Anda di halaman 1dari 21

BAB 3 SISTEM ENDOKRIN

Tujuan umum
Untuk memahami anatomi dan fisiologi sistem endokrin pada manusia
Tujuan khusus
Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari sistem endokrin serta fungsi dan
klasifikasinya yang berkaitan dengan kerja hormon.
Materi
Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang tidak memiliki saluran khusus untuk
penyaluran hasil sekretnya atau getahnya. Sekret yang dihasilkan kelenjar endokrin
ini biasa disebut juga hormon. Hormon adalah suatu senyawa kimia berupa protein
yang memiliki fungsi memacu proses metabolisme tubuh. Pada makhluk hidup,
hormon dihasilkan oleh kelenjar yang tersebar dalam tubuh. Cara kerja hormon
memerlukan waktu yang lama, tidak seperti sistem saraf yang cara kerjanya dengan
cepat.
3.1 Pengertian Sistem Endokrin
Sistem endokrin meliputi sistem dan alat yang mengeluarkan hormon atau
alat yang merangsang keluarnya hormon yang berupa mediator kimia. Sistem
endokrin berkaitan dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh.
Kedua sistem ini bekerja sama untuk mempertahankan homeostasis. Sistem
endokrin bekerja melalui hormon, maka
sistem saraf
bekerja
melalui
neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.
Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf untuk mengatur dan
mengkoordinasi aktivitas tubuh. Pengendalian endokrin di perantarai oleh pembawa
pesan kimia yang disebut hormon, hormon ini dilepas oleh kelenjar endokrin ke
dalam cairan tubuh, di absorbsi ke dalam aliran darah, dan di bawa melalui sistem
sirkulasi menuju jaringan atau sel target.
Kelenjar endokrin tidak memiliki duktus. Kelenjar ini mengsekresi langsung
ke dalam cairan jaringan di sekitar sel-selnya. Kelenjar endokrin biasanya
mengsekresi lebih dari satu jenis hormon (kelenjar paratiroid yang hanya
mengsekresi hormon para tiroid merupakan suatu pengecualian). Dalam tubuh
manusia telah diidentifikasi sekitar 40 sampai 50 jenis hormon. Hormon-hormon
baru ditemukan di berbagai bagian tubuh termasuk di saluran gastrointestinal, sistem
saraf pusat, dan saraf perifer.
Pada makhluk hidup, hormon dihasilkan oleh kelenjar yang tersebar dalam
tubuh. Cara kerja hormon memerlukan waktu yang lama, tidak seperti sistem saraf
yang cara kerjanya dengan cepat. Hormon mempengaruhi sel target melalui reseptor
hormon, yaitu molekul protein yang memiliki sifat pengikat untuk hormon tertentu.

Gambar 3.1.1 Hipotalamus dan Kelenjar Hipofisis


Sumber : Campbell et al. 2008
a. Sifat-sifat hormon:
1) Bekerja secara spesifik pada organ, bagian tubuh tertentu atau aktivitas
tertentu
2) Dihasilkan tubuh dalam jumlah yang sangat sedikit tetapi memiliki
pengaruh besar terhadap aktivitas tertentu dalam tubuh
3) Bekerja lambat, pengaruh hormon tidak spontan seperti pada pengaturan
oleh syaraf
4) Sebagai senyawa kimia, hormon tidak dihasilkan setiap waktu. Hormon
diproduksi hanya apabila dibutuhkan
b. Berdasarkan aktivitasnya, kelenjar dibagi menjadi 3 yaitu:
1) Kelenjar yang bekerja sepanjang masa.
Kelenjar ini mampu bekerja secara terus menerus sepanjang hidup
manusia dan akan terhenti jika sudah meninggal, sehingga tidak terbatas

pada usia. Contohnya adalah hormon metabolisme seperti insulin,


glukagon, ADH.
2) Kelenjar yang bekerjanya mulai masa tertentu.
Kelenjar ini tidak mampu berfungsi jika belum mencapai proses
perkembangan dalam diri manusia atau proses pendewasaan sel yang
terjadi dalam tubuh manusia pada saat usia tertentu seperti pada saat usia
pubertas. Contohnya adalah hormon kelamin seperti FSH, LH.
3) Kelenjar yang bekerja sampai pada masa tertentu.
Kelenjar ini bekerja pada saat manusia itu dilahirkan sampai pada usia
tertentu dan semakin tua akan melambat. Pada usia tersebut terjadi proses
pertumbuhan dari seluruh organ-organ tubuh manusia sampai dengan
penyempurnaan organ. Sehingga masing-masing organ tersebut dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Hormon ini akan berhenti dihasilkan
pada saat tubuh mulai memperlambat atau menghentikan proses
pertumbuhan. Biasanya hormon ini bekerja pada kisaran usia 0 hari
sampai 17 tahun (masa pertumbuhan). Contohnya hormon pertumbuhan
pada kelenjar tymus.
3.2 Jenis-jenis Kelenjar dalam Sistem Endokrin
a.
Hipotalamus
Hipotalamus sebagai bagian dari sistem endokrin mengontrol sintesa dan
sekresi hormon-hormon hipofise. Hipotalamus melepaskan sejumlah hormon
yang merangsang hipofisa. Beberapa diantaranya memicu pelepasan hormon
hipofisa dan yang lainnya menekan pelepasan hormon hipofisa. Hipotalamus
terletak di batang otak, tepatnya di dienchepalon, dekat dengan ventrikel ot
ketiga (ventrikulus tertius) yang berfungsi sebagai pusat tertinggi sistem
kelenjar endokrin yang menjalankan fungsinya melalui humoral (hormonal)
dan saraf.
Hipotalamus terletak di batang otak (enchepalon). Hormon-hormon
hipotalamus terdiri dari :
1) ACRH : Adreno Cortico Releasing Hormon
ACIH : Adreno Cortico Inhibiting Hormon
2) TRH : Tyroid Releasing Hormon
TIH : Tyroid Inhibiting Hormon
3) GnRH : Gonadotropin Releasing Hormon
GnIH : Gonadotropin Inhibiting Hormon
4) PTRH : Paratyroid Releasing Hormon
PTIH : Paratyroid Inhibiting Hormon
5) PRH : Prolaktin Releasing Hormon
PIH : Prolaktin Inhibiting Hormon
6) GRH : Growth Releasing Hormon

GIH : Growth Inhibiting Hormon


7) MRH : Melanosit Releasing hormon
MIH : Melanosit Inhibiting Hormon.
b.

Kelenjar Hipofisis Anterior dan Posterior


Hipofisis disebut juga kelenjar pituitary. Hipofisis merupakan kelenjar
kecil di rongga bertulang terletak di dasar otak dibawah
hipotalamus sekitar 2cm. Dihubungkan ke hipolalamus oleh tangkai kecil
(infundibulum). Kelenjar hipofisis disebut master gland karena dapat
menghasilkan hormon dan hormon yang dihasilkan oleh hipofisis dapat
merangsang kelenjar lain untuk menghasilkan hormon lain.

Gambar 3.2.1 Hipofisis Bagian Anterior dan Posterior


Sumber :
1) Kelenjar Hipofisis Posterior
Secara embriologis kelenjar hipofisis posterior berasal dari
pertumbuhan otak yang terdiri dari jaringan saraf (neurohipofisis).
Hipofisis posterior di hubungkan ke hipotalamus mealuil jalur saraf.
Hipofise posterior membentuk sistem neurosekresi yang mengeluarkan
vasopresin dan oksitosin. Pengeluaran hormon dari hipofise posterior
dikontrol oleh hipotalamus.
Hipofisis posterior terdiri dari hormon oxytosin yang berfungsi untuk
regulasi kontraksi rahim dan membantu dalam proses pengeluaran asi
setelah melahirkan, hormon relaxin yang berfungsi membukanya
simphisis pubis, dan ADH (Anti Diuretika Hormon) atau pitressin atua
vasopressin yang berfungsi untuk mencegah agar urin yang keluar tidak
terlalu banyak ( in put = out put)

Gambar 3.2.2
Sumber :
2) Kelenjar Hipofisis Anterior
Kelenjar hipofisis anterior terdiri dari jaringan epitel kelenjar yang
berasal dari penonjolan atap mulut yang disebut adenohipofisis. Hipofisis
anterior di hubungkan melalui pembuluh darah. Pengeluaran hormon
dari anterior dikontrol oleh hipotalamus. Hormon yg dikeluarkan hipofise
anterior yaitu:
a) Hormon pertumbuhan ( growth hormon atau GH )
Hormon ini bekerja pada tulang, otot, tulang rawan, kulitdan
bekerjanya sangat terbatas. Pada pria sejak lahir sampai dengan 21
tahun dan pertmbuhan drastisnya terjadi pada usia 13 sampai 16
tahun. Pada wanita sejak lahir hingga usia 18 tahun, dan
pertumbuhan drastisnya terjadi saat usia 9 sampai 12 tahun.
GH ini sangat dipengaruhi oleh kadar glukosa dalam darah
contohnya bila selesai makan kadar gula dlm darah akan meningkat,
dan GH tidak bekerja. Bila kadar gula dalam darah menurun, GH
bekerja secara maksimal. Bila GH bekerja normal maka tubuh akan
normal. Bila hipersekresi maka tubuh manusia akan menjadi raksasa
(giant). Bila hiposekresi maka tubuh manusia akan menjadi
kerdil/cebol.
b) Thyroid stimulating hormon (TSH atau tirotropin)
Hormon ini mempengaruhi kelenjar thyroid. Hormon ini
menghasilkan thyroksin (t4), liotironin (t3) dan kalsitonin.
c) Hormon Adrenokortikotropik ( ACTH)
Hormon ini dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu
Glukokortikoid sebagai penghasil gula, Mineralokortikoid fungsinya
mengatur keseimbangan ion Na dan ion K, dan Gonadokortikoid.
Gonadokortiroid untuk wanita adalah hormon estrone &
progesterone, sedangkan untuk pria adalah hormon testosterone.

d) Prolaktin (PRL)
Hormon ini berfungsi pada saat persiapan produksi air susu ibu
(asi).
e) Gonadotropin hormon (GTH)
Hormon ini menghasilkan FSH (follicle stimulating hormon) dan
LH (luteinizing hormon) atau ICSH (interstitial cell stimulating
hormon). Pada wanita FSH berfungsi untuk mematangkan sel telur
sedangkan LH berfungsi menebalkan dinding rahim dan
mempertahankan implantasi janin. Sedangkan pada pria FSH
berfungsi mematangkan spermatogonium yang akan menjadi
spermatozoasedangkan LH atau ICSH akan menghasilkan sel leydig
yang memproduksi hormon testosterone.
Hormon pelepas (releasing) dan penghambat (inhibiting)
hipotalamus disalurkan ke hipofise melalui sistem porta
hipotalamus - hipofisis untuk mengontrol sekresi hormon hipofise
anterior . Hormon pengatur hipotalamus mencapai hipofise anterior
melalui jalur vaskuler khusus ke sistem porta hipotalamus
hipofise. Sekresi hormon anterior dirangsang atau dihambat oleh 7
hormon hipofisiotropik yang terdiri dari Thyrotropin releasing
hormone (TRH), Cortikotropin releasing hormone (CRH),
Gonadotropin releasing hormon (GNRH), Growth hormon releasing
hormon (GHRH), Prolacting releasing hormon (PRH) hormon ini
menghambat, Prolactin-relasing hormon (PRH) mengeluarkan,
menghambat, dan Prolakting inhibiting hormon (menghambat)

Gambar 3.2.3
Sumber :

c.

Kelenjar Tiroid
Pada kelenjar tiroid ini memiliki 2 buah lobus yang terletak disebelah
kanan dari trakea dan diikat bersama oleh jaringan tiroid yang menyatu di
bagian tengah oleh bagian sempit kelenjar. Kelenjar tiroid ini adalah kelenjar
yang terletak di dalam leher bagian depan bawah, di atas trakea tepat dibawah
laring. Kelenjar ini menghasilkan hormon tiroid yang dibagi menjadi 2 yaitu
yang mengandung tiroksin (T4) dan triioditironin (T3). Bagian luar tiroid
sebagian besar T4 yang disekresikan akan diubah jadi T3. Sebagian besar
keduanya kemudian diangkut dalam darah dalam keadaan terikat ke protein
plasma tertentu.
Hormon tiroid memiliki sel utama yang mampu mensekresi koloid dan
akan membentuk sel folikel. Sel folikel ini memiliki suatu ruang interstisium
berupa sel sekretorik atau sel C dan menghasilkan beberapa jenis hormone,
contohnya adalah hormone kalsitonin. Sel folikel ini mampu melakukan
fagositosis terhadap koloid berisi tiroglobulin untuk melakukan sekresi
hormon tiroid.
Fungsi dari hormone tiroksin adalah mengatur metabolisme di dalam tubuh
baik itu berupa metabolisme karbohidrat, metabolisme protein maupun
metabolisme lipid. Bahan baku dalam tiroksin adalah berupa hormone
liotironin dengan ion yodium di dekat laut ataupun merupakan hasil laut
seperti ikan dan garam beryodium. Pada bagian lain tiroid yaitu paratiroid
juga memiliki hormone berupa parathormon dengan bahan baku berupa
hormone Kalsitonin yang juga disekresikan kelenjar paratiroid. Hormone ini
berfungsi untuk mengatur kadar kalsium darah.
Kelenjar tiroid memiliki struktur yang sebagian besar adalah vesikel yang
dibatasi oleh epithelium silinder yang disatukan oleh jaringan ikat. Vesikelbesikel tersebut mengeluarkan sera berupa cairan lekat dan disebut koloid dan
mengandung yodium dan disebut sebagai hormone tiroksin. Beberapa fungsi
dari kelenjar tiroid diantaranya adalah sebagai perangsang proses oksidasi,
mengatur proses oksidasi, mengatur pengeluaran kerbondioksida, pengaturan
susunan kimia jaringan dalah metabolic, mempengaruhi perkembangan
mental dan fisik pada anak.
Hipofungsi dapat menyebabkan penyakit kretinismus dan penyakit
miksedema sedangkan Hiperfungsi menyebabkan penyakit eksotalmikgoiter.

Gambar 3.2 4 Kelenjar Tiroid


Sumber : http://healindonesia.files.wordpress.com
d.

Kelanjar Paratiroid
Kelenjar ini terletak disetiap sisi kanan dan kiri dari kelenjar tiroid,
kelenjar ini berjumlah 4 dan tersusun berpasangan yang menghasilkan para
hormon atau hormon para tiroksin. Masing-masing melekat pada bagian
belakang kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid menghasilkan hormon yang berfungsi mengatur kadar kalsium dan fosfor di dalam tubuh. Kelenjar ini sulit
ditemukan karena tampak seperti lobus kelenjar tiroid. Fungsi paratiroid
adalah Mengatur metabolisme fospor dan Mengatur kadar kalsium darah.
Hipofungsi dari hormone ini dapat mengakibatkan penyakit tetani dengan
gejala kekurangan kalsium di dalam darah atau hipokalsemia mengakibatkan
keadaan yang disebut tetani, dengan gejala khas kejang khususnya pada
tangan dan kaki disebut karpopedal spasmus, gejala-gejala ini dapat
diringankan dengan pemberian kalsium.
Sedangkan hiperfungsi dari keberadaan paratiroid adalah mengakibatkan
kelainan seperti kelemahan pada otot-otot, sakit pada tulang, kadar kalsium
dalam darah meningkat begitu juga dalam urin, dekolsifikasi dan deformitas,
dapat juga terjadi patah tulang spontan. Hiperparatiroidisme biasanya ada
kaitannya dengan pembesaran (tumor) kelenjar berupa ketidakseseimbangan
distribusi kalsium karena dikeluarkan kembali dari tulang dan dimasukkan
kembali ke serum darah dan akibatnya akan terjadi penyakit tulang beberapa
bagian yang kropos biasa disebut osteomielitis fibrosa sistika. Penyakit ini
ditandai dengan terbentuknya kristal pada tulang, kalsiumnya diedarkan di
dalam ginjal dan dapat menyebabkan batu ginjal dan kegagalan ginjal.

Gambar 3.2.5 Kelenjar Paratiroid


Sumber : http://www.pscyh.mgill.ca
e.

Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal adalah sebuah kelenjar suprarenal yang jumlahnya ada 2
yang terletak di bagian atas dari ginjal kiri dan kanan. Secara struktural dan
fungsional, kelenjar adrenal ini terdiri atas 2 kelenjar endokrin yang menyatu
pada bagian korteks dan medullanya.
1) Bagian kortek berada di luar dan berwarna kekuningan yang menghasilkan kortisol. Korteks adrenal secara histologis memiliki 3 lapis zona,
yaitu :
a) Zona glomerulosa yang menghasilkan mineralokortikoid (95 %
aldosteron) yang berfungsi untuk keseimbangan elektrolit dan
homeostasis tekanan darah
b) Zona fasikulata ( menghasilkan glukokortikoid) yang memiliki efek
metabolik, berperan dalam adaptasi terhadap stress
c) Zona retikularis (glukokortikoid) dan hormon kelamin / seks
(gonadokortikoid).

Gambar 3.2.6 Korteks Kelenjar adrenal


Sumber : http://www.harunyahya.com

2) Bagian medula adrenal ini terdiri dari sel-sel kromafin yang berasal dari
modifikasi neuron simpatis dan berkumpul di sekitar kapiler darah dan
sinusoid. Bagian ini mensekresi katekolamin (neuron pascaganglion
yang mengalami modifikasi) yaitu Epinefrin yang merangsang jantung,
saraf simpatis dan aktifitas metabolik dan Norepinefrin yang
mempengaruhi vasokonstriksi perifer dan tekanan darah.
Proses sekresi yang terjadi adalah atas pengendalian sistem persarafan
simpatis yang sekresinya bertambah dalam keadaan emosi seperti marah dan
takut, serta dalam keadaan asfiksia dan kelaparan. Bertambahnya jumlah zat
mampu menaikkan tekanan darah dan berimplikasi pada kondisi tubuh untuk
mampu melawan shok. Sedangkan Noradrenalin dapat menaikan tekanan
darah dengan merangsang serabut otot yang berada di dalam dinding
pembuluh darah untuk berkontraksi, adrenalin membantu metabolisme
karbohidrat dengan menambah jumlah pengeluaran glukosa dari hati.
Hormon penting yang yang ada dalam organ ini adalah Hidrokortison,
Aldosteron dan Kortikosteron. Korteks kelenjar suprarenalis berfungsi
mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam, mengatur metabolisme
lemak, hidrat arang dan protein, dan mempengaruhi aktifitas jaringan limfoid.
Hipofungsi dari hormone ini dapat menyebabkan penyakit Addison.
Sedangkan untuk hiperfungsinya mirip dengan tumor suprarenal bagian
korteks dengan gejala-gejala pada wanita biasanya terjadinya gangguan
pertumbuhan seks sekunder.

Gambar 3.2.7 Kelenjar Adrenal


Sumber : www.besthealth.com

f.

Kelenjar Pankreas
Pada struktur pancreas ini terdiri atas beberapa jenis sel pada pulau
langerhansnya, yaitu :
1) Sel alfa yang mensekresi hormon Glukagon untuk meningkatkan kadar
gula darah
2) Sel beta yang mensekresi hormon Insulin yang fungsinya untuk
mengendalikan kadar glukosa dan bila digunakan sebagai pengobatan,
memperbaiki kemampuan sel tubuh untuk mengobservasi dan
menggunakan glukosa dan lemak. Insulin adalah suatu protein yang dapat
dicerna enzim pencernaan protein
3) Sel delta mensekresi hormon Somatostatin yang fungsinya menghambat
pelepasan insulin dan glucagon
4) Sel f yang menghasilkan polipeptida pankreatik dan fungsinya untuk
mengatur fungsi eksokrin pancreas
Pulau-pulau langerhans berbentuk oval dan separuh dari selnya mampu
mensekresi insulin, yang lainnya mamproduksi polipeptida dari pankreas
diturunkan pada bagian eksokrin pankreas. Jadi secara umum, fungsi pulau
Langerhans adalah sebagai unit sekresi dalam pengeluaran homeostatik
nutrisi, rnenghambat sekresi insulin, glikogen dan polipeptida pankreas serta
mengnambat sekresi glikogen.

Gambar 3.2.8 Pankreas


Sumber :
g.

Kelenjar Timus
Kelenjar timus ini merupakan penghasil hormon peptida yaitu timosin dan
timopietin yang berfungsi dalam perkembangan normal lymfosit dan respon
imun tubuh. Hormon yang dihasilkan kelenjar timus berfungsi untuk
mengaktifkan pertumbuhan badan dan mengurangi aktifitas kelenjar kelamin.
Kelenjar timus merupakan kelenjar hasil penimbunan hormon somatotrof atau
hormon pertumbuhan. Pada orang dewasa, kelenjar ini tidak digunakan

kembali. Kelenjar timus berfungsi untuk membentuk hormon thymosin yang


berperan dalam sistem imun (kekebalan).
Tymus memiliki 2 lobus yang saling berhubungan secara erat dan bersatu
dalam jaringan ikat. Sebuah lobus terdiri dari ribuan lobulus yang masingmasing ada korteks dan medula. Kelenjar timus merupakan sumber suatu
faktor yang dibawa darah untuk menginduksi diferensiasi sel induk limfosit
yang mampu berpartisipasi dalam reaksi kekebalan.
Kelenjar timus dengan hormon-hormonnya yang spesifik, ibarat pusat
pengaturan reaksi pertahanan tubuh. Tanpa timus (misalnya yang dibuang
atau rusak karena radiasi), limfosit T tidak bisa bekerja. Kerja timus menurun
setelah masa pubertas berakhir. Setelah 5 dekade, artinya saat manusia
memasuki usia 50, timus menyusut menjadi residu yang amat kecil.
Penurunan aktivitas timus menjadi salah satu latar belakang berkembanganya
penyakit-penyakit degeneratif, penyakit ganas, dan penyakit autoimun.
Diantara bukti tentang adanya aktivasi endokrin pada timus adalah
kenyataan bahwa timus peka terhadap hormon tiroid. Ukuran timus akan
mengecilnya sementara kedewasaan kelamin bertambah. Hal ini disebabkan
hambatan yang diberikan oleh steroid gonad. Steroid adrenal juga
menghambat timus, pengaruh ini dipakai sebagai parameter untuk
kortikosteroid.

Gambar 3.2.9 Kelenjar Timus


Sumber :
h.

Kelenjar Kelamin
Kelenjar kelamin terdiri dari kelenjar testika (testis) yang terdapat pada
pria tepatnya dalam skrotum dan yang kedua adalah kelenjar ovarika yang
terdapat pada wanita dan terletak pada ovarium di samping kiri dan kanan
uterus. Kelenjar testika menghasilkan hormon testosterone yang berfumgsi
menentukan sifat kejantanan seperti jenggot, kumis, jakun serta menghasilkan
sel mani (spermatozoid). Sedangkan kelenjar ovarika (ovarium)
menghasilkan hormon progesteron dan estrogen, yang mampu mempengaruhi

pekerjaan uterus serta memberikan sifat kewanitaan, misalnya pinggul yang


besar, bahu sempit dan lain-lain.
Perubahan-perubahan histologik yang disebabkan oleh rangsangan
berbagai kelenjar endokrin sesuai dengan pola siklus haid, dimana oleh
karena pengaruh FSH beberapa folikel akan berkembang, namun hanya satu
yang akan tumbuh terus menerus menjadi matang. Dengan tumbuhnya
folikel, jaringan ovarium disekitar folikel akan terdesak keluar membentuk
dua lapisan, yaitu teka interna yang banyak mengandung pembuluh darah dan
teka eksterna yang terdiri dari jaringan ikat padat. Dengan bertambah
matangnya folikel, cairan yang terbentuk didalamnya akan semakin banyak,
hal ini akan menyebabkan folikel terdorong ke permukaan ovarium, bahkan
menonjol keluar. Sel-sel pada permukaan ovarium akan menjadi tipis dan
pada suatu waktu, oleh oleh pengaruh FSH, LH, dan progesteron serta hCG,
enzim proteolitik akan bekerja mencerna dinding folikel sementara
prostaglandin akan menyebabkan kontraksi otot-otot pada dinding folikel.
Oleh mekanisme ini maka akan terjadilah ovulasi setelah pecahnya dinding
folikel mengeluarkan ovum yang dikelilingi oleh ooforus. Sementara sel
membrana granulosa dan teka interna yang tinggal pada ovarium membentuk
korpus rubrum yang berwarna merah oleh karena perdarahan waktu ovulasi
dan kemudian menjadi korpus luteum. Bila tidak terjadi pembuahan setelah 8
hari korpus luteum akan mengalami degenerasi dan setelah 14 hari menjadi
atropi membentuk korpus albikan.
Pada pria, pengaturan pembentukan testosteron dan spermatogenesis
adalah dimulai ketika gonadotropin-releasing hormone (GnRH), yang
dikeluarkan secara episodik dari hipotalamus pada siang hari, merangsang
hipofisis anterior mengeluarkan luteinizing hormone (LH) dan folliclestimulating hormone (FSH). LH bekerja pada set Leydig di testis,
merangsang pembentukan dan sekresi testosteron. Testosteron masuk ke
dalam set Sertoli testis dan mengalami reduksi menjadi DHT. FSH dan DHT
bekerja untuk merangsang pembentukan protein di dalam sel Sertoli yang
mendorong spermatogenesis di spermatogonia. Sel Sertoli juga
menghasilkan inhibin, suatu protein yang memberi umpan-balik negatif
terhadap pengeluaran FSH.

Gambar 3.2.10 Kelenjar Testika dan Kelenjar Ovarika


Sumber :
Pada pria yang belum dewasa, FSH berperan mencetuskan
spermatogenesis. Hormon ini berikatan dengan reseptor di membran plasma
sel Sertoli, yang melekat ke membran basal tubulus seminiferus testis. Sel ini
berfungsi tidak saja sebagai penunjang struktural bagi set germinativum
karena sitoskeletonnya yang kaku, tetapi juga berespons terhadap stimulasi
FSH dengan membentuk protein-protein yang mendorong pematangan
spermatogonia di dalam tubulus. Pada pria yang telah matang secara seksual,
FSH juga berikatan dengan reseptor spesifik di membran sel Sertoli, tetapi
apabila spermatogenesis telah berjalan, maka testosteron dapat
mempertahankan perkembangan sperma tersebut tanpa bantuan FSH.
i.

Kelenjar Pineal
Kelenjar pineal merupakan suatu kelenjar endokrin yang berukuran kecil
memiliki warna kemerahan abu-abu dan seukuran kacang polong yaitu sekitar
8 mm pada manusia. Ini dianggap sebagai organ yang agak misterius, karena
fungsinya ditemukan terakhir dari kelenjar endokrin. Kelenjar pineal adalah

salah satu yang terkecil dan paling penting kelenjar endokrin dalam tubuh.
Terletak di pusat otak dekat kelenjar pituitari yang lebih terkenal, kelenjar
pineal mendapatkan namanya dari bentuk kerucut seperti pinus yang khas.

Gambar 3.2.11 Kelenjar Pineal


Sumber : http://www.valdezlink.com
Secara fisiologis, bersama dengan kelenjar hipotalamus, kelenjar pineal
mengontrol dorongan seksual, lapar, haus dan jam biologis yang
menentukan proses penuaan normal tubuh. Fungsi utamanya adalah
mengeluarkan melatonin. Hormon ini adalah salah satu utama yang
mengontrol kantuk dan terjaga. Kelenjar kecil ini mengontrol pola tidurbangun tubuh. Namun, karena banyak faktor, kalsifikasi kelenjar pineal
dapat terjadi, menghambat fungsi otak. Perawatan untuk dekalsifikasi otak
harus segera diambil. Ketika kelenjar pineal diaktifkan, otak bergerak dari
tidur ke keadaan terjaga. Proses ini kadang-kadang disebut sebagai
kebangkitan dari Mata Ketiga nama umum untuk kelenjar pineal.
Kelenjar pineal mengeluarkan hormon melatonin-tunggal. Hormon
sederhana ini istimewa karena sekresi yang ditentukan oleh cahaya. Para
peneliti telah menentukan bahwa melatonin memiliki dua fungsi utama pada
manusia-untuk membantu mengontrol ritme sirkadian (atau biologis) dan

mengatur hormon reproduksi tertentu. Melatonin menutup sekresi


gonadotropin (luteinizing hormone dan follicle stimulating hormone) dari
kelenjar

hipofisis

anterior.

Hormon-hormon

ini

membantu

dalam

pengembangan yang tepat dan fungsi ovarium dan testis. Tujuan penuh
pineal kelenjar masih sedikit misteri. Tetapi penelitian menunjukkan bahwa
kita semakin dekat untuk memahami kelenjar pineal-dan lebih banyak
tentang sistem endokrin secara keseluruhan.

3.3 Gangguan dan Penyakit pada Sistem Endokrin


Ketidakseimbangan hormonal dan perkembangan luka dalam sistem endokrin
menandai terjadinya berbagai gangguan pada sistem endokrin. Cedera atau infeksi
pada kelenjar serta kelainan genetik menyebabkan penyakit tersebut.
Ketidakseimbangan hormonal terjadi ketika sistem umpan balik mengalami kesulitan
dalam menjaga tingkat yang tepat dari hormon dalam aliran darah.
Gangguan endokrin biasanya dikelompokkan menjadi dua kategori:
a. Penyakit endokrin yang terjadi ketika kelenjar memproduksi terlalu banyak
atau terlalu sedikit hormon endokrin, yang disebut ketidakseimbangan
hormon.
b. Penyakit endokrin karena perkembangan lesi (seperti nodul atau tumor)
dalam sistem endokrin, yang mungkin atau tidak dapat mempengaruhi kadar
hormon.
Berikut merupakan penjelasan mengenai beberapa penyakit dan gangguan
yang menyerang sistem endokrin :
1. Insufisiensi adrenal
Penyakit ini disebabkan karena kelenjar adrenal merilis terlalu sedikit
hormon kortisol dan kadang-kadang, aldosteron. Gejala termasuk kelelahan,
sakit perut, dehidrasi, dan perubahan kulit. Penyakit Addison adalah jenis
insufisiensi adrenal.
2. Penyakit Cushing

Kelebihan hormon kelenjar hipofisis menyebabkan kelenjar adrenal


terlalu aktif. Kondisi serupa disebut sindrom Cushing dapat terjadi pada
manusia, terutama anak-anak, yang mengkonsumsi obat kortikosteroid.
3. Gigantisme (akromegali) dan masalah hormon pertumbuhan lainnya
Jika kelenjar pituitari memproduksi hormon pertumbuhan terlalu banyak,
tulang anak dan bagian tubuh dapat tumbuh dengan cepat. Jika kadar hormon
pertumbuhan terlalu rendah, seorang anak dapat mengalami pertumbuhan
yang lambat.
4. Diabetes insipidus dan diabetes mellitus
Ditandai dengan kekurangan hormon, yang terakhir ini juga dikenal sebagai
gangguan fungsi metabolik. Diabetes Mellitus dapat dibedakan ke dalam
Diabetes tipe 1 dan Diabetes Tipe 2, di mana sebelumnya juga disebut sebagai
Diabetes Juvenile. Penyakit ini dipicu oleh kekurangan hormon, diabetes
menyebabkan peningkatan abnormal pada tingkat glukosa darah, kondisi
yang lebih dikenal sebagai hiperglikemia. Dalam Tipe 1, hiperglikemia
dikaitkan dengan gangguan autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh secara
keliru mulai menyerang sel-sel yang memproduksi insulin di pankreas. Di sisi
lain, Diabetes Tipe 2, sebagian besar disebabkan oleh penyebab genetik,
sehingga penyakit tersebut diwariskan dari orang tua kepada anak-anaknya.

5. Hipertiroidisme
Kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid, yang
menyebabkan penurunan berat badan, denyut jantung yang cepat, berkeringat,

dan gelisah. Penyebab paling umum untuk tiroid yang terlalu aktif adalah
gangguan autoimun yang disebut penyakit Grave.
6. Hipotiroidisme
Kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroid yang cukup,
menyebabkan kelelahan, sembelit, kulit kering, dan depresi. Kelenjar kurang
aktif dapat menyebabkan perkembangan melambat pada anak-anak. Beberapa
jenis hipotiroidisme hadir pada saat lahir.
7. Hipopituitarisme
Rilis kelenjar hipofisis sedikit atau tidak ada hormon. Ini mungkin
disebabkan oleh sejumlah penyakit yang berbeda. Wanita dengan kondisi ini
mungkin berhenti mendapatkan siklus menstruasi mereka.
8. Multiple Neoplasia Endokrin I dan II (MEN I dan II MEN)
Penyakit ini disebabkan kondisi genetik yang diturunkan melalui
keluarga. Mereka menyebabkan tumor dari paratiroid, adrenal, dan kelenjar
tiroid, menyebabkan kelebihan hormon.
9. Sindrom ovarium polikistik (PCOS)
Kelebihan

androgen

mengganggu

perkembangan

telur

dan

pembebasan mereka dari indung telur perempuan. PCOS adalah penyebab


utama infertilitas.
10. Pubertas prekoks (dini)

Abnormal pubertas dini yang terjadi ketika kelenjar memberitahu tubuh


untuk melepaskan hormon seks terlalu cepat dalam hidup.

Ringkasan
Kelenjar endokrin tidak memiliki duktus. Kelenjar ini mengsekresi langsung
ke dalam cairan jaringan di sekitar sel-selnya. Kelenjar endokrin biasanya
mengsekresi lebih dari satu jenis hormon (kelenjar paratiroid yang hanya
mengsekresi hormon para tiroid merupakan suatu pengecualian). Sistem endokrin
berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan hemoestatis, mensekresikan
hormon-hormon yang bekerja dalam sistem persyarafan, pengaturan pertumbuhan
dan perkembangan dan kontrol perkembangan seksual dan reproduksi.
Pada makhluk hidup, khususnya manusia hormon dihasilkan oleh kelenjar
yang tersebar dalam tubuh. Cara kerja hormon di dalam tubuh tidak dapat diketahui
secara cepat perubahannya, akan tetapi memerlukan waktu yang lama. Tidak seperti
sistem saraf yang cara kerjanya dengan cepat dapat dilihat perubahannya. Hal ini
karena hormone yang dihasilkan akan langsung diedarkan oleh darah melalui
pembuluh darah, sehingga memerlukan waktu yang panjang.
Kelenjar endokrin melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah. Kelenjar
endokrin termasuk : 1. Pulau Langerhans pada Pankreas, 2. Gonad (ovarium dan
testis), 3. Kelenjar adrenal, hipofise, tiroid dan paratiroid, serta timusB. Hormon dan
fungsinya Kata hormon berasal dari bahasa Yunani hormon yang artinya membuat
gerakan atau membangkitkan. Hormon mengatur berbagai proses yang mengatur
kehidupan.
Latihan Soal!
1. Apa saja fungsi sistem endokrin?
2. Mengapa kelenjar hipofisis (pituitary) disebut sebagai master of glands?
3. Bagaimana kelenjar paratiroid mensintesa dan mengeluarkan hormone
paratiroid (PTH)?
4. Bagaimana prinsip kerja kelenjar pancreas dalam menyeimbangkan gula
dalam darah?
5. Apa perbedaan hormone yang dihasilkan oleh kelenjar kelamin pada wanita
dan laki-laki? Dan bagaimana fungsinya?
6. Klasifikasikan hormone berdasarkan struktur kimianya!
DAFTAR PUSTAKA

Diah, K. D, Sansri. 2013. Anatomi Fisiologi Sistem Endokrin. Bandung : Poltekkes


Bandung
Ellyzar, M. 2009. Sistem Endokrin Biologi Jakarta : FMIPA UI
fkep.unand.ac.id/images/SISTEM_ENDOKRIN.doc
Gibson, John. 2003. Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat Edisi 2, alih
bahasa dr.Bertha Sugiarto. Jakarta : EGC
Slonane, Ethel. 2004. Anatomi Fisiologi Untuk Pemula, alih bahasa James Veldran.
Jakarta : EGC
Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia, untuk mahasiswa Keperawatan, edisi
2. Jakarta: Salemba Medika
Syaifuddin. 2010. Anatomi Tubuh Manusia (Atlas Berwarna Tiga Bahasa) edisi
2. Jakarta: Salemba Medika
Syaifuddin. 2010. Fisiologi Tubuh Manusia, untuk mahasiswa Keperawatan, edisi
2. Jakarta: Salemba Medika

Glosarium

Anda mungkin juga menyukai