2) Instrumentasi
3) Fasa gerak-fasa diam
4) Analisis kualitatif dengan
GC
5) Analisis kuantitatif dengan
GC
Kromatografi gas (GC) adalah jenis
umum dari kromatografi yang digunakan
dalam kimia analitik untuk memisahkan
dan menganalisis senyawa yang dapat
menguap tanpa dekomposisi. GC dapat
digunakan untuk pengujian kemurnian
zat tertentu, atau memisahkan komponen
yang berbeda dari campuran (jumlah
relatif komponen tersebut juga dapat
ditentukan). GC dapat digunakan dalam
mengidentifikasi suatu senyawa.
• Penyebaran cuplikan antara 2 fase → fase diam & fase
gerak
• Aplikasi → senyawa mudah ↑
• Prinsip pemisahan: partisi
• Fase stasioner: cairan yang dilapiskan pada zat penyangga
padatan
• Fase mobil: gas seperti He, N2, H2
• Proses partisi tergantung dari daya larut solut dalam dua
macam cairan
• Peka terhadap perbedaan BM solut
• Zat yang terdiri dari satu seri deret homolog paling baik
dipisahkan dengan kromatografi partisi
• Misal: pemisahan berbagai jenis asam amino, asam lemak, gula
• Peka terhadap bentuk stereometri dari solut yang
dipisahkan
• Banyaknya solut yang dapat diadsorbsi pada
permukaan adosrben tergantung dari konfigurasi solut
• Kemampuan untuk diadsorbsi menentukan kemudahan
solut untuk dipisahkan dengan kromatografi adsorbsi
• Cocok untuk memisahkan campuran solut yang serupa
tetapi mempunyai perbedaan bentuk sterometrik
Berdasarkan fasa diamnya, kromatografi gas dibagi menjadi
dua bagian yaitu :
• 1. Gas Liquid Chromatography (GLC), fasa diamnya berwujud
cair. Cairan tersebut merupakan cairan yang tidak mudah
menguap yang melekat pada padatan pendukung yang inert
berupa butiran halus. Prinsip pemisahannya berdasarkan
perbedaan partisi komponen-komponen dari suatu sampel di
antara fasa diam dan fasa gerak.
• 2. Gas Solid Chromatography (GSC), fasa diamnya berwujud
padat. Padatan yang digunakan misalnya karbon, zeolit dan
silika gel. Prinsip pemisahannya berdasarkan adsorpsi
terhadap fasa diam.
• Kolom secara kontinyu dijaga oleh FG/ gas
• Sampel terpisah secara sempurna
• Waktu relatif pendek
• Sensitivitas tinggi
• Sampel sedikit
• mudah
• Komponen yang tertahan kuat dalam fase diam → sulit
dipisahkan
↓
diatasi dengan suhu kolom ↑
• Personal tertentu
• Mahal
INSTRUMENTASI KROMATOGRAFI GAS (GC)
1. Gas Pengangkut (carrier gas)
Gas pengangkut/ pemasok gas (carrier gas) ditempatkan dalam
silinder bertekanan tinggi. Biasanya tekanan dari silinder sebesar
150 atm. Tetapi tekanan ini sangat besar untuk digunakan secara
Iansung. Gas pengangkut harus memenuhi persyaratan :
a. Harus inert, tidak bereaksi dengan cuplikan, cuplikan-pelarut, dan
material dalam kolom.
b. Murni dan mudah diperoleh, serta murah.
c. Sesuai/cocok untuk detektor.
d. Harus mengurangi difusi gas.
Gas-gas yang sering dipakai adalah : helium, argon, nitrogen,
karbon dioksida dan hidrogen. Gas helium dan argon sangat baik,
tidak mudah terbakar, tetapi sangat mahal. H2 mudah terbakar,
sehingga harus berhati-hati dalam pemakaiannya. Kadang-kadang
digunakan juga CO2.
Detektor Gas Gas Gas
Pembawa Pembakar Pendukung
1. TCD He/Ar/N2/H2 __ _____
2. FID He/N2 H2 Udara
5. ECD N2 __ _____
Tipe Gas Tekanan Gas yang dibutuhkan
1. Gas Pembawa 7 kg/cm2 atau lebih tinggi
2. Gas Pembakar 2 kg/cm2 atau lebih tinggi
3. Gas Pendukung 2 kg/cm2 atau lebih tinggi
2. Tempat injeksi ( injection port)
• Penginjeksian sampel adalah hal yang penting dalam
kromatografi gas,terutama untuk mencegah resolusi yang
buruk serta penyebaran sampel yang tidak sesuai. Alat
yang biasa digunakan untuk menginjeksikan sampel
adalah mycrosyringe (penyemprot mikro). Sampel gas
atau cair diinjeksikan melalui diafragma silikon-
karet/sekat (septum) menuju penguap cahaya pada
kolom utama(port sampel biasanya sekitar 50oC di atas
titik didih komponen sampel yang paling menguap).
Biasanya ukuran sampel bervariasi dari 0.1 µL hingga
20 µL. Kolum kapiler membutuhkan sampel yang lebih
kecil ( ~ 10-3 µL).
3. Kolom
• Kolom merupakan “jantung” kromatografi gas, dimana terjadi
pemisahan komponen-komponen cuplikan. Pada kromatografi
gas terdapat dua jenis kolom yang biasa dipakai, antara lain
kolom tertutup (packed) dan kolom kapiler (capilary).
Panjang kolom kromatografi antara 2-50 meter atau bahkan
lebih. Biasanya terbuat dari stainless steel, gelas, silica
gabungan, atau teflon. Agar cocok pada saat
termostating,biasanya dibentuk spiral dengan diameter 10-30
cm.
*
Chromosorb P
Chromosorb W Sifat penyangga :
Chromosorb G
Chromosorb T Lembam
Bata
Tidak mudah remuk
Fluoropak 80
Permukaan luas
Bentuk teratur, ukuran
sama
*
dimana :
S= sensitivitas
K= konstanta cell bergantung pada geometri
I= arus filemen
R= resistan filamen
λc= konduktivitas termal gas pembawa
λs= konduktivitas termal gas sampel
Tf = temperatur filamen
Tb = temperatur blok detektor
B. DPN (detektor pengionan nyala) → FID
(flame ionization det)
Bahwa hantar listrik suatu gas berbanding
lurus dengan konsentrasi zarah bermuatan
dalam gas
Sejumlah besar detektor dalam kromatografi gas
diklasifikasikan sebagai Ionization Detectors. Dalam
ionization detectors, konduktivitas elektrik dari gas
diukur pada kehadiran komponen analit.
Jenis ionization detector adalah :
Nitrit
Nitrat
Organometals
Alcohols
Ketones
Dengan mengoperasikan flame ionization detector
pada temperatur lebih rendah dan memasukkan
atom-atom logam alkali ke dalam resulting plasma,
maka detektor dapat dibuat selektif terhadap
nitrogen dan phosphorus.
TSD untuk Nitrogen dan fosfor menggunakan
ujung keramik yang dipanaskan secara elektrik
yang terdiri dari logam alkali-Rubidium yang
dioperasikan dalam lingkungan hidrogen-udara.
Sebuah potensial dipasang pada sistem dan
menghasilkan arus yang sebanding dengan
konsentrasi nitrogen atau fosfor yang ada.
Digunakan secara ekstensif dalam analisa obat-
obatan dan pestisida.
Cara perhitungan:
• Standarisasi internal
• Standarisasi eksternal
• Normalisasi internal
• Dasarnya adalah waktu retensi atau volume retensi suatu
senyawa.
• Membandingkan t atau V senyawa dalam sampel yang
dianalisis dengan t atau V suatu senyawa standar (yang
telah diketahui)
• Dengan membandingkan dengan senyawa standar
• Kondisi kromatografi harus sama dengan sampel
• Diidentifikasi berdasarkan waktu retensi
• Metode pengukuran tinggi puncak
Tinggi puncak suatu kromatogram akan sebanding dengan
kadar senyawa yang membentuk kromatogram tersebut.
Pengukuran tinggi puncak didasarkan pada rumus
pengukuran tinggi suatu segitiga, yaitu suatu garis tegak
lurus dari titik tengah alas kromatogram sampai dengan
perpotongan sisi segitiga kromatogram tersebut.
Analisis Kuantitatif (lanjutan)
Metode pengukuran luas puncak
Dapat memberikan hasil yang lebih akurat jika
dibandingkan dengan cara pengukuran tinggi puncak. Luas
puncak diukur seperti menghitung luas segitiga yaitu :
Konsentrasi komponen
Re spons faktor
lebar atau tinggi puncak
Kemudian untuk kromatogram sampel kita dapat menghitung konsentrasi dari setiap komponen
yang diinginkan dengan cara mengalikan (multiplikasi) tinggi atau lebar puncak dengan
respons faktor.
Bila bekerja dengan metoda ini, respons detektor harus tinier untuk setiap senyawa pada kisaran
(range) konsentrasi yang digunakan, dan juga kita harus menginjeksikan (bila secara manual)
jumlah yang sama untuk setiap komponen pada kedua kromatografi, sehingga berhasilnya
operasi dari metoda ini tergantung pada kemampuan menginjeksi sampel dengan presisi yang
bagus.
Contoh penetapan kadar benzoat dalam sirup dengan HPLC
A. Sirup B. Benzot standar
Kromatogram B adalah standar natrium benzoat (konsentrasi 0,07308 g dm-3 di dalam fasa
gerak), kromatogram A adalah sirup (konsentrasi 90,6726 g dm-3 dalam fasa gerak). Kedua
kromatogram direkam dengan sensitivitas detektor yang sama. Lebar puncak diukur
menggunakan suatu integrator, yang mencetak (memprint) angka proporsional antara
konsentrasi dengan lebar puncak. Waktu retensi benzoat pada sirup sama dengan waktu
retensi benzoat standar. Lebar puncak benzoat yang diperoleh untuk Standar 103 741 dan
untuk sampel sirup 72859
Menghitung persentase (dalam berat) untuk benzoat preservatif
di dalam sirup adalah :
• Maka konsentiasi benzoat dalam sirup = 72859 x 7,044 x 10-4 =
51,32 ppm
• Sebelum dianalisis sirup telah diencerkan dengan fasa gerak
sampai 1000 ml, maka
• konsentrasi benzoat sebenarnya adalah :
Metoda baku dalam (internal standard method)
Dalam metoda ini kita menambahkan ke dalam sampel sejumlah tertentu (jumlah yang diketahui)
zat standar (baku dalam). Kromatogram yang diperoleh dibandingkan dengan kromatogram
sampel atau campuran senyawa dalam sampel. Metoda ini mempunyai keuntungan dibanding
dengan metoda baku luar karena, ia mengkompensasi variasi volume injeksi dan juga untuk
perubahan yang kecil dari sensitivitas detektor atau perubahan krornatograti yang bisa
terjadi. Karena kita tidak perlu menginjeksi dalam jumlah yang sama setiap waktu, maka
metoda ini biasanya mempunyai presisi yang lebih baik dari pada menggunakan baku luar.
Dari kromatogram standar dapat dihitung respons faktor relatif sebagai berikut :
C/A
r
Cs / As
Dimana r = respons faktor relatif
C = konsentrasi kornponen sampel
A = lebar atau tinggi puncak komponen sampel
Cs = konsentrasi baku dalam
As = lebar atau tinggi puncak baku dalam
Di dalam campuran sampel digunakan rumus berikut :
Cs
Cu Au x r
As
R ? 1 ?
R ? 1 ?
R ? 1 ?
Data hasil perhitungan respons faktor relatif aspirin dan
kafein
R 8,804 1 4,475
R 8,959 1 4,573
R 9,062 1 4,618
8,908 1 4,555
Data sampel aspirin dan kafein dengan baku dalam fenasetin
Pada penentuan kadar aspirin dan kafein dalam tablet, setelah dilakukan
prosedur kerja sebagaimana uraian di atas, maka sampel diinjeksi ke sistem
kromatografi sebanyak dua kali
Kadar kafein
0,0773
Cu 50693 x 4,555 0,1045 g dalam 2 tablet
170804
Kadar Kafein
0,0773
Cu 48478 x 4,555 0,1040 g dalam 2 tablet
164174
= 0,0520 g dalam 1 tablet
0,0522 0,0520
Kadar kafein rata rata 0,0521 g
2
0,31765 0,322
Kadar rata rata aspirin 0,3198 g
2
*