Anda di halaman 1dari 9

Lesi Merah dan Putih Lainnya

Benign Migratory Glossitis (Geographic Tongue)


Geographic tongue merupakan lesi berbentuk cincin yang terlihat pada dorsum
dan tepi lidah. Lesi ini juga dikenal sebagai erythema migrans. Gambaran klinis
yang khas dari lesi ini memperlihatkan peningkatan zona periferal berwarna
putih,kuning atau sedikit keabuan (Gambar 35).

Etiologi dan Patogenesis


Meskipun geographic tongue termasuk yang paling sering terjadi dari banyak lesi
mukosa oral, tidak ada penelitian menunjukkan etiologi dibalik kelainan ini.
Faktor keturunan telah dilaporkan memiliki keterlibatan dalam faktor etiologi.
Epidemiologi
Prevalensi geographic tongue bervariasi, dimana dapat terlihat perbedaan
geografis dan juga prosedur pemilihan pasien dan kriteria diagnosis. Prevalensi
yang sering kali dilaporkan adalah dalam rentang 1-2.5%. Distribusi jenis kelamin
tampak sama.
Temuan Klinis

Geographic tongue bermigrasi secara melingkar dan meninggalkan daerah


eritema, menyebabkan atrofi papilla. Zona periferal menghilang setelah beberapa
waktu dan penyembuhan dari area depapilasi dan eritema dimulai. Lesi ini dapat
terjadi pada titik awal yang berbeda, zona perifer akan menyatu dan gambaran
klinis yang khas dari geographic tongue akan tampak. Tergantung pada aktvitas
lesi, gambaran klinis dapat bervariasi dari satu ke beberapa lesi menempati
seluruh dorsum lidah. Hilangnya zona perifer menunjukkan bahwa mukosa
mengalami pemulihan. Geographic tongue ditandai dengan periode eksaserbasi
dan remisi dengan jangka waktu yang berbeda dari waktu ke waktu. Kelainan ini
umumnya asimtomatik, namun beberapa pasien mengalami sensasi perih. Dalam
kasus ini, kebiasaan parafungsi, diperlihatkan dengan indentasi pada batas lateral
lidah, dapat menjadi faktor kontribusi dari gejala-gejala yang terjadi. Pasien sering
mengeluh bahwa lesi tersebut mengganggu selama masa stress. Geographic
tongue dan fissured tongue dapat diobservasi secara bersamaan, fissured tongue
diinterpretasikan sebagai tahap akhir dari geographic tongue (Gambar 36).

Gambaran geografis dapat diamati pada area lain dari mukosa oral selain pada
dorsum lidah dan dinyatakan sebagai geographic stomatitis. Informasi mengenai
geographic stomatitis jarang ditemukan dan bergantung pada laporan kasus.
Presentasi klinis ya g menyerupai geographic stomatitis dapat terlihat sebagai
bagian dari Reiters disease. Penyakit ini dikarakteristikkan dengan arthritis,
uveitis, atau conjunctivitis dan urethritis. Reiters disease dipertimbangkan
sebagai suatu reaksi yang berasal dari infeksi gastroenteral atau urogenital.
Manifestasi Klinis

Peningkatan prevalensi dari geographic tongue telah diamati pada pasien dengan
generalized postural psoriasis. Pada psoriasis secara umum, tidak ada hubungan
yang diperlihatkan. Tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa pasien dengan
geographic tongue beresiko tinggi terhadap psoriasis. Suatu bentuk atopik telah
dihubungkan dengan geographic tongue, namun hal tersebut belum dikonfirmasi
oleh suatu penelitian yang baru saja dilakukan di Amerika. Pada penelitian ini,
telah diperlihatkan suatu hubungan negatif dengan merokok.
Diagnosis
Gambaran klinis dari kelainan mukosa ini memiliki karakteristik dan konfirmasi
histopatologis jarang dibutuhkan. Jika biopsi dipertimbangkan, harus meliputi
zona periferal untuk mendapatkan gambaran histopatologis khas dari lesi tersebut.
Hal ini meliputi parakeratosis, acanthosis, subepithelial sebagai akibat peradangan
dari sel limfosit T , dan granulosit neutrofilik yang bermigrasi secara
transepithelial. Sel-sel ini merupakan bagian dari mikroabses yang terbentuk dekat
dengan permukaan, mirip dengan yang ditemukan dalam pustular psoriasis
(Munros microabscesses).
Perawatan
Karena etiologi dari kelainan ini belum diketahui, tidak ada strategi perawatan
kausal yang tersedia. Gejala jarang terjadi, dan perawatan lebih memperhatikan
informasi yang tepat mengenai karakter jinak kelainan ini. Ketika gejala
dilaporkan terjadi, anestesi topical dapat digunakan untuk meringankan gejala
sementara. Strategi perawatan lainnya yang dianjurkan termasuk antihistamin,
obat anxiolitik atau steroid, namun belum ada dari ketiga obat diatas yang telah
dievaluasi secara sistematis.
Geographic tongue dapat muncul kembali, namun bukan tidak mungkin untuk
diperkirakan dan kepada pasien mana hal ini dapat terjadi. Prevalensi dari

kelainan ini meningkat dengan usia, dimana mendukung terjadinya regresi


spontan seiring waktu.
Leukodema
Etiologi dan Patogenesis
Etiologi dari leukodema masih belum jelas
Epidemiologi
Prevalensi leukodema pada ras Kaukasia telah diperkirakan mencapai 50%. Lesi
tersebut makin banyak terjadi pada populasi kulit hitam. Distribusi antar gender
ditemukan sama.
Temuan Klinis
Leukoedema merupakan suatu alterasi seperti selubung berwarna putih pada
mukosa oral yang dianggap sebagai variasi normal. Kondisi ini seringkali terjadi
bilateral pada mukosa oral dan terkadang pada tepi lidah (Gambar 37).
Leukoedema sedikit tidak terlihat setelah meregangkan mukosa namun muncul
kembali setelah manipulasi ini dihentikan. Kondisi ini asimtomatik dan tidak
memiliki potensi keganasan.

Diagnosis
Gambaran klinis leukoedema sedikit berbeda dari oral keratosis, seperti
leukoplakia, dimana batas yang difus dan peregangan menyebabkan kehilangan
sementara. Histopatologi dikarakteristikkan dengan parakeratosis dan acanthosis
bersamaan dengan edema intracellular pada sel epithelial dari stratum spinosum,
Penatalaksanaan
Tidak ada permintaan perawataan karena kondisi ini juga asimtomatik dan tidak
memiliki komplikasi, termasuk gambaran premaligna.

White Sponge Nevus


Etiologi dan Patogenesis
White sponge nevus dimulai dengan mutasi pada keratin di mukosa spesifik, yakni
K4 dan K13. Mutasi ini terjadi dalam bentuk insersi, delesi, dan substisusi , yang
mengakibatkan agregasi abnormal dari tonofilamen dan ketidakstabilan kertain
filament.
Epidemiologi
White sponge nevus merupakan suatu kelainan yang langka, dengan prevalensi 1
dari 200,000. Pada studi populasi dari 181,338 pria usia 18-22 tahun, dua kasus
white sponge nevus telah di identifikasi. Gambaran klinis biasanya terjadi selama
masa remaja, dan distribusi gender dilaporkan sama.
Temuan Klinis

White sponge nevus merupakan kelainan autosomal dominan. Gambaran klinis


khas yaitu lesi putih dengan peninggian dan permukaan yang irregular seperti
fisur atau pembentukan plak. Daerah yang paling sering terkena yaitu mukosa
bukal , namun lesi dapat terjadi di daerah lain dalam kavitas oral yang dilapisi
olah epitel parakeratin atau nonkeratin. Kelainan ini juga melibatkan daerah
ekstraoral, seperti esophagus dan mukosa anogenital. Meskipun lesi ini tidak
menyebabkan gejala , namun dapat menyebabkan disfagia saat esophagus terlibat.
Diagnosis
Penampakan dari white sponge nevus sering sulit dibedakan dengan leukoplakia
dan resiko pra kanker. Oleh karena itu, biopsy sering dilakukan untuk
menghindari resiko displasia ataupun resiko keganasan. White sponge nevus tidak
berhubungan dengan penyakit sistemik lainnya dan tidak memiliki implikasi
keganasan.
Penatalaksanaan
Tidak ada perawatan yang dibutuhkan. Antibiotik sistemik pernah digunakan
untuk menyelesaikan kelainan ini, namun dengan hasil yang tidak konsisten.
Ketika efek positif didapatkan, laju rekuren dapat dipertimbangkan. White sponge
nevus merupakan kondisi yang jinak.

Hairy Tongue
Etiologi dan Patogenesis
Etiologi dari hairy tongue tidak diketahui pada kebanyakan kasus. Terdapat
beberapa faktor predisposisi yang mungkin berhubungan dengan kelainan ini,

seperti kebersihan rongga mulut yang terbengkalai, obat seperti antibiotik dan
immunosupresif, kandidiasis oral, konsumsi alkohol, inaktivitas oral dan radiasi
terapeutik. Hairy tongue juga berhubungan dengan kebiasaan merokok.
Epidemiologi
Prevalensi yang dilaporkan bervariasi. Pada penelitian di Amerika dan
Skandinavia, prevalensinya dibawah 1%.
Temuan Klinis
Dikarakteristikkan oleh deskuamasi papilla filiform yang menunjukkan gambaran
seperti rambut (Gambar 38). Panjang papilla harus mencapai 3 mm untuk
diklasifikasikan sebagai hairy, meskipun panjang yang melebihi 15 mm telah
dilaporkan. Lesi normalnya ditemukan di sepertiga posterior lidah namun dapat
meliputi seluruh dorsum. Hairy tongue dapat berwarna putih hingga hitam
tergantung dengan unsur makanan dan komposisi mikroflora oral. Pasien dengan
kelainan ini dapat mengalami ketidaknyamanan dan mengganggu estetik akibat
pemanjangan papilla filiform.

Diagnosis
Berdasarkan penampilan dan pemeriksaan mikrobiologis
Penatalaksanaan
Perawatan hairy tongue difokuskan pada reduksi atau eliminasi dari faktor
predisposisi dan menghilangkan papilla filiform yang memanjang. Pasien
sebaiknya diinstruksikan bagaimana menggunakan alat untuk mengerik lidahnya.
Penggunaan food constituent dengan efek abrasif juga dapat digunakan untuk
mencegah terjadinya kembali. Telah dilakukan percobaan pemberian tretinoin,
namun perawatan ini tidak mencapai penerimaan yang luas. Pasien harus
diinformasikan mengenai sifat hairy tongue yang jinak dan tidak menular.

BLOK 13
OTHER RED AND WHITE LESIONS

Grace Ayu Prithari


1390033

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2016

Anda mungkin juga menyukai