Anda di halaman 1dari 8

GANGGUAN PSIKOTIK DAN SKIZOFRENIA

GANGGUAN PSIKOTIK DAN SKIZOFRENIA


oleh :
Saifuddin Zuhri
Rizqon Karimah
Aminah Permata
Fitriyana Fauziah
Wardah Firdausi
BAB I
KAJIAN TEORI
Manusia sebagai makhluk yang memiliki banyak keterbatasan kerapkali mengalami
perasaan takut, cemas, sedih, bimbang, dan sebagainya. Dalam psikologi, gangguan atau
penyakit kejiwaan akrab diistilahkan psikopatologi. Ada dua macam psikopatologi yakni
neurosis dan psikosis. Sementara dr. H. Tarmidzi membagi psikopatologi menjadi enam
macam, selain dua yang telah tersebut, ia mengemukakan yang lainnya yaitu
psikosomatik, kelainan kepribadian, deviasi seksual, dan retardasi mental.
Psikosis adalah penyakit kejiwaan yang parah, karena di tingkatan ini penderita tidak
lagi sadar akan dirinya. Pada penderita psikosis umumnya ditemukan ciri-ciri sebagai
berikut:
Mengalami disorganisasi proses pikiran
Gangguan emosional
Disorientasi waktu, ruang, dan person
Terkadang disertai juga dengan halusinasi dan delusi
Psikosis bisa muncul dalam beberapa bentuk, diantaranya:
a) Schizophrenia, penyakit jiwa yang ditandai dengan kemunduran atau kemurungan
kepribadian
b) Paranoia, gila kebesaran atau merasa lebih dari segalanya
c) Maniac depressive psychosis, perasaan benar atau gembira yang mendadak bisa
berubah sebaliknya menjadi serba salah atau sedih
Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan dasar pada
kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Kadang-kadang berasa bahwa dirinya
sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar. Penyakit ini timbul akibat
ketidakseimbangan pada salah satu sel kimia dalam otak. Skizofrenia adalah gangguan
jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional
dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi
(keyakinan yang salah) dan halusinan (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra).
Kalau pada remaja, perlu diperhatikan kepribadian pra-sakit yang merupakan faktor
predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian paranoid atau kecurigaan
berlebihan dan biasanya menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan
kepribadian skizoid yaitu emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada
orang lain serta selalu menyendiri. Pada gangguan skizotipal orang memiliki perilaku
atau tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya hal-hal aneh, pikiran magis yang
berpengaruh pada perilakunya, persepsi pancaindra yang tidak biasa, pikiran obsesif tak
terkendali, pikiran yang samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci dan ruwet atau
stereotipik yang termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan inkoheren.
Penderita skizofrenia memerlukan perhatian dan empati, namun keluarga perlu
menghindari reaksi yang berlebihan seperti sikap terlalu mengkritik, terlalu
memanjakan dan terlalu mengontrol yang justru bisa menyulitkan penyembuhan.
Kesabaran dan perhatian yang tepat sangat diperlukan oleh penderita skizofrenia.

Keluarga perlu mendukung serta memotivasi penderita untuk sembuh.


Simptom-simptom skizofrenia, antara lain:
1. Gangguan isi pikiran, delusi: kepercayaan yang salah macamnya:
Delusi referensi: kepercayaan bahwa tingkah laku orang lain atau obyek tertentu atau
kejadian tertentu diacukan kepada dirinya.
Delusi persekusi : kepercayaan bahwa ada orang atau orang-orang akan mencelakan
dirinya, keluarganya atau kelompoknya.
Delusi grandeur : merasa dirinya penting.
Delusi kemiskinan : merasa tidak mempunyai hal yang berharga.
Delusi menyalahkan diri.
Delusi control : merasa dirinya dikontrol oleh orang lain.
Delusi nihilisme : merasa dirinya, orang lain mupun dunia tidak ada.
Delusi ketidak setiaan : kepercayaan yang salah bahwa orang yang dicintai tidak setia.
Delusi lain bahwa pikiran dapat disiarkan, diubah atau ditarik dari pikiran oleh orang
atau kekuatan luar.
Delusi somatic : kepercayaan yang keliru mengenai kerja badan, percaya otaknya
dimakan semut.
2. Gangguan gaya berfikir, berbahasa dan komunikasi :
Proses kognitif tidak teratur dan tidak fungsional, sehingga tidak ada hubungan dan
tidak logis.
Pengekspresian ide, piker dan bahasa begitu terganggu hingga tidak dapat dimengerti.
Gangguan kognitif :
Inkoherensi : bicara ngawur
Tidak ada asosiasi
Neologisme : membuat kata-kata baru atau pengrusakan kata-kata yang ada.
Bloking : tidak dapat melanjutkan pembicaraan (beberapa detik beberapa menit)
Isi pembicaran yang sangat kurang.
Apa yang dikatakan atau yang ditulis tidak berarti.
Kadang mereka seperti bisu sampai berhari-hari.
3. Gangguan persepsi : halusinasi.
Halusinasi : persepsi palsu yang mencakup kelima pancaindera.
Bagi orangnya nampak nyata, terjadi secara spontan.
4. Gangguan afek. (afek : keadaan emosi)
Keadaan emosi yang berlawanan dengan rangsangnya.
5. Gangguan psikomotor
Tingkah laku aneh
Menunjukkan gangguan katatonik berupa :
Stupor katatonik : keadaan tidak respponsif terhadap rangsang luar.
Kekakuan katatonik : sikap badan yang kaku dan menolak usaha untuk dipindahkan.
Excitement yang katatonik : gerakan badan yang tidak ada tujuannya dan diulangulang.
6. Gangguan hubungan Interpersonal
Karena tingkah lakunya, orang tidak berinteraksi denagn penderita ia tidak mampu
berinteraksi dengan cara yang umum hidup dalam dunia fantasi dan delusi.
7. Gangguan perasaan diri:
Bingung mengenai siapa dirinya, percaya bahwa dirinya dikontrol orang atau kekuatan
luar.
8. Gangguan motivasi
Tidak ada motivasi karena kurang dorongan atau perhatian atau karena kebingungan
adanya pilihan-pilihan yang mungkin.

Jika gangguan mitivasi dibarengi pikiran lacau dan obsesif maka orang ini tidak akan
dapat digerakkan.
Fase-fase schizophrenia, adalah:
1. Fase prodromal : periode sebelum periode aktif :
Individu menunjukkan gangguan- gangguan berfungsi social dan interpersonal yang
progresif.
Perubahan yang terjadi dapat berisi : penarikan sosial, ketidak mampuan bekerja
secara produktif, eksentrik, pakaian yang tidak rapi, emosi myang tidak sesuai,
perkembangan pikiran dan bicara yang aneh, kepercayaan yang tidak biasa, pengalaman
persepsi yang aneh, hilangnya inisiatif dan energi.
2. Fase aktif : paling sedikit satu bulan.
Individu mengalami simtom psikotik : hakusinasi dan delusi, bicara yang tidak teratur,
demikian pula tingkah lakunya, tanda-tanda penarikan diri.
3. Fase residual : simtom seperti pada fase sebelumnya ada, tetapi tidak parah dan tidak
mengganggu.
Sakit jiwa berat (psikologis atau gila) adalah suatu gangguan jiwa. Pasien kehilangan
daya nilai realistik atau reality test terganggu. Bukti nyata reality test terganggu adalah
adanya waham, halusinasi dan pola perilaku yang kacau, tidak masuk akal dan tak
bermanfaat disertai tilikan yang buruk.
1. Gangguan Psikotik
Mungkin terdapat beda penafsiran tentang psikotik dengan apa yang dihayati
masyarakat. Gila dalam masyarakat adalah mereka yang mengamuk, merusak atau tak
bisa merawat diri sehingga compang-camping, dan akhirnya menggelandang. Apa yang
dihayati oleh masyarakat itu sebenarnya adalah daya nilai reality test terganggu sudah
dalam tahap akhir. Karena pada dasarnya pasien psikotik (khususnya kelompok
skizofrenia) bila tidak tepat dalam penanganannya akan berlanjut dan dapat terjadi halhal tidak diinginkan. Seseorang yang mengidap gangguan psikotik, khususnya
skizofrenia bisa melakukan tindakan yang tak terduga, walaupun sebelumnya tak
menunjukkan perilaku yang agresif.
Ganggguan psikotik lain :
1. Gangguan psikotik singkat :
Simtom psikotik singkat : 1 hari 1 bulan.
Kemudian dapat berfungsi secara normal (waktu terbatas)
Ada stressor yang diketahui ada yang tidak.
Di DSM IV ada yang disebut gangguan reaktif singkat yang kejadiannya setelah
melahirkan.
Perlakuan gangguan psikotik : kombinasi pengobatan dan psikoterapi.
2. Gangguan schizofreniform
Ada simtom psikotik, tetapi lama dan keparahannya kurang daripada pada psikosis
reaktif yang singkat (1-6 bulan, kalau lebih dari 6 bulan, harus di diagnosis
schizophrenia)
Simtom psiko afektif :
Apabila ada simtom-simtom yang sifatnya schizofrenik dan afektif.
DSM IV: ada simtom depresi mayor atau periode manik dan simtom delusi dan
halusinasi.
3. Gangguan delusional
Penderita dapat berfungsi sesuai, hanya ada satu gejala yaitu delusi. Delusi sistematik
dan menonjol, tettapi tidak aneh seperti pada schizophrenia.
Ada 5 subtipe :
1) Erotomania: delusi bahwa orang lain biasanya orang penting sangat mencintai
dirinya. Disamping itu biasanya ada simtom depresi atau mania.

2) Gangguan delusi kebesaran : merasa bahwa dirinya orang yang sangat penting
(merasa dirinya ratu adil).
3) Gangguan delusi iri : ada delusi bahwa pasangannya tidak setia.
4) Gangguan delusi persekutori : merasa bahwa dirinya akan dianiaya, merasa dirinya
akan dibunuh.
5) Gangguan delusi somatic : merasa bahwa dirinya mempunyai penyakit yang
membahayakan atau bahwa akan mati. Kepercayaan ini ekstrim dan tidak dapat diubah.
4. Gangguan psikotik bersama.
Bila seorang atau lebih banyak orang mengembangkan system delusional sebagai akibat
hubungan yang dekat dengan orang yang delusional. Kalau dua orang disebut folie a
deux. Sering terjadi tiga orang atau lebih, atau seluruk keluarga . jadi seakan-akan orang
terjangkit karena dekat, kalau pisah yang terjangkit dapat kembali normal.
2. Perilaku Kacau
Kewajiban umum dan dasar manusia dalam masyarakat lingkungan kehidupan serta
rumah tangga adalah bekerja untuk mendapatkan nafkah, atau bekerja sesuai fungsinya,
walaupun bukan untuk mendapatkan uang atau materi. Kewajiban dalam rumah tangga,
kehidupan sosial dalam masyarakat yaitu bersosialisasi dan penggunaan waktu
senggang.
Pada penderita psikotik fungsi pekerjaan sering tak bisa dijalankan dengan seksama, tak
mau bekerja sesuai kewajiban dan tanggungjawab dalam keluarga, atau tak mampu
bekerja sesuai dengan tingkat pendidikan. Sering terjadi tak mau, tak mampu bekerja
dan malas.
Dalam kehidupan sosial sering ada penarikan diri dari pergaulan sosial atau penurunan
kemampuan pergaulan sosial. Misalnya setelah sakit stres berat menarik diri dari
organisasi sosial kemasyarakatan, atau sering terjadi kemunduran kemampuan dalam
melaksanakan fungsi sosial dan pekerjaannya.
Pada penggunaan waktu senggang orang normal bisa bercengkrama dengan anggota
keluarga atau masyarakat, atau membuat program kerja rekreasi dan dapat
menikmatinya. Namun pada penderita gangguan jiwa berat keadaan tersebut dilewatkan
dengan banyak melamun, malas, bahkan kadang-kadang perawatan diri sehari-hari
dilalaikan seperti makan, minum, mandi, dan ibadah.
3. Waham
Waham adalah isi pikir (keyakinan atau pendapat) yang salah dari seseorang. Meskipun
salah tetapi individu itu percaya betul, sulit dikoreksi oleh orang lain, isi pikir
bertentangan dengan kenyataan, dan isi pikir terkait dengan pola perilaku individu.
Seorang pasien dengan waham curiga, maka pola perilaku akan menunjukkan
kecurigaan terhadap perilaku orang lain, lebih-lebih orang yang belum dikenalnya. Bisa
terjadi kecurigaan kepada orang sekitarnya akan meracuni atau membunuh dia. Akibat
waham curiga ini pada orang yang sebelumnya bersifat emosional agresif. Ia bisa
membunuh orang karena wahamnya kalau tidak dibunuh, ia akan dibunuh. Atau ia akan
diracuni dan dibuat celaka oleh orang yang dibunuhnya.
4. Halusinasi
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa ada rangsangan. Pasien merasa melihat,
mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tak ada sesuatu rangsang
pada kelima indera tersebut.
Halusinasi dengar adalah gejala terbanyak pada pasien psikotik (99 %). Pasien psikotik
yang nalar (ego)-nya sudah runtuh, maka halusinasi tersebut dianggap real dan tak
jarang ia bereaksi terhadap halusinasi dengar. Bila halusinasi berisi perintah untuk
membunuh ia pun akan melaksanakan pembunuhan. Ini memang banyak terjadi pada
pasien psikotik yang membunuh keluarganya sendiri. Sebaliknya halusinasi yang
memerintah untuk bunuh diri tak jarang pasien pun akan bunuh diri.
5. Illusi
Illusi adalah sensasi panca indera yang ditafsirkan salah. Pasien melihat tali bisa

ditafsirkan sebagai seekor ular. Illusi ini sering terjadi pada panas yang tinggi dan
disertai kegelisahan, dan kadang-kadang perubahan kesadaran (delirium). Illusi juga
sering terjadi pada kasus-kasus epilepsi (khususnya epilepsi lobus temporalis), dan
keadaan-keadaan kerusakan otak permanen.
Misalnya seorang petinju di Malang terungkap di pengadilan ia menderita epilepsi. Ia
membunuh anaknya sendiri yang masih tidur di kasur dengan parang, karena
menganggap anaknya adalah seekor kucing yang sedang tidur. Juga kasus seorang ibu
yang menyiram anak balitanya dengan air panas di Semarang beberapa waktu yang lalu,
dan akhirnya si anak meninggal dunia. Ia melihat dan merasa menyiram hewan.
6. Tilikan Yang Buruk
Pasien psikotik merasa dirinya tidak sakit, meskipun sudah ada bukti adanya perubahan
perilaku yang jelas tidak wajar. Pasien tak mau minum obat atau tak mau diajak berobat,
atau bila ada waham dianggap mau diracuni. Keadaan merasa tidak sakit ini yang
mempersulit pengobatan, apalagi keluarga juga mengiyakan karena merasa tak sakit ia
tak mau mencari pengobatan.
Tilikan yang buruk ini merupakan ciri khas pasien psikotik. Di sini peran keluarga
penting, kalau memang menemukan gejala tersebut seperti waham, halusinasi dan illusi,
segera berkonsultasi kepada tenaga kesehatan jiwa.
7. Psikosis di Masyarakat
Menurut penelitian WHO prevalensi gangguan jiwa dalam masyarakat berkisar satu
sampai tiga permil penduduk. Misalnya Jawa Tengah dengan penduduk lebih kurang 30
juta, maka akan ada sebanyak 30.000-90.000 penderita psikotik. Bila 10% dari
penderita perlu pelayanan perawatan psikiatrik ada 3.000-9.000 yang harus dirawat.
Tetapi tidak semua bisa dirawat karena kapasitas pelayanan perawatan psikiatrik di
Jateng masih di bawah 1.000 tempat tidur. Sisa yang tidak terawat berada dalam
masyarakat dan pasien ini seharusnya perlu pengawasan yang seksama. Pasien psikotik
yang mungkin tenang terkadang tak terduga akan menjadi agresif tanpa stressor
psikososial yang jelas.
Pada zaman pemerintahan kolonial Belanda semua pasien psikotik (skizofrenia) dirawat
di Rumah Sakit Jiwa seumur hidup (dibuat koloni). Hal ini sekarang menjadi stigma
masyarakat, bahwa RSJ identik dengan gila. Tetapi sekarang situasi sudah berbeda,
tidak semua pasien dapat dirawat di RSJ. Mereka yang fase aktif gangguan psikotiknya
dirawat, sedang yang tenang dipulangkan namun masih dalam pengawasan dalam
bentuk perawatan jalan. Fase aktif adalah pasien-pasien yang menunjukkan perilaku
yang membahayakan diri atau membahayakan lingkungannya, dan mudah dikenali
gejalanya. Pada fase tenang pasien dapat beradaptasi dengan lingkungannya, meskipun
terbatas.
Perjalanan psikiatrik tidak terbatas pada Rumah Sakit Jiwa yang ada, tetapi di Rumah
Sakit Umum pun ada pelayanan psikiatrik yang dilakukan oleh psikiater. Yakni
pelayanan integrasi dan konsultasi psikiatri di RSU, mengingat jumlah psikiater yang
ada belum memadai sesuai kebutuhan.
Ciri-ciri penderita psikotik antara lain:
1. Penarikan diri dari pergaulan sosial, banyak di dalam rumah, malu keluar rumah.
2. Tak mampu bekerja sesuai dengan fungsinya. Di rumah tak mau bekerja, atau bekerja
sekedarnya saja karena diperintah, setelah itu tak mau mengerjakan tugas yang
diberikan.
3. Berpikir aneh, dangkal, berbicara tak sesuai dengan keadaan situasi keseharian, bicara
ngelantur.
4. Dalam pergaulan ada riwayat gejala waham atau halusinasi dan illusi.
5. Perubahan perilaku yang nyata, misalnya tadinya ceria menjadi melamun, perilaku
aneh-aneh yang sebelumnya tidak pernah dijalani.
6. Kelihatan menjadi murung dan merasa tak berdaya.
7. Sulit tidur dalam beberapa hari, atau bisa tidur yang terlihat oleh keluarganya, tetapi

pasien merasa sulit atau tidak bisa tidur.


BAB II
KASUS
Epilepsi Perlu Pengobatan Intensif
Sewaktu kecil Sadid adalah seorang anak yang aktif, banyak bicara, mudah marah, dan
suka berkelahi. Demikian pula di sekolah, Sadid sering bolos dan bila marah merusak
barang-barang yang ada di dekatnya seperti membanting gelas atau piring.
Sejak usia 10 tahun Sadid sering mengalami pengalaman yang aneh, seperti bermaksud
ke rumah Hafidz, tetapi tanpa disadari ke rumah Seno. Ketika sadar di rumah Seno, ia
segera kembali ke rumah Hafidz. Ia sering merasa asing di kamarnya sendiri dan ketika
berada di rumah orang yang dikenalinya dengan baik. Ketika bersepeda ia sering jatuh
tanpa disadarinya.
Keluhan yang disampaikan Sadid adalah sakit kepala. Semasa remaja, Sadid juga masih
sering melakukan perbuatan tanpa disadarinya, misalnya naik pohon kemudian
kebingungan tidak bisa turun atau nyemplung ke dalam kolam tanpa tujuan yang jelas.
Meskipun semasa kecilnya terkenal nakal, namun untuk mengaji dan shalat cukup rajin.
Menjelang dewasa, Sadid mulai berubah menjadi pendiam dan sulit bergaul. Sejak dua
tahun lalu, tingkah laku Sadid semakin aneh seperti mengurung diri di kamar, bicara
mulai kacau dan sulit dimengerti. Suatu hari, Sadid pernah mencoba untuk terjun ke
dalam sumur, dan ketika ditanya takut karena ada yang akan membunuhnya. Sadid
mengatakan ia sering bermimpi merasa dikepung, ada orang yang mengejar dan akan
membunuhnya. Kakek Sadid juga menderita gangguan jiwa dan pernah dirawat di
rumah sakit jiwa sebanyak lima kali.
BAB III
ANALISA KASUS
Psikotik adalah gangguan jiwa yang dapat diturunkan. Menurut statistik yang dibuat
oleh Kalman, jika salah seorang orang tua menderita psikotik (misal skizofrenia),
kemungkinan anak-anaknya menderita psikotik adalah sebesar 12%. Anak-anak lain
yang tidak menderita psikotik tetap mengandung bibit penyakit tersebut dan
mempunyai risiko untuk mengalami gangguan yang lebih besar. Bibit itu akan
diturunkan pada generasi berikutnya. Inilah yang dialami Sadid. Selain itu, timbulnya
penyakit ini dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan.
Gejala-gejala psikotik yang ditemukan pada Sadid antara lain adanya bicara kacau yang
dapat berupa gangguan asosiasi, merasa curiga ada yang mengejar dan akan
membunuhnya (waham) dan adanya penarikan diri dari lingkungan sosial (social
withdrawl).
Adanya waham kejar ini memungkinkan seorang penderita dapat melakukan tindakan
membahayakan, bagi dirinya sendiri seperti terjun ke dalam sumur atau membahayakan
orang lain yaitu menyerang orang lain.
Meskipun Sadid mengalami penurunan kesadaran dan gangguan jiwa berat (psikotik),
namun masih mampu salat dan membaca Alquran. Hal ini menjadi bukti bahwa
gangguan jiwa berat atau psikotik tidak mempengaruhi kemampuan dan keterampilan
yang dimilikinya. Namun demikian, pasien tidak mampu menggunakan kemampuan
dan keterampilan yang dimilikinya untuk sesuatu yang berguna. Penurunan kesadaran
yang dialami oleh Sadid besar kemungkinan adalah suatu serangan yang dahulu dikenal
sebagai epilepsi atau yang oleh masyarakat awam disebut sakalor atau ayan.
Epilepsi ada yang disertai dengan gejala kejang-kejang, mula-mula berteriak lalu
pingsan seluruh badan dan keluar ludah berbusa. Kadang-kadang berdarah karena lidah
tergigit. Sesudah kira-kira satu menit penderita bernapas kembali dan sadar. Epilepsi

tipe lain gejalanya berupa serangan penurunan kesadaran dalam beberapa detik. Kadang
ia bergumam, masih mendengar apa yang dibicarakan tetapi tidak dapat menjawab.
Setelah beberapa detik, ia sadar kembali melanjutkan pekerjaan.
Epilepsi tipe psikomotor atau epilepsi lobus temporalis kadang-kadang langsung, tidak
didahului oleh serangan kejang-kejang atau penurunan kesadaran. Gejala-gejala
gangguan psikiatrik menonjol, sehingga sering kali sulit dibedakan dengan gangguan
psikotik yang fungsional.
Semasa kecil Sadid adalah anak nakal. Pada epilepsi sering dijumpai apa yang disebut
psikopatisasi, terutama bila gangguan telah dijumpai dalam waktu yang lama dan
frekuensi serangan tinggi.
Dari uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan mungkin Sadid adalah seorang
penderita eplepsi psikomotor dengan disertai gejala-gejala psikotik. Gangguan ini telah
dideritanya sejak kecil, sering mengalami brown out (lebih ringan dari black out) dan
sering pula mengalami "keadaan mimpi" atau "kedaaan dini". Dalam keadaan mimpi,
pasien dapat melakukan tindakan yang merusak atau gejala-gejala aneh lainnya.
Sesudah melakukan perbuatan, pasien mengalami "amnesia sempurna".
Gejala-gejala yang dialami Sadid dapat dikategorikan dalam psikotik. Psikotik dapat
muncul dalam beberapa bentuk, yaitu:
1. Skizofrenia adalah penyakit jiwa yang ditandai kemunduran atau kemurungan
kepribadian. Berdasarkan fase Sadid telah berada pada fase aktif. Karena individu
mengalami simtom psikotik, halusinasi, delusi, bicara dan tingkah laku tidak teratur
serta tanda-tanda penarikan diri.
2. Paranoid adalah gila kebesaran atau merasa lebih dari segalanya. Individu yang
mempunyai kepribadian paranoid kemungkinan terdapat waham, namun gejala itu
hanya sekilas.
3. Maniac depressive psychosis adalah kondisi inidividu di mana perasaan gembira yang
mendadak bisa berubah sebaliknya.
Upaya yang perlu dilakukan adalah segera membawa Sadid ke fasilitas psikiatri untuk
menentukan diagnosis kemungkinan dan pengobatan yang adekuat. Perawatan yang
intensif (rawat inap), tampaknya diperlukan bagi Sadid. Berbagai pemeriksaan akan
dilakukan sesuai indikasi, misalnya pemeriksaan Electro Enceplalografi dan CT Scan,
atau bahkan bila diperlukann MRI (Magnetic Resonance Imaging). Dokter yang
memeriksa akan menentukan apakah gejala-gejala psikotik yang ditampilkan
merupakan bagian dari epilepsinya atau merupakan gangguan yang terpisah.
BAB III
KESIMPULAN
Psikosis adalah penyakit kejiwaan yang parah, karena di tingkatan ini penderita tidak
lagi sadar akan dirinya. Pada penderita psikosis umumnya ditemukan ciri-ciri sebagai
berikut:
mengalami disorganisasi proses pikiran
gangguan emosional
disorientasi waktu, ruang, dan person
terkadang disertai juga dengan halusinasi dan delusi
Psikosis bisa muncul dalam beberapa bentuk, diantaranya:
a) Schizophrenia, penyakit jiwa yang ditandai dengan kemunduran atau kemurungan
kepribadian
b) Paranoia, gila kebesaran atau merasa lebih dari segalanya
c) Maniac depressive psychosis, perasaan benar atau gembira yang mendadak bisa
berubah sebaliknya menjadi serba salah atau sedih
Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan dasar pada

kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Penyakit ini timbul akibat
ketidakseimbangan pada salah satu sel kimia dalam otak. Skizofrenia adalah gangguan
jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional
dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi
(keyakinan yang salah) dan halusinan (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra).
Dari uraian tersebut di atas diketahui bahwa gejala-gejala psikotik yang diderita pada
subjek antara lain adanya bicara kacau yang dapat berupa gangguan asosiasi, merasa
curiga ada yang mengejar dan akan membunuhnya (waham) dan adanya penarikan diri
dari lingkungan sosial (social withdrawl). Sehingga dapat disimpulkan subjek adalah
seorang penderita eplepsi psikomotor dengan disertai gejala-gejala psikotik. Gangguan
ini telah dideritanya sejak kecil, sering mengalami brown out (lebih ringan dari black
out) dan sering pula mengalami "keadaan mimpi" atau "kedaaan dini". Dalam keadaan
mimpi, pasien dapat melakukan tindakan yang merusak atau gejala-gejala aneh lainnya.
Sesudah melakukan perbuatan, pasien mengalami "amnesia sempurna".

Anda mungkin juga menyukai