Keindahan atau estetika merupakan suatu hal yang abstrak. Terutama jika hal itu
berkaitan dengan hubungan antara subyek penikmat dan objek yang dinikmati. Hubungan
kedua ini menimbulkan kerancuan, ketika satu obyek yang sama akan berbeda kandungan
estetikanya dengan subyek yang lain. Menurut Sumardjo (2000:26) keindahan seni yang tidak
indah terletak pada bentuk ungkapannya yang artistik. Jika dikaitkan maka bagi subyek yang
melihat satu obyek yang indah tapi tidak indah bagi dirinya, subyek tersebut belum begitu
memahami makna estetika secara mendalam atau pengalaman estetisnya.
Pengalaman
estetis
merupakan
pengalaman
pengalaman
akan
keindahan.
Karya sastra terlihat indah jika dalam karya tersebut jauh dari kenyataan, meski pada
kenyataannya hal tersebut ada. Tetapi jika karya itu akhirnya diberi bumbu bumbu imajinasi
sehingga jika dikaitkan dengan kenyataan akan sangat sangat tidak memungkinkan maka
cerita itu akan berhasil menunjukkan keindahannya. Karya akan terlihat lebih indah jika
kebenaran kebenarannya di sajikan secara terselubung, tidak secara gamblang dan tegas.
Sebuah tempat atau negara bisa memberikan unsur unsur estetika yang berbeda
dengan tempat lain. Ketika berada dalam negara yang penuh akan perang, maka keindahan
ada dalam bentuk tragisnya perang, ketika berada dalam negara yang modern, keindahan bisa
berbalut pada ilmu ilmiah atau tentang canggihnya suatu teknologi.
Kumpulan cerpen Afrika berjudul Kenapa Tidak Kaupahat Binatang Lain
merupakan percontohan akan apa yang penulis maksud sebagai beda negara beda unsur
estetika pada karyanya. Keindahan keindahan dalam nuansa tragis akan perang, kelaparan
dan berbagai masalah kemanusiaan lainnya. Tentu saja pengarang pengarang dalam
kumpulan cerpen tersebut kebanyakan adalah orang orang asli dari berbagai negara di
Afrika, yang tentu hidup dalam keterbatasan dan kepedihan akan perlakuan bangsa bangsa
kulit putih.
Dengan tema utama pada antologi ini adalah berbagai masalah sosial yang jelas ada
kaitannya dengan penjajahan di masa lalu. Jika melihat situasi di Afrika maka yang terpintas
adalah kepedihan akan perang antar suku, kelaparan hingga menciptakan angka kematian
yang tinggi da
n tentu saja penjajahan penjajahan yang dilakukan oleh kaum barat terutama dalam
penguasaan tambang tambang batu mulia.
Penulis memilih salah satu cerpen yang akan di analisis kandungan estetikanya,
cerpen itu berjudul Doa Dari Yang Hidup karya Ben Okri. Ketertarikan penulis dalam
memilih cerpen ini adalah judul yang ditulis oleh Ben Okri dalam cerpen nya, sehingga
terlihat topik yang diangkat adalah tentang kematian. Kematian menjadi hal biasa mungkin di
Afrika sana, dan hal itu lalu diangkat lah oleh Ben sebagai pengungkapan kegusaran dia
dalam hidupnya.
Sudut pandang yang dipakai adalah orang pertama dan hampir keseluruhan adalah
narasi dalam pemikirannya. Ben banyak menggunakan kiasan kiasan disini. Kiasan inilah
yang menambah keindahan dalam cerpennya.
Doa Dari Yang Hidup menceritakan tentang tokoh aku dalam mencari keluarganya
dan kekasihnya dalam suasana perang. Dalam kondisi kelaparan, dia harus mengetahui
bagaimana keluarganya, apakah masih hidup atau meninggal. Meski ia berharap mereka lebih
baik meninggal daripada hidup di waktu yang kacau itu. Hingga akhirnya dia menemukan
petunjuk dan mendapati bahwa keluarganya telah mati, barulah ia pun bisa mati dengan
tenangnya.