Anda di halaman 1dari 34

TEHNIK PENCITRAAN RADIOGRAFI

SISTEMA GASTROINTESTINAL
A. PENDAHULUAN :
Pemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari:
1. Endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam
dan untuk memperoleh jaringan dari dalam tubuh), maka biasanya disertai
pemeriksaan biopsi.
a. Esofagoskopi
b. Rectoscopi
c. Colonoscopy
2. Radografi :
a. Non Kontras
b. kontras
3. Ultrasonografi (Black white/Warna, dopller)
4. Perunut Radioaktif
5. Pemeriksaan Kimiawi
Dengan intubasi
Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam menegakkan
diagnosis, menentukan lokasi kelainan dan kadang mengobati penyakit pada sistem
pencernaan.
Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan terlebih
dahulu; ada juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya
melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan lainnya tidak memerlukan persiapan
khusus.
Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah
riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Tetapi gejala dari kelainan pencernaan
seringkali bersifat samar sehingga dokter mengalami kesulitan dalam menentukan
kelainan secara pasti.
Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa mempengaruhi sistem
pencernaan dan menimbulkan gejala-gejalanya.

Pemeriksaan Diagnostik untuk Penyakit Hati & Kandung Empedu


DEFINISI

Laboratorium bisa mengadakan sejumlah pemeriksaan yang membantu dokter


dalam menilai kelainan hati, kandung empedu dan saluran empedu. Yang paling
penting adalah sekelompok pemeriksaan darah yang dikenal sebagai tes fungsi hati.
Tergantung kepada kelainan yang dicurigai, bisa dilakukan pemeriksaan imaging,
6

seperti USG, CT dan MRI. Bisa juga diambil contoh jaringan hati untuk diperiksa
dibawah mikroskop (biopsi hati).
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN IMAGING

1. Breath test dilakukan untuk mengukur kemampuan hati dalam memetabolisir


sejumlah obat.
Obat-obat tersebut ditandai dengan perunut radioaktif, diberikan per-oral
(ditelan) maupun intravena (melalui pembuluh darah).
Banyaknya radioaktivitas dalam pernafasan penderita menunjukkan
banyaknya obat yang dimetabolisir oleh hati.
2. USG menggunakan gelombang suara untuk menggambarkan hati, kandung
empedu dan saluran empedu. Pemeriksaan ini bagus untuk mengetahui
kelainan struktural, seperti tumor. USG merupakan pemeriksaan paling
murah, paling aman dan paling peka untuk memberikan gambaran dari
kandung empedu dan saluran empedu. Dengan USG, dokter dengan mudah
bisa mengetahui adanya batu empedu di dalam kandung empedu.
USG dengan mudah membedakan sakit kuning (jaundice) yang disebabkan
oleh penyumbatan saluran empedu dari sakit kuning yang disebabkan oleh
kelainan fungsi sel hati. USG Doppler bisa digunakan untuk menunjukkan
aliran darah dalam pembuluh darah di hati. USG juga bisa digunakan sebagai
penuntun pada saat memasukkan jarum untuk mendapatkan contoh jaringan
biopsi.
3. Imaging radionuklida (radioisotop) menggunakan bahan yang
mengandung perunut radioaktif, yang disuntikkan ke dalam tubuh dan diikat
oleh organ tertentu. Radioaktivitas dilihat dengan kamera sinar gamma yang
dipasangkan pada sebuah komputer.
4. Skening hati merupakan penggambaran radionuklida yang menggunakan
substansi radioaktif, yang diikat oleh sel-sel hati.
5. Koleskintigrafi menggunakan zat radioaktif yang akan dibuang oleh hati ke
dalam saluran empedu. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui
peradangan akut dari kandung empedu (kolesistitis).
6. CT scan bisa memberikan gambaran hati yang sempurna dan terutama
digunakan untuk mencari tumor. Pemeriksaan ini bisa menemukan kelainan
yang difus (tersebar), seperti perlemakan hati (fatty liver) dan jaringan hati
yang menebal secara abnormal (hemokromatosis). Tetapi karena
menggunakan sinar X dan biayanya mahal, pemeriksaan ini tidak banyak
digunakan.
7. MRI memberikan gambaran yang sempurna, mirip dengan CT scan.
Pemeriksaan ini lebih mahal dari CT scan, membutuhkan waktu lebih lama
dan penderita harus berbaring dalam ruangan yang sempit, menyebabkan
beberapa penderita mengalami klaustrofobia (takut akan tempat sempit).
7

8. Kolangiopankreatografi endoskopik retrograd merupakan suatu


pemeriksaan dimana suatu endoskopi dimasukkan ke dalam mulut, melewati
lambung dan usus dua belas jari, menuju ke saluran empedu. Suatu zat
radiopak kemudian disuntikkan ke dalam saluran empedu dan diambil foto
rontgen dari saluran empedu. Pemeriksaan ini menyebabkan peradangan
pada pankreas (pankreatitis) pada 3-5% penderita.
9. Kolangiografi transhepatik perkutaneus menggunakan jarum panjang yang
dimasukkan melalui kulit ke dalam hati, kemudian disuntikkan zat radiopak ke
dalam salah satu dari saluran empedu. Bisa digunakan USG untuk menuntun
masuknya jarum. Rontgen secara jelas menunjukkan saluran empedu,
terutama penyumbatan di dalam hati.
10. Kolangiografi operatif menggunakan zat radiopak yang bisa dilihat pada
rontgen. Selama suatu pembedahan, zat tersebut disuntikkan secara
langsung kedalam saluran empedu. Foto rontgen akan menunjukkan
gambaran yang jelas dari saluran empedu.
11. Foto rontgen sederhana sering bisa menunjukkan suatu batu empedu yang
berkapur.
BIOPSI HATI
Suatu contoh jaringan hati bisa diambil selama pembedahan eksplorasi, tetapi lebih
sering diperoleh melalui sebuah jarum yang dimasukkan lewat kulit menuju ke hati.
Sebelum dilakukan prosedur ini, diberikan bius lokal kepada penderita. Skening
ultrasonik atau CT bisa digunakan untuk menentukan lokasi daerah yang abnormal,
darimana contoh jaringan hati diambil. Biasanya penderita yang menjalani prosedur
ini tidak perlu menjalani rawat nap.
Setelah diperoleh contoh jaringan, penderita dianjurkan untuk tidak segera
meninggalkan rumah sakit (minimal selama 3-4 jam), karena prosedur ini memiliki
resiko terjadinya komplikasi:
- Hati bisa mengalami robekan dan bisa terjadi perdarahan ke dalam perut
- Empedu bisa mengalami kebocoran ke dalam perut, menyebabkan peradangan
selaput perut (peritonitis).
Pada sekitar 2% penderita, komplikasi ini bisa menyebabkan masalah yang serius
dan 1 dari 10.000 orang, meninggal setelah menjalani prosedur ini. Setelah biopsi
hati sering timbul nyeri ringan di perut kanan bagian atas, yang kadang menjalar ke
bahu kanan, dan biasanya akan menghilang setelah pemberian analgesik (obat
pereda nyeri).
Pada biopsi hati transvenosa, sebuah kateter dimasukkan kedalam suatu vena leher,
menuju ke jantung dan ditempatkan ke dalam vena hepatik yang berasal dari hati.
Jarum kateter kemudian dimasukkan melalui dinding vena kedalam hati.
Dibandingkan dengan biopsi hati perkutaneus, tehnik ini tidak terlalu mencederai
hati, dan bahkan bisa digunakan pada seseorang yang mudah mengalami
perdarahan.
8

TES FUNGSI HATI


Pemeriksaan fungsi hati dilakukan terhadap contoh darah. Sebagian besar
pemeriksaan bertujuan untuk mengukur kadar enzim atau bahan-bahan lainnya
dalam darah, sebagai cara untuk mendiagnosis kelainan di hati.

B. PENCITRAAN RADIOGRAFI

Pada pemeriksaan Radiografi perlu diperhatikan beberapa hal seperti tujuan


pemeriksaan, aspek Indikasi pemeriksaan, kontra indikasi pemeriksaan, Persiapan
alat, dan prosedur pemeriksaan.
1). PERIKSAAN KELENJAR SALIVA (SIALOGRAFI)

PENGERTIAN
Sialografi adalah suatu pemeriksaan radiografi pada bagian kelenjar ludah
beserta salurannya dengan menggunakan sinar-x dan bantuan media kontras positif
untuk menegakkan diagnosa. Struktur kelenjar : bagian asinus yang memproduksi
kelenjar, ductuli kelenjar, dan canalis ekcretorius.
Kelenjar ludah / saliva ada 3 :
1. Kelenjar parotis dengan salurannya, dengan canalis ekskretorius `stensen`
2. Kelenjar sub mandibula / sub maxilla, dengan canalis ekskretorius `Wharton`
3. Kelenjar sub lingual, dengan canalis ekskretorius `bartholn`
INDIKASI :
Calculi
Fistel Pada saluran
Divertikel
Kista
Peradangan / infeksi
Stenosis

KONTRA INDIKASI
Inflamasi ductus dan alergi media kontras.
10

PERSIAPAN ALAT
Spuit 2-5 cc
Kateter dan canula sialografi (bila tidak ada menggunacan abocat)
Alkohol
Bengkok
Media kontras positif (water soluble)
Kortison, antihistamin
Pastiles / permen asam
Plester
PROSEDUR PEMERIKSAAN
1. Pasien supine dan buat foto pre liminary AP/Lat
2. Pasien diberi pastiles untuk merangsang air liur keluar
3. Melalui orificium keluarnya air liur dimasukkan jarum sialografi dihubungkan
dengan canula dan diplester
4. Ujung canula dihubungkan dengan spuit berisi kontras
5. Kontras disuntikkan dan difoto beberapa posisi
6. Setelah pemotretan pasien diberi minm asam supaya semua kontras
terangsang keluar.

POSISI PEMOTRETAN
AP Tangensial (Untuk melihat kelenjar parotid), Posisi Pasien : Supine/duduk
Posisi Obyek
Kelenjar parotid ditempelkan pada tengah kaset.
Kepala ditempatkan pada posisi AP.
Kepala dimiringkan pada sisi yang diperiksa.
Kelenjar parotid tegak lurus pada pertengahan film.
Ramus mandibula sejajar film dan occipital rapat pada film.
Kaset 18 x 24 cm.
Central Ray
Tegak lurus terhadap kaset
Central Point
Pada ramus bagian luar
FFD
90-100 cm
Kriteria Radiograf
Terlihat jaringan lunak.
Kelenjar parotid terlihat pada posisi lateral.
Terlihat ductus stensens.
11

Mastoid overlapping dengan batas atas dari kelenjar parotid.


Lateral Eisler (Untuk melihat kelenjar parotid dan submaxilaris)
Posisi Pasien
Semiprone/berdiri
Posisi Obyek (Untuk melihat kelenjar parotid)
Kepala berada pada posisi lateral.
Pertengahan film 1 inchi di atas angulus mandibula.
MSP dirotasikan kedepan 150 dari posisi lateral.
Kaset 18 x 24 cm

Central Ray
Tegak lurus terhadap kaset
Central Point
Pada angulus sebelah luar
FFD
90-100 cm
Kriteria Radiograf
Tampak kelenjar parotid superposisi di atas ramus mandibula.
Ramus mandibula terlihat tidak overlapping dengan vertebrae cervicalis.

12

Posisi Obyek (Untuk kelenjar sub maksilaris)


Kepala true lateral di atas kaset.
Margo inferior dari angulus mandibula pada pertengahan kaset.
Kaset 18 x 24 cm
Central Ray
Tegak lurus pada kaset
Central Point
Pada angulus mandibula sebelah luar
FFD
90-100 cm
Kriteria Radiograf
Tampak kedua ramus dan angulus mandibula superposisi.
Kelenjar submaksilaris berada pada ramus dan angulus yang superposisi tersebut.
Submentovertex (Untuk melihat kelenjar submaksilaris dan sublingual)
Poisi Pasien
Supine/submentovertikel
Posisi Obyek
Kepala ekstensi penuh dan vertex rapat pada kaset.
Film diberi marker L/R dan diplester.
Kaset dipasang melintang.
Ujung film pada mulut rapat pada margo anterior dari ramus mandibula.
Kaset 18 x 24 cm

13

Central Ray
Tegak lurus terhadap kaset
Central Point
Menuju langsung ke perpotongan MSP dengan coronal plain melalui molar
Kriteria Radiograf
Terlihat soft tissue dari dasar mulut.
Terlihat kelenjar sublingual dan duktusnya.
Terlihat kelenjar submaksilaris pada bagian anteromedial.

Proyeksi Lateral Oblique


Posisi Pasien
Semiprone/oblique
Posisi Obyek
Kepala ditempatkan pada kaset, daerah corpus mandibula berada ditengah kaset.
Kepala ditengadahkan supaya kelenjar parotis rapat pada film.
Kaset 18 x 24 cm
Central Ray
250 cephalad
14

Central Point
Di bawah angulus mandibula sebelah luar/pada sisi yang dekat
FFD
90-100 cm
Kriteria Radiograf
Tampak duktus dan kelenjar parotis overlapping dengan ramus mandibula dan
columna vertebrae cervical.

15

2). PEMERIKSAAN ESOFAGUS /KERONGKONGAN

Pengertian :
Esofagografi adalah pemeriksaan radiografi pada lumen esophagus /
kerongkongan.dengan media kontras positif untuk melihat kondisi lumen, mukosa
dan melihat factor gangguan menelan dan proses menelan serta fungsi pasase
makanan sampai lambung.
Indikasi :
Disfagia sakit menelan, gangguan proses menelan.
Divertikel zenker
Hematemesis (varises kerongkongan)
Susah menelan, tumor, fibrosis
Rasa penuh di kerongkongan
Kontra indikasi :
Sakit menelan yang sangat
Panas badan.
Tersedak yang hebat
Persiapan alat :
1. Disiapkan kontras positif biasanya barium atau non ionic soluble (untuk
pasien anak / kesulitan menelan / tersedak)
2. Tisue, bengkok.
Prosedur pemeriksaan :
1. Pasien supine (semierect) dan buat foto pre liminary AP.
2. Kepada pasien diinformasikan proses pemeriksaan (koordinasi/koperatif)
3. Mulut pasien akan diberi kontras, belum ditelan, dan anati akan diberi aba
aba kapan menelan, untuk diambil foto)
4. Posisi ekspose bisa oblik, lateral,atau AP
5. Tehnik fluoroskopi membantu dokter memastikan proses menelan dan
kemungkinan letak gangguan menelan, atau lesi yg bisa tampak.
6. Dicermati apakah terjadi refluks gastro-esofageal.
3). PEMERIKSAAN OMD (OESOPHAGUS-MAAG-DUODENOGRAFI)
PENGERTIAN
Oesophagus Maag Duodenum adalah suatu pemeriksaan radiografi pada
bagian lambung dengan menggunakan sinar-x dan bantuan media kontras positif
untuk menegakkan diagnosa. Biasanya satu paket pemeriksaan dengan
oesophagus dan duodenum.
BODY HABITUS
Tipe dari body habitus memberikan efek yang sangat besar terhadap lokasi
organ pencernaan pada rongga abdomen. Untuk keakuratan dan konsistensi posisi
dari organ pencernaan perlu diketahui karakteristik dan klasifikasi dari body habitus.
Ada 4 tipe habitus body dan biasanya berkorelasi dengan bentuk lambung; yaitu :
hypersthenic, sthenic, hyposthenic dan asthenic.

16

INDIKASI :
1. Gastritis (Radang gaster baik akut maupun kronik)
2. Mual, muntah yang belum diketahui sebabnya
3. Divertikela (Penonjolan keluar dari maag yang membentuk kantung dan
banyak terjadi pada fundus)
4. Divertikula (Penonjolan keluar dari maag yang membentuk kantung dan
banyak terjadi pada fundus)
5. Hematemesis (Perdarahan), atau melena yang tersembunyi.
6. Neoplasma (Tumor atau kanker ).
7. Hernia hiatal hingga sebagian lambung tertarik keatas diafragma karena
esophagus yang pendek.
8. Stenosis pylorus (Penutupan atau penyempitan dari lumen pylorus).
9. Bezoat / Undigested material (biasanya berupa rambut, serat sayuran atau
bahan kayu).
10. Ulcers (Erosi dari mukosa dinding lambung karena cairan gaster, diet, rokok,
dan bakteri).
11. Ulcer/ulkus/tukak (Luka terbuka pada permukaan selaput lender lambung).
12. perforasi
13. Regurgitasi
KONTRA INDIKASI :
1. Persangkaan perforasi tidak boleh menggunakan BaSO4 tetapi
menggunakan water soluble kontras (urografin, iopamiro).
2. Febris
3. Perdarahan massif yang sedang berlangsung.
4. Diarhe berat
5. Sakit perut berat
6. Obstruksi usus besar.
PERSIAPAN PASIEN :
Tanyakan riwayat alergi terhadap iodium maupunbarium.
Tanyakan riwayat alergi terhadap iodium maupun barium.
Tanyakan apakah pasien mengkonsumsi obat-obatan saat ini.
Apabila pasien wanita dalam usia produktif, tanyakan apakah pasien
sedang hamil atau tidak.
Pasien diberi penjelasan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan
(kooperatif).
17

Dua hari sebelum pemeriksaan, pasien makan makanan yang


lunak/rendah serat, misalnya bubur kecap untuk mencegah pembentukan
gas akibat fermentasi.
12 jam sebelum pemeriksaan pasien minum obat pencahar agar colon
bebas dari fecal material dan udara.
Lambung harus dalam kondisi kosong dari makanan dan air, pasien puasa
6-8 jam sebelum pemeriksaan.
Selanjutnya pasien puasa sehingga pemeriksaan selesai dilakukan.
Pasien tidak diperbolehkan mengkonsumsi obat- obatan yang
mengandung substansi radioopaque seperti steroid, pil kontrasepsi, dan
lain-lain.
Selama puasa pasien dinjurkan untuk tidak merokok dan banyak bicara
untuk meminimalisasi udara dalam usus.
Melepaskan benda-benda logam yang dapat mengganggu gambaran
pemeriksaan.
Penandatanganan Informed Consent. Petugas harus hati-hati dan selalu
memastikan pasien telah diberikan penjelasan dan menandatangani
informed consent.

PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN :


Pesawat x-ray dan fluoroskopi.
Baju pasien
Gonad shield
Apron
Sarung tangan Pb.
Kaset dan film ukuran 30 x 40 cm2.
Bengkok.
Lysolm/grid.
X-ray marker.
Tissue/Kertas pembersih.
Media kontras positif = BaSO4 : air hangat (1 : 4).
Media kontras negatif (tablet efferfecent, natrium sulfas, sprite,dan lainlain)
Obat emergency seperti dexametason, delladryl, dan lain-lain.
Sendok/straw (pipet) dan gelas.
PROSEDUR PEMERIKSAAN :
A. SINGLE KONTRAS :
Penjelasan pada pasien tentang prosedur foto polos abdomen.
Dilakukan persiapan pemeriksaan
Dibuat foto polos abdomen/dilakukan fluoroskopi hepar, dada, dan
abdomen.
Pasien diberi media kontras 1 gelas.
Jika memungkinkan pasien dalam posisi berdiri, jika pasien recumbent
pasien minum dengan sedotan.
18

Pasien diinstruksikan minum 2 3 teguk media kontras, dilakukan


manipulasi agar seluruh mukosa terlapisi diikuti fluoroskopi atau dibuat
foto yang diperlukan.
Setelah melihat rugae pasien minum sisa barium untuk melihat pengisian
penuh dari duodenum.
Dengan teknik fluoroskopi pasien dirotasi dan meja dapat disudutkan
sehingga seluruh aspek oesophagus, lambung dan duodenum terlihat.

B. DOUBLE KONTRAS :
Setelah minum media kontras positif, pasien diberi pil, bubuk carbonat dan
sebagainya untuk menghasilkan efek gas (teknik lama, sisi sedotan
dilubangi sehingga pada saat minum media kontras sekaligus udara
masuk ke lambung).
Pasien diposisikan recumbent dan diinstruksikan untuk bergulingguling 4
5 putaran sehingga seluruh mukosa terlapisi.
Dapat diberikan glucagon atau obat lain untuk mengurangi kontraksi
lambung (lambung tidak relax).
Dilakukan pengambilan foto dengan proyeksi sesuai yang diinginkan sama
pada teknik single kontras.
Bila menggunakan fluoroskopi diambil spot foto pada daerah daerah
yang diinginkan.
C. Pemeriksaan Usus Halus dengan Media Kontras
Pemeriksaan usus halus dapat dilaksanakan sebagai lanjutan pemeriksaan
lambung atau dimintakan sendiri.Dalam hal terakhir dapat dilaksanakan dengan
memasukkan selang karet atau plastik sampai lewat pilorus dan baru kemudian
dimasukkan suspensi barium sulfat.Pada umumnya dilakukan dengan kontras
tunggal saja,karena membuat pemeriksaan dengan kontras ganda(DC) sulit bila
diinginkan gambaran kontras ganda (DC) untuk kseluruhan usus halus.
Pemeriksaan usus halus dikenal dengan follow through, yaitu sebagai pemeriksaan
yang terus dilanjutkan setelah pemeriksaan lambung.
Berbagai cara untuk mengerjakan pemeriksaan follow through, salah satunya
pasien diminta minum dua gelas penuh kontras barium sulfat (sama dengan yang
dipakai untuk pemeriksaan lambung) sekaligus berturut-turut. Cara lain ialah
meminta pasien minum sebagian dengan interval beberapa saat (menit) sampai
akhirnya habis dua gelas itu. Dengan fluoroskopi sewaktu-waktu kemudian diikuti
pasase barium sulfat dan dibutlah foto ikhtisar dari usus yang telah terisi kontras.
Pemeriksaan berakhir bila ileum terminal telah dilewati dan kolon asendens mulai
terisi.

Teknik Radiografi pada Pemeriksaan OMD


19

(oesofagus-Maag-Duodenum)
TEKNIK PEMBUATAN RADIOGRAF
Dengan Fluoroskopi
Pasien disuruh berguling diikuti dengan fluoroskopi dilihat hingga BaSO4 melumuri
seluruh permukaan lambung.
Buat spot foto lambung posisi RAO, lateral kanan, PA, dan LPO.
Spot foto dibuat sesuai dengan kelainan/posisi yang diperlukan.
Setelah kontras mengisi lambung dan duodenum dibuat foto up right AP/PA.
Tanpa Fluoroskopi
Tunggu kira kira 5 menit, setelah kontras masuk.
Buat radiograf RAO.
Lihat hasilnya, bila kontras sudah memenuhi lambung, dibuat proyeksi lateral
kanan dan PA
LPO untuk melihat duodenum.
Bila munkin dibuat up right AP atau PA.
PROYEKSI PEMOTRETAN
PA Oblique (RAO), Posisi Pasien, Recumbent/prone
Posisi Obyek
Abdomen diatur sehingga abdomen membentuk sudut 400 700 dengan tepi
depan MSP.
Lengan tangan sebelah kiri flexi ke depan.
Knee joint flexi.

Central Ray
Tegak lurus terhadap kaset.
Central Point
20

Daerah bulbus duodeni


Stenik : 1-2 inchi dari lumbal ke-2.
Asthenic : 2-5 inchi di bawah lumbal ke-2.
Hiperstenic : 2-5 inchi di atas lumbal ke-2.
FFD
100 cm
Ekspose : ekspirasi dan tahan nafas.

Kriteria Gambar
Struktur ditampakkan adalah daerah lambung dan lengkung duodenum
membentuk huruf C.
Tampak bagian bagian dari lambung bebas superposisi.
Dapat menampakkan daerah yang mempunyai indikasi/kelainan.
Tidak tampak kekaburan dan pergerakan.
Right lateral
Berfungsi memperlihatkan proses pada daerah retrogastric seperti divertikel, tumor,
ulkus gastric, trauma pada perut dan batas belakang lambung.
Posisi Pasien
Pasien miring arah kanan.
Posisi Obyek
Bahu dan daerah costae dalam posisi lateral.
Batas atas kaset pada prosesus xiphoideus (Thorakal 9-10).
Batas bawah kaset krista iliaka.
Atur kaki dan dan tangan mengikuti kemiringan pasien.

Central Ray
Tegak lurus terhadap kaset.
21

Central Point
Bulbus duodenum pada Lumbal ke-1.
Stenik : 1-1,5 cm ke depan dari mid coronal plane.
Astenic : 2 inchi di bawah Lumbal ke-1.
Hiperstenic : 2 inchi di atas Lumbal ke-1.
FFD
100 cm
Expose : ekspirasi dan tahan nafas.
Kriteria Gambar
Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum tercover celah retrogastric,
pylorus dan lengkung duodenum akan terlihat jelas khususnya pada tipe hiperstenic.
Lengkung duodenum terletak pada sekitar Lumbal ke-1.
Dapat memperlihatkan anatomi dan kelainan yang ada.
PA
Berfungsi untuk memperlihatkan polip, divertikul, gastritis, pada badab dab pylorus
lambung.
Posisi Pasien
Berdiri/prone
Posisi Obyek
MSP pada pertengahan meja/kaset.
Batas atas kaset pada prosesus xiphoideus (Thorakal 9-10).
Batas bawah kaset SIAS diyakinkan tidak ada rotasi abdomen.

Central Ray
Tegak lurus terhadap kaset.
Central Point
Pada pylorus dan bulbus duodeni.
Stenik : 1-2 inchi dibawah Lumbal ke-2 menuju lateral batas costae dan 1 inchi
kekiri dari columna vertebrae.
Astenik : 2 inchi dibawah Lumbal ke-2.
22

Hiperstenik : 2 inchi di atas level duodenum.


FFD
100 cm
Expose : ekspirasi dan tahan nafas.

Kriteria Gambar
Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum.
Korpus dan pylorus tercover.
Struktur gambar dapat menampakkan jaringan dari lambung dan duodenum.
Tampak struktur anatomis sesuai dengan kelainan dan patologi yang ada.
AP Oblique(LPO)
Berfungsi bila digunakan double kontras akan dapat memperlihatkan dengan jelas
batas antara udara dengan dinding pylorus dan bulbus sehingga jelas untuk gastritis
dan ulkus.
Posisi Pasien
Pasien recumbent punggung menempel kaset.
Posisi Obyek
Dari posisi supine dirotasikan 300 600 dengan bagian kiri menempel meja
tungkai difleksikan untuk menopang
Batas atas kaset pada prosesus xiphoideus (Thorakal 9-10).
Batas bawah kaset krista iliaka.

23

Central Ray
Tegak lurus terhadap kaset.
Central Point
Pertengahan krista iliaka.
Stenik : Lumbal ke-1
Astenik : 2 inchi dibawah Lumbal ke-1 mendekat mid line
Hiperstenik : 2 Inchi diatas Lumbal ke-1
FFD
100 cm
Expose : ekspirasi dan tahan nafas.

Kriteria Gambar
Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum.
Bulbus duodenum tanpa superposisi dengan pylorus.
Fundus tampak tertempeli BaSO4.
Pada double kontras tampak batas body dan pylorus dengan batas udara.
Tidak ada pergerakan dan kekaburan gambaran lambung dan duodenum.

24

Usus Halus (follow through)


Proyeksi AP/PA (supine), erect, trendelendberg
Persiapan Alat dan Bahan
Pesawat X-Ray + Fluoroscopy
Baju Pasien
Gonad Shield
Kaset + film ukuran 30 x 40 cm
Grid
X-Ray marker
Tissue / Kertas pembersih
Bahan kontras Barium Sulfat
Air Masak
Sendok / Straw ( pipet )
Persiapan Pasien
Mengubah pola makan penderita .Pasien hendaknya makan makanan yang
rendah serat serat dan rendah lemak.
Pasien diwajibkan puasa 2 hari sebelum pemeriksaan.
Minum sebanyak-banyaknya.
Pemberian Pencahar,berikan Pasien garam inggris. Ini bertujuan untuk
membersihkan usus sehingga usus kosong.
Beritahu juga pasien untuk tidak merokok dan banyak bicara
Tidak ada rotasi pada pelvis.
Tangan letakkan di samping tubuh.
Central Point : Lumbal ke-2 untuk pengambilan menit ke 30
Krista Illiaka untuk pengambilan foto terakhir
Central Ray : Vertikal/Tegak lurus terhadap kaset
FFD : 40 inchi/ 100 cm
Kaset : 30 X 40 (Dengan Grid)
Eksposi dilakukan pada saat pasien ekspirasi

Pada saat pengambilan foto dilakukan 3 kali pengambilan yaitu :


1. Pada menit ke-15 setelah minum Barium
2. Pada menit ke-30 setelah minum Barium
25

3. Pada menit ke-60 setelah minum Barium

Struktur yang Ditampakkan


Pada proyeksi PA atau PA menunjukkan usus halus makin terisi Barium hingga klep
Illiocecal. Ketika Barium sudah mencapai daerah illiocecal, Fluoroskopi boleh
dilakukan dan dipersingkat untuk mendapatka gambar. Pemeriksaan biasanya
selesai ketika Barium tampak pada daerah cecum, diperkirakan dalam waktu 2 jam
untuk pasien dengan kondisi usus normal
Kriteria Gambar
1. Seluruh Usus halus tampak pada gambar
2. Gambar pertama menampakkan stomach
3. Tampak marker waktu
4. Tulang belakang terlihat pada gambar
5. Tidak ada rotasi pada pasien
6. Teknik eksposi dapat menunjukkan anatomi
7. Pemeriksaan selesai ketika Barium memasuki daerah Caecum

26

4). PEMERIKSAAN COLON = COLON IN LOOP


PENGERTIAN :
Pemeriksaan secara radiologi pada usus besar dengan menggunakan media
kontras baik positif maupun negative atau keduanya yang disebut kontras ganda
(Double Contras)
TUJUAN
Untuk mempelajari bentuk dan fungsi dari usus besar serta mendeteksi
adanya kelainan intra lumen.
INDIKASI PEMERIKSAAN
INDIKASI UMUM
Diarhe kronis
Hematoschezia
Obstipasi kronis
Perubahan pola defekasi, gangguan proses BAB
Nyeri abdomen dengan tidak jelas penyebabnya.
INDIKASI MENURUT KLINIS
Kolitis
Kolitis Ulkus
Divertikulum
Tumor Kolon
Tumor intraabdomen di luar kolon
Kelainan kongeniktal : Megacolon, ec : Hirschprung
Invaginasi
Volvulus
Polip
KONTRA INDIKASI :
Perdarahan intestinal massif
Perforasi usus
Diarrhea perfuse
PERSIAPAN PASIEN
PASIEN DENGAN OBSTIPASI KRONIS
Minimal dua atau 3 hari sebelum pemeriksaan; makan yang mudah dicerna,
lunak, tidak mengandung serat dan lemak. Minum banyak, diberi laksan dan
dipuasakan. atau ;
Sehari sebelum pemeriksaan dianjurkan untuk makan bubur bayi, pakai
kecap, dan setelah makan malam terakhir akan diharuskan minum garam Inggris
30g yang dilarutkan dalam 100cc air matang yang boleh ditambahkan gula.
Dianjurkan mengurangi berbicara. Boleh minum cukup banyak supaya proses
defekasi lancar. Selanjutnya mengikuti pemeriksaan dengan petunjuk petugas.
Untuk anak2 dan bayi mohon petunjuk dokter. Atau ;
48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak rendah serat
27

18 jam sebelum pemeriksaan ( jam 3 sore ) minum tablet dulcolax


4 jam sebelum pemeriksaan ( jam 5 pagi ) pasien diberi dulkolak kapsul per anus
selanjutnya dilavemen, seterusnya puasa sampai pemeriksaan.
30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25 1 mg / oral untuk
mengurangi pembentukan lendir
15 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi suntikan buscopan untuk mengurangi
peristaltik usus.
TANPA RIWAYAT OBSTIPASI
Minimal satu hari sebelum pemeriksaan makan yang mudah dicerna,
lunak, tidak mengandung serat dan lemak, minum banyak.
Diberikan laksan 8-12 jam sebelum pemeriksaan
Puasa makan kira-kira 8 jam.
CATATAN :
Pasien dengan riwayat diare tidak diberi laksan.

Persiapan Pemeriksaan
Persiapan Pasien
48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak rendah serat
18 jam sebelum pemeriksaan ( jam 3 sore ) minum tablet dulcolax
4 jam sebelum pemeriksaan ( jam 5 pagi ) pasien diberi dulkolak kapsul per anus
selanjutnya dilavement
Seterusnya puasa sampai pemeriksaan
30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25 1 mg / oral untuk
mengurangi pembentukan lendir
28

15 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi suntikan buscopan untuk mengurangi


peristaltic usus.
Persiapan Alat
Pesawat sinar x yang dilengkapi fluoroscopy
Kaset dan film sesuai kebutuhan
Marker
Standart irigator dan irigator set lengkap dengan kanula dan rectal tube
Sarung tangan
Penjepit atau klem
Spuit
Kain pembersih
Apron
Tempat mengaduk media kontras
Kantong barium disposible

Persiapan Bahan
Media kontras BaSO4 = 70 80 % W/V ( Weight / Volume ), banyaknya
sesuai panjang pendeknya kolon kurang lebih 600 800 ml dengan
perbandingan 1: 8
Air hangat
Vaselin atau jelly
Teknik Pemasukan Media Kontras
Metode Kontras Tunggal
Pemeriksaan hanya menggunakan BaSO4 sebagai media kontras.
Kontras dimasukkan ke kolon sigmoid, desenden, transversum, ascenden
sampai daerah seikum.
Dilakukan pemotretan full fillng
Evakuasi, dibuat foto post evakuasi
Metode Kontras Ganda
Kontras Ganda Satu Tingkat
Kolon diisi BaSO4 sebagian selanjutnya ditiupkan udara untuk mendorong
barium melapisi kolon
Selanjutnya dibuat foto full filling
Kontras Ganda Dua Tingkat
29

Tahap pengisian
Kolon diisi BaSO4 sampai kira 2 fleksura lienalis atau pertengahan kolon
transversum
Pasien disuruh merubah posisi agar barium masuk ke seluruh kolon
Tahap pelapisan
Menunggu 1 2 menit supaya barium melapisi mukosa kolon
Tahap pengosongan
Pasien disuruh BAB
Tahap pengembangan
Dipompakan udara ke dalam kolon = 1800 2000 ml, tidak boleh berlebihan
karena akan timbul komplikasi : reflex fagal ( wajah pucat, bradikardi, keringat
dingin dan pusing )
Tahap pemotretan
Pemotretan dilakukan apabila yakin seluruh kolon mengembang semua
Posisi pemotretan tergantung dari bentuk dan kelainan serta lokasinya.
Proyeksi PA, PA oblig & lateral ( rectum )
Proyeksi AP, AP oblig ( kolon transversum termasuk fleksura)
Proyeksi PA, PA oblig pasien berdiri ( fleksura lienalis dan hepatica)
7. Radiographic Positioning
PA / AP
RAO
LAO
LPO / RPO
LATERAL RECTUM
RLD
LLD
PA POST EVACUATION
AP AXIAL / AP AXIAL OBLIQUE ( LPO ) ( BUTTERFLY )
PA AXIAL / PA AXIAL OBLIQUE ( RAO ) ( BUTTERFLY )
10 Posisi Menurut "Miller"
Posisi AP untuk melihat fleksura lienalis dan hepatica
Posisi lateral untuk melihat rectum
Posisi AP dg penyudutan 15 25 derajat chepalad untuk melihat rectum
RPO dg penyudutan 15 25 untuk melihat fleksura lienalis
Right Lateral untuk melihat rectum
Prone untuk melihat fleksura lienalis dan fleksura hepatica
PA dengan penyudutan 15 25 derajat untuk melihat rectum
LPO dengan sudut 15 25 derajat untuk melihat fleksura hepatica
AP dengan oblique 2 3 derajat untuk melihat daerah ileosaekal
AP dg sinar horizontal untuk melihat fleksura lienalis dan hepatica.
8. Proyeksi Pemotretan
Proyeksi AP
Posisi Pasien : supine diatas meja pemeriksaan, MSP tubuh tegak lurus meja,
kedua tangan disamping tubuh dan kaki lurus
Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas atas : Proc. Xypoideus, Batas
Bawah: Simp.pubis
CP : MSP setinggi Krista iliaka
CR : vertical tegak lurus kaset
Kriteria Radiograf : seluruh kolon termasuk fleksura hepatica
Proyeksi PA
30

PP : tidur tengkurap diatas meja pemeriksaan dgn MSP tubuh tegak lurus
meja, kedua tangan disamping tubuh & kaki lurus
PO : obyek diatur diatas meja, Batas Atas : Proc. Xypoideus, Batas Bawah:
Simp.pubis
CP : pada MSP setinggi kedua Krista iliaka
CR : vertical tegak lurus kaset
Kriteria Radiograf : seluruh kolon, termasuk fleksura dan rectum

Proyeksi RPO
Posisi Pasien : supine diatas meja pemeriksaan, tubuh dirotasikan ke kanan
35-45 derajat terhadap meja, tangan kanan untuk bantal, tangan kiri menyilang
didepan tubuh dan kaki kanan lurus, kaki kiri ditekuk untuk fiksasi
Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas atas : Proc. Xypoideus, Batas Bawah:
Simp.pubis
CP : 1 2 inchi ke kiri dari titik tengah kedua Krista iliaka
CR : vertical tegak lurus kaset
31

Kriteria Radiograf : seluruh kolon, fleksura lienalis sedikit superposisi disbanding PA,
colon descenden
Proyeksi RAO
Posisi Pasien : tidur tengkurap diatas meja pemeriksaan, tubuh dirotasikan 35 45
derajat terhadap meja, tangan kanan lurus disamping tubuh, tangan kiri didepan
kepala dan kaki kanan lurus, kaki kiri ditekuk
Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas Atas : Proc. Xypoideus, Batas Bawah:
Simp.pubis
CP : 1 2 inchi ke kiri dari titik tengah kedua Krista iliaka
CR : vertical tegak lurus kaset
Kriteria Radiograf : seluruh kolon, fleksura hepatica sedikit superposisi disbanding
PA, colon ascenden, sigmoid dan sekum

Proyeksi LAO
Posisi Pasien : tidur tengkurap diatas meja pemeriksaan, tubuh dirotasikan ke
kiri 35 45 derajat terhadap meja, tangan kiri lurus disamping tubuh, tangan kanan
didepan kepala dan kaki kiri lurus, kaki kanan ditekuk
Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas atas : Proc. Xypoideus, Batas bawah:
Simp.pubis
CP : 1 2 inchi ke kanan dari titik tengah kedua Krista iliaka
CR : vertical tegak lurus kaset
32

Kriteria Radiograf : seluruh kolon, fleksura lienalis sedikit superposisi dibanding PA,
colon ascenden

Proyeksi Lateral
Posisi Pasien : tidur miring dgn MSP sejajar kaset, genu sedikit fleksi untuk
fiksasi
Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas atas : Proc. Xypoideus, Batas Bawah:
Simp.pubis
CP : MSP setinggi SIAS
CR : vertical tegak lurus kaset
Kriteria Radiograf : daerah rectum dan sigmoid tampak jelas, rekto sigmoid pada
pertengahan radiograf

33

Proyeksi LPO
Posisi Pasien : supine diatas meja pemeriksaan, tubuh dirotasikan ke kiri 3545 derajat terhadap meja, tangan kiri untuk bantalan, tangan kanan menyilang
didepan tubuh dan kaki kiri lurus, kaki kanan ditekuk untuk fiksasi
Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas atas : Proc. Xypoideus, Bats bawah:
Simp.pubis
CP : 1 2 inchi ke kanan dari titik tengah kedua Krista iliaka
CR : vertical tegak lurus kaset
Kriteria Radiograf : daerah sigmoid, rektosigmoid fleksura hepatica sedikit
superposisi disbanding PA, colon ascenden, seikum.

34

35

5). Appendicorafi :
Appendicogram adalah pemeriksaan untuk mendeteksi adanya gangguan
pada appendiks (umbai cacing), seperti adanya penyakit usus buntu (appedicitis).
Panduan bagi pasien. Sekitar 10 - 12 jam sebelum pemeriksaan, minum
barium 100 - 250 gr yang dilarutkan dengan 200 cc air hangat (beli Barium Sulfat
yang telah diresepkan dokter). Minumnya boleh ditambahkan sirup. Tidak boleh BAB
dahulu sampai pagi, kemudian datang ke bagian Radiologi untuk difofo.

36

6). PEMERIKSAAN PLAIN FOTO ABDOMEN :

Plain AP,
Plain AP dan LLD (abdomen 2 posisi),
Plain, LLD dan semierect/erect ( Abdomen 3 posisi)

Melihat :
Fluid level (step ladder), fluid level memanjang
Udara usus yang `floating`
Air free (sub diafragma, semilunated shadow), udara bebas discrete
(perforasi, fistulasi, air from bacteriae)
Coiled spring appearance
Ground glass appearance
Penebalan dinding intestinal, udara dinding usus (cresentic shadow)
Pre peritoneal lusensi
Increased diffused Hazzines in pelvic
Udara intestinal pada anak bisa normal, dan tidak tampak pada orang
dewasa, pada rang dewasa mungkin informasi sebuah gejala.
Meteorimus pada anak bisa saja biasa (menangis), kelainan lain bisa
berupa gambaran `one bubble, atau double bubble`, karena atresia, web
across, fibrous band, volvulus`
Gambaran udara intestinal dalam cav.thoraxic bisa saja suatu herniasi.
Udara dalam lambung bisa saja normal.
Udara rectum kadang menjadi informasi yang membantu diagnosis ; kalau
tidak tampak bisa saja informasi adanya obstruksi.
Foto radiografi perut yang baik bisa memperlihatkan psoas line dan
memberikan informasi apakah ada masalah, kabur dan tampak densitas
yang abnormal.(hematoma, masa abdomen, abses)
Tumor like appearance (bisa jadi gambaran dari strangulasi usus) di pelvis
Udara colon yang sangat prominen pada anak bisa saja gamb.dari
megacolon
Large ballon shape (U Point) bisa jadi gamb dari volvulus sigmoid
Gamb.abnormal lainnya bisa jadi :
Gastrointestinal malrotation (situs inversus)
Herniation
Hepatodiaphragmatic interposition
Displacement.

37

Ultrasonografi
USG atau ultrasonografi adalah suatu pemeriksaan / tes menggunakan
gelombang suara untuk melihat bagian-bagian tubuh.
Anda tidak akan mendengar suaranya, tapi gambar akan muncul di layar. USG
bukan sinar-x dan tidak menimbulkan rasa sakit.
Pemeriksan USG membutuhkan waktu 20 sampai 40 menit.
Saat pemeriksaan pasien supine,oblik, lateral, untuk focus pada organ yg akan
diperiksa.
Gel hangat akan dioleskan sebagai media penghantaran ultrasonixdari probe
yang dimanfaatkanuntuk pemeriksaan.
Untuk foto-foto / scan tertentu, mungkin perlu inspirasi dan menahan napas.
Operator akan memeriksa gambar-gambarnya memastikan apakah informasi
sudah cukup. Pengambilan gambar tambahan mungkin dilakukan jika diperlukan.
Jika akan dilakukan pengambilan gambar untuk bagian tertentu dari tubuh
ada beberapa petunjuk :
Perut : Jangan makan atau minum selama 6 sampai 8 jam sebelum
pemeriksaan.
Pelvis : Anda harus minum 1 liter air agar kandung kemih anda penuh
untuk pemeriksaan ini. Minum air 1 jam sebelum pemeriksaan. Selama
pemeriksaan, gambar akan diambil. Anda akan diminta untuk pergi ke
kamar mandi dan mengosongkan kandung kemih Anda. Beberapa gambar
tambahan kemudian diambil.

38

39

Anda mungkin juga menyukai