Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KASUS

STRABISMUS

Oleh : Rino Agustian Praja


Pembimbing : dr. Rahmat Syuhada, Sp,M
KEPANITRAAN KLINIK SENIOR DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN
MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI RS
PERTAMINA BINTANG AMIN BANDAR LAMPUNG 2016

Identitas
Nama

:Ny. J
Umur
: 37 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat
: Raja basa raya jl. H. Komarudin
Pekerjaan
: IRT
No. RM
: 019570
MRS
: 25 Februari 2016

Anamnesis
Keluhan Utama

Pandangan berbayang menjadi dua.


Keluhan Tambahan

Pusing, mata cepat lelah, pegal, gatal,


pandangan kabur

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poli mata RSPBA dengan


keluhan pandangan berbayang menjadi dua
sejak 1 bulan SMRS. Awalnya os merasakan
hanya pusing dan pandangan kabur yang
kemudian berbayang menjadi dua, os juga
mengeluhkan jika matanya mudah lelah dan
pegal setiap saat, kadang disertai gatal yang
hilang timbul. Os pernah merasa sampai mual
hebat yang diawali dari pusing terlebih
dahulu.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mempunyai riwayat penyakit darah


tinggi dan DM.
Riwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga pasien, tidak ada yang pernah
mengalami hal serupa.

Pemeriksaan fisik
Status Present
Baik
Kesadaran : Compos Mentis
TD: 150/90 MmHg
Nadi :78 x/m
RR
: 21 x/m
Suhu : 36,6 C
KU:

Status Generalis
- Kepala
Bentuk : DBN
Mata : Status oftalmologis
Hidung : DBN
Telinga : DBN
Mulut
: DBN
- Toraks
Jantung : DBN
Paru : DBN
- Abdomen
Hepar : DBN
Lien : DBN
- Ekstremitas : DBN

Pemeriksaan mata

Pemeriksaan penunjang

Resume
Pasien datang ke poli mata RSPBA dengan
keluhan pandangan berbayang menjadi dua
sejak 1 bulan SMRS. Awalnya os merasakan
hanya pusing dan pandangan kabur yang
kemudian berbayang menjadi dua, os juga
mengeluhkan jika matanya mudah lelah dan
pegal setiap saat, kadang disertai gatal yang
hilang timbul. Os pernah merasa sampai mual
hebat yang diawali dari pusing terlebih
dahulu.

Diagnosis
DIAGNOSIS KERJA
Strabismus Eksotropia OS dengan diplopia +
DM + Hipertensi terkontrol

DIGNOSIS BANDING
Eksotropia akomodatif
Eksotropia non akomodatif

PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad fungtionam
Quo ad sanationam

: Dubia ad Malam
: Malam

Penatalaksanaan
Mecobalamid 1 x tab I
Noporavid 18 unit
Lantus 15 unit
Lansoprazol 1 x tab I
Miccardis 80 mg 1x tab I
Neurosanbe 3 x tab I
Citicolin 2 x tab I

Follow up
26-02-2016

S : pandangan berbayang, mata cepat lelah,


pusing

O : VOD 20/70, VOS 20/30, TD 160/100, N 80


x/m, R 23 x/m, S 36.6 C, GDS 240

A : diplopia susp. Soc intrakranial + DM +


Hipertensi

P: menunggu pembacaan hasil ST-scan

27-02-2016

Follow up
Tanggal 26-02-2016
S : pandangan berbayang, mata cepat lelah, pusing
O : VOD 20/70, VOS 20/30, TD 160/100, N 80 x/m, R 23 x/m, S
36.6 C, GDS 240
A : diplopia susp. Soc intrakranial + DM + Hipertensi

P: menunggu pembacaan hasil ST-scan


Mecobalamid 1 x tab I
Noporavid 18 unit
Lantus 15 unit
Lansoprazol 1 x tab I
Micardis 80 mg 1x tab I

Konsul raber Sp.PD dan saraf

Tanggal 27-02-2016
S : pandangan berbayang, nyeri kepala hingga ke mata
O : VOD 20/70, VOS 20/30, TD 150/90, N 68 x/m, R 22 x/m, S 36.3 C, GDS 248
A : diplopia susp. Soc intrakranial + DM + Hipertensi

P: menunggu pembacaan hasil ST-scan


Mecobalamid

1 x tab I
Noporavid 18 unit
Lantus 15 unit
Lansoprazol 1 x tab I
Micardis 80 mg 1x tab I
Neurosanbe 3 x tab I
Citicolin 2 x tab I
Rawat

jalan, kontrol hari selasa ke poli saraf

PEMBAHASAN

Definisi
Strabismus adalah suatu keadaan dimana

kedudukan kedua bola mata tidak ke satu


arah. Satu mata bisa terfokus pada satu objek
sedangkan mata yang lain dapat bergulir ke
dalam, ke luar, ke atas, atau ke bawah.
Keadaan ini bisa menetap (selalu tampak)
atau dapat pula hilang timbul yang muncul
dalam keadaan tertentu saja seperti saat sakit
atau stres.

Anatomi dan fisiologi


Muskulus rektus lateral : abduksi >> (IV).
Muskulus rektus medius : aduksi (III).
Muskulus rektus superior : elevasi, aduksi, dan

intorsi bola mata (III).


Muskulus rektus inferior : depresi, adduksi,
dan ekstorsi (III).
Muskulus oblik superior : intorsi, abduksi, dan
depresi (IV)
Muskulus oblik inferior : ekstorsi, abduksi, dan
elevasi (III).

Etiologi
Herediter.Kelumpuhan pada 1 atau beberapa

otot penggerak mata (strabismus paralitik).


Kelumpuhan pada otot mata bisa disebabkan
oleh kerusakan saraf.
Anatomik, kelainan otot luar, kelainan rongga
orbita
Kelainan refraksi.
Kelainan persarafan

Klasifikasi
Strabismus konkomiten
Strabismus inkomiten

Diagnosis
Keterbatasan gerak
Deviasi
Diplopia.

Pemeriksaan penunjang
CT-scan
Tes ketajaman penglihatan
Tes cover and uncover
Tes hirscberg
Tes krimsky

Terapi
Terapi medis
Terapi ambliopia
Terapi oklusi
Penalisa atropin

Alat-alat optik
Kacamata
Prisma

Toksin botulinum
ortoptik

Terapi bedah
Reseksi dan resesi
Penggeseran titik perlekatan otot
Prosedur faden

Prognosis
Setelah dilakukan operasi, matabisamelihat
langsung namun masalah tajam penglihatan
masih dapat terjadi. Penanganan yang
terlambat akan menyebabkan kehilangan
penglihatan mata secara permanen. Sekitar
sepertiga anak-anak dengan strabismus akan
mengalami ambliopia sehingga harus
dipantau secara ketat.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai