Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN ANALISA TINDAKAN

PEMBERIAN HUKNAH GLISERIN


Project ini dikumpulkan untuk memenuhi tugas praktek klinik keperawatan Kegewadaruratan di
Rumah Sakit Dr. M. Ashari Pemalang

Oleh:
Destini Puji Lestari

22020111130032

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014

LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN


DI UNIT GAWAT DARURAT RS Dr. ASHARI PEMALANG
Inisial pasien

: An. A (10 tahun)

Diagnosa medis

: Konstipasi

Tanggal masuk

: 6 Desember 2014

1. Diagnosa keperawatan dan dasar pemikiran


a. Diagnosa keperawatan
DS: klien mengatakan perut sakit, penuh, belum bisa BAB selama 10 hari
DO: klien tampak menangis dan gelisah
Diagnosa keperawatan: Konstipasi berhubungan dengan asupan serat tidak cukup
b. Dasar pemikiran
Konstipasi merupakan keadaan yang sering ditemukan pada anak dan dapat menimbulkan
masalah sosial maupun psikologis1. Konstipasi lebih merupakan suatu gejala klinis
dibanding sebagai suatu penyakit tersendiri. Konstipasi atau sembelit adalah terhambatnya
defekasi (buang air besar) dari kebiasaan normal. Dapat diartikan juga sebagai defekasi
yang jarang, jumlah feses kurang, keras dan kering. Konstipasi juga dapat diartikan
sebagai keadaan dimana membengkaknya jaringan dinding dubur (anus) yang
mengandung pembuluh darah balik (vena), sehingga saluran cerna seseorang yang
mengalami pengerasan feses dan kesulitan untuk melakukan buang air besar. Terdapat tiga
aspek penting untuk menentukan adanya konstipasi, yaitu konsistensi tinja, frekuensi
defekasi dan temuan pada fisis2.
Klien yang mengalami konstipasi dapat diberi pertolongan dengan memberikan terapi
enema/huknah. Salah satunya adalah huknah gliserin. Tindakan ini dilakukan dengan
memasukkan cairan gliserin ke dalam poros usus dengan menggunakan spuit gliserin.
Tindakan ini dapat dilakukan untuk merangsang peristaltik usus sehingga klien dapat
defekasi3.
2. Tindakan keperawatan yang dilakukan
Melakukan pemberian terapi huknah gliserin
3. Prinsip-prinsip tindakan
Pemberian huknah gliserin adalah memasukkan cairan melalui anus ke dalam kolon sigmoid
dengan menggunakan spuit gliserin3.
Persiapan Alat
a. Selimut mandi atau kain penutup

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

Perlak/pengalas
Spuit gliserin
Bengkok
Gliserin dalam tempatnya yang direndam air panas
Mangkok kecil
Pispot
Sampiran
Tissue
Waslap
Waskom
Handuk
Sabun

Prosedur Pelaksanaan
a.
b.
c.
d.
e.

Jelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan


Pasang sampiran
Pasang selimut mandi dan tarik selimut tidur
Lepas pakaian bawah
Atur posisi
Anak/infant: dorsal recumbent dibawahya diberi pispot
f. Teteskan gliserin ke punggung tangan untuk memeriksa kehangatan kemudian
tuangkan ke mangkok kecil
g. Isi spuit gliserin 10-20cc dan keluarkan udara
h. Pada pasien posisi miring dorong pantat ke atas dengan tangan kiri dan tangan
kanan memasukkan spuit perlahan-lahan sampai ke rectum dan pasang bengkok
i. Masukkan spuit gliserin 7-10cm dewasa dan 5-7,5 cm untuk anak-anak
j. Masukkan gliserin perlahan-lahan sambil menganjurkan pasien untuk tarik nafas
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.

panjang dan dalam


Spuit dicabut letakkan dalam bengkok
Membantu pasien BAB
Ambil pispot
Bersihkan daerah perianal klien yang BAB di atas pispo
Tarik alas dan perlak
Ganti selimut mandi dengan selimut tidur
Pakai pakaian bagian bawah
Buka sampiran
Rapikan alat kemudian cuci tangan
Dokumentasikan warna dan konsistensi feses, kaji adanya distensi abdomen

4. Analisa tindakan keperawatan


Tujuan dari diberikannya huknah gliserin adalah untuk merangsang buang air besar dengan
merangsang peristaltik usus dan mengosongkan usus yang digunakan sebelum tindakan
pembedahan. Klien yang mengalami konstipasi adalah klien usia anak-anak dengan kondisi

fisik lemas sehingga harus segera diberi pertolongan untuk membantu klien BAB. Salah satu
tindakan yang bisa diberikan adalah memberikan terapi huknah gliserin4.
5. Bahaya yang dapat terjadi4
a. Jika menggunakan larutan terlalu hangat akan membakar mukosa usus dan jika
larutan terlalu dingin akan menyebabkan kram abdomen
b. Jika klien memiliki kontrol sfingter yang buruk maka tidak akan mampu menahan
larutan enema.
6. Hasil yang didapat dan maknanya
S: Klien mengatakan sudah bisa BAB
O: Klien tidak menangis
A: Masalah teratasi
P: Anjurkan pasien untuk tenang
7. Tindakan keperawatan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa di atas (mandiri
dan kolaboratif)
a. Bersama ahli gizi memberikan terapi diet kaya serat
b. Pantau asupan makanan dan cairan
8. Evaluasi diri
Dalam mempersiapkan alat sebaiknya mencuci tangan terlebih dahulu. Perawat tidak
mempersiapkan pispot untuk tempat BAB klien. Tempat BAB klien menggunakan kantong
plastik sehingga kurang higienis. Dalam melakukan huknah gliserin selanjutnya sebaiknya
penggunaan pispot wajib dilakukan.
9. Kepustakaan
1. Endyarni, Bernie. 2004. Konstipasi Fungsional. Sari Pediatri Vol. 6 No. 2: 75-80
2. Wald A. 2000. Advance in gastroenterology: Constipation. Med Clin North Am:84
3. Kusyati, Eni. 2003. Ketrampilan dan Prosedur Ketrampilan Dasar. Semarang: Kilat Press
4. Potter, P.A, & Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik Edisi 4 Volume 2. Alih Bahasa: Renata Komalasari, dkk. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai