Anda di halaman 1dari 70

1) Keunggulan GC

2) Instrumentasi
3) Fasa gerak-fasa diam
4) Analisis kualitatif dengan
GC
5) Analisis kuantitatif dengan
GC
 Kromatografi gas (GC) adalah jenis
umum dari kromatografi yang digunakan
dalam kimia analitik untuk memisahkan
dan menganalisis senyawa yang dapat
menguap tanpa dekomposisi. GC dapat
digunakan untuk pengujian kemurnian
zat tertentu, atau memisahkan komponen
yang berbeda dari campuran (jumlah
relatif komponen tersebut juga dapat
ditentukan). GC dapat digunakan dalam
mengidentifikasi suatu senyawa.
• Penyebaran cuplikan antara 2 fase → fase diam & fase
gerak
• Aplikasi → senyawa mudah ↑
• Prinsip pemisahan: partisi
• Fase stasioner: cairan yang dilapiskan pada zat penyangga
padatan
• Fase mobil: gas seperti He, N2, H2
• Proses partisi tergantung dari daya larut solut dalam dua
macam cairan
• Peka terhadap perbedaan BM solut
• Zat yang terdiri dari satu seri deret homolog paling baik
dipisahkan dengan kromatografi partisi
• Misal: pemisahan berbagai jenis asam amino, asam lemak, gula
• Peka terhadap bentuk stereometri dari solut yang
dipisahkan
• Banyaknya solut yang dapat diadsorbsi pada
permukaan adosrben tergantung dari konfigurasi solut
• Kemampuan untuk diadsorbsi menentukan kemudahan
solut untuk dipisahkan dengan kromatografi adsorbsi
• Cocok untuk memisahkan campuran solut yang serupa
tetapi mempunyai perbedaan bentuk sterometrik
Berdasarkan fasa diamnya, kromatografi gas dibagi menjadi
dua bagian yaitu :
• 1. Gas Liquid Chromatography (GLC), fasa diamnya berwujud
cair. Cairan tersebut merupakan cairan yang tidak mudah
menguap yang melekat pada padatan pendukung yang inert
berupa butiran halus. Prinsip pemisahannya berdasarkan
perbedaan partisi komponen-komponen dari suatu sampel di
antara fasa diam dan fasa gerak.
• 2. Gas Solid Chromatography (GSC), fasa diamnya berwujud
padat. Padatan yang digunakan misalnya karbon, zeolit dan
silika gel. Prinsip pemisahannya berdasarkan adsorpsi
terhadap fasa diam.
• Kolom secara kontinyu dijaga oleh FG/ gas
• Sampel terpisah secara sempurna
• Waktu relatif pendek
• Sensitivitas tinggi
• Sampel sedikit
• mudah
• Komponen yang tertahan kuat dalam fase diam → sulit
dipisahkan

diatasi dengan suhu kolom ↑
• Personal tertentu
• Mahal
INSTRUMENTASI KROMATOGRAFI GAS (GC)
1. Gas Pengangkut (carrier gas)
Gas pengangkut/ pemasok gas (carrier gas) ditempatkan dalam
silinder bertekanan tinggi. Biasanya tekanan dari silinder sebesar
150 atm. Tetapi tekanan ini sangat besar untuk digunakan secara
Iansung. Gas pengangkut harus memenuhi persyaratan :
a. Harus inert, tidak bereaksi dengan cuplikan, cuplikan-pelarut, dan
material dalam kolom.
b. Murni dan mudah diperoleh, serta murah.
c. Sesuai/cocok untuk detektor.
d. Harus mengurangi difusi gas.
Gas-gas yang sering dipakai adalah : helium, argon, nitrogen,
karbon dioksida dan hidrogen. Gas helium dan argon sangat baik,
tidak mudah terbakar, tetapi sangat mahal. H2 mudah terbakar,
sehingga harus berhati-hati dalam pemakaiannya. Kadang-kadang
digunakan juga CO2.
Detektor Gas Gas Gas
Pembawa Pembakar Pendukung
1. TCD He/Ar/N2/H2 __ _____
2. FID He/N2 H2 Udara

3. FTD He/N2 H2 Udara

4. FPD He/N2 H2 Udara

5. ECD N2 __ _____
Tipe Gas Tekanan Gas yang dibutuhkan
1. Gas Pembawa 7 kg/cm2 atau lebih tinggi
2. Gas Pembakar 2 kg/cm2 atau lebih tinggi
3. Gas Pendukung 2 kg/cm2 atau lebih tinggi
2. Tempat injeksi ( injection port)
• Penginjeksian sampel adalah hal yang penting dalam
kromatografi gas,terutama untuk mencegah resolusi yang
buruk serta penyebaran sampel yang tidak sesuai. Alat
yang biasa digunakan untuk menginjeksikan sampel
adalah mycrosyringe (penyemprot mikro). Sampel gas
atau cair diinjeksikan melalui diafragma silikon-
karet/sekat (septum) menuju penguap cahaya pada
kolom utama(port sampel biasanya sekitar 50oC di atas
titik didih komponen sampel yang paling menguap).
Biasanya ukuran sampel bervariasi dari 0.1 µL hingga
20 µL. Kolum kapiler membutuhkan sampel yang lebih
kecil ( ~ 10-3 µL).
3. Kolom
• Kolom merupakan “jantung” kromatografi gas, dimana terjadi
pemisahan komponen-komponen cuplikan. Pada kromatografi
gas terdapat dua jenis kolom yang biasa dipakai, antara lain
kolom tertutup (packed) dan kolom kapiler (capilary).
Panjang kolom kromatografi antara 2-50 meter atau bahkan
lebih. Biasanya terbuat dari stainless steel, gelas, silica
gabungan, atau teflon. Agar cocok pada saat
termostating,biasanya dibentuk spiral dengan diameter 10-30
cm.
*

Chromosorb P
Chromosorb W Sifat penyangga :
Chromosorb G
Chromosorb T Lembam
Bata
Tidak mudah remuk
Fluoropak 80
Permukaan luas
Bentuk teratur, ukuran
sama
*

Minimum 2 jam, 250C di atas suhu maksimum kolom yang


digunakan
Aliran gas pembawa lambat
(5 – 10 ml/menit)
Jangan disambung ke detektor
*

Tembaga, baja, aluminium, kaca


Dapat lurus, lengkung, O
Panjang dari 90 cm – 32 m
Kolom analitik 1 – 3 m
Garis tengah 0,01 – 2 inch

efisiensi kolom : harga N
→H=L/N
*

Sampel mempunyai Koefisien distribusi yang berbeda


Sampel mempunyai kelarutan yang berbeda
Fase diam harus mempunyai tekanan uap yang dapat
diabaikan pada suhu kerja
4. Detektor
• Detektor berfungsi sebagai pendeteksi komponen-komponen
yang telah dipisahkan dari kolom secara terus-menerus, cepat,
akurat, dan dapat bekerja pada suhu yang lebih tinggi. Fungsi
umumnya mengubah sifat-sifat molekul dari senyawa organik
menjadi arus listrik kemudian arus listrik tersebut diteruskan ke
rekorder untuk menghasilkan kromatogram. Detektor yang umum
digunakan:
a. Detektor hantaran panas (Thermal Conductivity Detector_ TCD)
b. Detektor ionisasi nyala (Flame Ionization Detector_ FID)
c. Detektor penangkap elektron (Electron Capture Detector _ECD)
d. Detektor fotometrik nyala (Falame Photomertic Detector _FPD)
e. Detektor nyala alkali
f. Detektor spektroskopi massa
Beberapa sifat detektor yang digunakan dalam kromatografi gas adalah sebagai berikut :

Jenis Detektor Jenis Sampel Batas Deteksi Kecepatan Alir (ml/menit)


Gas Pembawa H2 Udara

Hantaran panas (TCD) Senyawa umum 5-100 ng 15-30 - -

Ionisasi nyala (FID) Hidrokarbon 10-100 pg 20-60 30-60 200-500


Penangkap elektron Halogen organic, pestisida 0,05-1 pg 30-60 - -

Nitrogen-fosfor Senyawa nitrogen organik 0,1-10 g 20-40 1-5 700-100


dan fospat organic

Fotometri nyala (393 Senyawa-senyawa sulfur 10-100 pg 20-40 50-70 60-80


nm)
Fotometri nyala (526 Senyawa-senyawa fosfor 1-10 pg 20-40 120-170 100-150
nm)
Foto ionisasi Senyawa yang terionisasi 2 pg C/detik 30-40 - -
dengan UV

Konduktivitas Halogen, N, S 0,5 pg C 20-40 80 -


elektrolitik 12 pg S
4 pg N

Fourier Transform- Senyawa-senyawa 1000 pg 3-10 - -


inframerah (FTIR) organik

Selektif massa Sesuai untuk senyawa 10 pg-10 ng 0,5-30 - -


apapun
Emisi atom Sesuai untuk elemen 0,1-20 pg 60-70 -
apapun
*

Syarat Detektor yang baik adalah :


*Selektivitas
*Sensitivitas
*Noise dan Kuantitas minimum yang dapat terdeteksi
*Linear range (rentang linier)
A. DHB (detektor hantar bahan) → TCD
( Thermal Conductivity Detector)
Peka terhadap laju aliran gas pembawa
Makin besar jumlah tumbukan molekul
dengan kawat pijar per waktu → makin
besar pelepasan bahan
Nama lain Katarometer → Claesson
(1946)
*
* Thermal conductivity detector didasarkan pada
prinsip bahwa suatu badan yang panas akan
melepaskan panas pada suatu tingkat yang
tergantung pada komposisi dari lingkungan
sekitarnya. Kebanyakan thermal conductivity
detector berisi kawat logam yang dipanaskan
secara elektrik dan menjulang pada aliran gas.
Resistan elektrik adalah secara normal diukur
oleh Wheatstone brigde circuit.

*TCD merupakan detektor universal dan tidak mudah


rusak
*

dimana :
S= sensitivitas
K= konstanta cell bergantung pada geometri
I= arus filemen
R= resistan filamen
λc= konduktivitas termal gas pembawa
λs= konduktivitas termal gas sampel
Tf = temperatur filamen
Tb = temperatur blok detektor
B. DPN (detektor pengionan nyala) → FID
(flame ionization det)
Bahwa hantar listrik suatu gas berbanding
lurus dengan konsentrasi zarah bermuatan
dalam gas
 Sejumlah besar detektor dalam kromatografi gas
diklasifikasikan sebagai Ionization Detectors. Dalam
ionization detectors, konduktivitas elektrik dari gas
diukur pada kehadiran komponen analit.
 Jenis ionization detector adalah :

 Flame Ionization Detector (F.I.D.)


 Electron Capture Detector (E.C.D.)
 Thermionic Spesific Detector N, P spesific (T.S.D.)
 Photo Ionization Detector (P.I.D.)
 Pada F.I.D, sumber ionisasi adalah
pembakaran biasanya berasal dari hidrogen
dan udara atau oksigen.
 FID ini sempurna dan mungkin merupakan
detektor yang paling banyak digunakan.
Bersifat sensitif dan digunakan secara
ekstensif dengan kolom kapiler.
 FID akan memberi respon hanya terhadap
senyawa organik, tidak pada udara atau air
atau gas ringan yang telah ditetapkan.
 Pada senyawa-senyawa organik, selektivitas
sangat kecil.
 Nitrogen sebagai gas pembawa mengalir
melalui detektor dan terionisasi oleh sumber
elektron biasanya tritum yang teradsorbsi pada
Titanium atau Scandium (TiH3, ScH3) atau
Nickel 63 (Ni63).
 Nitrogen terionisasi akan membentuk arus
antar elektroda-elektroda.
 Analit tertentu masuk ke detektor akan
bereaksi dengan elektron-elektron untuk
membentuk ion negatif.
 R- X + e → R- X –
 Pada saat ini terjadi, arus akan berkurang
sebagai respon negatif. Detektor akan sangat
sensitif terhadap molekul yang mengandung
atom-atom elektronegatif. ( N, O, S, F, Cl)
 Alkil halida
 Conjugated carboxyl

 Nitrit

 Nitrat

 Organometals

Tetapi tidak sensitif terhadap :


 Hydrocarbons

 Alcohols

 Ketones
 Dengan mengoperasikan flame ionization detector
pada temperatur lebih rendah dan memasukkan
atom-atom logam alkali ke dalam resulting plasma,
maka detektor dapat dibuat selektif terhadap
nitrogen dan phosphorus.
 TSD untuk Nitrogen dan fosfor menggunakan
ujung keramik yang dipanaskan secara elektrik
yang terdiri dari logam alkali-Rubidium yang
dioperasikan dalam lingkungan hidrogen-udara.
Sebuah potensial dipasang pada sistem dan
menghasilkan arus yang sebanding dengan
konsentrasi nitrogen atau fosfor yang ada.
 Digunakan secara ekstensif dalam analisa obat-
obatan dan pestisida.

 Dibandingkan dengan Flame Ionization Detector,


T.S.D. 50 kali lebih sensitif untuk senyawa
nitrogen, 500 kali lebih sensitif untuk phosphorus.
Dibandingkan dengan Flame Photometric
Detector, T.S.D. kira-kira 100 kali lebih sensitif.
5. Oven kolom
*Kolom terletak didalam sebuah oven
dalam instrumen. Suhu oven harus diatur
dan sedikit dibawah titik didih sampel.
Jika suhu diset terlalu tinggi, cairan fase
diam bisa teruapkan, juga sedikit sampel
akan larut pada suhu tinggi dan bisa
mengalir terlalu cepat dalam kolom
sehingga menjadi terpisah.
6. Rekorder
*Rekorder berfungsi sebagai pengubah sinyal dari detektor
yang diperkuat melalui elektrometer menjadi bentuk
kromatogram. Dari kromatogram yang diperoleh dapat
dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kualitatif dengan cara membandingkan waktu retensi
sampel dengan standar. Analisis kuantitatif dengan
menghitung luas area maupun tinggi dari kromatogram.
Sinyal analitik yang dihasilkan detektor disambungkan
oleh rangkaian elektronik agar bisa diolah oleh
rekorder atau sistem data.
*Sebuah rekorder bekerja dengan menggerakkan kertas
dengan kecepatan tertentu.
*Ada beberapa detektor yang dapat digunakan dalam
kromatografi gas. Detektor yang berbeda akan
memberikan berbagai jenis selektivitas. Detektor non
selektif merespon senyawa kecuali gas pembawa,
Detektor selektif meresponi berbagai senyawa dengan
sifat fisik atau kimia umum dan detektor khusus
menanggapi suatu senyawa kimia tunggal.
7. Komputer
Komponen GC selanjutnya adalah komputer. GC modern
menggunakan komputer yang dilengkapi dengan
perangkat lunaknya (software) untuk digitalisasi signal
detektor dan mempunyai beberapa fungsi antara lain:
*Memfasilitasi setting parameter-parameter instrumen
seperti: aliran fase gas; suhu oven dan pemrograman
suhu; serta penyuntikan sampel secara otomatis.
*Menampilkan kromatogram dan informasi-informasi lain
dengan menggunakan grafik berwarna.
*Merekam data kalibrasi, retensi, serta perhitungan-
perhitungan dengan statistik.
*Menyimpan data parameter analisis untuk analisis
senyawa tertentu
Mengaktifkan GC
1. Aktifkan Un-interrupable Power Supply (UPS) jika ada.
2. Buka katup gas (alirkan gas ke GC)
- Gas Helium (He) sebagai gas pembawa (carier)
- Gas Nitrogen (N2) sebagai pembawa (carier) dan sebagai make up gas (FID)
- Gas Hydrogen (H2) sebagai gas pembakar (FID)
- Gas Compress Air sebagai pembakar (FID)
3. Aktifkan computer.
4. Aktifkan Gas Chromatography (GC) dengan tombol On/Off berada di sisi kiri
bawah, tunggu hingga GC selesai initialisasi & self test (kira-kira 2 menit).
5. Aktifkan software chemstation dengan doble Program click kiri icon
instrument 1 online atau klik start Instrument 1 online. ChemStation
6. Pastikan menu berada pada Load Method (Conditioning Methode) Method
“Method and Run Control” pilih metode yang diinginkan.
7. Sebelum digunakan, pastikan column sudah diconditioning dengan suhu 20oC
dibawah suhu maximum column atau diatas suhu operational tetapi tidak
diperbolehkan melewati suhu max column seperti yang tertera di tag column.
8. Conditioning GC selama 30 menit. Pilih Methode yang akan digunakan
untuk analisa (Method and Run Control)
Optimasi Pemisahan
Bgaimana mengoptimalkan pemisahan dengan baik?
Ada tiga variabel yang penting:
- Efisiensi kolom
- Selektivitas kolom
- Rasio partisi kedua analit yang akan dipisahkan.
Variabel waktu juga penting untuk diperhatikan.
Persamaan van Deemter

Pada prinsipnya kromatografi gas mirip


dengan distilasi, yakni campuran bahan cair
dipanaskan sampai menguap. Hanya saja
pada distilasi biasanya perlu dilakukan
secara berulang untuk memperoleh
komponen murni. Kolom GC dapat dianggap
sebagai tempat di mana terjadi distilasi
ulang sampai ribuan kali. Faktor yang
menyatakan berapa kali terjadi distilasi
dalam kolom disebut “height equivalent of a
theoretical plate (HETP). Setiap kolom
mempunyai faktor HETP tertentu. Semakin
kecil berarti makin efisien.



• Integrator: persentase luas area puncak sampel terhadap
seluruh luas are puncak-puncak yang ada pada
kromatogram sebanding dengan konsentrasi komponen.

Cara perhitungan:
• Standarisasi internal
• Standarisasi eksternal
• Normalisasi internal
• Dasarnya adalah waktu retensi atau volume retensi suatu
senyawa.
• Membandingkan t atau V senyawa dalam sampel yang
dianalisis dengan t atau V suatu senyawa standar (yang
telah diketahui)
• Dengan membandingkan dengan senyawa standar
• Kondisi kromatografi harus sama dengan sampel
• Diidentifikasi berdasarkan waktu retensi
• Metode pengukuran tinggi puncak
Tinggi puncak suatu kromatogram akan sebanding dengan
kadar senyawa yang membentuk kromatogram tersebut.
Pengukuran tinggi puncak didasarkan pada rumus
pengukuran tinggi suatu segitiga, yaitu suatu garis tegak
lurus dari titik tengah alas kromatogram sampai dengan
perpotongan sisi segitiga kromatogram tersebut.
Analisis Kuantitatif (lanjutan)
 Metode pengukuran luas puncak
Dapat memberikan hasil yang lebih akurat jika
dibandingkan dengan cara pengukuran tinggi puncak. Luas
puncak diukur seperti menghitung luas segitiga yaitu :

Rumus tersebut memberikan hasil yang baik jika


kromatogramnya berbentuk lancip. Cara lain menggunakan
rumus :
Analisis Kuantitatif (lanjutan)
Analisis Kuantitatif (lanjutan)
 Metode gunting dan timbang
Kromatogram yang telah digambarkan pada kertas
digunting sesuai bentuknya, kemudian guntingan-guntingan
kertas kromatogram ini ditimbang. Berat dari masing-
masing guntingan kromatogram ini akan sebanding dengan
kadar senyawa yang membentuk kromatogram tersebut.
Analisis Kuantitatif (lanjutan)
 Metode Integrator
Integrator adalah peralatan elektronik yang sering dijumpai
pada peralatan kromatografi yang modern. Alat ini akan
mengubah tanda-tanda listrik dari detektor menjadi suatu
gambaran kromatogram sekaligus menghitung luas
kromatogram yang dibentuk secara elektronik.
Analisis Kuantitatif
Metoda persentase tinggi/lebar puncak
Metoda ini disebut juga metoda normalisasi internal. Pada analisis kuantitatif diasumsikan bahwa lebar atau tinggi puncak
(peak) sebanding (proportional) dengan kadar/konsentrasi zat yang menghasil puncak. Dalam metoda yang paling
sederhana diukur lebar atau tinggi puncak, yang kemudian dinormalisasi (ini berarti bahwa setiap lebar atau tinggi
puncak diekspresikan sebagai suatu persentase dari total). Hasil normalisasi dari lebar atau tinggi puncak
memberikan komposisi dari campuran yang dianalisis.
Normalisasi tinggi puncak
Puncak Tinggi puncak (mm)
(% b/b)
1 12 12/162 x 100 = 7, 4
2 27 27/162 x 100 = 16,7
3 72 72/162 x 100 = 44,4
4 51 51/162 x 100 = 31,5
162 100

Ada dua masalah dengan pendekatan ini, yaitu:


Kita harus yakin bahwa kita telah menghitung semua komponen, yang tiap-tiap komponen muncul sebagai suatu puncak
yang terpisah pada kromatogram. Komponen-komponen dapat berkoelusi, atau ditahan di dalam kolom, atau ,terelusi
tanpa terdeteksi. Kita harus mengasumsikan bahwa kita memperoleh respons detektor yang sama untuk setiap
komponen, untuk mengatasi kesulitan ini, maka kalibrasi detektor diperlukan.
Metoda baku luar (external standard method)
Pada metoda ini kita membuat suatu baku/standard yang mengandung Senyawa /senyawa-
senyawa yang akan ditetapkan kadarnya, idealnya jumlah baku sama dengan jumlah bahan
yang akan dianalisis, dan kita membandingkan kromatogram baku dengan kromatogram
sampel. Kromatogram baku dapat dihitung suatu respons faktor untuk setiap puncak yang
diinginkan, respons faktor memberi intormasi tentang konsentrasi komponen yang dihasilkan
oleh satuan respons detektor (unit detector respons) :

Konsentrasi komponen
Re spons faktor 
lebar atau tinggi puncak
Kemudian untuk kromatogram sampel kita dapat menghitung konsentrasi dari setiap komponen
yang diinginkan dengan cara mengalikan (multiplikasi) tinggi atau lebar puncak dengan
respons faktor.
Bila bekerja dengan metoda ini, respons detektor harus tinier untuk setiap senyawa pada kisaran
(range) konsentrasi yang digunakan, dan juga kita harus menginjeksikan (bila secara manual)
jumlah yang sama untuk setiap komponen pada kedua kromatografi, sehingga berhasilnya
operasi dari metoda ini tergantung pada kemampuan menginjeksi sampel dengan presisi yang
bagus.
Contoh penetapan kadar benzoat dalam sirup dengan HPLC
A. Sirup B. Benzot standar
Kromatogram B adalah standar natrium benzoat (konsentrasi 0,07308 g dm-3 di dalam fasa
gerak), kromatogram A adalah sirup (konsentrasi 90,6726 g dm-3 dalam fasa gerak). Kedua
kromatogram direkam dengan sensitivitas detektor yang sama. Lebar puncak diukur
menggunakan suatu integrator, yang mencetak (memprint) angka proporsional antara
konsentrasi dengan lebar puncak. Waktu retensi benzoat pada sirup sama dengan waktu
retensi benzoat standar. Lebar puncak benzoat yang diperoleh untuk Standar 103 741 dan
untuk sampel sirup 72859
Menghitung persentase (dalam berat) untuk benzoat preservatif
di dalam sirup adalah :
• Maka konsentiasi benzoat dalam sirup = 72859 x 7,044 x 10-4 =
51,32 ppm
• Sebelum dianalisis sirup telah diencerkan dengan fasa gerak
sampai 1000 ml, maka
• konsentrasi benzoat sebenarnya adalah :
Metoda baku dalam (internal standard method)
Dalam metoda ini kita menambahkan ke dalam sampel sejumlah tertentu (jumlah yang diketahui)
zat standar (baku dalam). Kromatogram yang diperoleh dibandingkan dengan kromatogram
sampel atau campuran senyawa dalam sampel. Metoda ini mempunyai keuntungan dibanding
dengan metoda baku luar karena, ia mengkompensasi variasi volume injeksi dan juga untuk
perubahan yang kecil dari sensitivitas detektor atau perubahan krornatograti yang bisa
terjadi. Karena kita tidak perlu menginjeksi dalam jumlah yang sama setiap waktu, maka
metoda ini biasanya mempunyai presisi yang lebih baik dari pada menggunakan baku luar.
Dari kromatogram standar dapat dihitung respons faktor relatif sebagai berikut :

C/A
r
Cs / As
Dimana r = respons faktor relatif
C = konsentrasi kornponen sampel
A = lebar atau tinggi puncak komponen sampel
Cs = konsentrasi baku dalam
As = lebar atau tinggi puncak baku dalam
Di dalam campuran sampel digunakan rumus berikut :

Cs
Cu  Au x r
As

Dimana Cu = konsentrasi komponen sampel; Au = lebar atau tinggi puncak


Pendekatan lain adalah mengkoreksi setiap lebar puncak pada campuran yang diketahui dengan
mengalikannya dengan respons faktor relatif. Hal ini menghasilkan lebar puncak yang
diperoleh dengan respons detektor yang sama untuk setiap komponen. Komposisi dari
campuran kemudian diperoleh dengan normalisasi lebar puncak yang telah dikoreksi. Jika
bekerja dengan metoda ini sekali lagi kita harus yakin bahwa kita telah melihat semua
komponen di dalam campuran sebagai puncak-puncak yang terpisah pada kromatogram.
Sebagai contoh dari metoda ini ialah penetapan kadar aspirin
(asam asetil salisilat) dan kafein menggunakan baku dalam
fenasetin. Tablet analgesik yang dibeli di apotik pada etiketnya
tertera setiap tablet mengandung 325 mg aspirin dan 50 mg
kafein.
• Prosedur kerja
Ambil dua tablet tambahkan 0,0773 g fenasetin kocok dengan
10 ml etanol selama 10 menit, dan tambahkan 10 ml ammonium
format 0,5 mol dm-3 dan campuran ini diencerkan dengan fase
gerak sampai 100 ml. Tablet mengandung bahan-bahan
pembawa, maka larutan ini harus disaring sebelum
dikromatografi. Dengan kondisi percobaan yang digunakan
ketiga senyawa tersebut dapat dipisahkan dalam waktu sekitar 3
menit
Data yang perlu untuk menghitung respons faktor relatif
dilakukan penimbangan standar dari senyawa-senyawa di atas
dan diencerkan sehingga konsentrasinya mendekati konsentrasi
sampel dan dinjeksikan ke sistem kromatografi sebanyak tiga kali,
diperoleh data-data sebagaimana tercantum pada tabe1
Data campuran standar aspirin, fenasetin dan kafein
Nomor Aspirin Fenasetin Kafein
Injeksi

Berat dalam campuran 0,6015 0,0765 0,0924

1 Lebar puncak 144090 159516 43057

R ? 1 ?

2 Lebar puncak 143200 163164 43099

R ? 1 ?

3 Lebar puncak 121297 139796 36564

R ? 1 ?
Data hasil perhitungan respons faktor relatif aspirin dan
kafein

Nomor Aspirin Fenasetin Kafein


Injeksi

Berat dalam campuran 0,6015 0,0765 0,0924

1 Lebar puncak 144090 159516 43057

R 8,804 1 4,475

2 Lebar puncak 143200 163164 43099

R 8,959 1 4,573

3 Lebar puncak 121297 139796 36564

R 9,062 1 4,618
8,908 1 4,555
Data sampel aspirin dan kafein dengan baku dalam fenasetin

Pada penentuan kadar aspirin dan kafein dalam tablet, setelah dilakukan
prosedur kerja sebagaimana uraian di atas, maka sampel diinjeksi ke sistem
kromatografi sebanyak dua kali

No. Ijeksi Lebar Puncak

Aspirin Fenasetin Kafein

1 157595 170804 50693

2 153541 164174 48478


Injeksi 1 :
Kadar aspirin
 0,0773 
Cu  157595 x 8,908   0,6353 g dalam 2 tablet
 170804 
= 0,31765 g dalam 1 tablet

Kadar kafein

 0,0773 
Cu  50693 x 4,555   0,1045 g dalam 2 tablet
 170804 

= 0,0522 b dalam 1 tablet


Injeksi 2 :
Kadar aspirin
 0,0773 
Cu  153541 x 8,908   0,6440 g dalam 2 tablet
 164174 

= 0,322 g dalam 1 tablet

Kadar Kafein

 0,0773 
Cu  48478 x 4,555   0,1040 g dalam 2 tablet
 164174 
= 0,0520 g dalam 1 tablet

0,0522  0,0520
Kadar kafein rata  rata   0,0521 g
2
0,31765  0,322
Kadar rata  rata aspirin   0,3198 g
2
*

Anda mungkin juga menyukai