PENDAHULUAN
tinggal ataupun per hektar (Gray, 2005). Kesesakan didefinisikan sebagai suatu
konsep psikologis yang menunjuk pada pengalaman subyektif, yang mungkin atau
mungkin tidak secara adekuat berhubungan dengan kepadatan (Veitch & Arkkelin,
1995) dan dipersepsikan oleh individu sebagai suatu keadaan yang tidak
menyenangkan dan aversif (Krahe, 2001). Nashori (1997) mengungkapkan bahwa
kelebihan penduduk menghadirkan berbagai permasalahan, yaitu masalah
kesehatan, masalah perumahan, transportasi, kriminalitas, menurunnya solidaritas
sosial, dan masalah pelayanan sosial. Geen (dikutip oleh Krahe, 2001)
menambahkan bahwa kesesakan dapat meningkatkan kemungkinan kecemasan di
berbagai konteks, seperti dalam kondisi keluarga yang tinggal berdesak-desakan di
rumah yang sempit, lingkungan penjara, dan pelanggaran ruang pribadi.
Telah banyak penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh kepadatan dan
kesesakan terhadap perilaku manusia. Salah satu penelitian tersebut adalah
penelitian yang dilakukan oleh Cholidah. Cholidah (dikutip oleh Latifah &
Suryanto, 2002) meneliti hubungan antara kepadatan dan kesesakan dengan stres
pada remaja di Jakarta. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang
positif antara kepadatan dan kesesakan dengan stres pada remaja Jakarta. Latifah
dan Suryanto (2002) juga melakukan penelitian mengenai kesesakan. Latifah dan
Suryanto melakukan penelitian untuk melihat pengaruh kesesakan terhadap
kecenderungan kecemasan di rumah susun. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa kesesakan berpengaruh terhadap kecenderungan cemas. Namun hal ini
tidak berarti bahwa kesesakan merupakan penyebab tunggal dari kecemasan.
Dampak negatif dari kesesakan menurut Holahan (dalam Hasnida, 2002) diantaranya
berupa: 1) munculnya bermacam-macam penyakit baik fisik maupun psikis, seperti
stress, tekanan darah meningkat dan gangguan jiwa ; 2) munculnya patologi sosial,
seperti kejahatan dan kenakalan remaja ; 3) munculnya tingkah laku sosial yang negatif,
seperti agresi, menarik diri, berkurangnya tingkah laku menolong (prososial), dan
kecenderungan berprasangka ; 4) menurunnya prestasi kerja dan suasana hati yang
cenderung murung. Dalam suasana Crowding orang akan menjadi peka dan mudah
tersinggung, kurang kontrol diri dan menurunnya toleransi terhadap orang lain. Hal ini
mempermudah timbulnya kecemasan.. s
A. CROWDED
1. Definisi
Kesesakan atau crowding merupakan persepsi individu terhadap keterbatasan
ruang, sehingga lebih bersifat psikis (Gilford, 1978; Schmidt dan Keating. 1979;
Stokols dalam Holahan, 1982). Kesesakan terjadi bila mekanisme privasi individu
gagal berfungsi dengan baik karena individu atau kelompok terlalu banyak
berinteraksi dengan yang lain tanpa diinginkan individu tersebut (Altman, 1975).
Menurut Altman (1975), Heimstara dan McFarling (1979) antara kepadatan
dan kesesakan memiliki hubungan yang erat karena kepadatan merupakan salah
satu syarat yang dapat menimbulkan kesesakan. Kepadatan yang tinggi dapat
mengakibatkan kesesakan pada individu (Heimstra dan McFarling, 1978;
Holahan, 1982).
2. Teori Kesesakan
Untuk menerangkan terjadinya kesesakan dapat digunakan tiga model teori, yaitu:
Beban Stimulus dan kendala perilaku (Bell dkk, 1978; Holahan, 1982).
a. Model Beban Stimulus
Kesesakan akan terjadi pada individu yang dikenai terlalu banyak stimulus,
sehingga individu tersebut tak mampu lagi memprosesnya. Stimulus disini
dapat berasal dari kehadiran banyak orang beserta aspek-aspek interaksinya,
maupun kondisi-kondisi fisik dari lingkungan sekitar yang menyebabkan
bertambahnya kepadatan sosial. Berlebihnya informasi dapat terjadi karena
beberapa faktor, seperti:
1) Kondisi lingkungan fisik yang tidak menyenangkan.
2) Jarak antar individu (dalam arti fisik) yang terlalu dekat.
3) Suatu percakapan yang tidak dikehendaki.
4) Terlalu banyak mitra interaksi.
5) Interaksi yang terjadi dirasa lalu dalam atau terlalu lama.
b. Model Kendala Prilaku
Kesesakan terjadi karena adanya kepadatan sedemikian rupa, sehingga
individu merasa terhambat untuk melakukan aktivitas. Hambatan ini
mengakibatkan individu tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkannya.
Terhadap kondisi tersebut, individu akan melakukan psychological reactance,
yaitu suatu bentuk perlawanan terhadap kondisi yang mengancam kebebasan
untuk memiliih.
c. Model Ekologi
pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan
identitas diri dan arti hidup.. Namun cemas yang berlebihan akan menghambat
fungsi seseorang dalam kehidupannya.
2. Gejala-gejala Kecemasan
Nevid Jeffrey S,
Spencer
A,
&
Greene
Beverly
(2005:164)
Cemas
Menyeluruh
(Generalized
Anxiety
Disorder)
tersebut, banyaknya orang yang berlalu lalang di sekitar rumah, dan jarak antar
rumah yang terlalu dekat, serta suara biasing yang mengganggu terus menerus.
Kondisi ini jelas akan merugikan perkembangan psikologis anggota keluarga,
terutama pada anak-anak dan remaja.
Selain masalah kepadatan, ciri kedua dari pemukiman kota adalah
kesesakan. Pengertian kesesakan (crowding) adalah perasaan subyektif individu
terhadap keterbatasan ruang yang ada (Holahan, 1982) atau perasaan subyektif
karena terlalu banyak orang lain di sekelilingnya (Gifford, 1987). Kesesakan
muncul apabila individu berada dalam posisi terkungkung akibat persepsi
subyektif keterbatasan ruang, karena dibatasi oleh system konstruksi bangunan
rumah dan terlalu banyaknya stimulus yang tidak diinginkan dapat mengurangi
kebebasan masing- masing individu, serta interaksi antar individu semakin sering
terjadi, tidak terkendali, dan informasi yang diterima sulit dicerna (Cholidah et al.,
1996)
Kepadatan memang dapat mengakibatkan kesesakan (crowding), tetapi
bukan satu-satunya syarat yang dapat menimbulkan kesesakan. Setidaknya ada
tiga konsep yang dapat menjelaskan terjadinya kesesakan, yaitu teori information
overload, teori behavioral constraint, dan teori ecological model (Stokols dalam
Heimstra dan McFarling, 1978; Holahan, 1982; Jain, 1987). Secara teoritis, ketiga
konsep tersebut dapat menjelaskan hubungan kepadatan fisik dengan kesesakan.
Kenyataan bahwa semakin padat suatu kawasan. Maka semakin banyak informasi
yang melintas di hadapan penghuni adalah dinamika yang tida terhindarkan. Bila
kemudian informasi tersebut melampaui batas kemampuan penerimaannya, maka
mulailah timbul masalah-masalah psikologis.
Dalam suasana padat dan sesak, kondisi psikologis yang negatif mudah
timbul yang merupakan faktor penunjang yang kuat untuk munculnya stress dan
bermacam aktifitas sosial negatif (Wrightsman dan Deaux, 1981). Bentuk aktifitas
sosial negatif yang dapat diakibatkan oleh suasana padat dan sesak, antara lain : 1)
munculnya bermacam-macam penyakit baik fisik maupun psikis, seperti stres,
tekanan darah meningkat, psikosomatis, dan gangguan jiwa; 2) munculnya
patologi sosial, seperti kejahatan dan kenakalan remaja; 3) munculnya tingkah
laku sosial yang negatif, seperti agresi, menarik diri, berkurangnya tingkah laku
dari
lingkungan
yang
mengancam
keberadaan
individu
dapat