Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
serta kebaikan kepada kita semua. Para penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat untuk melengkapi Tugas Mata Kuliah Ilmu
Budaya Dasar semester I. Tak lupa penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang
tak terhingga kepada : 1. Kedua Orang Tua Para Penyusun serta keluarga atas
dukungan moril yang diberikan kepada para penyusun. Juga doa yang selalu
dipanjatkan agar makalah ini terselesaikan dengan baik. 2. Kepada Bapak Achiruddin
Akil, S.Pd selaku Dosen mata kuliah Ilmu Budaya Dasar, yang dengan sabar
mengajarkan kami. 3. Teman teman DKV kelas O Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Indraprasta yang tidak dapat para penyusun sebutkan satu per satu. Dalam
pembuatan makalah ini para penyusun menyadari bahwa makalah ini kurang
sempurna. Karena itu para penyusun berharap Bapak dan Ibu dosen dapat
memakluminya. Terima kasih.
Jakarta, 30 November 2008 Para Penyusun
DAFTAR ISI
Cover .. 1 KATA
PENGANTAR BAB I
PENDAHULUAN . BAB II
MANUSIA DAN KEINDAHAN .. BAB III
PEMBAHASAN ... 2 4 5 6 DAFTAR
ISI . 3 LATAR
BELAKANG 4 ISI
....... 5 A.
PENGERTIAN KEINDAHAN 6 1. Apakah
Keindahan Itu ? ... 7 2. Nilai Estetika
. 9 3. Apa Sebab Manusia
Menciptakan Keindahan ? .. 10 B. MAKNA KEINDAHAN
. 11 C. RENUNGAN
. 16 D. KESERASIAN
19 E. KEHALUSAN
21 F. MANUSIA DAN
KEINDAHAN 22 BAB IV
PENUTUP. DAFTAR
PUSTAKA ... LEMBAR
PERTANYAAN . LEMBAR
JAWABAN .... 26 27 28 29
KESIMPULAN 26
3

BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG Ditinjau dari segi bahasa, Keindahan berasal dari kata Indah,
diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok.
Keindahan identik dengan kebenaran. Keindahan adalah kebenaran, dan kebenaran
adalah keindahan.
Keindahan dalam arti luas mengandung pengertian ide kebaikan.
Keindahan dalam arti estetika murni menyangkut pengalaman estetik seseorang dalam
hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya. Keindahan dalam arti terbatas
mempunyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda
yang dapat diserap dengan Indera Penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan
warna.
Nilai Estetik menurut Teori The Liang Gie menjelaskan bahwa, pengertian
keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai
ekonomi, nilai Pendidikan, dan sebagainya.
Renungan berasal dari kata renung, merenung artinya dengan diam-diam
memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah
hasil merenung.
Keserasian berasal dari kata serasi; serasi dari kata dasar Rasi artinya cocok,
sesuai, atau kena benar. Kata cocok, sesuai atau kena benar mengandung unsur
pengertian perpaduan, ukuran dan seimbang.
Kehalusan berasal dari kata Halus artinya tidak kasar (perbuatan) lembut,
sopan, baik (budi bahasa), beradab. Kehalusan berarti sifat-sifat yang halus,
kesopanan dan atau keadaban.
4

BAB II MANUSIA DAN KEINDAHAN


Dalam materi pembahasan tentang Manusia dan Keindahan, ada beberapa hal-hal
yang akan dibahas, dimana setiap pointnya mempunyai keterkaitan yang saling
berhubungan, diantaranya adalah sebagai berikut : A. PENGERTIAN KEINDAHAN
1. Apakah Keindahan Itu ? 2. Nilai Estetika 3. Apa Sebab Manusia Menciptakan
Keindahan ? B. MAKNA KEINDAHAN C. RENUNGAN D. KESERASIAN E.
KEHALUSAN F. MANUSIA DAN KEINDAHAN Dari pembahasan Materi tentang
Manusia dan Keindahan diatas, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan
memahami tentang keindahan, renungan, keserasian serta kaitannya dengan manusia
didalam kehidupan seharihari.
5

BAB III PEMBAHASAN


A. PENGERTIAN KEINDAHAN
Keindahan berasal dari kata Indah, Keindahan atau "Beauty" adalah sifat
dari sesuatu yang memberi kita rasa senang bila melihatnya. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik,
bagus benar atau elok. Keindahan juga dapat memberikan kita rasa keingintahuan
tentang hal tersebut semakin terus bertambah. Contohnya jika kita bermusik, kita1.
ialah seperti Alam (Pantai, Danau, Gunung), Manusia Hidung, Bibir, Rambut, Kaki,
Tubuh), Rumah kita Benda sifat hasil segala akan semakin mencari 'Feel' untuk hati
yang indah seni, apa yang cocok mempunyai
Pemandangan Pegunungan, Bunga, Lereng (Wajah, Mata, (halaman,
tatanan perabot rumah tangga dan sebagainya), Suara, Warna, dan sebagainya. Semua
itu termasuk indah yang merupakan ciptaan Tuhan secara langsung. Betapa indahnya
pemandangan matahari pagi dari timur dan pemandangan sore hari ketika matahari
sedang menuju peraduannya di ufuk barat bumi ini. Demikian juga pemandangan
yang indah ciptaan Tuhan yang muncul dari perpaduan gunung yang menghijau
dengan samudera yang membiru. Indahnya pemandangan alam lepas, apalagi saat
bulan purnama yang sejuk dengan desiran angin sepoi-sepoi basah. Keindahan seperti
itu sudah merupakan keindahan yang universal. Semua lapisan masyarakat akan
merasakan betapa indahnya ciptaan Tuhan. Karena dalam Islam sendiri, sebuah
Hadits Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya Allah Ta'ala indah dan suka
kepada keindahan. (HR. Muslim) Tidak demikian halnya dengan keindahan yang
merupakan karya cipta manusia. Keindahan yang merupakan karya cipta manusia itu
dibatasi oleh ruang dan
1
http://id.wikipedia.org/wiki/Keindahan
6

waktu. Meskipun keindahan karya cipta manusia itu universal, akibat pemaknaannya
akan berbeda. Perbedaan itu dibatasi oleh ruang dan waktu. Keindahan juga identik
dengan kebenaran. Keindahan adalah kebenaran, dan kebenaran adalah keindahan.
Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang
bertambah, yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah. Karena itu tiruan
lukisan Monalisa tidak indah karena dasarnya tidak benar.
Gambar 2 : Lukisan Monalisa, Indah, sesuatu yang mengandung kebenaran (bukan
tiruan/Asli)
Keindahan juga bersifat Universal, yang tidak terikat oleh selera perorangan, waktu
dan tempat, selera mode, kedaerahan. Kemudian pertanyaannya apakah keindahan
itu? Apakah nilai Estetik itu? Yang mendorong manusia menciptakan keindahan. 1.
Apakah Keindahan itu ? Menurut sejarah Yunani kuno abad 18, pada saat itu
pengertian keindahan telah di pelajari oleh para Filsuf. Menurut The Liang Gie dalam
bukunya Garis Besar Estetik (Filsafat Keindahan), dalam bahasa Inggris Keindahan
diterjemahkan dengan kata Beautiful, bahasa Perancis Beau, Italia dan Spanyol
Bello, kata-kata itu berasal dari bahasa Latin Bellum, akar katanya adalah
Bonum yang berarti Kebaikan kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi
Bonellum dan terakhir dipendekkan menjadi bellum. Kemudian menurut luas
cakupannya, Keindahan dibedakan menjadi tiga macam pengertian, yaitu :
Keindahan Dalam Arti Luas
7

Keindahan dalam arti luas, menurut The Liang Gie, mengandung gagasan tentang
kebaikan. Untuk ini bisa dilihat misalnya dari pemikiran Plato, yang menyangkut
adanya watak yang indah dan hukum yang indah: Aristoteles yang melihat keindahan
sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan; Plotinus yang berbicara tentang
ilmu yang indah dan kebajikan yang indah atau bisa pula disimak dari apa yang biasa
dibicarakan oleh orang-orang Yunani mengenai buah pikiran yang indah dan adat
kebiasaan yang indah. Tetapi bangsa Yunani juga mengenal pengertian keindahan
dalam arti estetik disebutnyaSyimmetria, untuk keindahan berdasarkan
pengelihatan. (misalnya pada seni pahat dan arsitektur) dan Harmonia untuk
keindahan bedasarkan pendengaran (musik). Jadi pengertian yang seluar-luasnya
meliputi : o Keindahan Seni o Keindahan Alam o Keindahan Moral o Keindahan
Intelektual Keindahan Dalam Arti Estetika Murni Hal ini murni menyangkut
pengalaman estetik seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang
diserapnya. Keindahan Dalam Arti Terbatas Keindahan dalam arti terbatas
mempunyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda
yang dapat diserap dengan Indera Penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan
warna. Filsuf seni merumuskan keindahan sebagai kesatuan hubungan yang terdapat
antara penerapan-penerapan inderawi kita (Beauty is unity of formal realitions of our
sense percepctions). Thomas
Aquinos (1225-1274) mengatakan bahwa keindahan adalah sesuatu
yang menyenangkan bila mana dilihat (Id qout visum placet).
2. Nilai Estetika
Kata estetika berasal dari kata Aesthesis yang artinya perasaan atau sensitivitas,
karena memang pada awalnya pengertian ini berhubungan dengan lidah dan perasaan.
Dalam pengertian teknis, Estetika adalah ilmu keindahan atau ilmu yang mempelajari
keindahan, kecantikan secara umum. Pengertian ini berdasarkan kepada, bila kita
memandang sesuatu obyek dan obyek itu dapat memberikan rasa senang, puas dan
sebagainya yang sejalur dengan kata tersebut, maka dapat dikatakan obyek yang
dipandang itu mengandung keindahan. Dalam perkembangannya, pengertian ini,
kemudian berubah meluas, tidak lagi berkaitan dengan lidah dan perasaan, tetapi
berhubungan dengan pikiran, etika dan logika. Teori The Liang Gie menjelaskan
bahwa, pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya
nilai Moral, nilai Ekonomi, nilai Pendidikan, dan sebagainya. Nilai yang berhubungan
dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut Nilai
Estetik.
Masalah sekarang ialah: apakah Nilai Estetik. itu? Dalam bidang filsafat, istilah nilai
sering kali dipakai suatu kata benda abstrak yang berarti keberhargaan (Worth) atau
kebaikan (Goodness). Dalam Dictionary Of Sociology And Related Science
diberikan rumus tentang nilai sebagai berikut : The believed Capacity of any object
to saticgy a human desire. The Quality
of any object which causes it be of interest to an individual or a group (Kemampuan
yang dianggap ada pada suatu benda yang dapat memuaskan keinginan manusia. Sifat
dari suatu benda yang menarik minat seseorang atau suatu kelompok).
Hal itu berarti, bahwa nilai ini adalah semata-mata adalah realita psikologi yang harus
dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan
pada hendaknya itu sendiri. Nilai itu (oleh orang) dianggap terdapat pada suatu benda

sampai terbukti letak kebenarannya. Tentang nilai itu ada yang membedakan antara
nilai subjektif dan objektif, atau ada yang membedakan nilai perseorangan dan nilai
9

kemasyarakatan. Tetapi penggolongan yang penting ialah : Nilai Ekstrinsik dan Nilai
Instrinsik.
Nilai Ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau
sarana untuk sesuatu hal lainnya (instrumental/Contributory value), yakni nilai yang
bersifat sebagai alat atau membantu. Nilai Instrinsik adalah sifat baik dari benda yang
bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri.
Contoh : 1) Puisi, bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi, baris, sajak, irama, itu
disebut nilai ekstrinsik. Sedangkan pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca
melalui (alat benda) puisi itu disebut Nilai Intrinsik. 2) Tari, tarian Kecak dari Bali
suatu tarian yang halus segala macam jenis pakaian dan gerak-geriknya. Dan
merupakan nilai ekstrinsik.
Gambar 3 : Tari Kecak, mengandung nilai Ekstrinsik dan Instrinsik
3.Apa Sebab Manusia Mencipta Keindahan Keindahan itu pada dasarnya adalah
alamiah. Alam itu ciptaan Tuhan. Ini berarti bahwa keindahan itu ciptaan Tuhan.
Alamiah itu artinya wajar, tidak berlebihan tidak pula kurang. Kalau pelukis wanita
lebih cantik dari keadaan sebenarnya, justru tidak indah. Karena akan ada ucapan
lebih cantik dari warna aslinya. Bila ada pamain drama yang berlebih-lebihan,
misalnya marah dengan meluap-luap padahal kesalahan kecil, atau karena kehilangan
sesuatu yang tak berharga kemudian menangis meraung-raung, itu berarti tidak
alamiah.
Dibawah ini adalah alasan dan tujuan manusia menciptakan keindahan :
1. Tata nilai yang telah usang
Tata nilai yang sudah tidak sesuai dengan kondisi dan keadaan pada zaman sekarang,
sehingga dirasakan sebagai hambatan yang dapat merugikan nilai-nilai kemanusiaan
dan dipandang sebagai hak-hal dapat mengurangi nilai moral bermasyarakat, sehingga
bisa dikatakan tiodak indah.
2. Kemerosotan zaman
Keadaan yang merendahkan derajat dan nilai kemanusiaan ditandai dengan
kemerosotan moral. Kemerosotan moral dapat diketahui dari tingkah laku dan
perbuatan bejat terutama dari segi kebutuhan seksual. Kebutuhan seksual ini
dipenuhinya tanpa menghiraukan ketentuanketentuan agama dan norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat. Yang demikian itu tidak baik, yang tidak baik iu tidak
indah.
3. Penderitaan Manusia
Penderitaan merupakan hal yang pernah dialami semua orang, dan hal ini merupakan
resiko hidup manusia, yang diberikan oleh Tuhan agar manusia sadar untuk tidak
menjauh dariNya. Walaupun penderitaan adalah resiko hidup manusia, tapi hampir
semua orang menyukai adanya penderitaan, dan menganggap penderitaan merupakan
hal yang tidak baik, yang tidak baik iu tidak indah.
4. Keagungan Tuhan
Keindahan merupakan anugerah yang diberikan oleh manusia dan maka dari itu kita
sebagai manusia wajib mensyukurinya, dan sebagian dari kita mengungkapkan rasa
syukur tersebut dalam bentuk karya seni, seperti melukis pemandangan, yang
merupakan hasil karya seni yang Agung yang diciptakanoleh Allah untuk kita sebagai
hambanya.
11

B. MAKNA KEINDAHAN Menjawab pertanyaan sekitar apa itu keindahan, boleh


jadi merupakan pekerjaan yang sulit. Ini kalau yang dituntut jawaban yang bisa
memuaskan semua pihak. Karena keindahan intu bersifat relatif, dan tiap orang
mempunyai penilaian yang berbeda-beda. Kesulitan semacam itu memang bisa
dimengerti oleh karena sampai sekarang ini bisa kita temukan sebagai batasan atau
pengertian tentang keindahan yang celakanya, berbeda satu sama lain. Padahal, yang
namanya keindahan itu secara akademis sudah dikaji manusia sejak abad ke delapan
belas, pada saat para filsuf banyak tertarik untuk mengembangkan estetika, salah satu
cabang dari filsafat yang tidak lain berbicara soal keindahan. Beberapa definisi
keindahan berdasarkan pendapat para ahli antara lain menjelaskan (Gie, 1996 : 13-14)
:
Sifat dari suatu benda yang memberi kita kesenangan yang tidak berkepentingan yang
kita bisa memperolehnya semata-mata dari memikirkan atau melihat benda individual
itu sebagaimana adanya Mortiner Adler Sesuatu yang menyenangkan ketika dilihat.
Aristoteles, selain yang baik juga adalah menyenangkan Thomas Aquinas
Kualitas yang mendatangkan penghargaan yang mendalam tentang bebagai nilai atau
ideal yang membangkitkan semangat Charles J. Bushell Keindahan adalah perpaduan
dari sesuatu yang baik bentuknya dengan yang bertenaga hidup. Kini studi estetika
sebagai ilmu yang dipelajari bukanlah cara untuk menikmati keindahan, tetapi usaha
untuk
12

memahami keindahan. Walaupun rasa keindahan bersifat subyektif, bergantung


kepada rasa perseorangan. Secara keilmuan dapat diobjektifkan Samuel Coleridge
Sekedar penguat konstatasi diatas, baik juga dilihat beberapa persepsi tentang
keindahan berikut ini2 :
Keindahan adalah sesuatu yang mendatangkan rasa menyenangkan bagi yang melihat
Tolstoy Keindahan adalah keseluruhan yang merupakan susunan yang teratur dari
bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain, atau dengan keseluruhan itu
sendiri. Atau, Beauty is an order of parts in their manual relations and in an relation
to Baumgarten the whole Yang indah adalah yang memiliki proporsi yang harmonis.
Karena proporsi yang harmonis itu nyata, maka keindahan itu dapat disamakan
dengan kebaikan. Jadi yang indah adalah nyata dan yang Shaftesbury nyata adalah
yang baik
Keindahan adalah suatu yang dapat mendatangkan rasa senang
2 Dikutip dengan sedikit perubahan dari I Made Suru, Manusia dan Keindahan
dalam M. Habib Mustopo ( )., Manusia dan Budaya, Usaha Nasional, Surabaya, 1983,
hal. 112-114.
Ed
13

David Hume Yang indah adalah yang paling banyak Hamsterhuis mendatangkan rasa
senang, dan itu adalah yang dalam waktu sesingkat-singkatnya paling banyak
memberikan pengalaman yang menyenangkan Keindahan adalah sesuatu yang
menarik jiwamu. Kahlil Gibran Winchelmann Keindahan adalah cinta yang tidak
memberi namun menerima Keindahan dapat terlepas sama sekali dari kebaikan Yang
indah hanyalah yang baik. Jika belum baik ciptaan itu belum indah. Keindahan harus
dapat Sulzer memupukan rasa moral. Jadi ciptaan-ciptaan yang amoral tidak bisa
dikatakan indah, karena tidak dapat digunakan untuk memupuk moral
Selain dari pengertian keindahan tersebut di atas terlalu sayang kalau tidak kita lihat
pendapat Emmanuel Kant berikut ini : Menurut Kant, keindahan itu bisa di lihat dari 2
segi, yaitu dari segi arti yang Subjektif dan dari segi arti yang Objektif. Dari segi arti
subjektif keindahan dikatakan sebagai sesuatu yang tanpa harus direnungkan ataupun
disangkut-pautkan dengan kegunaan-kegunaan praktis sudah bisa mendapatkan rasa
senang pada diri si penghayat; sebagai keserasian yang dikandung objek sejauh objek
tersebut tidak ditinjau dari segi gunanya. Dengan melihat demikian beragamnya
pengertian keindahan, dan kita harus percaya bahwa yang di atas itu hanyalah
sebagian kecil, boleh jadi akan mengecewakan kita yang memuaskan. Namun
demikian, dari berbagai pengertian yang ada, sebenarnya, kita bisa menempatkannya
dalam kelompok-kelompok pengertian tersendiri, paling tidak kita bisa menangkap
arah atau kecenderungan dari suatu pengertian yang dikemukakan seseorang sesuai
dengan pengelompokan seseorang sesuai dengan pengelompokan-pengelompokan
yang ada. Pengelompokan-pengelompokan yang bisa kita buat adalah sebagai berikut
: 1. Pengelompokan pengertian keindahan berdasar pada titik pijak atau landasannya.
Dalam hal ini ada 2 pengertian keindahan, yaitu yang bertumpu pada objek dan
subjek. Yang pertama, yaitu yang bertumpu
Keindahan Objektif, adalah keindahan yang memang ada pada objeknya
sementara kita sebagai pengamat harus menerima sebagaimana mestinya. Sedangkan
yang kedua, yang disebut Keindahan Subjektif; adalah keindahan yang biasanya
ditinjau dari segi subjek yang melihat dan menghayatinya. Disini keindahan diartikan
sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan rasa senang pada diri si penikmat dan
penghayat (Subjek) tanpa dicampuri keinginankeinginan yang bersifat praktis, atau
kebutuhan-kebutuhan pribadi si penghayat. 2. Pengelompokan pengertian keindahan
dengan berdasar pada cakupannya. Bertitik tolak dari landasan ini kita bisa
membedakan antara keindahan sebagai kualitas abstrak dan keindahan sebagai sebuah
benda tertentu yang memang indah. Perbedaan semacam ini lebih tampak, misalnya
dalam penggunaan bahasa inggris yang mengenalnya istilah Beauty untuk keindahan
yang pertama, dan isitilah The beautiful untuk pengertian yang kedua, yaitu benda
atau hal-hal tertentu yang memang indah. 3. Pengelompokan pengertian keindahan
berdasar luas-sempitnya. Dalam pengelompokan ini kita bisa membedakan antara
pengertian keindahan dalam arti luas, dalam arti estetik murni, dan dalam arti yang
terbatas. Dari apa yang dikemukakan di atas, dua hal bisa kita petik, yaitu : Pertama,
keindahan menyangkut persoalan filsafati, sehingga jawaban terhadap apa itu
keindahan sudah barang tentu bisa bermacam-macam. Kedua, keindahan sebagai
pengertian mempunyai makna relatif, yaitu sangat tergantung kepada subjeknya.
Secara demikian, upaya memperoleh pengertian yang jernih tentang keindahan tidak
bisa hanya bertumpu pada definisi-definisi yang bersifat perorangan. Kendatipun
dikemukakan seorang filsuf sekalipun. Langkah yang barangkali, bisa membantu
adalah dengan mencoba menemukan ciri-ciri umum dari keindahan, baik yang ada
pada semua benda ataupun semua kualis. Dalam hubungan ini Herbert Read
pernah mengemukakan, bahwa : Beuty is unity of formal relation of our sense

perceptions. Keindahan adalah suatu kesatuan hubungan formal dari


pengamatan kita yang dapat menimbulkan rsa senang. Keindahan itu
merangsang timbulnya rasa senang tanpa pamrih dalam diri subjek yang
melihatnya, serta bertumpu pada ciri-ciri dari objek yang sesuai dengan rasa
senang itu sendiri.
Kalau kita amati pemikiran Read tersebut, boleh jadi timbul kesan bahwa itulah
pemikiran yang paling mendekati kebenaran. Akan tetapi kalau kita amati
dengan lebih mendalam lagi, tampak bahwa konsep Herbert Read terlalu
bertumpu pada aspek sensual atau jasmaniah, dan kurang memberikan porsi
pada objek yang diamati atau yang dimiliki keindahan itu sendiri. Padahal, yang
namanya keindahan itu tidak hanya merupakan perpaduan pengamatan mata,
tetapi batiniah. Pengertian keindahan tidak hanya terbatas pada kenikmatan
penglihatan sematalebih dalam dari itu, juga merupakan perpaduan
pengamatan batiniah. Itulah sebabnya Al-Ghazali memasukkan nilai-nilai
spiritual, moral dan agama sebagai unsur-unsur keindahan. Disamping sudah
barang tentu unsurunsur yang lain . Dari apa yang dikemukakan diatas, satu
kenyataan sekali lagi menghadang kita, bahwa sulit untuk memberikan jawaban
yang memuaskan atas pernyataan apa itu keindahan ? itulah sebabnya dalam
estetika modern orang lebih suka berbicara keindahan dengan mengaitkan pada
dunia seni dan pengalaman estetik. Ini tidak lain disebabkan karena seni dan
pengalaman estetik bukanlah pengalaman yang abstrak, melainkan gejala
konkrit yang dapat ditelaah dengan pengamatan secara empirik ataupun
melalui penguraian yang sistematik.
C. RENUNGAN Merenung artinya secara diam-diam memikirkan sesuatu hal
kejadian dengan mendalam. Renungan adalah pembicaraan diri kita sendiri
atau pembicaraan dalam hati kita tentang suatu hal. Renungan berasal dari kata
renung, merenung artinya dengan diam-diam memikirkan sesuatu, atau
memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung.
Setiap orang pernah merenung. Sudah tentu kadar renungannya satu sama lain
berbeda, meskipun objek yang direnungkannya sama, lebih pula apabila objek
renungannya berbeda. Jadi apa yang direnungkannya itu bergantung kepada
objek dan subjek. Setiap kegiatan untuk merenung atau mengavaluasi segenap
pengetahuan yang dimiliki dapat disebut berfilsafat. Jadi berfilsafat adalah
terjadinya proses pembicaraan, evaluasi dengan hati kita sendiri mengenai suatu
peristiwa. Contoh hasil renungan yang menghasilkan pengetahuan yaitu Newton
dengan gaya gravitasinya3. Akan tetapi tidak semua orang mampu berfikir
kefilsafatan. Pemikiran kefilsafatan mendasarkan diri kepada penalaran.
Penalaran adalah proeses berpikir yang logik dan analitik. Berpikir merupakan
kegiatan untuk menyusun pengetahuan yang benar. Berpikir logik menunjuk
pola berpikir secara luas. Kegiatan berpikir dapat disebut logik ditinjau dari
suatu logika tertentu. Maka ada kemungkinan suatu pemikiran yang logik akan
menjadi tidak logik bila ditinjau dari sudut logika yang lain. Penalaran
merupakan kegiatan berpikir yang juga menyandarkan diri kepada suatu
analisis. Analisis adalah kegiatan berpikir berdasarkan langkahlangkah
tertentu, sehingga pengetahuan yang diperoleh disebut pengetahuan tidak
langsung. Pemikiran ilmiah (keilmuan) dan pemikiran kefilsafatan
mendasarkan diri kepada logika analitik. Hanya saja pemikiran kefilsafatan
mempunyai karakteristik sendiri yang berbeda dengan karakter keilmuan.
Pemikiran kefilsafatan mempunyai 3 macam ciri, yaitu: 1. Menyeluruh, artinya

pemikiran yang luas, bukan hanya ditinjau dari sudut pandang tertentu.
Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui antara ilmu yang satu dengan ilmuilmu yang lain. Hubungan ilmu dengan moral seni dan tujuan hidup. 2.
Mendasar, artinya pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang
fundamental (keluar gejala), sehingga dapat dijadikan dasar berpjak bagi
segenap bidang keilmuan. 3. Spekulatif, artinya hasil pemikiran yang di dapat
diijadikan dasar untuk pemikiran-pemikiran yang baru. selanjutnya. Hasil
pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menjelajah wilayah
pengetahuan
Metafisika adalah cabang filsafat yang paling umum, mendasar dan kritik
spekulatif. Renungan atau pemikiran yang dibahas dalam modul ini ialah yang
berhubungan dengan keindahan. Setiap hasil seni lahir dari hasil renungan.
Tanpa direnungkan hasil seni tidak akan mencapai keindahan. Renungan atau
pemikiran yang berhubungan dengan keindahan atau penciptaan
3
Keindahan didasarkan atas tiga macam teori,ialah Teori Pengungkapan, Teori
Metafisika, dan Teori Psikologis. Masing-masing dari teori itu
ada tokohnya. Dalam Teori Pengungkapan dikatakan oleh Benedetto Croce,
bahwa seni adalah pengungkapan kesan-kesan. Dalam Teori Metafisika, Plato
mendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi, sebagai realita Ilahi itu.
Karya seni yang dibuat manusia hanyalah merupakan Nimenis (Tiruan) dari
realiti dunia. Sedangkan dalam Teori Psikologis, dinyatakan bahwa sadar dari
seorang seniman. Adapun karya seninya itu merupakan bentuk berselubung
atau diperhalus yang diwujudkan keluar dari keinginan-keinginan itu. Dari
teori permainan yang masih tergolong teori Odikologik dengan tokohnya
Freidrick Schiller dan Herbert Spencer, Schiller menyatakan bahwa asal mula
seni adalah dorongan batin untuk bermain-main (Play Impulse.)
Gambar 12 : Freidrick Schiller Play Impulse
Pada proses jiwa seniman pada waktu merenung dalam rangka menciptakan
seni, menurut Keats selalu diliputi rasa ragu-ragu, takut, ketidaktentuan,
misterius (Negative Capability). Justru seniman yang tidak memiliki
kemampuan negatif tidak mampu menciptakan keindahan. Kemampuan negatif
ini identik dengan proses mencari. Mencari yang dimaksud ialah mencari
keindahan, karena yang bersangkutan merasa belum puas atas keindahan yang
telah diciptakan. Pengertian yang dekat dengan kemampuan ialah Intensitas.
Kekurangan-kekurangan Intensitas ini erat hubungannya dengan
ketidakberesan imjinasi yang berarti seniman tersebut tidak akan dapat
mendapatkan keindahan. Selain daripada itu Keats menyatakan, bahwa untuk
mengatasi ketakutan ialah berkuasanya hal-hal yang sesaat. Baginya hal-hal
yang sesaat itu merupakan pelatuk yang meledakkan imajinasi, dan imajinasi ini
yang membentuk konsep keindahan. Selanjutnya konsep keindahan adalah
abstrak. Konsep itu baru dapat berkomunikasi setelah diberi bentuk. Seperti
halnya Gesang, setelah ia bermain di Bengawan Solo ia merenung. Ia
menemukan konsep keindahan. Tetapi konsep keindahan belum berkomunikasi,
barulah berkomunikas setelah diberi bentuk, yaitu lagu Bengawan Solo yang
terkenal itu4.

D. KESERASIAN Keserasian berasal dari kata serasi; serasi dari kata dasar
Rasi artinya cocok, sesuai, atau kena benar. Kata cocok, sesuai atau kena benar
mengandung unsur pengertian perpaduan, ukuran dan seimbang. Perpaduan
misalnya orang berpakaian antara kulit dan warnanya yang dipakai cocok.
Sebaliknya orang hitam memakai wana hijau, tentu makin hitam. Warna hijau
pantas dipakai oleh orang berkulit kuning. Atau ke pasar menggunakan pakaian
pesta, atau sebaliknya berpesta menggunakan pakaian santai, dan lain-lain. Hal
seperti ini tentu tidak serasi dan kurang cocok, kurang kena. Dan tentu akan
dikatakan oleh setiap orang Sayang atrau kata-kata lain yang menunjukkan
kekecewaan. Oleh karena yang memandang itu merasa kecewa dengan adanya
hal yang kurang serasi. Dalam memadu rumah dan halaman, rumah yang bagus
dengan halaman luas dan tersusun rapi dengan bunga-bunga yang indah, orang
akan memuji keserasian itu. Tetapi sebaliknya, rumah yang bagus yang tidak
mempunyai halaman tentu orang akan mengatakan Sayang. Jadi dalam hal
memadu rumah dan halaman itu ada unsur ukuran-ukuran yang seimbang.
Dalam berpakaian sangat diutamakan keserasian warna dan bentuk serta
potongan tubuh. Atau dapat juga kita kagum atas kecantikan wanita dan
kecakapan pria pada waktu duduk. Setiap orang melihat terheran-heran
melihat wajahnya. Hampir semua mata memandang ke arah wanita atau pria
yang dikagumi semua yang hadir itu. Tetapi setelah berdiri, semua orang
mengeluh Sayang, karena tinggi orang itu tidak sesuai dengan harapan kita,
ternyata terlalu pendek hal seperti itu juga menyatakan ukuran. Lagu
merupakan pertentangan suara tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-lembut
yang terpadu begitu rupa, sehingga telinga kita dibuat asyik mendengarkan dan
hati kita merasa puas. Tetapi apabila terjadi sekonyongkonyong suara yang
seharusnya menurut rasa kita menanjak justru kebalikannya, kita tentu akan
kecewa. Dalam hal lagu, irama yang indah itu merupakan pertentangan yang
serasi.
Karena itu, dalam keindahan itu, sebagian besar ahli pikir mejelaskan, bahwa
keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kualita/pokok tertentu yang terdapat
pada sesuatu hal; Kualita yang paling sering disebut adalah Kesatuan (Unity),
Keselarasan (Harmony), Ketangkupan (Symetry), Keseimbangan (Balance) dan
Pertentangan (Contrast). Selanjutnya dalam hal keindahan itu dikatakan
tersusun dari berbagai keselarasan dan pertentangan dari garis, warna, bentuk
dan kata-kata. Tetapi ada pula yang berpendapat bahwa Keindahan adalah
suatu kumpulan hubungan yang selaras dalam suatu benda dan diantara benda
itu dengan si pengamat.5 Keserasian identik dengan Keindahan. Keindahan
adalah suatu susunan keserasian yang dapat menciptakan kesenangan bagi
penglihatan dan pendengaran6. Sesuatu yang serasi tentu tampak indah dan
yang tidak serasi tidak indah. Pendapat lain mengatakan, bahwa pengalaman
estetik sebagai suatu keselarasan dinamik dan perenungan yang menyenangkan.
Dalam keselarasan itu seseorang memiliki perasaan seimbang dan tenang dan
mempunyai citarasa akan sesuatu yang berakhir dan merasa hidup sesaat
ditengah-tengah kesempurnaan yang menyenangkan hati dan ingin
memperpanjangnya. Dalam perimbangan sebagai cabang Teori Objektif
dinyatakan bahwa Keindahan merupakan suatu kualita dari benda. Contoh
untuk itu ialah bangunan arsitektur Yunani Kuno yang terdiri dari atap yang
bersusun yang ditopang tiangtiang besar dengan ukuran yang seimbang,
sehingga tampak harmonis dan serasi. Atap yang bersusun itu tercipta dari

hubungan bagian-bagian yang berimbang berdasarkan perbandingan angkaangka.


Mazhab Pythagoras yang menciptakan teori proporsi itu mengemukakan
bahwa nada-nada yang dikeluarkan oleh seutas senar tergantung dari
panjangpendeknya senar. Dalam seni ada 6 asas. Asas-asa itu ialah Kesatuan
Total, Tema, Tema Variasi, Keseimbangan, Perkembangan dan Tatajenjang.
Matematika mempunyai peranan penting dalam seni, terutama dalam cabang
seni bangunan, seni lukis dan seni musik. Keserasian tidak ada hubungan
dengan kemewahan. Sebab keserasian merupakan perpaduan antara warna,
bentuk dan ukuran. Atau keserasian merupakan pertentangan antara nadanada tinggi-rendah, keras-lembut, dan
E. KEHALUSAN Kehalusan berasal dari kata Halus artinya tidak kasar
(perbuatan) lembut, sopan, baik (budi bahasa), beradab. Kehalusan berarti
sifat-sifat yang halus, kesopanan dan atau keadaban. Halus bagi manusia iu
sendiri ialah berupa sikap, yakni sikap halus. Sikap halus adalah sikap lembut
dalam menghadapi orang. Lembut dalam mengucapkan kata-kata, lembut
dalam roman muka, lembut dalam sikap anggota badan lainnya. Halus itu
berarti sikap manusia dalam pergaulan baik dalam masyarakat kecil maupun
masyarakat luas. Sudah tentu sebagai lawannya ialah sikap kasar atau sikap
orang sedang emosi, bersikap sombong, bersikap kaku sikap orang yang sedang
bermusuhan. Sikap halus atau lembut merupakan gambaran hati yang tulus
serta cinta kasih terhadap sesama. Sebab itu orang yang bersikap halus atau
lembut biasanya suka memperhatikan kepentingan orang lain, dan suka
menolong orang lain. Sikap lembut merupakan perwujudan pula dari sifat-sifat
ramah, sopan, sederhana dalam pergaulan. Sikap halus juga dimiliki orang yang
bersikap rendah hati. Karena orang yang bersikap rendah hati adalah orang
yang halus tutur bahasanya, sopan tingkah lakunya, tidak sombong, tidak
membedakan pangkat dan derajat dalam pergaulan. Kehalusan atau
kelembutan atau sebaliknya kekerasan itu yang menilai orang lain, orang yang
dihadapi atau orang yang menyaksikan. Sudah tentu yang dinilai adalah gerak
laku, roman muka, tutur bahasa, dan sebagainya. Angota badan yang
melahirkan sikap kehalusan itu ialah Kaki, Tangan, Kepala, Mulut, Bibir, Mata,
Bahu. Selain itu roman muka, perkataan, pemilihan kata, penyusunan kalimat
dan irama bahasa juga dapat dinilai halus dan tidaknya. Bagian Rohaniah yang
melahirkan sikap : Kemauan, Perasaan dan Pikiran atau Karsa, Rasa dan
Cipta. Tiga unsur Rohaniah ini saling berkaitan, saling mempengaruhi dan
mewujudkan tingkah laku, tutur bahasa, perbuatan yang semuanya itu dapat
dinilai kehalusan dan kekasarannya. Cipta, rasa dan karsa itu membuat orang
bergerak, karena itu disebut Trias Dinamika.
Prinsip-prinsip hidup kekeluargaan harus didasarkan kepada cipta, kasih,
keadilan, kejujuran, setia atau loyal, tertib, disiplin, berkorban dan bagi orang
tua perlu adanya satu komando dan kesatuan sikap. Pergaulan yang didasarkan
pada prinsip itu tentu akan melahirkan kehalusan dalam pergaulan,
sekurangkurangnya ketentraman dan kesejahteraan. Masyarakat adalah
lapangan pergaulan. Masyarakat terkecil adalah keluarga, yaitu orang-orang
serumah. Masyarakat yang agak luas ialah tetangga, kawan sekolah, dan
sebagainya. Dalam bergaul harus juga diperhatikan pakaian dan cara
berpakaian. Karya seni adalah hasil ciptaan manusia yang mempunyai nilainilai tertentu. Nilai itu antara lain, Nilai Inderawi, Nilai Bentuk, Nilai

Pengetahuan, dan Nilai Ide, temu dan dalil-dalil keadilan. Nilai-nilai itu
terwujud dalam bentuk lahir yang dapat dinikmati oleh indera kita (Mata,
Telinga), sehingga memuaskan hati kita. Hasil seni sangat berpengaruh
terhadap jiwa dan perbuatan manusia. Banyak orang yang menangis karena
seni (Seni Drama Film, Seni Suara), tanpa disadari banyak orang melengganglenggang karena irama musik. Banyak orang merasa tentram, damai, dan
bahagia mendengarkan lagu-lagu yang tenang menghanyutkan.
F. MANUSIA DAN KEINDAHAN Akal dan budi merupakan kekayaan manusia
yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Oleh akal dan budi manusia memiliki
kehendak atau keinginan pada manusia ini tentu saja berbeda dengan
kehendak atau keinginan pada hewan karena keduanya timbul dari sumber
yang berbeda kehendak atau keinginan pada manusia bersumber dari akal dan
budi, sedangkan kehendak dan keinginan pada hewan bersumber dari naluri.
Sesuai dengan sifat kehidupan yang menjasmani dan merohani, maka kehendak
dan keinginan manusia itu pun bersifat demiikian. Jumlahnya tak terbatas.
Tetapi jika dilihat dari tujuannya, satu hal sudah pasti yakni, untuk
menciptakan kehidupan yang menyenangkan, yang memuaskan hatinya. Sudah
bukan rahasia lagi bahwa yang mampu menyenangkan atau memuaskan hati
setiap manusia itu tidak lain adalah sesuatu yang Baik, yang Indah. Maka
Keindahan pada hakikatnya merupakan dambaan setiap manusia; karena
dengan keindahan itu manusia merasa nyaman hidupnya. Melalui suasana
keindahan itu peraasaan (ke)-manusia-(annya) tidak terganggu. Keindahan
yang bersifat jasmani yang dimaksudkan ialah keindahan yang dapat
menyenangkan atau memuaskan indera manusia; baik indera penglihatan
maupun indera pendengaran. Keindahan yang bersifat rohani dimaksudkan
keindahan yang dapat menyenangkan atau memuaskan batin manusia.
Tetapi perlu segera dipahami bahwa walaupun secara material keduanya dapat
dibedakan, secara Esensial keduanya tidak dapat dipisahkan; karena pada
akhirnya Unsur kemanusiaan itulah yang harus menjadi penentunya. Sebuah
lukisan yang secara lahiriah menyenangkan tetapi jika batin manusia
menolaknya karen lukisan itu dapat merusak. Kemanusiaan manusia, maka
lukisan itu tidak berhak disebut indah. Kodrat manusia selalu mendambakan
sesuatu yang baik, yang dapat menyempurnakan kemanusiaannya. Disadari
atau tidak setiap manusia tidak senang terhadap sesuatu yang jorok, yang tidak
baik, dan yang merendahkan martabatnya. Karena itu Keindahan bagi
manusia sebenarnya bukan sekedar sesuatu yang menjadi harapannya
melainkan merupakan sesuatu yang harus
diusahakan adanya. Salah satu definisi yang paling dikenal adalah hasil
pemikiran penyair romantik Inggris, John Keats. Dibukunya yang ditulis tahun
1817, Endymion, terapat definisi tentang Keindahan semacam ini : A thing of
beauty is a joy forever : Its loveliness increases; it will never pass into
nothingness.
Sesuatu yang indah adalah kegembiraan selama-lamanya : Kemolekannya
bertambah, dan takkan pernah menuju ketiadaan.

Persepsi manusia terhadap keindahan antara yang satu dengan yang lain itu
tidak sama. Sebab persepsi manusia terhadap keindahan sangat ditentukan oleh
daya penggerak yang menjadi sumber kehendak atau keinginan terhadap
keindahan itu sendiri. Persepsi keindahan yang muncul dari akal dan budi
dapatlah disebut keindahan alam arti yang sebenarnya; sedangkan keindahan
yang muncul dalam dorongnan nafsu merupakan Keindahan Semu. Keindahan
seperti itu tentu saja tidak akan diterima oleh Kemanusiaan manusia, yaitu
akal dan budi, karena keindahan seperti itu bukannya untuk menyempurnakan
Kemanusiaan manusia, melainkan justru sebaliknya. Berbicara tentang
keindahan tak akan lepas dari pengertian Objektif maupun Subjektif. Artinya
ada Keindahan Objektif dan Keindahan Subjektif. Secara asasi keindahan
Objektif, ada pada sesuatu benda atau barang. Sifatnya abadi dan universal,
selama benda itu belum berubah dari keadaan semula. Keindahan yang abadi
tidak terikat oleh waktu dan perkembangan mode. Disenangi atau tidak ia tetap
ada. Keindahan objektif tidak tergantung kepada asas kegunaan (Manfaat)
lahiriah ataupun yang bersifat material. Keindahan subjektif sangat bergantung
kepada selera perorangan, karena sangat relatif. Ia bersumber dari asas
kegunaan benda tadi bagi masing-masing individu. Jadi sangat relatif. Artinaya
sebuah benda sangat bermanfaat bagi seseorang, namun bagi orang lain tidak
berguna, bahkan mungkin sangat tidak disenangi. Menurut John Keats,
keindahan objektif disamakan dengan kebenaran. Keindahan adalah kebenaran,
dan kebenaran adalah keindahan. Sebab keduanya memiliki nilai yang sama,
yaitu Universal dan Abadi. Disamping itu juga mempunyai daya tarik yang
selalu bertambah jelasnya tidak ada keindahan jika tidak mengandung
kebenaran, dan yang tidak mengandung kebenaran tidak indah. Supaya orang
tidak terjerumus kedalam keindahan semu maka orang itu selalu
mempertemukan keindahan subjektif dengan keindahan objektif. Orang itu
harus berupaya mempertemukan selera atau minat orang yang bersangkutan
dengan selera atau minat akal budinya. Seseorang disebut sebagai orang ysng
berpribadi mulia, bila orang tadi memiliki rasa keindahan atau minatnya
terhdap keindahan cenderung kepada keindahan objektif. Orang yang seperti
itu segala prilakunya akan baik pula, seperti sabda Nabi Muhammad SAW :
Dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Manakala segumpal daging itu
baik, maka akan baiklah jasad manusia itu seluruhnya. Tetapi manakala
segumpal daging itu tidak baik maka akan menjadi tidak baiklah jasad manusia
itu seluruhnya. Segumpal daging yang dimaksud adalah hati.
Cara mengusahakan supaya rasa keindahan atau minat terhadap keindahan itu
cenderung kepada keindahan objektif, tidak lain melatih mendengarkan
bisikan akal dan budi tersebut; sebab pada akal dan budi itulah sesungguhnya
letak kemanusiaan. Akal dan budi itu sesungguhnya selalu mengajak kepada
manusia kearah perbuatan yang baik, indah, dan yang benar. Manusia yang
tidak senang akan kebaikan, keindahan, dan kebenaran serta tidak berusaha
menciptakannya, orang itu sudah kehilangan predikat manusia lagi.

BAB IV PENUTUP
KESIMPULAN
Keindahan berasal dari kata Indah, Keindahan adalah sifat dari sesuatu

yang memberi kita rasa senang bila melihatnya, keadaan yang enak dipandang,
cantik, bagus benar atau elok. Keindahan dalam arti luas, menurut The Liang
Gie, mengandung gagasan tentang kebaikan. Keindahan Dalam Arti Estetika
Murni menyangkut pengalaman estetik seseorang dalam hubungannya dengan
segala sesuatu yang diserapnya. Keindahan dalam arti terbatas mempunyai arti
yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dapat
diserap dengan Indera Penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna.
Merenung artinya secara diam-diam memikirkan sesuatu hal kejadian dengan
mendalam. Renungan adalah pembicaraan diri kita sendiri atau pembicaraan
dalam hati kita tentang suatu hal. Keserasian berasal dari kata serasi; serasi
dari kata dasar Rasi artinya cocok, sesuai, atau kena benar. Kata cocok, sesuai
atau kena benar mengandung unsur pengertian perpaduan, ukuran dan
seimbang. Kehalusan berasal dari kata Halus artinya tidak kasar (perbuatan)
lembut, sopan, baik (budi bahasa), beradab. Kehalusan berarti sifat-sifat yang
halus, kesopanan dan atau keadaban. Keindahan pada hakikatnya
merupakan dambaan setiap manusia; karena dengan keindahan itu manusia
merasa nyaman hidupnya. Melalui suasana keindahan itu peraasaan (ke)manusia-(annya) tidak terganggu.

Anda mungkin juga menyukai