Anda di halaman 1dari 3

4.

Detektor
Komponen utama selanjutnya dalam kromatografi gas adalah detektor. Detektor
digunakan untuk memonitor gas pembawa yang keluar dari kolom dan merespon perubahan
komposisi solut yang terelusi.Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom
tempat keluar fase gerak (gas pembawa) yang membawa komponen hasil pemisahan. Detektor
pada kromatografi adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi mengubah sinyal gas pembawa
dan komponen-komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik. Sinyal elektronik detektor
akan sangat berguna untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif terhadap komponen-komponen
yang terpisah di antara fase diam dan fase gerak.
Pada garis besarnya detektor pada KG termasuk detektor diferensial, dalam arti respons
yang keluar dari detektor memberikan relasi yang linier dengan kadar atau laju aliran massa
komponen yang teresolusi. Kromatogram yang merupakan hasil pemisahan fisik komponenkomponen oleh GC disajikan oleh detektor sebagai deretan luas puncak terhadap waktu. Waktu
tambat tertentu dalam kromatogram dapat digunakan sebagai data kualitatif, sedangkan luas
puncak dalam kromatogram dapat dipakai sebagai data kuantitatif yang keduanya telah
dikonfirmasikan dengan senyawa baku. Akan tetapi apabila kromatografi gas digabung dengan
instrumen yang multipleks misalnya GC/FT-IR/MS, kromatogram akan disajikan dalam bentuk
lain.
Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh sebuah detektor, antara lain:
Dapat merespon dengan cepat kehadiran solut
Memiliki rentangan respon linier yang luas
Memiliki kepekaan tinggi
Stabil pada pengoperasian
Beberapa parameter yang sering dijumpai pada detektor, yaitu:
a.
Ratio signal
Ratio signal terhadap detector (S/N) menyatakan hubungan antara respon detektor dengan
getaran rekorder setelah pembesaran maksimum. Besaran S/N digunakan untuk menentukan
Batas Deteksi Minimum.
b.
Batas Deteksi Minimum (BDM)
Harga BDM telah tercapai kesepakatan adalah sebesar 2 S/N. factor respon dinyatakan
dengan rumus A/M, dimana A adalah area puncak dan M adalah cuplikan untuk detector yang
peka terhadap massa. Untuk detector yang peka terhadap konsentraasi digunakan rumus AF/M,
dimana F adalah laju alir pembawa gas.
c.
Kisaran Dinamik Linear (KD)
Kisaran Dinamik (KD) menyatakan rasio besarnya solut terhadap besaran solut minimum
yang dapat terdeteksi secara linier. Makin besar harga KD makin besar jangkauan konsentrasi
yang dapat dianalisis. Pengertian yang lebih operasional untuk KD adalah besaran konsentrasi
cuplikan dimana respon berdasarkan pengukuran area kurang lebih 20%.
d.
Kespesifikan/ keuniversalan detektor
Jenis-Jenis Detektor
Berdasarkan Kespesifikannya
1.
Detektor Spesifik
Detektor spesifik yaitu detector yang hanya dapat mendeteksi beberapa jenis senyawa saja.
Contoh: DTE dan DFN
2.
Detektor Universal

Detektor Universal yaitu detector yang dapat mendeteksi semua jenis senyawa. Contoh: DHP
dan DIN.
Berdasarkan pengaruhnya terhadap cuplikan
1.
Detektor Destruktif
Detektor Destruktif adalah jenis detector yang dapat merusak cuplikan,
contoh: DIN.
2.
Detektor non destruktif
Detektor non destruktif adalah jenis detector yang tidak merusak cuplikan, contoh: DHP.
Berdasarkan cara kerjanya
a. Flame Ionization Detector (FID),adalah detektor general untuk mengukur komponenkomponen sampel yang memiliki gugus alkil (C-H).Komponen sampel masuk ke FID,kemudian
akan dibakar dalam nyala (campuran gas H2 dan udara), komponen akan terionisasi,ion-ion yang
dihasilkan akan dikumpulkan oleh ion collector,arus yang dihasilkan akan diperkuat,kemudian
akan dikonversi menjadi satuan tegangan.Semakin tinggi konsentrasi komponen, makin banyak
pula ion yang dihasilkan sehingga responnya juga makin besar. Detektor ini mengukur jumlah
atom karbon dan bersifat umum untuk semua senyawa organik (Senyawa Flour tinggi dan
karbondisulfida tidak terdeteksi). Respon sangat peka, dan linier ditinjau dari segi ukuran
cuplikan serta teliti.
Hal yang perlu diperhatikan dalam detektor ini adalah kecepatan aliran O2 dan H2 (H2 30mL per
menit dan O2 sepuluh kalinya), serta suhu (harus diatas 100C untuk mencegah kondensasi uap
air yang mengakibatkan FID berkarat atau kehilangan sensitivitasnya)
b. Thermal Conductivity Detector (TCD) adalah detektor paling general sebab hampir semua
komponen memiliki daya hantar panas.TCD bekerja dengan prinsip mengukur daya hantar panas
dari masing-masing komponen.Mekanismenya berdasarkan teori Jembatan Wheatstone di
mana ada dua sel yaitu sel referensi dan sel sampel.Sel referensi hanya dilalui oleh gas
pembawa,sementara sel sampel dilalui oleh gas pembawa dan komponen sampel.Perbedaan suhu
kedua sel akan mengakibatkan perbedaan respon listrik antara keduanya dan ini akan dihitung
sebagai respon komponen sampel. Detektor TCD banyak digunakan untuk analisis gas. Detektor
ini didasarkan bahwa panas dihantarkan dari benda yang suhunya tinggi ke benda lain yang
suhunya lebih rendah. Pada detektor ini filament harus dilindungi dari udara ketika filamen itu
panas dan tidak boleh dipanaskan tanpa dialiri gas pembawa. Secara teoritis keuntungannya tidak
merusak komponen yang dideteksi. Detektor hantar panas termasuk detektor konsentrasi yakni
semua molekul yang melewatinya diukur jumlahnya dan tidak tergantung pada laju aliran fasa
gerak.
c. Electron Capture Detector (ECD) adalah detektor khusus untuk mendeteksi senyawaan
halogen organik.Banyak diaplikasikan untuk analisis senyawaan pestisida.Secara
prinsip,komponen sampel akan ditembak dengan sumber radioaktif Nikel,dan jumlah elektron
yang hilang dari proses itu dianggap linear dengan konsentrasi senyawaan tersebut. Detektor ini
dilengkapi dengan radioaktif yaitu 3H atau 63Ni. Dasar kerja detektor ini adalah penangkapan
elektron oleh senyawa yang mempunyai afinitas terhadap elektron bebas, yaitu senyawa yang
mempunyai unsur-unsur negatif.

d. Flame Photometric Detector (FPD) adalah detektor khusus untuk mendeteksi senyawaan
sulfur, posfor dan atau timah organik. Prinsip detektor ini yaitu senyawa yang mengandung
sulfur atau fosfor dibakar dalam nyala hydrogen/oksigen maka akan terbentuk spesies yang
tereksitasi dan menghasilkan suatu emisi yang spesifik yang dapat diukur pada panjang
gelombang tertentu. Untuk yang mengandung S diukur pada 393 nm, sementara yang
mengandung fosfor diukur pada 526 nm.Banyak digunakan untuk analisis senyawaan pestisida.
e. Flame Thermionic Detector(FTD) adalah detektor khusus untuk mendeteksi senyawaan
nitrogen dan atau posfor organik.Prinsipnya adalah pembakaran senyawaan komponen kemudian
direaksikan dengan garam Rubidium dan respon listrik yang dihasilkan akan diperkuat dan
dikonversi menjadi satuan tegangan.Banyak digunakan untuk analisis senyawaan pestisida.
Detektor ini sangat selektif terhadap nitrogen dan fosfor karena adanya elemen aktif diatas aliran
kapiler yang terbakar oleh plasma (1600C). Elemen dapat berupa logam kalium, rubidium atau
sesium yang dilapiskan pada silinder kecil alumunium, dan berfungsi sebagai sumber ion di
dalam plasma yang menekan ionisasi hidrokarbon di dalam plasma tetapi menaikkan ionisasi
sampel yang mengandung N atau P
f. Mass Spectrometer (MS) adalah detektor khusus yang dapat digunakan baik untuk analisis
kualitatif maupun kuantitatif.Prinsip pengukurannya adalah komponen sampel dipecah menjadi
bentuk ion fragmennya (baik secara elektronik maupun kimiawi) lalu ion fragmen tersebut
dilewatkan ke Mass Analyzer untuk memisahkan ion berdasarkan perbedaan massa/muatan dan
selanjutnya diteruskan ke ion detector untuk mendeteksi jumlah ion yang dihasilkan.Spektrum
fragmen yang dihasilkan oleh masing-masing komponen akan menunjukkan karakteristik yang
khas,dan ini digunakan untuk tujuan identifikasi kualitatif dengan membandingkan dengan
database atau library spektrum yang telah ada.
- See more at: http://ekaandrians.blogspot.co.id/2013/05/gaschromatography.html#sthash.X155KY4F.dpuf

Anda mungkin juga menyukai