Referat Skizofrenia
Referat Skizofrenia
: Ny.HN
Umur
: 53 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Perkawinan
: Janda
Agama
: Islam
Warga Negara
: Indonesia
Suku Bangsa
: Mandar
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
Alamat
LAPORAN PSIKIATRI
1. Riwayat Penyakit (diperoleh dari Autoanamnesa)
A. Keluhan utama : Sering Keluar Rumah
B. Riwayat gangguan sekarang :
- Keluhan dan Gejala :
Dialami 2 bulan yang lalu sejak pasien mulai tinggal bersama dengan iparnya.
pasien mengambil barang dari rumah dan tidak mengembalikannya, Jika meninggalkan
rumah pasien dapat kembali lagi ke rumah. Selain itu pasien juga sering bicara sendiri,
tertawa sendiri, berteriak-teriak dan menyanyi. Pasien sering berkata dia sering
mendengarkan bisikan-bisikan dari laki-laki bernama Heri yang menyuruhnya melakukan
berbagai hal. Pasien menganggap Heri adalah pacarnya. Awalnya pasien sudah
menunjukkan gejala-gejala aneh seperti bicara sendiri, berteriak-teriak dan menyanyi
sejak 10 tahun yang lalu. Tetapi perlangsungannya tidak terus-menerus, membaik tanpa
pernah mendapatkan pengobatan medis. Keluarga menduga hal itu disebabkan oleh
kematian suami osi 10 tahun yang lalu, pasien mempunyai 2 orang anak dari suaminya
1
tersebut. Pasien juga pernah tinggal di sebuah pulau seorang diri 5 tahun tahun yang
lalu, sebelum tinggal di pulau, pasien tinggal di kampong bersama suaminya (sebelum
meninggal). Kemudian pasien dibawa ke tempat tinggal adiknya oleh warga pulau 2
bulan yang lalu dikarenakan kelakuannya disana semakin parah.
- Hendaya/disfungsi :
* Hendaya dalam bidang social (+)
* Hendaya pekerjaan (+)
* Hendaya dalam penggunaan waktu senggang (+)
- Faktor stressor psikososial :
Tidak ditemukan
- Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis sebelumnya :
Tidak ada.
C. Riwayat gangguan sebelumnya :
- Trauma (-)
- Alkohol (-)
- Infeksi (-)
- Merokok (-)
- Kejang (-)
- NAPZA (-)
F. Situasi Sekarang :
Pasien sekarang tinggaal bersama dengan adik dan iparnya, pasien tidak bekerja
: Assalamualaikum bu,
: Waalaikumsalam dok.
DM
: Perkenalkan, saya dokter muda yang bertugas disini, nama saya Wana, boleh saya tau
siapa nama lengkapnya ibu ?
DM
DM
DM
DM
DM
DM
: iye, belum Bu .
DM
: Karena itu, kristeng ngi. Jadi saya malu. Kan tidak ada Islam masuk Kristen. Jadi
kulihat Al-Quran masa mau ka dibunuh.
DM
: Orang, Orang disana Bu. Dimana itu..(berfikir). Dipotere. Kan kerja di potere ki.
Adeknya angkatan laut. Orang mamasa.
DM
: Kutau ki. Begini dokter, kan banyak laki-laki suka ka. Mau semua kawin sama saya. Na
ada satu itu istrinya mau na bunuh ka.
DM
: Yang dipelabuhan, semua itu yang dipelabuhan, jelek mukaku, tapi banyak hartaku. Di
BRI. Itu mereka mau.
DM
: Oh jadi ibu merasa semua laki-laki dipelabuhan mau sama ibu karena ibu banyak uang ?
: Iye. Ada usahaku di korea. Baru-baru ini ada minyak gas meluap
DM
: Ada ji di BRI.
DM
: Kenapa ibu tidak memakai uang ibu untuk membeli baju atau barang-barang bagus ?
DM
: Ibu tadi mengatakan banyak laki-laki yang menyukai ibu, tapi Mengapa ibu tidak
menikah ?
DM
DM
: Jadi ibu sudah pernah menikah,tapi suami ibu meninggal, Kapan itu kejadiannya ibu?
4
: Lama mi,ada mi 10 tahun barangkali. Abdul Razak sama Abdul Salam anakku
DM
DM
DM
DM
:Suhartati. Iparnya. Eh iparku. Isterinya M.Yahya, adekku. Saya mau bersuami asal polisi
DM
DM
DM
DM
DM
: Ibu juga sering mengambil barang dan tidak mengembalikannya, apa benar?
: Iya Bu.
DM
DM
DM
DM
DM
: Berarti ibu sering mendengar suara-suara tapi tidak bisa melihat siapa yang berbicara ?
DM
: Selain suara bisikan-bisikan,apa ibu pernah mendengar suara lain? Misalnya ada yang
ancam ibu atau membicarakan ibu ?
: Tidak ada Bu
DM
: Tidak ada. Itu ji suaranya Heri kudengar. na suruhka ke pelabuhan. Pernahka na suruh
melahirkan juga.
DM
: Apa ibu pernah melihat bayangan-bayangan yang orang lain tidak bisa lihat?
: Tidak pernah Bu, dibilang orang bu,orang toraja itu pintar,sedang orang matinya
berjalan
DM
DM
: Tidak dok. Itu ji kutakut isterinya suamiku tempo hari, sama itu orang yang mau bunuh
ka. Mau ka na lempari kepalaku
DM
: Tidak ji sekarang
DM
: Iye, pulau sabarumasalima, di pangkep. Sama ka anakku dua. Itu mi dibilang kenapa
masuk Kristen
DM
DM
DM
: 45
DM
DM
DM
: Ee..93
DM
: kalau 93-7 ?
: 80.84
DM
; Kalau 4x5 ?
: (berfikir) 20
DM
: 3,7,5,1
DM
DM
DM
: Pencuri toh
DM
DM
DM
DM
: Baiklah,Terima kasih atas waktunya ibu. Semoga ibu cepat sembuh. Ingat minum
obatnya ya
2. STATUS MENTAL
7
A. Deskripsi Umum :
1. Penampilan : Seorang wanita berumur 53 tahun, wajah sesuai umur, rambut hitam
agak beruban,sebahu,kulit sawo matang,memakai daster berwarna merah muda, tinggi
sedang.
2. Kesadaran :
Berubah
E. Proses berpikir :
1. Arus pikiran,
a. Produktivitas : Pasien berbicara secara spontan
b. Kontiniuitas : Kadang irelevan, asosiasi longgar (+)
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran,
a. Preokupasi : Tidak ada
b. Gangguan isi pikiran : - Waham kebesaran (+), osi merasa mempunyai banyak uang
dan harta.
-Waham kejar (+), osi merasa akan dibunuh oleh isteri dari
salah satu laki-laki yang menyukainya.
B. Status Neurologis.
Tidak ditemukan hal-hal bermakna lainnya pada pemeriksaan fisik, pemeriksaan Lab dan
penunjang lainnya.
- Psikologik : Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita, maka pasien
memerlukan psikoterapi.
- Sosiologik : Ditemukan hendaya sosial, pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang
hingga memerlukan sosioterapi.
7. PROGNOSIS
1.Faktor penghambat = stessor tidak jelas, ketidakpatuhan minum obat
11
8. DISKUSI PEMBAHASAN
Berdasarkan PPDGJ III, skizofrenia didefinisikan sebagai suatu syndrome dengan variasi
penyebab perjalanan penyakit, serta sejumlah akibat tergantung pada pertimbangan pengaruh
genetic, fisik, social dan budaya.
Skizofrenia pada umumnya ditandai dengan adanya penyimpangan fundamental dari pikiran dan
persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar atau tumpul.
Biasanya kesadaran tetap terpelihara dan kemampuan intelektual juga terpelihara walaupun
kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
Dalam diagnosis skizofrenia harus ditemukan minimal 1 dari kriteria berikut :
1. Though of echo, though of insertion, atau though withdrawl, atau thought broadcasting
2. Delusion of control, delusion of influence, delusion of passivity, delusion of perception
3. Halusinasi auditorik
4. Waham menetap lainnya yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan
sesuatu yang mustahil.
Atau minimal 2 dari criteria di bawah ini :
1. Halusinasi menetap dari panca indera apa saja
2. Arus pikiran terputus atau terganggu, yang berakibat irrelevant atau inkoheren atau
neologisme
3. Perilaku katatonik
4. Gejala negative ( seperti apatis, bicara sangat jarang, respon emosional yang tumpul dan
tidak wajar )
Gejala khas harus berlangsung minimal 1 bulan dan harus ada perubahan konsisten dan
bermakna dan mutu keseluruhan aspek perilaku pribadi dengan manifestasi hilangnya minat,
hidup tak berguna, tidak berbuat sesuatu, self absorbed
Pada skizofrenia paranoid,
-
12
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi
auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit (whistling), mendengung (humming),
atau bunyi tawa (laughing)
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan
tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi (delusion of influence), atau passive (delusion of passivity), dan
keyakinan dikejar-kejar, adalah yang paling khas.
-
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara
relative tidak nyata/ tidak menonjol.
9. RENCANA TERAPI
a. Psikofarmaka : Haloperidol 1,5 mg 3x1
b. Psikoterapi
- Ventilasi : Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan keluhan dan
isi hati serta perasaan pasien sehingga pasien lega.
- Konseling : Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien.
c. Sosioterapi : Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien sehingga dapat
membantu pasien memahami penyakitnya.
10. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakitnya, efektifitas terapi serta
kemungkinan terjadinya efek samping dari obat yang diberikan.
13
REFARAT
PSIKOFARMAKA SKIZOFRENIA
I. PENDAHULUAN
Skizofrenia merupakan bentuk gangguan jiwa psikosis fungsional paling berat, dan lazim
yang menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Dalam kasus berat, pasien tidak
mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan
penyakit ini secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa menimbulkan
serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya
berakhir dengan personalitas yang rusak. Keadaan ini pertama kali digambarkan oleh Kraepelin
pada tahun 1896 berdasarkan gejala dan riwayat alamiahnya. Kraepelin menamakannya
dementia prekoks. Pada tahun 1911, Bleuler menciptakan nama skizofrenia untuk menandai
putusnya fungsi psikis, yang menentukan sifat penyakit ini. Secara garis besar skizofrenia dapat
digolongkan kepada beberapa tipe yaitu, skizofrenia paranoid, skizofrenia hebefrenik,
skizofrenia katatonik, skizofrenia tak terinci, depresi pasca skizofrenia, skizofrenia residual,
skizofrenia simpleks, skizofrenia yang lain-lain dan skizofrenia yang tak tergolongkan.4
Menurut Epidemiologic Catchment Ares study, di Amerika prevalensi skizofrenia berkisar dari
0,6% menjadi 1,9%, dengan rata-rata sekitar 1%. Dengan hanya beberapa kemungkinan
pengecualian, prevalensi di seluruh dunia skizofrenia sangat mirip di antara semua budaya.
Skizofrenia paling sering dimulai pada masa remaja akhir atau dewasa awal dan jarang terjadi
sebelum masa remaja atau setelah usia 40 tahun. Meskipun prevalensi skizofrenia adalah sama
pada laki-laki dan perempuan, yang mulai cenderung terkena lebih awal adalah pada pria. Pria
paling sering memiliki episode pertama mereka pada awal usia 20, sedangkan perempuan
biasanya selama akhir usia duapuluhan sampai umur 30.3
Gejala pada Skizofrenia : Indikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia antara lain
ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak
acuh. Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang
14
fungsi
normal
seseorang.
Termasuk
kurang
atau
tidak
mampu
berkaitan
dengan
masalah
nonbiological.
Skizofrenia
biasanya
Pasien dengan skizofrenia mempunyai manfaat yang lebih dari penggunaan kombinasi obat
antipsikotik dan psikososial. 1
II. PENGGOLONGAN OBAT ANTI-PSIKOSIS.
I. OBAT ANTI-PSIKOSIS TIPIKAL
1. Phenothiazine
-
Rantai Aliphatic
Chlorpromazine : Memiliki potensi yang lemah, dan merupakan obat pembanding bagi
obat lainnya. Tersedia dalam bentuk tablet untuk oral dan larutan suntik.
Levomepromazine/methotrimeprazine: Merupakan senyawa dimetilaminopropil yang
mempunyai potensi rendah dengan efek samping sedasi lebih besar dibanding
Chlorpromazine. Pada pasien berumur lebih dari 50 tahun harus diperhatikan tekanan
darahnya.
-
Rantai Piperazine
Fluphenazine
Chlorpromazine dalam hal sedasi dan efek muskariniknya, tetapi efek samping kejang
otot dan sulit istirahat lebih berat. Hal ini dapat menyebabkan depresi. Tersedia dalam
bentuk tablet 2,5 mg dan 5 mg.
Prochlorperazine : merupakan derivat Fenotiazin yang bekerja dengan cara memblok
reseptor Dopamin di otak. Penyakit kejiwaan terutama Skizoprenia menurut penelitian
disebabkan oleh overaktivitas dari Dopamin di otak. Prochlorperazine digunakan untuk
jangka panjang pada gangguan jiwa seperti Skizoprenia. Obat ini juga dapat untuk jangka
pendek untuk mengatasi rasa cemas dan mania yang akut.
Trifluoperazine (Stelazine) : Merupakan turunan Fenotiazine, tersedia dalam bentuk
tablet 1 mg dan 5 mg.
16
Rantai Piperidine
Thioridazine : Merupakan turunan dari Fenotiazin yang dapat menyebabkan detak
jantung tak menentu sehingga perlu pengawasan dokter dalam pemakainnya. Penderita
harus menjalankan ECG dan tes darah sebelum menggunakan obat ini. Obat ini
digunakan bila penderita Skizoprenia tidak merespon dengan obat lainnya. Ikuti cara
pemakaian seperti yang diresepkan dokter, tanyakan ke dokter atau farmasis segala hal
yang anda perlu tahu. Minum obat sesuai dengan resep tidak lebih tidak kurang.
2. Butyrophenone
Haloperidol : Obat Skizoprenia ini berguna untuk menenangkan keadaan mania pada
penderita psikosis yang karena hal tertentu tidak dapat diberi Fenotiazin. Pemakaian
bersamaan dengan Litium dan Fluoxetine dapat meningkatkan kadar obat Haloperidol
dalam darah.
3. Diphenyl butyl-piperidine
Pimozide : Pimozide adalah turunan Diphenylbutylpiperidine dengan kegunaan
neuroleptiknya untuk menangani Skizoprenia kronis. Obat Pimozide tidak memberikan
efek sedasi dan dapat diberikan dalam satu kali pemakaian sehari. Mekanisme kerja dari
Pimozide berhubungan dengan aksi kerjanya pada reseptor aminergik pusat. Obat ini
mempunyai kemampuan secara selektif untuk memblokade reseptor Dompaminergik
pusat, meskipun pada dosisi tinggi mempengaruhi perubahan Norepineprin
struktur
yang
sangat
berbeda
dari
kedua
kelompok
pertama.
18
INDIKASI PENGGUNAAN
Gejala penggunaan target syndrome) : SINDROM PSIKOSIS
Butir-butir diagnostic Sindrome psikosis :
-
Hendaya berat dalam kemampuan daya menilai realitas (reality testing ability),
bermanifestasi dalam gejala : kesadaran diri (awareness) yang terganggu, daya nilai
norma social terganggu dan daya tilikan diri terganggu
Hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala : tidak
mampu bekerja, hubungan social, dan melakukan kegiatan rutin.
MEKANISME KERJA
Mekanisme kerja obat anti-psikosis tipikal adalah membloke Dopamin pada reseptor pasca
sinaptik neuron di otak, khususnya di system limbic dan system ekstrapiramidal (dopamine D2
receptor antagonist).
Beberapa bukti yang terkait menunjukkan bahwa aktifitas dopaminergik yang berlebihan dapat
mempengaruhi penyakit skizofrenia :
1) kebanyakan obat-obat antipsikosis menyakat reseptor D2 pascasinaps di dalam sistem saraf
pusat, terutama di sistem mesolimbik frontal;
20
21
EPS pada penggunaan jenis obat lainnya. Juga bekerja selekif pada reseptor serotonin (5HT2A,
2C, 6 dan 7) serta pada antagonis H1 dan alpha 1 reseptor.
menurunkan
frekuensi
dan
meningkatkan
sinkronisasinya.
Penurunan
(hipersinkronisasi) tersebut fokal atau unilateral, yang dapat mengarah kepada interpretasi
diagnosis yang salah. Perubahan perubahan amplitudo dan frekuensi yang diakibatkan oleh
obat-obat psikotropika sudah jelas tampak dan dapat dihitung dengan teknik elektrofisiologis
yang canggih
Perubahan ensefalografi yang berkaitan dengan obat-obat antipsikosis pertama kali tampak
pada elektroda suportikal, dan mendukung asumsi kalau obat-obat tersebut bekerja lebih
banyak pada daerah subkortikal. Hipersinkronisasi yang ditimbulkan oleh obat-obat ini dapat
berakibat pada pengaktifan EEG pada pasien epilepsi, dan juga mengakibatkan kelumpuhan
diwaktu-waktu tertentu pada pasien yang tidak pernah mengalami kelumpuhan sebelumnya.
Efek-Efek endokrin
22
Obat-obat antipsikosis menimbulkan efek-efek yang tidak diinginkan pada sistem reproduksi.
Amenore galaktore, tes kehamilan yang salah (false positif), dan peningkatan libido
dilaporkan telah terjadi. Pada wanita, sedangkan pada pria penurunan libido dan ginekomasti.
Beberapa dampak bersifat sekunder dala menyakat penghambatan tonik dopamine pada
sekresi prolaktin; yang lainnya mungkin berhubungan kepada konfersi perifer androgen ke
estrogen. Sedikit atau tidak ada peningkatan sama sekali pada produksi prolaktin sesudah
pemberian sejumlah antipsikosis terbaru seperti : olanzapine, quetiapine, dan sertindole, bisa
menjadi tanda berkurangnya antagonisme D2 wsehingga mengurangi resiko disfungsi sistem
ekstrapiramidal dan diskinesia tardiff, serta disfungsi endokrin.
Efek-efek kardiovaskuler
Hipotensi orthostatik dan denyut nadi tinggi seringkli ditimbulkan oleh peggunaan
phenothiazine(potensi rendah)kemudian dosis tinggi. Tekanan arteri rata-rata, resistensi
perifer, dan volume sekuncup menurun, dan denyut nadi meningkat. Efek-efek ii dapat
diprediksi dari daya kerja otonom obat-obat ini. ECG yang abnormal telah dicatat, khususnya
dengan Thioridazine. Perubahan perubahan tersebut mencakup perpanjangan interval QT dan
konfigurasi abnormal dari unsur ST dan gelombang T. Gelombang tersebut melingkar,
mendatar, atau tidak rata. Perubahan ini dapat dibalik dengan hanya menghentikan obat-obat
terebut.
Diantara obat-obat antipsikosis terbaru, perpanjangan interval QT atau QTC- dengan
peningkatan resiko aritmia yang berbahaya- sudah begitu mengkhawatirkan sen=hingga
ssertindole merupakan obat pertama yang ditarik dari pasaran menunggu evaluasi
selanjutnya. Sedangkan ziprasidone masih dipelajari lebih lanjut sebelum diambil keputusan
yang final. Untuk mengesampingkan bermakna klinis QTc. 5
Gejala Ekstrapiramidal (EPS)
Istilah gejala ekstrapiramidal (EPS) mengacu pada suatu kelompok atau reaksi yang
ditimbulkan oleh penggunaan jangka pendek atau panjang dari medikasi antipsikotik. Istilah
ini mungkin dibuat karena banyak gejala bermanifestasikan sebagai gerakan otot skelet,
spasme atau rigitas, tetapi gejala-gejala itu diluar kendali traktus kortikospinal (piramidal).
23
Namun, nama ini agak menyesatkan karena beberapa gejala (contohnya akatisia)
kemungkinan
sama
sekali
tidak
merupakan
masalah
motorik.
Beberapa
gejala
ekstrapiramidal dapat ditemukan bersamaan pada seorang pasien dan saling menutupi satu
dengan yang lainnya.
Gejala Ektrapiramidal merupakan efek samping yang sering terjadi pada pemberian obat
antipsikotik. Antipsikotik adalah obat yang digunakan untuk mengobati kelainan psikotik
seperti skizofrenia dan gangguan skizoafektif. Gejala ekstrapiramidal sering di bagi dalam
beberapa kategori yaitu reaksi distonia akut, tardiv diskinesia, akatisia, dan parkinsonism
(Sindrom Parkinson).6
kekacauan
pikiran,
perasaan,
dan
perilaku,
dll.sedangkan
trifluoperazine,
fluphenazine,dan haloperidol yang memiliki efek sedative lemah digunakan untuk sindrom
psikosis dengan gejala dominant apatis, menarik diri, perasaan tumpul, kehilangan minat dan
inisiatif, hipoaktif, waham, halusinasi, dll.
Haloperidol juga paling mudah menyebabkan timbulnya gejala ekstrapiramidal, pada pasien
yang rentan terhadap efek samping tersebut perlu digantikan dengan Thioridazine (dosis
ekivalen) dimana efek samping timbul tardive dyskinesia obat anti-psikosis yang tanpa
efek samping ekstrapiramidal adalah clozapine. Apabila obat anti-psikosis tertentu tidak
memberikan respons klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang
memadai, dapat diganti dengan obat anti-psikosis lain (sebaiknya dari golongan yang tidak
sama),dengan dosis ekivalen-nya,dimana profil efek samping belum tentu sama. Apabila
dalam riwayat penggunaan obat-psikosis sebelumnya jenis obat anti-psikosis tertentu yang
sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek sampingnya, dapat dipilih kembali untuk
pemakaian sekarang.2
24
Obat antipsikosis long acting (flufenazine decanoat, 25mg/mL atau haloperidol decanoat,
50mg/mL IM, untuk 2-4 minggu) sangat berguna pada pasien yang tidak mau atau sulit
teratur makan obat ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi oral. Dosis dimulai dengan
0,5 mL setiap 2 minggu pada bulan pertama kemudian baru ditingkatkan 1mL setiap bulan.
Penggunaan chlorpromazine injeksi sering menimbulan hipotensi orthostatik bila terjadi atasi
dengan injeksi noradrenalin (effortil, IM). Efek samping ini dapat dicegah dengan tidak
langsung bangun setelah suntik atau tiduran selama 5-10 menit.
Haloperidol
sering
menimbulkan
gejala
ekstrapiramidal,
maka
diberikan
tablet
PENGATURAN DOSIS
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan :
Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek samping (dosis
pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu kualitas hidup
pasien.
Mulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran, dinaikkan setiap 2-3 hari
sampai mencapai dosis efektif(mulai timbul peredaran sindrompsikosis) dievaluasi
setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 812 minggu (stabilisasi) diturunkan setiap 2 minggu dosis maintenance
dipertahankan 6 bulan 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu) Tappering
off (dosis diturunkan setiap 2-4 minggu) Stop.4
25
LAMA PEMBERIAN
Untuk pasien dengan serangan sindrom psikosis yang multi episode, terapi
pemeliharaan (maintenance) diberikan paling sedikit selama 5 tahun, pemberian yang
cukup lama ini dapat menurunkan derajat kekambuhan 2,5-5 kali
Efek obat antipsikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari
setelah dosis terakhir. Masih mempunyai efek klinis. Sehingga tidak langsung
menimbulkan kekambuhan setelah obat dihentikan, biasanya 1 bulan kemudian baru
gejala psikosis kambuh kembali. Hal tersebut disebabkann metabolisme dan eksresi obat
sangat lambat, metabolit-metabolit masih mempunyai efek antipsikosis.
Pada umumnya pemberian antipsikosiss sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan
sampai 3 tahun setelah semua gejala psikosis mereda sama sekali. Untuk psikosis reaktif
singkat penurunan obat secara bertahap setelah hilangnya dalam gejala kurun waktu 2
minggu sampai 2 bulan. Obat antipsikosis tidak meimbulkan gejala lepas obatyang hebat
walaupun diberikan dalam jangka waktu lama, sehingga potensi ketergantungan obat
kecil sekali.
Pada penghentian yang mendadak yang dapat timbul kolinergik rebound :
gangguan lambung, mual, muntah, diare, pusing, gemetar, dll. Keadaan ini akan mereda
dengan pemberian antikolinergic agent (injeksi sulfas atropin 0,25mg IM), tablet
trihexylphenidil (3x2mg/hari) oleh karena itu pada penggunaan bersama obat antipsikosis
plus antiparkinson, bila sudah tiba waktu penghentian obat, obat antipsikosis dihentikan
lebih dahulu, baru meyusul obat antiparkinson.4
PEMAKAIAN KHUSUS
Thioridazine dosis kecil sering digunakan untuk pasien anak dengan hiperaktif,
emosional labil, dan perilaku destruktif. Juga sering digunakan pada pasien usia lanjut
dengan gangguan emosional (anxietas, depresi, agitasi) dengan dosis 20-200mg/hari. Hal
ini disebabkan thioridazine lebih cenderung ke blokade reseptor dopamine disistem
limbik daripada disistem ekstrapiramidal pada SSP (sebalinkya dari haluperidol)
26
27
Pada pasien usia lanjut atau dengan sindrom psikosis organik, obat antipsikosis diberikan
dalam dosis kecil dan minimal efek samping otonomik (hipotensi orthostatik) dan sedasinya
yaitu golongan high potency neuroleptic, misalnya haloperidol, trifluoperazine, flufenazine,
antipsikosis atipikal.
Penggunaan pada wanita hamil, beresiko tinggi anak yang dilahirkan penderita gangguan
saraf ekstrapiramidal.4
KESIMPULAN
Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin,
yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri
hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi
normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa
ada rangsang pancaindra). Pada pasien penderita, ditemukan penurunan kadar transtiretin atau
pre-albumin yang merupakan pengusung hormon tiroksin, yang menyebabkan permasalahan
pada zalir serebrospinal. Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric
Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia.
75% Penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa
muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering
terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap
penyesuaian diri. Pengenalan dan intervensi dini berupa obat dan psikososial sangat penting
karena semakin lama ia tidak diobati, kemungkinan kambuh semakin sering dan resistensi
terhadap upaya terapi semakin kuat. Seseorang yang mengalami gejala skizofrenia sebaiknya
segera dibawa ke psikiater dan psikolog.
Anti-psikosis disebut juga neuroleptic, dahulu dinamakan major transquilizer. Salah satunya
adalah chlorpromazine (CPZ), yang diperkenalkan pertama kali tahun 1951 sebagai premedikasi
dalam anastesi akibat efeknya yang membuat relaksasi tingkat kewaspadaan seseorang. CPZ
segera dicobakan pada penderita skizofrenia dan ternyata berefek mengurangi delusi dan
halusinasi tanpa efek sedatif yang berlebihan.
1. Golongan Fenotiazin
28
2. Butirofenon
- Halloperidol : Tablet 0,5 mg, 1,5 mg, 5 mg dan Injeksi 5 mg/ml, 5-15 mg/hari
- Droperidol : Amp 2.5 mg/ ml, 7,5 15 mg/hari
3. Difenilbutil piperidin
- Pimozide : Tablet 1 dan 4 mg, 1-4 mg/hari
4. Atypical
- Risperidon : Tablet 1, 2, 3 mg, 2-6 mg/hari
Indikasi : Obat anti-psikosis merupakan pilihan pertama dalam menangani skizofreni, untuk
memgurangi delusi, halusinasi, gangguan proses dan isi pikiran dan juga efektif dalam mencegah
kekambuhan. Major transquilizer juga efektif dalam menangani mania, Tourettes syndrome,
perilaku kekerasan dan agitasi akibat bingung dan demensia. Juga dapat dikombinasikan dengan
anti-depresan dalam penanganan depresi delusional.
Efek Samping : Extrapiramidal: distonia akut, parkinsonism, akatisia, dikinesia tardiv, Endokrin:
galactorrhea, amenorrhea, Antikolinergik: hiperprolaktinemia.
Kontraindikasi : Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris yang tinggi,
ketergantungan alkohol, penyakit SSP dan gangguan kesadaran
29
L
A
M
P
I
R
A
N
30