
masuk Kristen

DM

: Ibu tinggal sendiri disana ?

: Tidak, sama ka anakku

DM

: Sudah berapa lama ibu tinggal disana?

: Lama, saya lahir di pulau

DM

: Oo,Kalau boleh saya tau, Berapa umurnya ibu sekarang ?

: 45

DM

: Ibu masih ingat tanggal berapa ibu lahir ?

: itu mi sudah kemerdekaan, berapa mi itu Bu ?


6

DM

: Dulu Ibu sekolah dimana ?

: SD ka di pengkep,sampe kelas 6. Saya mau lanjut SMP di Makassar tapi na bilang


mamaku jangan mi,ka sendiriko perempuan

DM

: Ibu tau berapa 100-7 ?

: Ee..93

DM

: kalau 93-7 ?

: 80.84

DM

; Kalau 4x5 ?

: (berfikir) 20

DM

: Coba ibu ulangi angka yang saya bilang : 3,7,5,4,1

: 3,7,5,1

DM

: Satu kali lagi ya : 8,4,3,5,2

: 8,4,3,2 nda ada saya hapeku bela

DM

: Apa yang ibu makan tadi pagi ?

: Nasi sama pisang

DM

: Ibu tau apa artinya panjang tangan ?

: Pencuri toh

DM

: Kalau ada orang lagi susah,ibu mau membantu ?

: Mau, baik ka saya

DM

: Misalnya ada dompet jatuh di jalan, apa yang ibu lakukan ?

: Saya angkat baru kukasi orangnya langsung

DM

: Kalau tidak ada orangnya ?

: Kuambil,siapa tau dicari nanti,baru kukasi kembali

DM

: Baiklah,Terima kasih atas waktunya ibu. Semoga ibu cepat sembuh. Ingat minum
obatnya ya

: Terima kasih Bu. Mau ma cepat keluar.

2. STATUS MENTAL
7

A. Deskripsi Umum :
1. Penampilan : Seorang wanita berumur 53 tahun, wajah sesuai umur, rambut hitam
agak beruban,sebahu,kulit sawo matang,memakai daster berwarna merah muda, tinggi
sedang.
2. Kesadaran :

Berubah

3. Prilaku dan aktivitas psikomotor : Cara berjalan biasa, cukup tenang


4. Pembicaraan : intonasi sedang , suara jelas dan lancar
5. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif.
B. Keadaan afektif (mood), perasaan dan empati,perhatian:
1. Mood : Sulit dinilai
2. Afek : Inapropriate
3. Empati : Tidak dapat dirabarasakan

C. Fungsi Intelektual (kognitif):


1. Taraf pendidikan : Sesuai dengan tingkat pendidikan pasien
2. Daya konsentrasi : Baik
3. Orientasi : Baik
4. Daya ingat : cukup
5. Pikiran abstrak : Baik
6. Bakat kreatif : Tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
D. Gangguan persepsi :
1. Halusinasi : Halusinasi auditorik (+), pasien sering mendengar bisikan seseorang yang
menyuruhnya ke pelabuhan
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
8

E. Proses berpikir :
1. Arus pikiran,
a. Produktivitas : Pasien berbicara secara spontan
b. Kontiniuitas : Kadang irelevan, asosiasi longgar (+)
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran,
a. Preokupasi : Tidak ada
b. Gangguan isi pikiran : - Waham kebesaran (+), osi merasa mempunyai banyak uang
dan harta.
-Waham kejar (+), osi merasa akan dibunuh oleh isteri dari
salah satu laki-laki yang menyukainya.

F. Pengendalian impuls : Terganggu


G. Daya Nilai
1. Norma Sosial : Terganggu
2. Uji daya Nilai : Terganggu
3. Penilaian Realitas : Terganggu

H. Tilikan (insight) : Derajat 1 (Penyangkalan penuh bahwa dirinya sakit)


I. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya.

3. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT :


A. Status Internus.
- Keadaan umum : Baik
- Suhu : 36,7 derajat celcius
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 84 X per menit
- Pernapasan : 22 X per menit
9

B. Status Neurologis.
Tidak ditemukan hal-hal bermakna lainnya pada pemeriksaan fisik, pemeriksaan Lab dan
penunjang lainnya.

4. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA :


Seorang wanita usia 53 tahun MRS denga keluhan utama sering keluar rumah, dialami
sejak 2 bulan yang lalu, sejak tinggal dirumah adiknya bersama iparnya pasien sering
mengambil barang dan tidak mengembalikannya, pasien mulai berlaku aneh sejak 10 tahun
yang lalu, pasien berteriak-teriak, bicara sendiri, tertawa sendiri dan menyanyi, itu dialami
setelah suami pasien meninggal 10 tahun yang lalu., pasien sering mendengar bisikan-bisikan
dari seseorang yang bernama Heri yang menyuruhnya ke pelabuhan,pasien menganggap heri
adalah pacarnya. Dari pemeriksaan status mental didapatkan deskripsi umum seorang perempuan
memakai daster warna merah muda, kulit sawo matang,wajah sesuai umur, rambut hitam agak
ubanan, tinggi sedang, penampilan kurang rapi, perawatan diri , cara berjalan biasa, kesadaran
berubah, pembicaraan spontan, sikap terhadap pemeriksa kooperatif, mood sulit dinilai, afek
inappropriate, empati tidak dapat dirabarasakan. Gangguan persepsi didapatkan halusinasi
akustik. Arus pikiran kadang irelevan dan didapatkan asosiasi longgar. Ditemukan gangguan isi
pikir yakni waham kebesaran dan waham kejar , pengendalian impuls dan daya nilai terganggu.

5. DIAGNOSIS MULTI AKSIAL


Aksis I.
Berdasarkan Autoanamnesis dan Alloanamnesis didapatkan adanya gejala klinis yang
bermakna dimana pasien datang dengan keluhan sering keluar rumah, bicara sendiri, berteriakteriak, menyanyi, mengambil barang dan tidak mengembalikannya,serta mendengar bisikanbisikan seseorang yang tak terlihat. Gejala ini menimbulkan hendaya dalam hubungan sosial,
pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang, sehingga termasuk gangguan jiwa. Ditemukan
gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik (suara bisikan orang yang menyuruhnya ke
10

pelabuhan) sehingga digolongkan gangguan jiwa psikotik. Pemeriksaan fisis,internis dan


neurologis tidak ditemukan kelainan sehingga digolongkan Non-Organik. Ditemukan juga
gangguan isi pikir berupa waham kebesaran dan waham kejar, didapatkan pembicaraan yang
tidak relevan serta asosiasi longgar. Gejala-gejala tersebut berlangsung > 1 bulan sehingga di
diagnosis skizofrenia. Karena gejala klinis berupa halusinasi dan waham menonjol dari pasien
ini yakni pasien sering mendengarkan suara-suara halusinasi yang memberi perintah,waham
kebesaran dan keyakinan dikejar-kejar maka pasien ini didiagnosis skizofrenia paranoid.
Aksis II.
Tidak ditemukan ciri kepribadian yang khas
Aksis III.
Tidak ditemukan adanya kelainan organobiologik.
Aksis IV.
Tidak ditemukan faktor stresor
Aksis V.
GAF scale 50-41 (gejala berat,disabilitas berat)
6. DAFTAR PROBLEM
- Organobiologik : Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna. Tetapi karena terdapat
ketidakseimbangan neurotransmitter, maka diperlukan farmakoterapi.

- Psikologik : Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita, maka pasien
memerlukan psikoterapi.
- Sosiologik : Ditemukan hendaya sosial, pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang
hingga memerlukan sosioterapi.

7. PROGNOSIS
1.Faktor penghambat = stessor tidak jelas, ketidakpatuhan minum obat

11

2.Faktor pendukung = gejala positif menonjol, berupa waham dan halusinasi,


tidak ada riwayat keluarga dengan keluhan yang sama,
Karena itu prognosis pasien dubia ad bonam

8. DISKUSI PEMBAHASAN
Berdasarkan PPDGJ III, skizofrenia didefinisikan sebagai suatu syndrome dengan variasi
penyebab perjalanan penyakit, serta sejumlah akibat tergantung pada pertimbangan pengaruh
genetic, fisik, social dan budaya.
Skizofrenia pada umumnya ditandai dengan adanya penyimpangan fundamental dari pikiran dan
persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar atau tumpul.
Biasanya kesadaran tetap terpelihara dan kemampuan intelektual juga terpelihara walaupun
kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
Dalam diagnosis skizofrenia harus ditemukan minimal 1 dari kriteria berikut :
1. Though of echo, though of insertion, atau though withdrawl, atau thought broadcasting
2. Delusion of control, delusion of influence, delusion of passivity, delusion of perception
3. Halusinasi auditorik
4. Waham menetap lainnya yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan
sesuatu yang mustahil.
Atau minimal 2 dari criteria di bawah ini :
1. Halusinasi menetap dari panca indera apa saja
2. Arus pikiran terputus atau terganggu, yang berakibat irrelevant atau inkoheren atau
neologisme
3. Perilaku katatonik
4. Gejala negative ( seperti apatis, bicara sangat jarang, respon emosional yang tumpul dan
tidak wajar )

Gejala khas harus berlangsung minimal 1 bulan dan harus ada perubahan konsisten dan
bermakna dan mutu keseluruhan aspek perilaku pribadi dengan manifestasi hilangnya minat,
hidup tak berguna, tidak berbuat sesuatu, self absorbed
Pada skizofrenia paranoid,
-

Halusinasi dan/atau waham harus menonjol seperti :

12

a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi
auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit (whistling), mendengung (humming),
atau bunyi tawa (laughing)
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan
tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi (delusion of influence), atau passive (delusion of passivity), dan
keyakinan dikejar-kejar, adalah yang paling khas.
-

Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara
relative tidak nyata/ tidak menonjol.

9. RENCANA TERAPI
a. Psikofarmaka : Haloperidol 1,5 mg 3x1
b. Psikoterapi
- Ventilasi : Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan keluhan dan
isi hati serta perasaan pasien sehingga pasien lega.
- Konseling : Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien.
c. Sosioterapi : Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien sehingga dapat
membantu pasien memahami penyakitnya.

10. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya, efektifitas terapi serta
kemungkinan terjadinya efek samping dari obat yang diberikan.

13

REFARAT
PSIKOFARMAKA SKIZOFRENIA
I. PENDAHULUAN
Skizofrenia merupakan bentuk gangguan jiwa psikosis fungsional paling berat, dan lazim
yang menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Dalam kasus berat, pasien tidak
mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan
penyakit ini secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa menimbulkan
serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya
berakhir dengan personalitas yang rusak. Keadaan ini pertama kali digambarkan oleh Kraepelin
pada tahun 1896 berdasarkan gejala dan riwayat alamiahnya. Kraepelin menamakannya
dementia prekoks. Pada tahun 1911, Bleuler menciptakan nama skizofrenia untuk menandai
putusnya fungsi psikis, yang menentukan sifat penyakit ini. Secara garis besar skizofrenia dapat
digolongkan kepada beberapa tipe yaitu, skizofrenia paranoid, skizofrenia hebefrenik,
skizofrenia katatonik, skizofrenia tak terinci, depresi pasca skizofrenia, skizofrenia residual,
skizofrenia simpleks, skizofrenia yang lain-lain dan skizofrenia yang tak tergolongkan.4
Menurut Epidemiologic Catchment Ares study, di Amerika prevalensi skizofrenia berkisar dari
0,6% menjadi 1,9%, dengan rata-rata sekitar 1%. Dengan hanya beberapa kemungkinan
pengecualian, prevalensi di seluruh dunia skizofrenia sangat mirip di antara semua budaya.
Skizofrenia paling sering dimulai pada masa remaja akhir atau dewasa awal dan jarang terjadi
sebelum masa remaja atau setelah usia 40 tahun. Meskipun prevalensi skizofrenia adalah sama
pada laki-laki dan perempuan, yang mulai cenderung terkena lebih awal adalah pada pria. Pria
paling sering memiliki episode pertama mereka pada awal usia 20, sedangkan perempuan
biasanya selama akhir usia duapuluhan sampai umur 30.3
Gejala pada Skizofrenia : Indikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia antara lain
ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak
acuh. Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang
14

menyimpang (tangential) atau berputar-putar (sirkumstantial). Gangguan atensi: penderita tidak


mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi. Gangguan perilaku: menjadi
pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa
alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin.4
Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya bisa dibagi menjadi dua kelas:
1. Gejala-gejala Positif
Termasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini disebut
positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain.
2. Gejala-gejala Negatif
Gejala-gejala yang dimaksud disebut negatif karena merupakan kehilangan dari ciri khas
atau

fungsi

normal

seseorang.

Termasuk

kurang

atau

tidak

mampu

menampakkan/mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan


untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan kurangnya
kemampuan bicara (alogia).4
Unsur patogenesis skizofrenia belum dapat diketahui . Dugaan adanya unsur genetik telah
dianggap sebagai kondisi yang melatarbelakangi gangguan psikosis, sebagian besar karena hasil
penelitian yang distimulasi oleh ditemukannya obat-obat antipsikosis. Pada tingkat tertentu,
asumsi ini banyak didukung dengan ditemukannya kasus- kasus skizofrenia yang disebabkan
oleh keturunan. Pembuktian yang actual tentang adanya keterkaitan kromosom dengan
menggunakan teknik genetik molekuler sulit dilakukan secara psati, baik karena kejadian yang
spesifik tidak dapat disamakan maupun karena adanya banyak gen yang terlibat di dalamnya.
Meskipun obat antipsikotik adalah utama dari pengobatan skizofrenia, penelitian telah
menemukan bahwa intervensi psikososial, termasuk psikoterapi, dapat menambah perbaikan
klinis. farmakologis digunakan untuk mengobati ketidakseimbangan kimia, sedangkan
nonpharmacological

berkaitan

dengan

masalah

nonbiological.

Skizofrenia

biasanya

menggunakan terapi tunggal . Modalitas psikososial harus diintegrasikan ke dalam pengobatan.


15

Pasien dengan skizofrenia mempunyai manfaat yang lebih dari penggunaan kombinasi obat
antipsikotik dan psikososial. 1
II. PENGGOLONGAN OBAT ANTI-PSIKOSIS.
I. OBAT ANTI-PSIKOSIS TIPIKAL
1. Phenothiazine
-

Rantai Aliphatic

Chlorpromazine : Memiliki potensi yang lemah, dan merupakan obat pembanding bagi
obat lainnya. Tersedia dalam bentuk tablet untuk oral dan larutan suntik.
Levomepromazine/methotrimeprazine: Merupakan senyawa dimetilaminopropil yang
mempunyai potensi rendah dengan efek samping sedasi lebih besar dibanding
Chlorpromazine. Pada pasien berumur lebih dari 50 tahun harus diperhatikan tekanan
darahnya.
-

Rantai Piperazine

Fluphenazine

: Fluphenazine memiliki efek samping yang lebih ringan dari

Chlorpromazine dalam hal sedasi dan efek muskariniknya, tetapi efek samping kejang
otot dan sulit istirahat lebih berat. Hal ini dapat menyebabkan depresi. Tersedia dalam
bentuk tablet 2,5 mg dan 5 mg.
Prochlorperazine : merupakan derivat Fenotiazin yang bekerja dengan cara memblok
reseptor Dopamin di otak. Penyakit kejiwaan terutama Skizoprenia menurut penelitian
disebabkan oleh overaktivitas dari Dopamin di otak. Prochlorperazine digunakan untuk
jangka panjang pada gangguan jiwa seperti Skizoprenia. Obat ini juga dapat untuk jangka
pendek untuk mengatasi rasa cemas dan mania yang akut.
Trifluoperazine (Stelazine) : Merupakan turunan Fenotiazine, tersedia dalam bentuk
tablet 1 mg dan 5 mg.

16

Rantai Piperidine
Thioridazine : Merupakan turunan dari Fenotiazin yang dapat menyebabkan detak
jantung tak menentu sehingga perlu pengawasan dokter dalam pemakainnya. Penderita
harus menjalankan ECG dan tes darah sebelum menggunakan obat ini. Obat ini
digunakan bila penderita Skizoprenia tidak merespon dengan obat lainnya. Ikuti cara
pemakaian seperti yang diresepkan dokter, tanyakan ke dokter atau farmasis segala hal
yang anda perlu tahu. Minum obat sesuai dengan resep tidak lebih tidak kurang.

2. Butyrophenone
Haloperidol : Obat Skizoprenia ini berguna untuk menenangkan keadaan mania pada
penderita psikosis yang karena hal tertentu tidak dapat diberi Fenotiazin. Pemakaian
bersamaan dengan Litium dan Fluoxetine dapat meningkatkan kadar obat Haloperidol
dalam darah.
3. Diphenyl butyl-piperidine
Pimozide : Pimozide adalah turunan Diphenylbutylpiperidine dengan kegunaan
neuroleptiknya untuk menangani Skizoprenia kronis. Obat Pimozide tidak memberikan
efek sedasi dan dapat diberikan dalam satu kali pemakaian sehari. Mekanisme kerja dari
Pimozide berhubungan dengan aksi kerjanya pada reseptor aminergik pusat. Obat ini
mempunyai kemampuan secara selektif untuk memblokade reseptor Dompaminergik
pusat, meskipun pada dosisi tinggi mempengaruhi perubahan Norepineprin

II. OBAT ANTI-PSIKOSIS ATIPIKAL


1. Benzamide: Sulpiride (Dogmatil)
2. Dibenzodiazepine
Clozapine : Diresepkan untuk mengobati Skizoprenia bila obat antipsikosis lainnya tidak
cocok.
17

Olanzapine : Efektif dalam menjaga kesehatan penderita Skizoprenia dan kejiwaan


lainnya. Tersedia dalam bentuk tablet dan injeksi.
Quetiapine : Digunakan terutama untuk penderita dengan gejala parkinson yang tak bisa
ditolerir, atau gejala-gejala yang disebabkan meningkatnya prolactin oleh obat lain. Cara
kerja mirip dengan Clozapine.
3. Benzisoxazole
Risperidone : Dapat mengurangi gejala positif dan negatif dari skizoprenia. Efeknya
mirip dengan Chlorpromazine, tetapi mempunyai efek neuromuskular yang tidak
kentara.7
FARMAKOLOGI DASAR OBAT-OBAT ANTIPSIKOSIS
Tipe Kimia
Sejumlah struktur kimia telah banyak dikaitkan dengan sifat-sifat obat antipsikosis. Obat-obatan
tersebut dapat diklasifikasikan menjadi beberapa grup.
Derivat Phenothiazine : Ketiga subfamili phenothiazine yang terutama berdasarkan pada
rantai samping molekul, dahulu merupakan antipsikosis yang paling banyak digunakan.
Derivat alifatik (misalnya

chlorpromazine) dan turunan piperidine (misalnya

thioridazine ) merupakan obat-obat yang paling rendah potensinya. Derivate piperazine


sangat poten pada kesadaran dan efektif pada dosis rendah. Derivat piperazine juga
sedikit efektif pada efek farmakologis mereka.
Derivat Thioxantene : Kelompok obat ini terutamanya diwakili oleh thiothixene. Pada
umumnya, campuran ini lebih kecil potensinya dibandingkan dengan analog
phenothoazine-nya.
Derivat Butyrophenon : kelompok ini, dimana haloperidol paling banyak digunakan,
mempunyai

struktur

yang

sangat

berbeda

dari

kedua

kelompok

pertama.

18

Diphenylbutylpiperidine adalah senyawa yang paling erat kaitannya. Obat-obat ini


cenderung lebih poten dan memiliki sedikit efek otonomis.
Struktur lainnya: Obat-obat terbaru, Antipsikosis Generasi II yang tidak semuanya
tersedia di Amerika Serikat, memiliki beragam struktur dan mencakup pimozide,
molindone, loxapine, clozapine, olanzapine, quetiapine, sertindole, dan zaiprasidone
Absorpsi dan Distribusi : Kebanyakan obat antipsikosis dapat diabsorpsi namun tidak
sepenuhnya terabsorpsi. Terlebih lagi, banyak dari obat-obat ini mengalami metabolisme lintas
pertama yang signifikan. Karena itu, dosis oral chlorpromazine dan thioridazine memiliki
availibilitas sistemik 25% - 35% sedangkan haloperidol, yang paling sedikit dimetabolisme
tubuh mempunyai availibilitas sekitar 65%.
Kebanyakan antipsikosis mempunyai sifat kelarutan lipid tinggi dan ikatan protein tinggi (92%99%). Mereka mempunyai volume distribusi yang besar (biasanya >7 L/kG). Mungkin oleh
karena obat-obatan tersebut cenderung tersebar dibagian-bagian lipid tubuh dan memiliki afinitas
yang amat tinggi pada reseptor neurotransmitter tertentu pada sistem saraf pusat, obat-obat
tersebut umumnya mempunyai masa kerja klinis yang lebih lama daripada yang diperkirakan
dari waktu plasmanya. Metabolit chlorpromazine dapat dieksresi di dalam urine beberapa
minggu sesudah pemberian dosis terakhir pada penggunaan kronis. Selain itu, kekambuhan tidak
akan terjadi sampai enam minggu atau lebih setelah berhentinya pemberian obat-obat
antipsikosis.
Metabolisme : Kebanyakan antipsikosis dimetabolisme hampir lengkap melalui serangkaian
proses. Meskipun beberapa metabolit tetap aktif, misalnya 7-hydroxichlorpromazine dan
haloperidol yang tereduksi, mereka kurang dianggap penting tehadap daya kerja obat-obat ini.
Satu-satunya pengecualian adalah mesoridazine, metabolite thioridazine yang utama, yang lebih
poten dari komponen aslinya dan lebih banyak menimbulkan efek. Komponen ini telah banyak
dijual sebagi unsur terpisah.
Eksresi : Sedikit sekali dari obat ini yang dieksresikan tanpa ada perubahan, karena obat-obat
tersebut hampir sepenuhnya dimetabolisme menjadi substansi yang lebih polar. Waktu
eliminasinya beragam, dari 10 sampai 24 jam
19

INDIKASI PENGGUNAAN
Gejala penggunaan target syndrome) : SINDROM PSIKOSIS
Butir-butir diagnostic Sindrome psikosis :
-

Hendaya berat dalam kemampuan daya menilai realitas (reality testing ability),
bermanifestasi dalam gejala : kesadaran diri (awareness) yang terganggu, daya nilai
norma social terganggu dan daya tilikan diri terganggu

Hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental, bermanifestasi dalam gejala : gangguan


asosiasi pikiran, isi pikiran yang tidak wajar (waham), gangguan persepsi (halusinasi),
gangguan perasaan, dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali.

Hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala : tidak
mampu bekerja, hubungan social, dan melakukan kegiatan rutin.

Sindrom Psikosis dapat terjadi pada :


-

Sindrom Psikosis Fungsional : Skizofrenia, Psikosis Paranoid, Psikosis afektif, Psikosis


Reaktif Singkat dll.

Sindrom Psikosis Organik : Sindrom Delirium, Dementia, Intoksikasi Alkohol,dll. 2

MEKANISME KERJA
Mekanisme kerja obat anti-psikosis tipikal adalah membloke Dopamin pada reseptor pasca
sinaptik neuron di otak, khususnya di system limbic dan system ekstrapiramidal (dopamine D2
receptor antagonist).
Beberapa bukti yang terkait menunjukkan bahwa aktifitas dopaminergik yang berlebihan dapat
mempengaruhi penyakit skizofrenia :
1) kebanyakan obat-obat antipsikosis menyakat reseptor D2 pascasinaps di dalam sistem saraf
pusat, terutama di sistem mesolimbik frontal;
20

2) obat-obat yang meningkatkan aktifitas dopaminergik, seperti levodopa (suatu precursor),


amphetamine (perilis dopamine), atau apomorphine (suatu agonis reseptor dopamine
langsung), baik yang dapat mengakibatkan skizofrenia atau psikosis pada beberapa pasien;
3) densitas reseptor dopamine telah terbukti, postmortem, meningkat diotak pasien skizofrenia
yang belum pernah dirawat dengan obat-obat antipsikosis;
4) positron emission tomography (PET) menunjukkan peningkatan densitas reseptor dopamine
pada pasien skizofrenia yang dirawat atau yang tidak dirawat, saat dibandingkan dengan hasil
pemeriksaan PET pada orang yang tidak menderita skizofrenia; dan
5) perawatan yang berhasil pada pasien skizofrenia telah terbukti mengubah jumlah
homovanilic acid (HVA), suatu metabolit dopamine, di cairan serebrospinal, plasma, dan
urine.
Sedangkan obat anti-psikosis yang baru (Atipikal) disamping berafinitas terhadap dopamine
D2 Receptors juga terhadap serotonin 5 HT2 Receptors (serotonine-dopamine antagonists).
Pada hipotesis serotonin Gaddum, wooley dan show tahun 1954 mengobservasi efek lysergic
acid diethylamide (LSD) yaitu suatu zat yang bersifat campuran agonis/antagonis reseptor 5-HT.
Ternyata zat ini menyebabkan keadaan psikosis berat pada orang normal. Kemungkinan
serotonin berperan pada skizofrenia kembali mengemuka karena penetitian obat antipsikotik
atipikal clozapine yang ternyata mempunyai afinitas terhadap reseptor serotonin 5-HT~ lebih
tinggi dibandingkan reseptor dopamin D2.
Dalam mekanisme kerjanya, golongan atipikal berbeda dengan tipikal. Obat-obat golongan
tipikal, kurang efektif dalam mengobati negative symptom dan kognitif. Dari sisi keamanan dan
tolerabilitas, obat yang bekerja pada reseptor antagonis dopamine berhubungan erat dengan efek
samping yang signifikan, termasuk, EPS, tardive dyskinesia dan hyperprolactinemia. Efek-efek
tersebut tidak terjadi pada zetopine, dari golongan atipikal. Dr. Stephen J. Cooper memaparkan
sejumlah studi efikasi dan keamanan zotepine dibandingkan dengan obat antipsikotik lain yakni
Chlorpromazine dan Haloperidol. Menurut Stephen J. Cooper, spesifikasi dari zotepine adalah
preparat yang bekerja selektif pada reseptor D1 dan D2. Hal ini diyakini mampu mereduksi efek

21

EPS pada penggunaan jenis obat lainnya. Juga bekerja selekif pada reseptor serotonin (5HT2A,
2C, 6 dan 7) serta pada antagonis H1 dan alpha 1 reseptor.

EFEK SAMPING OBAT ANTI-PSIKOSIS


Efek-efek psikologis:
Kebanyakan obat-obat antipsikosis mengakibatkan efek subyektif dan tidak menyenangkan
pada pasien non-psikosis; kombinasi rasa kantuk, lelah, dan efek otonom yang menimbulkan
pengalaman tidak seperti yang dikaitkan dengan sedativa atau hipnotika yang lebih dikenal.
Pasien non-psikosis juga akan mengalami gangguan performa sebagaimana ditunjukkan oleh
tes-tes psikomotor dan psikometrik. Akan tetapi, pasien psikosis kemungkinan menunjukkan
tingkatan dalam hal performa saat tingkat psikosisnya diturunkan.
Efek-efek neurofisiologis:
Obat-obat antipsikosis mengakibatkan pergeseran pola frekuensi elektroensefalografi,
biasanya

menurunkan

frekuensi

dan

meningkatkan

sinkronisasinya.

Penurunan

(hipersinkronisasi) tersebut fokal atau unilateral, yang dapat mengarah kepada interpretasi
diagnosis yang salah. Perubahan perubahan amplitudo dan frekuensi yang diakibatkan oleh
obat-obat psikotropika sudah jelas tampak dan dapat dihitung dengan teknik elektrofisiologis
yang canggih
Perubahan ensefalografi yang berkaitan dengan obat-obat antipsikosis pertama kali tampak
pada elektroda suportikal, dan mendukung asumsi kalau obat-obat tersebut bekerja lebih
banyak pada daerah subkortikal. Hipersinkronisasi yang ditimbulkan oleh obat-obat ini dapat
berakibat pada pengaktifan EEG pada pasien epilepsi, dan juga mengakibatkan kelumpuhan
diwaktu-waktu tertentu pada pasien yang tidak pernah mengalami kelumpuhan sebelumnya.
Efek-Efek endokrin

22

Obat-obat antipsikosis menimbulkan efek-efek yang tidak diinginkan pada sistem reproduksi.
Amenore galaktore, tes kehamilan yang salah (false positif), dan peningkatan libido
dilaporkan telah terjadi. Pada wanita, sedangkan pada pria penurunan libido dan ginekomasti.
Beberapa dampak bersifat sekunder dala menyakat penghambatan tonik dopamine pada
sekresi prolaktin; yang lainnya mungkin berhubungan kepada konfersi perifer androgen ke
estrogen. Sedikit atau tidak ada peningkatan sama sekali pada produksi prolaktin sesudah
pemberian sejumlah antipsikosis terbaru seperti : olanzapine, quetiapine, dan sertindole, bisa
menjadi tanda berkurangnya antagonisme D2 wsehingga mengurangi resiko disfungsi sistem
ekstrapiramidal dan diskinesia tardiff, serta disfungsi endokrin.
Efek-efek kardiovaskuler
Hipotensi orthostatik dan denyut nadi tinggi seringkli ditimbulkan oleh peggunaan
phenothiazine(potensi rendah)kemudian dosis tinggi. Tekanan arteri rata-rata, resistensi
perifer, dan volume sekuncup menurun, dan denyut nadi meningkat. Efek-efek ii dapat
diprediksi dari daya kerja otonom obat-obat ini. ECG yang abnormal telah dicatat, khususnya
dengan Thioridazine. Perubahan perubahan tersebut mencakup perpanjangan interval QT dan
konfigurasi abnormal dari unsur ST dan gelombang T. Gelombang tersebut melingkar,
mendatar, atau tidak rata. Perubahan ini dapat dibalik dengan hanya menghentikan obat-obat
terebut.
Diantara obat-obat antipsikosis terbaru, perpanjangan interval QT atau QTC- dengan
peningkatan resiko aritmia yang berbahaya- sudah begitu mengkhawatirkan sen=hingga
ssertindole merupakan obat pertama yang ditarik dari pasaran menunggu evaluasi
selanjutnya. Sedangkan ziprasidone masih dipelajari lebih lanjut sebelum diambil keputusan
yang final. Untuk mengesampingkan bermakna klinis QTc. 5
Gejala Ekstrapiramidal (EPS)
Istilah gejala ekstrapiramidal (EPS) mengacu pada suatu kelompok atau reaksi yang
ditimbulkan oleh penggunaan jangka pendek atau panjang dari medikasi antipsikotik. Istilah
ini mungkin dibuat karena banyak gejala bermanifestasikan sebagai gerakan otot skelet,
spasme atau rigitas, tetapi gejala-gejala itu diluar kendali traktus kortikospinal (piramidal).
23

Namun, nama ini agak menyesatkan karena beberapa gejala (contohnya akatisia)
kemungkinan

sama

sekali

tidak

merupakan

masalah

motorik.

Beberapa

gejala

ekstrapiramidal dapat ditemukan bersamaan pada seorang pasien dan saling menutupi satu
dengan yang lainnya.
Gejala Ektrapiramidal merupakan efek samping yang sering terjadi pada pemberian obat
antipsikotik. Antipsikotik adalah obat yang digunakan untuk mengobati kelainan psikotik
seperti skizofrenia dan gangguan skizoafektif. Gejala ekstrapiramidal sering di bagi dalam
beberapa kategori yaitu reaksi distonia akut, tardiv diskinesia, akatisia, dan parkinsonism
(Sindrom Parkinson).6

CARA PENGGUNAAN OBAT ANTI PSIKOSIS


Dalam memilih pertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat,
contohnya chlorpromazine dan thiaridazine yang efek samping sedatifnya kuat terutama
digunakan untuk sindrom psikosis dengan gejla dominan gaduh gelisah, hiperaktif, sulit
tidur,

kekacauan

pikiran,

perasaan,

dan

perilaku,

dll.sedangkan

trifluoperazine,

fluphenazine,dan haloperidol yang memiliki efek sedative lemah digunakan untuk sindrom
psikosis dengan gejala dominant apatis, menarik diri, perasaan tumpul, kehilangan minat dan
inisiatif, hipoaktif, waham, halusinasi, dll.
Haloperidol juga paling mudah menyebabkan timbulnya gejala ekstrapiramidal, pada pasien
yang rentan terhadap efek samping tersebut perlu digantikan dengan Thioridazine (dosis
ekivalen) dimana efek samping timbul tardive dyskinesia obat anti-psikosis yang tanpa
efek samping ekstrapiramidal adalah clozapine. Apabila obat anti-psikosis tertentu tidak
memberikan respons klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang
memadai, dapat diganti dengan obat anti-psikosis lain (sebaiknya dari golongan yang tidak
sama),dengan dosis ekivalen-nya,dimana profil efek samping belum tentu sama. Apabila
dalam riwayat penggunaan obat-psikosis sebelumnya jenis obat anti-psikosis tertentu yang
sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek sampingnya, dapat dipilih kembali untuk
pemakaian sekarang.2

24

Obat antipsikosis long acting (flufenazine decanoat, 25mg/mL atau haloperidol decanoat,
50mg/mL IM, untuk 2-4 minggu) sangat berguna pada pasien yang tidak mau atau sulit
teratur makan obat ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi oral. Dosis dimulai dengan
0,5 mL setiap 2 minggu pada bulan pertama kemudian baru ditingkatkan 1mL setiap bulan.

Penggunaan chlorpromazine injeksi sering menimbulan hipotensi orthostatik bila terjadi atasi
dengan injeksi noradrenalin (effortil, IM). Efek samping ini dapat dicegah dengan tidak
langsung bangun setelah suntik atau tiduran selama 5-10 menit.
Haloperidol

sering

menimbulkan

gejala

ekstrapiramidal,

maka

diberikan

tablet

trihexylphenidine (artane ) 3-4 x 2mg/hari atau sulfas athropin 0,5-0,75 mg IM.4

PENGATURAN DOSIS
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan :

Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu

Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam

Waktu paruh : 12-14 jam (pemberian obat 1-2 x/hari).

Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek samping (dosis
pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu kualitas hidup
pasien.
Mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran, dinaikkan setiap 2-3 hari
sampai mencapai dosis efektif(mulai timbul peredaran sindrompsikosis) dievaluasi
setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 812 minggu (stabilisasi) diturunkan setiap 2 minggu dosis maintenance
dipertahankan 6 bulan 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu) Tappering
off (dosis diturunkan setiap 2-4 minggu) Stop.4
25

LAMA PEMBERIAN
Untuk pasien dengan serangan sindrom psikosis yang multi episode, terapi
pemeliharaan (maintenance) diberikan paling sedikit selama 5 tahun, pemberian yang
cukup lama ini dapat menurunkan derajat kekambuhan 2,5-5 kali
Efek obat antipsikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari
setelah dosis terakhir. Masih mempunyai efek klinis. Sehingga tidak langsung
menimbulkan kekambuhan setelah obat dihentikan, biasanya 1 bulan kemudian baru
gejala psikosis kambuh kembali. Hal tersebut disebabkann metabolisme dan eksresi obat
sangat lambat, metabolit-metabolit masih mempunyai efek antipsikosis.
Pada umumnya pemberian antipsikosiss sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan
sampai 3 tahun setelah semua gejala psikosis mereda sama sekali. Untuk psikosis reaktif
singkat penurunan obat secara bertahap setelah hilangnya dalam gejala kurun waktu 2
minggu sampai 2 bulan. Obat antipsikosis tidak meimbulkan gejala lepas obatyang hebat
walaupun diberikan dalam jangka waktu lama, sehingga potensi ketergantungan obat
kecil sekali.
Pada penghentian yang mendadak yang dapat timbul kolinergik rebound :
gangguan lambung, mual, muntah, diare, pusing, gemetar, dll. Keadaan ini akan mereda
dengan pemberian antikolinergic agent (injeksi sulfas atropin 0,25mg IM), tablet
trihexylphenidil (3x2mg/hari) oleh karena itu pada penggunaan bersama obat antipsikosis
plus antiparkinson, bila sudah tiba waktu penghentian obat, obat antipsikosis dihentikan
lebih dahulu, baru meyusul obat antiparkinson.4

PEMAKAIAN KHUSUS
Thioridazine dosis kecil sering digunakan untuk pasien anak dengan hiperaktif,
emosional labil, dan perilaku destruktif. Juga sering digunakan pada pasien usia lanjut
dengan gangguan emosional (anxietas, depresi, agitasi) dengan dosis 20-200mg/hari. Hal
ini disebabkan thioridazine lebih cenderung ke blokade reseptor dopamine disistem
limbik daripada disistem ekstrapiramidal pada SSP (sebalinkya dari haluperidol)
26

Haluperidol dosis kecil untuk Gilles de la tourettes syndrome sangat efektif.


Gangguan ini biasanya timbul mulai antara umur 2-15 tahun. Terdapat gerakan-gerakn
involunter, berulang, cepat, dan tanpa tujuan, yang melibatkan banyak kelompok otot
(tics). Disertai tics fokal yang multipel (misalnya, suara klik, dengusan, batuk,
menggeram, menyalak, atau kata-kata kotor/koprolalia). Pasien mampu menahan tics
secara volunter selama beberapa menit sampai beberapa jam.
Sindrom neuroleptik maligna (SNM) merupakan kondisi yang mengancam kehidupan
akibat reaksi idiosinkrasi terhadap obat antipsikosis (khususnya pada long acting) dimana
resiko ini lebih besar ). Semua pasien yang diberikan obat antipsikosis mempunyai resiko
untuk terjadinya SNM tetapi dengan kondisi dehidrasi, kelelahan, atau malnutrisi, resiko
ini akan menjadi lebih tinggi.
Butir-butir diagnostik SNM :
a. Suhu badan >380C (hiperpireksia)
b. Terdapat sindrom ekstrapiramidal berat (rigidity)
c. Terdapat gejala disfungsi otonomik (incontinensia urine)
d. Perubahan status mental
e. Perubahan tingkat kesadaran
f. Gejala tersebut timbul dan berkembang dengan cepat.
Pengobatan :
a. Hentikan segera obat antipsikosis
b. Perawatan supportif
c. Obat dopamin agonis ( bromokriptin 7,5 60 mg/hari 3dd1, L-dopa 2 x 100 mg/hari atau
amantadine 200 mg/hari)

27

Pada pasien usia lanjut atau dengan sindrom psikosis organik, obat antipsikosis diberikan
dalam dosis kecil dan minimal efek samping otonomik (hipotensi orthostatik) dan sedasinya
yaitu golongan high potency neuroleptic, misalnya haloperidol, trifluoperazine, flufenazine,
antipsikosis atipikal.
Penggunaan pada wanita hamil, beresiko tinggi anak yang dilahirkan penderita gangguan
saraf ekstrapiramidal.4
KESIMPULAN
Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin,
yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri
hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi
normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa
ada rangsang pancaindra). Pada pasien penderita, ditemukan penurunan kadar transtiretin atau
pre-albumin yang merupakan pengusung hormon tiroksin, yang menyebabkan permasalahan
pada zalir serebrospinal. Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric
Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia.
75% Penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa
muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering
terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap
penyesuaian diri. Pengenalan dan intervensi dini berupa obat dan psikososial sangat penting
karena semakin lama ia tidak diobati, kemungkinan kambuh semakin sering dan resistensi
terhadap upaya terapi semakin kuat. Seseorang yang mengalami gejala skizofrenia sebaiknya
segera dibawa ke psikiater dan psikolog.
Anti-psikosis disebut juga neuroleptic, dahulu dinamakan major transquilizer. Salah satunya
adalah chlorpromazine (CPZ), yang diperkenalkan pertama kali tahun 1951 sebagai premedikasi
dalam anastesi akibat efeknya yang membuat relaksasi tingkat kewaspadaan seseorang. CPZ
segera dicobakan pada penderita skizofrenia dan ternyata berefek mengurangi delusi dan
halusinasi tanpa efek sedatif yang berlebihan.
1. Golongan Fenotiazin
28

Chlorpromazin : Tablet 25 dan 100 mg, Injeksi 25 mg/ml,150-600 mg/hari

Thioridazin : Tablet 50 dan 100 mg, 150-600 mg/hari

Trifluoperazin : Tablet 1 mg dan 5 mg, 10-15 mg/hari.

Perfenazin : Tablet 2, 4, 8 mg, 12-24 mg/hari

Flufenazin : Tablet 2,5 mg, 5 mg 10-15 mg/hari

2. Butirofenon
- Halloperidol : Tablet 0,5 mg, 1,5 mg, 5 mg dan Injeksi 5 mg/ml, 5-15 mg/hari
- Droperidol : Amp 2.5 mg/ ml, 7,5 15 mg/hari
3. Difenilbutil piperidin
- Pimozide : Tablet 1 dan 4 mg, 1-4 mg/hari
4. Atypical
- Risperidon : Tablet 1, 2, 3 mg, 2-6 mg/hari
Indikasi : Obat anti-psikosis merupakan pilihan pertama dalam menangani skizofreni, untuk
memgurangi delusi, halusinasi, gangguan proses dan isi pikiran dan juga efektif dalam mencegah
kekambuhan. Major transquilizer juga efektif dalam menangani mania, Tourettes syndrome,
perilaku kekerasan dan agitasi akibat bingung dan demensia. Juga dapat dikombinasikan dengan
anti-depresan dalam penanganan depresi delusional.
Efek Samping : Extrapiramidal: distonia akut, parkinsonism, akatisia, dikinesia tardiv, Endokrin:
galactorrhea, amenorrhea, Antikolinergik: hiperprolaktinemia.
Kontraindikasi : Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris yang tinggi,
ketergantungan alkohol, penyakit SSP dan gangguan kesadaran

29

L
A
M
P
I
R
A
N

30

Anda mungkin juga menyukai