Tehnik Pemeriksaan Radiografi
Tehnik Pemeriksaan Radiografi
SISTEMA GASTROINTESTINAL
A. PENDAHULUAN :
Pemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari:
1. Endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam
dan untuk memperoleh jaringan dari dalam tubuh), maka biasanya disertai
pemeriksaan biopsi.
a. Esofagoskopi
b. Rectoscopi
c. Colonoscopy
2. Radografi :
a. Non Kontras
b. kontras
3. Ultrasonografi (Black white/Warna, dopller)
4. Perunut Radioaktif
5. Pemeriksaan Kimiawi
Dengan intubasi
Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam menegakkan
diagnosis, menentukan lokasi kelainan dan kadang mengobati penyakit pada sistem
pencernaan.
Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan terlebih
dahulu; ada juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya
melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan lainnya tidak memerlukan persiapan
khusus.
Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah
riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Tetapi gejala dari kelainan pencernaan
seringkali bersifat samar sehingga dokter mengalami kesulitan dalam menentukan
kelainan secara pasti.
Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa mempengaruhi sistem
pencernaan dan menimbulkan gejala-gejalanya.
seperti USG, CT dan MRI. Bisa juga diambil contoh jaringan hati untuk diperiksa
dibawah mikroskop (biopsi hati).
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN IMAGING
B. PENCITRAAN RADIOGRAFI
PENGERTIAN
Sialografi adalah suatu pemeriksaan radiografi pada bagian kelenjar ludah
beserta salurannya dengan menggunakan sinar-x dan bantuan media kontras positif
untuk menegakkan diagnosa. Struktur kelenjar : bagian asinus yang memproduksi
kelenjar, ductuli kelenjar, dan canalis ekcretorius.
Kelenjar ludah / saliva ada 3 :
1. Kelenjar parotis dengan salurannya, dengan canalis ekskretorius `stensen`
2. Kelenjar sub mandibula / sub maxilla, dengan canalis ekskretorius `Wharton`
3. Kelenjar sub lingual, dengan canalis ekskretorius `bartholn`
INDIKASI :
Calculi
Fistel Pada saluran
Divertikel
Kista
Peradangan / infeksi
Stenosis
KONTRA INDIKASI
Inflamasi ductus dan alergi media kontras.
10
PERSIAPAN ALAT
Spuit 2-5 cc
Kateter dan canula sialografi (bila tidak ada menggunacan abocat)
Alkohol
Bengkok
Media kontras positif (water soluble)
Kortison, antihistamin
Pastiles / permen asam
Plester
PROSEDUR PEMERIKSAAN
1. Pasien supine dan buat foto pre liminary AP/Lat
2. Pasien diberi pastiles untuk merangsang air liur keluar
3. Melalui orificium keluarnya air liur dimasukkan jarum sialografi dihubungkan
dengan canula dan diplester
4. Ujung canula dihubungkan dengan spuit berisi kontras
5. Kontras disuntikkan dan difoto beberapa posisi
6. Setelah pemotretan pasien diberi minm asam supaya semua kontras
terangsang keluar.
POSISI PEMOTRETAN
AP Tangensial (Untuk melihat kelenjar parotid), Posisi Pasien : Supine/duduk
Posisi Obyek
Kelenjar parotid ditempelkan pada tengah kaset.
Kepala ditempatkan pada posisi AP.
Kepala dimiringkan pada sisi yang diperiksa.
Kelenjar parotid tegak lurus pada pertengahan film.
Ramus mandibula sejajar film dan occipital rapat pada film.
Kaset 18 x 24 cm.
Central Ray
Tegak lurus terhadap kaset
Central Point
Pada ramus bagian luar
FFD
90-100 cm
Kriteria Radiograf
Terlihat jaringan lunak.
Kelenjar parotid terlihat pada posisi lateral.
Terlihat ductus stensens.
11
Central Ray
Tegak lurus terhadap kaset
Central Point
Pada angulus sebelah luar
FFD
90-100 cm
Kriteria Radiograf
Tampak kelenjar parotid superposisi di atas ramus mandibula.
Ramus mandibula terlihat tidak overlapping dengan vertebrae cervicalis.
12
13
Central Ray
Tegak lurus terhadap kaset
Central Point
Menuju langsung ke perpotongan MSP dengan coronal plain melalui molar
Kriteria Radiograf
Terlihat soft tissue dari dasar mulut.
Terlihat kelenjar sublingual dan duktusnya.
Terlihat kelenjar submaksilaris pada bagian anteromedial.
Central Point
Di bawah angulus mandibula sebelah luar/pada sisi yang dekat
FFD
90-100 cm
Kriteria Radiograf
Tampak duktus dan kelenjar parotis overlapping dengan ramus mandibula dan
columna vertebrae cervical.
15
Pengertian :
Esofagografi adalah pemeriksaan radiografi pada lumen esophagus /
kerongkongan.dengan media kontras positif untuk melihat kondisi lumen, mukosa
dan melihat factor gangguan menelan dan proses menelan serta fungsi pasase
makanan sampai lambung.
Indikasi :
Disfagia sakit menelan, gangguan proses menelan.
Divertikel zenker
Hematemesis (varises kerongkongan)
Susah menelan, tumor, fibrosis
Rasa penuh di kerongkongan
Kontra indikasi :
Sakit menelan yang sangat
Panas badan.
Tersedak yang hebat
Persiapan alat :
1. Disiapkan kontras positif biasanya barium atau non ionic soluble (untuk
pasien anak / kesulitan menelan / tersedak)
2. Tisue, bengkok.
Prosedur pemeriksaan :
1. Pasien supine (semierect) dan buat foto pre liminary AP.
2. Kepada pasien diinformasikan proses pemeriksaan (koordinasi/koperatif)
3. Mulut pasien akan diberi kontras, belum ditelan, dan anati akan diberi aba
aba kapan menelan, untuk diambil foto)
4. Posisi ekspose bisa oblik, lateral,atau AP
5. Tehnik fluoroskopi membantu dokter memastikan proses menelan dan
kemungkinan letak gangguan menelan, atau lesi yg bisa tampak.
6. Dicermati apakah terjadi refluks gastro-esofageal.
3). PEMERIKSAAN OMD (OESOPHAGUS-MAAG-DUODENOGRAFI)
PENGERTIAN
Oesophagus Maag Duodenum adalah suatu pemeriksaan radiografi pada
bagian lambung dengan menggunakan sinar-x dan bantuan media kontras positif
untuk menegakkan diagnosa. Biasanya satu paket pemeriksaan dengan
oesophagus dan duodenum.
BODY HABITUS
Tipe dari body habitus memberikan efek yang sangat besar terhadap lokasi
organ pencernaan pada rongga abdomen. Untuk keakuratan dan konsistensi posisi
dari organ pencernaan perlu diketahui karakteristik dan klasifikasi dari body habitus.
Ada 4 tipe habitus body dan biasanya berkorelasi dengan bentuk lambung; yaitu :
hypersthenic, sthenic, hyposthenic dan asthenic.
16
INDIKASI :
1. Gastritis (Radang gaster baik akut maupun kronik)
2. Mual, muntah yang belum diketahui sebabnya
3. Divertikela (Penonjolan keluar dari maag yang membentuk kantung dan
banyak terjadi pada fundus)
4. Divertikula (Penonjolan keluar dari maag yang membentuk kantung dan
banyak terjadi pada fundus)
5. Hematemesis (Perdarahan), atau melena yang tersembunyi.
6. Neoplasma (Tumor atau kanker ).
7. Hernia hiatal hingga sebagian lambung tertarik keatas diafragma karena
esophagus yang pendek.
8. Stenosis pylorus (Penutupan atau penyempitan dari lumen pylorus).
9. Bezoat / Undigested material (biasanya berupa rambut, serat sayuran atau
bahan kayu).
10. Ulcers (Erosi dari mukosa dinding lambung karena cairan gaster, diet, rokok,
dan bakteri).
11. Ulcer/ulkus/tukak (Luka terbuka pada permukaan selaput lender lambung).
12. perforasi
13. Regurgitasi
KONTRA INDIKASI :
1. Persangkaan perforasi tidak boleh menggunakan BaSO4 tetapi
menggunakan water soluble kontras (urografin, iopamiro).
2. Febris
3. Perdarahan massif yang sedang berlangsung.
4. Diarhe berat
5. Sakit perut berat
6. Obstruksi usus besar.
PERSIAPAN PASIEN :
Tanyakan riwayat alergi terhadap iodium maupunbarium.
Tanyakan riwayat alergi terhadap iodium maupun barium.
Tanyakan apakah pasien mengkonsumsi obat-obatan saat ini.
Apabila pasien wanita dalam usia produktif, tanyakan apakah pasien
sedang hamil atau tidak.
Pasien diberi penjelasan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan
(kooperatif).
17
B. DOUBLE KONTRAS :
Setelah minum media kontras positif, pasien diberi pil, bubuk carbonat dan
sebagainya untuk menghasilkan efek gas (teknik lama, sisi sedotan
dilubangi sehingga pada saat minum media kontras sekaligus udara
masuk ke lambung).
Pasien diposisikan recumbent dan diinstruksikan untuk bergulingguling 4
5 putaran sehingga seluruh mukosa terlapisi.
Dapat diberikan glucagon atau obat lain untuk mengurangi kontraksi
lambung (lambung tidak relax).
Dilakukan pengambilan foto dengan proyeksi sesuai yang diinginkan sama
pada teknik single kontras.
Bila menggunakan fluoroskopi diambil spot foto pada daerah daerah
yang diinginkan.
C. Pemeriksaan Usus Halus dengan Media Kontras
Pemeriksaan usus halus dapat dilaksanakan sebagai lanjutan pemeriksaan
lambung atau dimintakan sendiri.Dalam hal terakhir dapat dilaksanakan dengan
memasukkan selang karet atau plastik sampai lewat pilorus dan baru kemudian
dimasukkan suspensi barium sulfat.Pada umumnya dilakukan dengan kontras
tunggal saja,karena membuat pemeriksaan dengan kontras ganda(DC) sulit bila
diinginkan gambaran kontras ganda (DC) untuk kseluruhan usus halus.
Pemeriksaan usus halus dikenal dengan follow through, yaitu sebagai pemeriksaan
yang terus dilanjutkan setelah pemeriksaan lambung.
Berbagai cara untuk mengerjakan pemeriksaan follow through, salah satunya
pasien diminta minum dua gelas penuh kontras barium sulfat (sama dengan yang
dipakai untuk pemeriksaan lambung) sekaligus berturut-turut. Cara lain ialah
meminta pasien minum sebagian dengan interval beberapa saat (menit) sampai
akhirnya habis dua gelas itu. Dengan fluoroskopi sewaktu-waktu kemudian diikuti
pasase barium sulfat dan dibutlah foto ikhtisar dari usus yang telah terisi kontras.
Pemeriksaan berakhir bila ileum terminal telah dilewati dan kolon asendens mulai
terisi.
(oesofagus-Maag-Duodenum)
TEKNIK PEMBUATAN RADIOGRAF
Dengan Fluoroskopi
Pasien disuruh berguling diikuti dengan fluoroskopi dilihat hingga BaSO4 melumuri
seluruh permukaan lambung.
Buat spot foto lambung posisi RAO, lateral kanan, PA, dan LPO.
Spot foto dibuat sesuai dengan kelainan/posisi yang diperlukan.
Setelah kontras mengisi lambung dan duodenum dibuat foto up right AP/PA.
Tanpa Fluoroskopi
Tunggu kira kira 5 menit, setelah kontras masuk.
Buat radiograf RAO.
Lihat hasilnya, bila kontras sudah memenuhi lambung, dibuat proyeksi lateral
kanan dan PA
LPO untuk melihat duodenum.
Bila munkin dibuat up right AP atau PA.
PROYEKSI PEMOTRETAN
PA Oblique (RAO), Posisi Pasien, Recumbent/prone
Posisi Obyek
Abdomen diatur sehingga abdomen membentuk sudut 400 700 dengan tepi
depan MSP.
Lengan tangan sebelah kiri flexi ke depan.
Knee joint flexi.
Central Ray
Tegak lurus terhadap kaset.
Central Point
20
Kriteria Gambar
Struktur ditampakkan adalah daerah lambung dan lengkung duodenum
membentuk huruf C.
Tampak bagian bagian dari lambung bebas superposisi.
Dapat menampakkan daerah yang mempunyai indikasi/kelainan.
Tidak tampak kekaburan dan pergerakan.
Right lateral
Berfungsi memperlihatkan proses pada daerah retrogastric seperti divertikel, tumor,
ulkus gastric, trauma pada perut dan batas belakang lambung.
Posisi Pasien
Pasien miring arah kanan.
Posisi Obyek
Bahu dan daerah costae dalam posisi lateral.
Batas atas kaset pada prosesus xiphoideus (Thorakal 9-10).
Batas bawah kaset krista iliaka.
Atur kaki dan dan tangan mengikuti kemiringan pasien.
Central Ray
Tegak lurus terhadap kaset.
21
Central Point
Bulbus duodenum pada Lumbal ke-1.
Stenik : 1-1,5 cm ke depan dari mid coronal plane.
Astenic : 2 inchi di bawah Lumbal ke-1.
Hiperstenic : 2 inchi di atas Lumbal ke-1.
FFD
100 cm
Expose : ekspirasi dan tahan nafas.
Kriteria Gambar
Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum tercover celah retrogastric,
pylorus dan lengkung duodenum akan terlihat jelas khususnya pada tipe hiperstenic.
Lengkung duodenum terletak pada sekitar Lumbal ke-1.
Dapat memperlihatkan anatomi dan kelainan yang ada.
PA
Berfungsi untuk memperlihatkan polip, divertikul, gastritis, pada badab dab pylorus
lambung.
Posisi Pasien
Berdiri/prone
Posisi Obyek
MSP pada pertengahan meja/kaset.
Batas atas kaset pada prosesus xiphoideus (Thorakal 9-10).
Batas bawah kaset SIAS diyakinkan tidak ada rotasi abdomen.
Central Ray
Tegak lurus terhadap kaset.
Central Point
Pada pylorus dan bulbus duodeni.
Stenik : 1-2 inchi dibawah Lumbal ke-2 menuju lateral batas costae dan 1 inchi
kekiri dari columna vertebrae.
Astenik : 2 inchi dibawah Lumbal ke-2.
22
Kriteria Gambar
Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum.
Korpus dan pylorus tercover.
Struktur gambar dapat menampakkan jaringan dari lambung dan duodenum.
Tampak struktur anatomis sesuai dengan kelainan dan patologi yang ada.
AP Oblique(LPO)
Berfungsi bila digunakan double kontras akan dapat memperlihatkan dengan jelas
batas antara udara dengan dinding pylorus dan bulbus sehingga jelas untuk gastritis
dan ulkus.
Posisi Pasien
Pasien recumbent punggung menempel kaset.
Posisi Obyek
Dari posisi supine dirotasikan 300 600 dengan bagian kiri menempel meja
tungkai difleksikan untuk menopang
Batas atas kaset pada prosesus xiphoideus (Thorakal 9-10).
Batas bawah kaset krista iliaka.
23
Central Ray
Tegak lurus terhadap kaset.
Central Point
Pertengahan krista iliaka.
Stenik : Lumbal ke-1
Astenik : 2 inchi dibawah Lumbal ke-1 mendekat mid line
Hiperstenik : 2 Inchi diatas Lumbal ke-1
FFD
100 cm
Expose : ekspirasi dan tahan nafas.
Kriteria Gambar
Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum.
Bulbus duodenum tanpa superposisi dengan pylorus.
Fundus tampak tertempeli BaSO4.
Pada double kontras tampak batas body dan pylorus dengan batas udara.
Tidak ada pergerakan dan kekaburan gambaran lambung dan duodenum.
24
26
Persiapan Pemeriksaan
Persiapan Pasien
48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak rendah serat
18 jam sebelum pemeriksaan ( jam 3 sore ) minum tablet dulcolax
4 jam sebelum pemeriksaan ( jam 5 pagi ) pasien diberi dulkolak kapsul per anus
selanjutnya dilavement
Seterusnya puasa sampai pemeriksaan
30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25 1 mg / oral untuk
mengurangi pembentukan lendir
28
Persiapan Bahan
Media kontras BaSO4 = 70 80 % W/V ( Weight / Volume ), banyaknya
sesuai panjang pendeknya kolon kurang lebih 600 800 ml dengan
perbandingan 1: 8
Air hangat
Vaselin atau jelly
Teknik Pemasukan Media Kontras
Metode Kontras Tunggal
Pemeriksaan hanya menggunakan BaSO4 sebagai media kontras.
Kontras dimasukkan ke kolon sigmoid, desenden, transversum, ascenden
sampai daerah seikum.
Dilakukan pemotretan full fillng
Evakuasi, dibuat foto post evakuasi
Metode Kontras Ganda
Kontras Ganda Satu Tingkat
Kolon diisi BaSO4 sebagian selanjutnya ditiupkan udara untuk mendorong
barium melapisi kolon
Selanjutnya dibuat foto full filling
Kontras Ganda Dua Tingkat
29
Tahap pengisian
Kolon diisi BaSO4 sampai kira 2 fleksura lienalis atau pertengahan kolon
transversum
Pasien disuruh merubah posisi agar barium masuk ke seluruh kolon
Tahap pelapisan
Menunggu 1 2 menit supaya barium melapisi mukosa kolon
Tahap pengosongan
Pasien disuruh BAB
Tahap pengembangan
Dipompakan udara ke dalam kolon = 1800 2000 ml, tidak boleh berlebihan
karena akan timbul komplikasi : reflex fagal ( wajah pucat, bradikardi, keringat
dingin dan pusing )
Tahap pemotretan
Pemotretan dilakukan apabila yakin seluruh kolon mengembang semua
Posisi pemotretan tergantung dari bentuk dan kelainan serta lokasinya.
Proyeksi PA, PA oblig & lateral ( rectum )
Proyeksi AP, AP oblig ( kolon transversum termasuk fleksura)
Proyeksi PA, PA oblig pasien berdiri ( fleksura lienalis dan hepatica)
7. Radiographic Positioning
PA / AP
RAO
LAO
LPO / RPO
LATERAL RECTUM
RLD
LLD
PA POST EVACUATION
AP AXIAL / AP AXIAL OBLIQUE ( LPO ) ( BUTTERFLY )
PA AXIAL / PA AXIAL OBLIQUE ( RAO ) ( BUTTERFLY )
10 Posisi Menurut "Miller"
Posisi AP untuk melihat fleksura lienalis dan hepatica
Posisi lateral untuk melihat rectum
Posisi AP dg penyudutan 15 25 derajat chepalad untuk melihat rectum
RPO dg penyudutan 15 25 untuk melihat fleksura lienalis
Right Lateral untuk melihat rectum
Prone untuk melihat fleksura lienalis dan fleksura hepatica
PA dengan penyudutan 15 25 derajat untuk melihat rectum
LPO dengan sudut 15 25 derajat untuk melihat fleksura hepatica
AP dengan oblique 2 3 derajat untuk melihat daerah ileosaekal
AP dg sinar horizontal untuk melihat fleksura lienalis dan hepatica.
8. Proyeksi Pemotretan
Proyeksi AP
Posisi Pasien : supine diatas meja pemeriksaan, MSP tubuh tegak lurus meja,
kedua tangan disamping tubuh dan kaki lurus
Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas atas : Proc. Xypoideus, Batas
Bawah: Simp.pubis
CP : MSP setinggi Krista iliaka
CR : vertical tegak lurus kaset
Kriteria Radiograf : seluruh kolon termasuk fleksura hepatica
Proyeksi PA
30
PP : tidur tengkurap diatas meja pemeriksaan dgn MSP tubuh tegak lurus
meja, kedua tangan disamping tubuh & kaki lurus
PO : obyek diatur diatas meja, Batas Atas : Proc. Xypoideus, Batas Bawah:
Simp.pubis
CP : pada MSP setinggi kedua Krista iliaka
CR : vertical tegak lurus kaset
Kriteria Radiograf : seluruh kolon, termasuk fleksura dan rectum
Proyeksi RPO
Posisi Pasien : supine diatas meja pemeriksaan, tubuh dirotasikan ke kanan
35-45 derajat terhadap meja, tangan kanan untuk bantal, tangan kiri menyilang
didepan tubuh dan kaki kanan lurus, kaki kiri ditekuk untuk fiksasi
Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas atas : Proc. Xypoideus, Batas Bawah:
Simp.pubis
CP : 1 2 inchi ke kiri dari titik tengah kedua Krista iliaka
CR : vertical tegak lurus kaset
31
Kriteria Radiograf : seluruh kolon, fleksura lienalis sedikit superposisi disbanding PA,
colon descenden
Proyeksi RAO
Posisi Pasien : tidur tengkurap diatas meja pemeriksaan, tubuh dirotasikan 35 45
derajat terhadap meja, tangan kanan lurus disamping tubuh, tangan kiri didepan
kepala dan kaki kanan lurus, kaki kiri ditekuk
Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas Atas : Proc. Xypoideus, Batas Bawah:
Simp.pubis
CP : 1 2 inchi ke kiri dari titik tengah kedua Krista iliaka
CR : vertical tegak lurus kaset
Kriteria Radiograf : seluruh kolon, fleksura hepatica sedikit superposisi disbanding
PA, colon ascenden, sigmoid dan sekum
Proyeksi LAO
Posisi Pasien : tidur tengkurap diatas meja pemeriksaan, tubuh dirotasikan ke
kiri 35 45 derajat terhadap meja, tangan kiri lurus disamping tubuh, tangan kanan
didepan kepala dan kaki kiri lurus, kaki kanan ditekuk
Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas atas : Proc. Xypoideus, Batas bawah:
Simp.pubis
CP : 1 2 inchi ke kanan dari titik tengah kedua Krista iliaka
CR : vertical tegak lurus kaset
32
Kriteria Radiograf : seluruh kolon, fleksura lienalis sedikit superposisi dibanding PA,
colon ascenden
Proyeksi Lateral
Posisi Pasien : tidur miring dgn MSP sejajar kaset, genu sedikit fleksi untuk
fiksasi
Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas atas : Proc. Xypoideus, Batas Bawah:
Simp.pubis
CP : MSP setinggi SIAS
CR : vertical tegak lurus kaset
Kriteria Radiograf : daerah rectum dan sigmoid tampak jelas, rekto sigmoid pada
pertengahan radiograf
33
Proyeksi LPO
Posisi Pasien : supine diatas meja pemeriksaan, tubuh dirotasikan ke kiri 3545 derajat terhadap meja, tangan kiri untuk bantalan, tangan kanan menyilang
didepan tubuh dan kaki kiri lurus, kaki kanan ditekuk untuk fiksasi
Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas atas : Proc. Xypoideus, Bats bawah:
Simp.pubis
CP : 1 2 inchi ke kanan dari titik tengah kedua Krista iliaka
CR : vertical tegak lurus kaset
Kriteria Radiograf : daerah sigmoid, rektosigmoid fleksura hepatica sedikit
superposisi disbanding PA, colon ascenden, seikum.
34
35
5). Appendicorafi :
Appendicogram adalah pemeriksaan untuk mendeteksi adanya gangguan
pada appendiks (umbai cacing), seperti adanya penyakit usus buntu (appedicitis).
Panduan bagi pasien. Sekitar 10 - 12 jam sebelum pemeriksaan, minum
barium 100 - 250 gr yang dilarutkan dengan 200 cc air hangat (beli Barium Sulfat
yang telah diresepkan dokter). Minumnya boleh ditambahkan sirup. Tidak boleh BAB
dahulu sampai pagi, kemudian datang ke bagian Radiologi untuk difofo.
36
Plain AP,
Plain AP dan LLD (abdomen 2 posisi),
Plain, LLD dan semierect/erect ( Abdomen 3 posisi)
Melihat :
Fluid level (step ladder), fluid level memanjang
Udara usus yang `floating`
Air free (sub diafragma, semilunated shadow), udara bebas discrete
(perforasi, fistulasi, air from bacteriae)
Coiled spring appearance
Ground glass appearance
Penebalan dinding intestinal, udara dinding usus (cresentic shadow)
Pre peritoneal lusensi
Increased diffused Hazzines in pelvic
Udara intestinal pada anak bisa normal, dan tidak tampak pada orang
dewasa, pada rang dewasa mungkin informasi sebuah gejala.
Meteorimus pada anak bisa saja biasa (menangis), kelainan lain bisa
berupa gambaran `one bubble, atau double bubble`, karena atresia, web
across, fibrous band, volvulus`
Gambaran udara intestinal dalam cav.thoraxic bisa saja suatu herniasi.
Udara dalam lambung bisa saja normal.
Udara rectum kadang menjadi informasi yang membantu diagnosis ; kalau
tidak tampak bisa saja informasi adanya obstruksi.
Foto radiografi perut yang baik bisa memperlihatkan psoas line dan
memberikan informasi apakah ada masalah, kabur dan tampak densitas
yang abnormal.(hematoma, masa abdomen, abses)
Tumor like appearance (bisa jadi gambaran dari strangulasi usus) di pelvis
Udara colon yang sangat prominen pada anak bisa saja gamb.dari
megacolon
Large ballon shape (U Point) bisa jadi gamb dari volvulus sigmoid
Gamb.abnormal lainnya bisa jadi :
Gastrointestinal malrotation (situs inversus)
Herniation
Hepatodiaphragmatic interposition
Displacement.
37
Ultrasonografi
USG atau ultrasonografi adalah suatu pemeriksaan / tes menggunakan
gelombang suara untuk melihat bagian-bagian tubuh.
Anda tidak akan mendengar suaranya, tapi gambar akan muncul di layar. USG
bukan sinar-x dan tidak menimbulkan rasa sakit.
Pemeriksan USG membutuhkan waktu 20 sampai 40 menit.
Saat pemeriksaan pasien supine,oblik, lateral, untuk focus pada organ yg akan
diperiksa.
Gel hangat akan dioleskan sebagai media penghantaran ultrasonixdari probe
yang dimanfaatkanuntuk pemeriksaan.
Untuk foto-foto / scan tertentu, mungkin perlu inspirasi dan menahan napas.
Operator akan memeriksa gambar-gambarnya memastikan apakah informasi
sudah cukup. Pengambilan gambar tambahan mungkin dilakukan jika diperlukan.
Jika akan dilakukan pengambilan gambar untuk bagian tertentu dari tubuh
ada beberapa petunjuk :
Perut : Jangan makan atau minum selama 6 sampai 8 jam sebelum
pemeriksaan.
Pelvis : Anda harus minum 1 liter air agar kandung kemih anda penuh
untuk pemeriksaan ini. Minum air 1 jam sebelum pemeriksaan. Selama
pemeriksaan, gambar akan diambil. Anda akan diminta untuk pergi ke
kamar mandi dan mengosongkan kandung kemih Anda. Beberapa gambar
tambahan kemudian diambil.
38
39